Makalah Penilailaian Berbasis Kelas Lengkap Full
Makalah Penilailaian Berbasis Kelas Lengkap Full
Pendahuluan
Kegiatan penilaian di kelas menjadi sangat penting karena hasil penilaian ini secara
umum akan berpengaruh pada kualitas pendidikan, dan secara khusus akan
berpengaruh pada kualitas pembelajaran, prestasi siswa dan program sekolah. Guru
dapat menggunakan hasil penilaian untuk memperbaiki proses belajar mengajar,
sehingga lebih baik dan lebih efisien hasilnya. Hasil penilaian dapat diinformasikan
kepada siswa sehingga mereka dapat mengetahui materi-materi yang belum
dikuasainya, dan dapat mempelajarinya kembali sebagai upaya perbaikan.
Sedangkan bagi sekolah, hasil penelitian dapat digunakan untuk menyusun program
sekolah untuk lebih meningkatkan prestasi siswanya. Guru membutuhkan informasi
yang akurat dan berkesinambungan dalam proses pembelajaran di kelas, dan
informasi ini hanya dapat diperoleh apabila guru melakukan Penilaian Berbasis
Kelas.
Menurut pendapat Angelo (2001), dalam kerangka penelitian tindakan kelas,
penilaian berbasis kelas bisa dipandang sebagai suatu metode penemuan, suatu
pendekatan yang lebih meluas untuk meningkatkan kualitas belajar dan mengajar.
Penilaian Berbasis Kelas dapat didesain untuk membantu guru menemukan
bagaimana individu dan atau kelompok siswa sedang belajar dalam kelas. Guru
dapat menerapkan hasil penilaiannya untuk memperbaiki mengajar sedangkan
siswa dapat meningkatkan hasil pencapaian belajarnya.
4. Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan karya (hasil kerja) seorang siswa dalam satu
periode. Kumpulan karya ini menggambarkan taraf kemampuan/ kompetensi yang
telah dicapai seorang siswa. Hal penting yang menjadi ciri portofolio adalah karya
tersebut dapat diperbaiki jika siswa menghendakinya. Dengan demikian, portofolio
dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa. Perkembangan
tersebut tidak dapat terlihat dari hasil pengujian. Kumpulan karya siswa itu
merupakan refleksi perkembangan berbagai kompetensi. Di samping itu, kumpulan
karya yang berkelanjutan lebih memperkuat hubungan pembelajaran dan penilaian.
Pengumpulan dan penilaian karya siswa yang terus-menerus sebaiknya dijadikan
titik sentral program pengajaran, karena penilaian merupakan bagian dari proses
pembelajaran. Karya tersebut harus selalu diberi tanggal sehingga dapat terlihat
perbedaan kualitas dari waktu ke waktu. Yang menjadi pertimbangan utama adalah
guru seyogianya menggunakan penilaian portofolio sebagai bagian integral dari
proses pembelajaran karena nilai diagnostik portofolio sangat berarti bagi guru.
Portofolio dapat digunakan untuk menilai perkembangan siswa dalam ilmu-ilmu
sosial, seperti menganalisis masalah-masalah sosial, bahasa, seperti menulis
karangan, dan matematika, seperti pemecahan masalah matematika. Guru bahasa
asing dapat menggunakan portofolio audio untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berbicara. Rekaman contoh-contoh berbicara siswa
yang dikumpulkan secara terus menerus dalam waktu tertentu dapat dimasukkan
dalam portofolio berbicara.
Untuk melihat dan mendiagnosis kesulitan siswa dalam mengarang, guru dapat
mengumpulkan tulisan-tulisan siswa. Untuk mendapatkan hasil terbaik pada
pertunjukan mendatang, seorang guru drama dapat menggunakan ‘videotape’ untuk
merekam latihan-latihan. Berikut ini dikemukakan hal-hal pokok yang perlu
diperhatikan dalam membuat portofolio di dalam kelas.
Pastikan bahwa tiap siswa merasa memiliki portofolio. Dalam hal ini siswa perlu
diberi penjelasan maksud penggunaan portofolio, yaitu tidak semata-mata
merupakan kumpulan hasil kerja sementara siswa yang digunakan hanya oleh guru
untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh siswa sendiri. Dengan melihat
portofolionya siswa dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya.
Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi membutuhkan waktu bagi siswa
untuk belajar meyakini hasil penilaian mereka sendiri.
Tentukan bersama siswa sampel-sampel karya apa saja yang akan dikumpulkan.
Kemungkinan karya yang dikumpulkan tidak sama antara siswa yang satu dan yang
lain. Misalnya, untuk kemampuan menulis karangan karya yang dikumpulkan
adalah karangan-karangan siswa. Untuk kemampuan menggambar, karya yang
dikumpulkan adalah gambar-gambar buatan siswa.
Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap siswa dalam satu map atau folder.
Tentukan kriteria penilaian sampel-sampel karya siswa beserta pembobotannya
bersama para siswa agar dicapai kesepakatan. Diskusikan dengan para siswa
bagaimana menilai kualitas karya mereka. Contoh; untuk kemampuan menulis
karangan, kriteria penilaiannya misalnya: penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-
kata, kelengkapan gagasan, dan sistematika penulisan. Sebaiknya kriteria penilaian
suatu karya dibahas dan disepakati bersama siswa sebelum siswa membuat karya
tersebut. Dengan demikian, siswa mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha
mencapai harapan atau standar itu.
Mintalah siswa menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat
membimbing siswa tentang bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan
tentang kelebihan atau kekurangan karya tersebut dan bagaimana cara
memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
Setelah suatu karya dinilai dan ternyata nilainya jelek atau belum memuaskan
siswa, kepada siswa dapat diberi kesempatan untuk memperbaiki lagi. Namun,
antara siswa dan guru perlu dibuat ‘kontrak’ atau perjanjian mengenai jangka waktu
perbaikan, misalnya setelah 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan
kepada guru.
Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika dianggap perlu,
undanglah orang tua siswa. Orang tua perlu diberi penjelasan tentang maksud dan
tujuan portofolio sehingga mereka dapat membantu dan memotivasi anaknya.
Perlu dicatat bahwa tidak ada satu pun alat penilaian yang dapat mengumpulkan
informasi prestasi dan kemajuan belajar siswa secara lengkap. Penilaian tunggal
tidak cukup untuk memberikan gambaran/informasi tentang kemampuan,
keterampilan, pengetahuan dan sikap seseorang. Lagi pula, interpretasi hasil tes
tidak mutlak dan abadi karena anak terus berkembang sesuai dengan pengalaman
belajar yang dialaminya. Alat penilaian tertulis seperti pilihan ganda yang
mengarah kepada hanya satu jawaban yang benar (convergent thinking), tidak
mampu menilai keterampilan/kemampuan lain yang dimiliki siswa.
Hal ini amat menghambat penguasaan beragam kompetensi yang tercantum pada
kurikulum secara utuh. Alat penilaian pilihan ganda kurang mampu memberikan
informasi yang cukup untuk dijadikan umpan-balik guna mendiagnosis atau
memodifikasi pengalaman belajar. Karena itu, guru hendaknya mengembangkan
alat-alat penilaian yang membedakan antara jenis-jenis kompetensi yang berbeda
dari tiap tingkat pencapaian. Hasil penilaian dapat menghasilkan rujukan terhadap
pencapaian siswa dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga hasil
tersebut dapat menggambarkan profil siswa secara lengkap. Penilaian kemajuan
belajar siswa pada kurikulum berbasis kompetensi menghendaki ciri-ciri berikut
ini.
Tujuan penilaian bergeser dari keperluan untuk klasifikasi siswa (diskriminasi) ke
pelayanan individual siswa dalam mengembangkan kemampuannya (diferensiasi).
Lebih cenderung menggunakan penilaian acuan kriteria (criterion referenced
assessment) daripada penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).
Tujuan-tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum lebih terjamin dicapai
karena kompetensi dasar yang dirumuskan dalam kurikulum menjadi acuan utama.
Tidak sekedar menerapkan penilaian tertulis dan lisan tetapi juga penilaian unjuk
kerja, produk, portofolio dan tingkah laku untuk menjamin validitas penilaian,
objektivitas penilaian, dan keanekaragaman kompetensi yang dinilai agar
kemampuan siswa lebih rinci terpapar dan tergambarkan.
