Anda di halaman 1dari 26

ASFIKSIA

DI

S
U
S
U
N

Oleh :

KELOMPOK 1

NURUL HAKIKI
RAHMATULLAH

PEMBIMBING : Ns. NOVA FAJRI, M.Kep, Sp.Kep.An

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi
hidayahnya sehingga Makalah yang berjudul “Asfiksia” dapat diselesaikan.
Makalah ini merupakan pelengkap tugas mata Kuliah Keperawatan anak.
Dalam menyusun makalah ini saya menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna dan masih banyak kekurangan disana sini, baik mengenai materi
maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran-saran dari siapapun
yang bersifat membangun sangat saya harapkan.
Akhirnya saya menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Sigli, Januari 2018

Kelompok

DAFTAR ISI

i
Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 2
C.Tujuan................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi............................................................................................................. 3
B. Etiologi............................................................................................................. 3
C. Patofisiologi......................................................................................................6
D. Manifestasi Klinis.............................................................................................9
E. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................13
F. Penatalaksanaan Medis....................................................................................14
G. Pathway Asfiksia.............................................................................................16
H. Proses Keperawatan........................................................................................12
I. Prioritas Keperawatan......................................................................................13
J. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................14
K.Intervensi Keperawatan...................................................................................16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................19
B. Saran-saran .................................................................................................... 19
Daftar Pustaka ...................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Menurut SUSENAS 2001
penyebab kematian utama pada periode neonatal (bayi umur <28 hari) adalah
prematuritas disertai berat lahir rendah (29,2 persen), asfiksia lahir (27 persen),
tetanus neonatorum (9,5 persen), masalah pemberian makan (9,5 persen), kelainan
kongenital (7,3 persen), gangguan hematologi/ikterus (5,6 persen), pnemonia (2,8
persen), dan sepsis (2,2 persen). Dari data ini menunjukkan bahwa asfiksia lahir
berada pada tingkat tertinggi kedua setelah BBLR.
Di RSUD Gunung Jati Cirebon data pasien rawat inap di Ruang NICU
menunjukkan jumlah pasien dengan kasus kegawatan pernafasan serta kematian
neonatus yang terjadi selama Bulan Desember 2004 sampai dengan bulan
Februari 2005. Data tersebut menunjukkan prosentase yaitu RDS dan asfiksia
neonatorum sebesar 72,2 % pada bulan Desember 2004, pada bulan Januari 2005
sebesar 81,5 % dan 85,7 % pada bulan Februari 2005. Begitu pula data pasien
rawat inap Ruang Perinatologi menggambarkan bahwa sebagian besar neonatus
yang dirawat berpotensi mengalami kegawatan pernafasan.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar neonatus yang
dirawat adalah penderita gangguan pernafasan yang berpotensi mengalami
kegawatan pernafasan yang bisa menimbulkan kecacatan atau bahkan kematian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Asfiksia ?
2. Apa etiologi Asfiksia ?
3. Apa manifestasi klinis Asfiksia ?
4. Apa komplikasi Asfiksia ?
5. Bagaimana tentang penatalaksanaan Asfiksia ?

1
C. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami apa
yang dimaksud dengan Asfiksia dan hal-hal yang menyangkut asuhan
keperawatannya.
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat :
 Mengetahui definisi Asfiksia
 Mengetahui etiologi AsfiksiaMengetahui manifestasi klinis
Asfiksia
 Mengetahui komplikasi Asfiksia
 Mengetahui tentang penatalaksanaan Asfiksia
 Mengetahui tentang patofisiologi dari Asfiksia
 Melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan Asfiksia

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, keadaan tersebut dapat disertai
dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Hidayat, 2005).
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 2003)
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer,
2000)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis,
bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.
(Saiffudin, 2001)
Jadi, Asfiksia neonatorum adalah keadan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernapas secara spontan dengan ditandai adanya hipoksemia (penurunan PaO2),
hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).

B. Etiologi
Keadaan asfiksia terejadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi
seperti pengembangan paru – paru. Proses terjadinya asfiksia neonatorum ini
dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (2003) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
 Penyakit infeksi akut
 Penyakit infeksi kronik
 Keracunan oleh obat-obat bius
 Uraemia dan toksemia gravidarum
 Anemia berat

3
 Cacat bawaan
 Trauma
2. Asfiksia dalam persalinan
a. Kekurangan O2.
 Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)
 Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-
menerus mengganggu sirkulasi darah ke uri.
 Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
 Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan
panggul.
 Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada
waktunya.
 Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
 Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi
uteri.

b. Paralisis pusat pernafasan


 Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
 Trauma dari dalam : akibat obat bius.
Sedangkan menurut Betz et al. (2001), asfiksia dapat dipengaruhi
beberapa faktor yaitu :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik
atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin
dengan segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini
sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak
pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi.