Profil kompetensi siswa sebagai hasil belajar memberikan informasi yang lebih
lengkap dan mudah dipahami baik oleh siswa, orang tua, guru lain maupun
pengguna lulusan, sehingga prinsip akuntabilitas publik lebih terjamin.
Pemanfaatan berbagai cara dan alat penilaian mendorong penerapan pendekatan
belajar aktif sehingga mengoptimalkan pengembangan kepribadian serta
kemampuan bernalar dan bertindak siswa. Pengumpulan informasi hasil belajar
siswa dapat dilakukan dalam suasana formal dan informal, dengan berbagai cara
penilaian.
K. Jenis Tagihan
Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat
keberhasilan peserta didik dalam penguasaan kompetensi dasar yang diajarkan
diperlukan adanya berbagai jenis tagihan. Jenis tagihan yang dapat dipakai dalam
sistem penilaian berbasis kompetensi dasar dapat berkait dengan ranah kognitif
ataupun psikomotor, antara lain yaitu sebagai berikut.
1. Kuis : Waktu yang diperlukan relatif singkat, kurang lebih 15 menit dan hanya
menanyakan hal-hal yang prinsip saja dan bentuknya berupa isian singkat. Biasanya
kuis diberikan sebelum pelajaran baru dimulai, untuk mengetahui penguasaan
pelajaran yang lalu secara singkat. Namun bisa juga kuis diberikan setelah
pembelajaran selesai, yaitu untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap
bahan ajar yang baru diajarkan. Bila ada bagian pelajaran yang belum dikuasai,
sebaiknya guru menjelaskan kembali dengan menggunakan metode pembelajaran
yang berbeda.
2. Pertanyaan lisan di kelas : Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap
konsep, prinsip, atau teorema. Teknik bertanya yang baik adalah mengajukan
pertanyaan ke kelas, memberi waktu sebentar untuk berpikir, dan kemudian
memilih peserta didik secara acak untuk menjawab. Jawaban peserta didik benar
atau salah selalu diberikan ke peserta didik lain atau minta pendapatnya terhadap
jawaban peserta didik yang pertama. Kemudian guru menyimpulkan tentang
jawaban peserta didik yang benar. Pertanyaan lisan ini bisa dilakukan di awal
pelajaran atau di akhir pelajaran.
3. Ulangan harian : Ulangan harian dilakukan secara periodik misalnya setelah I (satu)
atau 2 (dua) kompetensi dasar selesai diajarkan. Bentuk soal yang digunakan
sebaiknya bentuk uraian objektif atau yang non-objektif. Tingkat berpikir yang
terlibat sebaiknya mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis.
4. Tugas individu : Tugas individu dapat diberikan setiap minggu dengan bentuk
tugas/soal uraian objektif atau non-objektif. Tingkat berpikir yang terlibat
sebaiknya aplikasi, analisis, bila mungkin sampai sintesis dan evaluasi. Tugas
individu untuk mata pelajaran tertentu dapat terkait dengan ranah psikomotor,
seperti menugasi peserta didik untuk melakukan observasi lapangan dalam
Geografi atau menugasi peserta didik untuk berlatih tari dan musik pada pelajaran
Pendidikan Kesenian.
5. Tugas kelompok : Tugas kelompok digunakan untuk menilai kemampuan kerja
kelompok. Bentuk soal yang digunakan adalah uraian dengan tingkat berpikir yang
tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi. Bila mungkin peserta didik diminta untuk
menggunakan data sungguhan atau melakukan pengamatan terhadap suatu gejala,
atau merencanakan sesuatu proyek. Proyek pada umumnya menggunakan data
sesungguhnya dari lapangan. Seperti halnya tugas individu, tugas kelompok dapat
terkait dengan ranah psikomotor.
6. Ulangan blok : Bentuk soal yang dipakai dalam ulangan blok, bagian dari semester
dapat berupa pilihan ganda, campuran pilihan ganda dan uraian, atau semuanya
bentuk uraian. Materi yang diujikan berdasar kisi-kisi soal. Tingkat berpikir yang
terlibat mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi.