4
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas
antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada
keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara
jalan lahir dan janin.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu,
trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial,
kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau
stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru.

C. Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi.
Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih
cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan
intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan
mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir,
alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung
mulai menurun. Sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-
angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Apabila bayi dapat brnapas
kembali secara teratur maka bayi mengalami asfiksia ringan.

5
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut
jantung terus menurun disebabkan karena terjadinya metabolisme anaerob yaitu
glikolisis glikogen tubuh yang sebelumnya diawali dengan asidosis respiratorik
karena gangguan metabolisme asam basa, Biasanya gejala ini terjadi pada asfiksia
sedang - berat, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terlihat
lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki
periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah
dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Pada paru terjadi pengisian udara
alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah
paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan
kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya. Pada saat ini, Bayi
sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya
pernafasan secara spontan.
Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan/
persalinan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian
O2 tidak dimulai segera. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak
tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia.
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Asfiksia Ringan ( vigorus baby)
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
2. Asfiksia sedang ( mild moderate asphyksia)
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang
pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asfiksia dengan henti jantung yaitu
bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir

6
lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama
pada asfiksia berat.
Pemeriksaan apgar untuk bayi :
Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
nafas dibersihkan
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas Fleksi kuat
(lemah) gerak aktif
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah seluruh
ekstrimitas biru tubuh
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai
skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi
baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena
resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit
seperti penilaian skor Apgar)

7
D. Manifestasi klinik
1. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari
100 x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang
asfiksia
c. Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam
gawat

2. Pada bayi setelah lahir


a. Bayi pucat dan kebiru-biruan
b. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolik atau respiratori
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan sistem multiorgan
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala
neurologik, kejang, nistagmus dan menangis kurang baik/tidak baik

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto polos dada
2. USG kepala
3. Laboratorium : darah rutin( Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb
15-20 gr dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit
4. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis,
tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
5. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi
hemolitik.

8
F. Penatalaksanaan Medis
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru
lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir
mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastikan saluran nafas terbuka :
a. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea
c. Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
a. Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan taktil dengan menyentil atau
menepuk telapak kakiLakukan penggosokan punggung bayi secara
cepat,mengusap atau mengelus tubuh,tungkai dan kepala bayi.
b. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau
bila perlu menggunakan obat-obatan
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama
memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan
intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak
lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi
dengan bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 %
dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra vena
perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika

9
ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya
mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali
inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka
masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap
kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika
tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini
disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi
atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.
b. Asfiksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam
waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus
segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan
aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala.
Kemudioan dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut
disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit,
sambil diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi
memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan
tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit,
sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera
dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari
mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari
mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2,
ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan
gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak
berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjasi penurunan frekuensi
jantung atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera
dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera diberikan, apabila
3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun
ventilasi telah dilakukan dengan adekuat.

10
11
H. Proses Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Sirkulasi
 Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan
darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg
(diastolik).
 Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/
IV.
 Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
 Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
b. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
c. Makanan/ cairan
 Berat badan : 2500-4000 gram
 Panjang badan : 44-45 cm
 Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
d. Neurosensori
 Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
 Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
 Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik
yang memanjang)
e. Pernafasan
 Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
 Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
 Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya
silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.

12
f. Keamanan
 Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi).
 Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat,
warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang
menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau
perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat
menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata,
antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama
punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala
mungkin ada (penempatan elektroda internal)

I. PRIORITAS KEPERAWATAN
• Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif.
• Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu tubuh.
• Mencegah cidera atau komplikasi.
• Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi.

13
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

14
Data Problem Etiologi Diagnosa
1. Obyektif (O) : Bersihkan jalan Produksi mucus Bersihk
a. Terdengar suara nafas inefektif. yang banyak. an jalan nafas tidak efektif b.d produksi
nafas tambahan mukus banyak
b. Terdengar ronkhi
basah ketika
auskultasi
c. RR > 24 kali per
menit
2. Obyektif (O) : Pola nafas Hipoventilasi Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/
a. Ekspansi dada inefektif. /hiperventilasi hiperventilasi
tidak sama kanan kiri
b. RR cepat > 24 kali
per menit
c. Terdengar suara
nafas tambahan
3. Obyektif (O) : Kerusakan Ketidakseimbangan Kerusakan pertukaran gas b.d
a. RR cepat > 24 kali pertukaran gas. perfusi ventilasi ketidakseimbangan perfusi ventilasi
per menit
4. Obyektif (O) : Risiko cedera. Anomali Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak
a. Anak tampak kongenital tidak terdeteksi atau tidak teratasi pemajanan pada
rewel terdeteksi atau agen-agen infeksius
b. Tampak cedera tidak teratasi
pada anggota tubuh pemajanan pada
anak agen-agen
infeksius.
5. Obyektif (O) : Risiko Kurangnya suplai Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d
15 darah.
a. Suhu anak < 365 0 ketidakseimbangan O2 dalam kurangnya suplai O2 dalam darah.
C suhu tubuh.
b. Anak tampak
E. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan dan Tujuan Intervensi Rasional


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d a. Tentukan kebutuhan oral/ a. Untuk memungkinkan reoksigenasi.
produksi mukus banyak suction tracheal. b. Pernapasan bising, ronki dan mengi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan b. Auskultasi suara nafas menunjukkan tertahannya secret.
keperawatan, bersihan jalan nafas sebelum dan sesudah c. Membantu memberikan informasi yang
kembali efektif. suction. benar pada keluarga.
Dengan kriteria hasil : c. Beritahu keluarga tentang d. Mencegah obstruksi/aspirasi.
a. Tidak menunjukkan demam suction. e. Membantu untuk mengidentifikasi
b. Tidak menunjukkan cemas d. Bersihkan daerah bagian perbedaan status oksigen sebelum dan
c. Rata-rata repirasi dalam batas tracheal setelah suction sesudah suction.
normal selesai dilakukan.
d. Pengeluaran sputum melalui jalan e. Monitor status oksigen
nafas pasien, status
e. Tidak ada suara nafas tambahan hemodinamik segera
f. Mudah dalam bernafas. sebelum, selama dan
g. Tidak menunjukkan kegelisahan. sesudah suction
h. Tidak adanya sianosis.

16
i. PaCO2 dalam batas normal.
j. PaO2 dalam batas normal.
k. Keseimbangan perfusi ventilasi
2. Pola nafas tidak efektif b.d 1. Pertahankan kepatenan 1. Untuk menghilangkan mucus yang
hipoventilasi/ hiperventilasi jalan nafas dengan terakumulasi dari nasofaring, tracea.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan melakukan pengisapan 2. Bunyi nafas menurun/tak ada bila jalan
keperawatan selama proses lender nafas obstruksi sekunder. Ronki dan
keperawatan diharapkan pola nafas 2. Auskultasi jalan nafas mengi menyertai obstruksi jalan
menjadi efektif untuk mengetahui adanya nafas/kegagalan pernafasan.
Kriteria hasil : penurunan ventilasi 3. Memaksimalkan bernafas dan
a. Pasien menunjukkan pola nafas 3. Berikan oksigenasi sesuai menurunkan kerja nafas.
yang efektif kebutuhan
b. Ekspansi dada simetris
c. Tidak ada bunyi nafas tambahan
d. Kecepatan dan irama respirasi
dalam batas normal
3. Kerusakan pertukaran gas b.d a. Kaji bunyi paru, frekuensi 1. Penurunan bunyi nafas dapat
ketidakseimbangan perfusi ventilasi nafas, kedalaman nafas menunjukkan atelektasis. Ronki,
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan dan produksi sputum mengi menunjukkan akumulasi
keperawatan selama proses b. Pantau saturasi O2 dengan secret/ketidakmampuan untuk

17
keperawatan diharapkan pertukaran gas oksimetri membersihkan jalan nafas yang dapat
teratasi c. Berikan oksigen tambahan menimbulkan peningkatan kerja
Kriteria hasil : yang sesuai. pernafasan.
a. Tidak sesak nafas 2. Penurunan kandungan oksigen (PaO2)
b. Fungsi paru dalam batas normal dan/atau saturasi atau peningkatan
PaCO2 menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi/perubahan program terapi.
3. Alat dalam memperbaiki hipoksemia
yang dapat terjadi sekunder terhadap
penurunan ventilasi/menurunnya
permukaan alveolar paru.
4. Risiko cedera b.d anomali kongenital 1. Cuci tangan setiap 1. Mengurangi kontaminasi silang.
tidak terdeteksi atau tidak teratasi sebelum dan sesudah 2. Mencegah penyebaran
pemajanan pada agen-agen infeksius merawat bayi infeksi/kontaminasi silang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2. Pakai sarung tangan steril 3. Untuk mengetahui apakah ada kelainan
keperawatan selama proses 3. Lakukan pengkajian fisik pada bayi.
4. Membantu keluarga untuk mendapatkan
keperawatan diharapkan risiko cidera secara rutin terhadap bayi
pendidikan dan pengetahuan yang benar
dapat dicegah baru lahir, perhatikan
tentang tanda dan gejala infeksi begitu
Kriteria hasil : pembuluh darah tali pusat
juga dengan penanganan yang benar.