7. Laporan kerja praktik atau laporan praktikum : Bentuk ini dipakai untuk mata
pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya, seperti Fisika, Kimia, dan Biologi.
Peserta didik bisa diminta untuk mengamati suatu gejala dan melaporkannya.
8. Responsi atau ujian praktik : Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada
kegiatan praktikumnya, seperti Fisika, Kimia, dan Biologi yaitu untuk mengetahui
penguasaan akhir baik dari ranah kognitif maupun psikomotor. Ujian responsi bisa
dilakukan diawal praktek atau setelah melakukan praktek. Ujian dilakukan sebelum
praktek bertujuan untuk mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktek di
laboratorium, sedang bila dilakukan setelah praktek, tujuannya untuk mengetahui
kompetensi dasar praktek yang dicapai peserta didik dan yang belum.
L. BentukTagihan
1. Tes Lisan
Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap peserta didik untuk
masalah yang berkaitan dengan kognitif. Pertanyaan lisan yang diajukan ke kelas
harus jelas, dan semua peserta didik harus diberi kesempatan yang sama. Dalam
melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah: mengajukan pertanyaan,
memberi waktu untuk berpikir, kemudian menunjuk peserta untuk menjawab
pertanyaan. Baik benar atau salah jawaban peserta didik, jawaban tersebut
ditawarkan lagi ke kelas untuk mengaktifkan kelas. Tingkat berpikir untuk
pertanyaan lisan di kelas cenderung rendah, seperti pengetahuan dan pemahaman.
2. Pilihan Ganda
Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda sebagaimana
yang dianjurkan oleh Ebel, 1977 adalah srbagai berikut.
Pokok soal harus jelas.
Pilihan jawaban homogen dalam arti isi.
Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama.
Tidak ada petunjuk jawaban benar.
Hindari mengggunakan pilhan jawaban : semua benar atau semua salah.
Pilihan jawaban angka diurutkan.
Semua pilihan jawaban logis.
Jangan menggunakan negatif ganda.
Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes.
Bahasa Indonesia yang digunakan baku.
Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.
3. Bentuk Uraian Objektif
Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan untuk bidang Matematika dan
IPA, karena kunci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal ini melalui suatu
prosedur atau langkah-langkah tertentu. Setiap langkah ada skornya. Objektif di sini
dalam arti apabila diperiksa oleh beberapa guru dalam bidang studi tersebut hasil
penskorannya akan sama. Pertanyaan pada bentuk soal ini di antaranya adalah :
hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan dan sebagainya.
4. Bentuk Uraian Nonobjektif
Bentuk tes ini dikatakan non-objektif karena penilaian yang dilakukan cenderung
dipengaruhi subjektivitas dari penilai. Bentuk tes ini menuntut kemampuan peserta
didik untuk menyampaikan, memilih, menyusun, dan memadukan gagasan atau ide
yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Keunggulan
bentuk tes ini dapat mengukur tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi,
yaitu mulai dari hapalan sampai dengan evaluasi. Namun demikian, sebaiknya
hindarkan pertanyaan yang mengungkap hafalan seperti dengan pertanyaan yang
dimulai dengan kata : apa, siapa, di mana. Selain itu bentuk ini relatif mudah
membuatnya.
Kelemahan bentuk tes ini adalah : (1) penskoran sering dipengaruhi oleh
subjektivitas penilai, (2) memerlukan waktu yang lama untuk memeriksa lembar
jawaban, dan (3) cakupan materi yang diujikan sangat terbatas, (4) dan adanya efek
bluffing. Untuk menghindari kelemahan tersebut cara yang ditempuh adalah : (1)
jawaban tiap soal tidak panjang, sehingga bisa mencakup materi yang banyak, (2)
tidak melihat nama peserta ujian, (3) memeriksa tiap butir secara keseluruhan tanpa
istirahat,dan (4) menyiapkan pedoman penskoran. Langkah membuat tes ini adalah
sebagai berikut.
1) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi pada indikator.
2) Mengedit pertanyaan :
a) Apakah pertanyaan mudah dimengerti?
b) Apakah data yang digunakan benar?
c) Apakah tata letak keseluruhan baik?
d) Apakah pemberian bobot skor sudah tepat?
e) Apakah kunci jawaban sudah benar?
f) Apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup?