18
a. Bebas dari cidera/ komplikasi dan adanya anomaly 5. Membantu memberi kekebalan anak
b. Mendeskripsikan aktivitas yang 4. Ajarkan keluarga tentang terhadap agen infeksi.
tepat dari level perkembangan anak tanda dan gejala infeksi
c. Mendeskripsikan teknik dan melaporkannya pada
pertolongan pertama pemberi pelayanan
kesehatan
5. Berikan agen imunisasi
sesuai indikasi
(imunoglobulin hepatitis
B dari vaksin hepatitis B
bila serum ibu
mengandung antigen
permukaan hepatitis B
(Hbs Ag), antigen inti
hepatitis B (Hbs Ag) atau
antigen E (Hbe Ag).

5. Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh 1. Hindarkan pasien dari 1. Menghindari terjadinya hipitermia.
b.d kurangnya suplai O2 dalam darah kedinginan dan tempatkan 2. Mengetahui terjadinya hipotermi.

19
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan pada lingkungan yang 3. Perubahan tanda-tanda vital yang
keperawatan selama proses hangat. signifikan akan mempengaruhi proses
keperawatan diharapkan suhu tubuh 2. Monitor temperatur dan regulasi ataupun metabolisme dalam
normal warna kulit. tubuh.
Kriteria hasil : 3. Monitor TTV. 4. Menghindari terjadinya hipitermia.
a. Temperatur badan dalam batas 4. Jaga temperatur suhu 5. Mambantu BBL tetap berada pada
normal tubuh bayi agar tetap keadaan yang sesuai dengan keadaannya.
b. Tidak terjadi distress pernafasan hangat.
c. Tidak gelisah 5. Tempatkan BBL pada
d. Perubahan warna kulit inkubator bila perlu.
e. Bilirubin dalam batas normal
6. Proses keluarga terhenti b.d pergantian 1. Buat hubungan dan akui 1. Mambantu orang terdekat untuk
dalam status kesehatan anggota kesulitan situasi pada menerima apa yang terjadi dan
keluarga keluarga. berkeinginan untuk membagi masalah
2. Tentukan pengetahuan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan dengan staf.
akan situasi sekarang.
keperawatan selama proses 2. Sediakan informasi untuk memulai
keperawatan diharapkan koping perencanaan perawatan dan membuat
3. Ikutsertakan orang
keluarga adekuat keputusan. Kurangnya informasi dapat
terdekat dalam pemberian
Kriteria Hasil : mengganggu respons pemberi/penerima
informasi, pemecahan

20
a. Percaya dapat mengatasi masalah. masalah dan perawatan asuhan terhadap situasi penyakit.
b. Kestabilan prioritas. pasien sesuai 3. Informasi dapat mengurangi perasaan
c. Mempunyai rencana darurat. kemungkinan. tanpa harapan dan tidak berguna.
d. Mengatur ulang cara perawatan. Keikutsertaan dalam perawatan akan
e. Status kekebalan anggota keluarga. meningkatkan perasaan kontrol dan harga
f. Anak mendapatkan perawatan diri.
tindakan pencegahan.
g. Akses perawatan kesehatan.
h. Kesehatan fisik anggota keluarga

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat
menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk
dalam kehidupan lebih lanjut.
Dari etiologinya,asfiksia neonatorum bisa berasal dari banyak
factor,diantaranya:
1. Faktor ibu: hipoksia ibu,gangguan aliran darah uterus
2. Faktor plasenta: gangguan mendadak pada plasenta
3. Faktor fetus: kompresi umbilicus
4. Faktor neonates: depresi pusat pernapasan bayi baru lahir
Sedangkan berdasarkn klasifikasinya,asfiksia neonatorum dibagi:
1. Vigorous Baby
2. Mild Moderate asphyksia / asphyksia sedang
3. Asphyksia berat
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru
lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan
membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.

B. Saran
Setelah pembaca mengetahui apa pengertian dan etiologi dari asfiksia
neonatorum,diharapkan pembaca bias mengantisipasi terhadap terjadinya asfiksia
neonatorum dan dapat melakukan pencegahan serta memahami tindakan
pengobatan yang dapat dilakukan pada bayi dengan asfiksia neonatorum.(

22
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, 2005. Sinopsis Obstetri Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC


Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Hassan, R dkk. 2014. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3.
Jakarta : Informedika
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid II. Jakarta :
Media Aesculapius.
Santosa, B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.
Wilkinson. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Criteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC
Manuaba, I. B. 2013. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta : EGC
Mochtar. R. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Saifudin. A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Straight. B. R. 2004. Keperawatan Ibu Baru Lahir. Edisi 3. Jakarta : EGC
terdapat pada http: www. Freewebs.comasfiksia pola cidera asfiksia.htm (1
Juni 2008)

23

Anda mungkin juga menyukai