Adapun kaidah penulisan soal bentuk uraian non-objektif adalah sebagai
berikut.
Gunakan kata-kata: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan, hitunglah,
buktikan.
Hindari penggunakan pertanyaan: siapa, apa, bila.
Menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
Hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda.
Buat petunjuk mengerjakan soal.
Buat kunci jawaban.
Buat pedoman penskoran.
Penskoran bentuk tes ini bisa dilakukan secara analitik atau global.
Analitik berarti penskoran dilakukan bertahap sesuai kunci jawaban, sedang yang
global dibaca secara keseluruhan untuk mengetahui ide pokok dari jawaban soal
kemudian diberi skor.
5. Bentuk jawaban Singkat
Bentuk jawaban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan
bagi pengambil tes untuk menuliskan jawabannya sesuai dengan petunjuk. Ada tiga
jenis soal bentuk ini, yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis
identifikasi atau asosiasi. Kaidah-kaidah utama penyusunan soal bentuk ini adalah
sebagai berikut.
Soal harus sesuai dengan indikator.
Jawaban yang benar hanya satu.
Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
6. Bentuk Menjodohkan
Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, suatu daftar
kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing
premis itu dengan satu kemungkinan jawaban. Biasanya nama, tanggal/tahun,
istilah, frase, pernyataan, bagian dari diagram, dan yang sejenisnya digunakan
sebagai premis. Hal-hal yang sama dapat pula digunakan sebagai alternatif
jawaban. Kaidah-kaidah pokok penulisan soal jenis menjodohkan ini adalah
sebagai berikut.
Soal harus sesuai dengan indikator.
Jumlah alternatif jawaban lebih banyak dari pada premis.
Alternatif jawaban harus ‘nyambung’ atau berhubungan secara logis dengan
premisnya.
Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
Butir soal menggunakan Bahasa Indonesiayang baik dan benar.
7. Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja sering disebut dengan penilaian autentik atau penilaian
alternatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan masalah-masalah di kehidupan nyata. Penilaian unjuk kerja
berdasarkan pada analisis pekerjaan (Nathan & Cascio, 1986). Penilaian ini
menggunakan tes yang juga disebut dengan tes unjuk kerja. Hasil tes ini digunakan
untuk perbaikan proses pembelajaran sehingga kemampuan peserta didik mencapai
pada tingkat yang diinginkan. Tes unjuk kerja lebih banyak digunakan pada mata
pelajaran yang ada prakteknya.
Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur status peserta didik berdasarkan hasil
kerja dari suatu tugas. Pertanyaan pada tes unjuk kerja berdasarkan pada tuntutan
dari masyarakat dan lembaga lain yang terkait dengan pengetahuan yang harus
dimiliki peserta didik. Jadi pertanyaan butir soal cenderung pada tingkat aplikasi
suatu prinsip atau konsep pada situasi yang baru. Walau uraian namun batasnya
harus jelas dan ditentukan berdasarkan kebutuhan masyarakat. Permasalahan yang
diujikan sedapat mungkin sama dengan masalah yang ada di kehidupan nyata.
Inilah yang menjadi ciri utama perbedaan antara tes unjuk kerja dengan bentuk yang
konvensional.
8. Portofolio
Portfolio adalah kumpulan pekerjaan seseorang (Popham, 1999), dalam bidang
pendidikan berarti kumpulan dari tugas-tugas peserta didik. Portfolio merupakan
salah bentuk dari penilaian autentik, yaitu yang menilai keadaan a sesungguhnya,
dari peserta didik. Portfolio cocok digunakan untuk penilaian di kelas, tetapi tidak
cocok untuk penilaian dengan skala yang luas (Marzano & Kendall, 1996).
Penilaian dengan portfolio memerlukan kemampuan membaca yang baik. Hal yang
penting pada penilaian portfolio adalah mampu mengukur kemampuan membaca
dan menulis yang lebih luas, peserta didik menilai kemajuannya sendiri, mewakili
sejumlah karya seseorang.
Penilaian porfolio pada dasarnya adalah menilai karya-karya individu untuk suatu
mata pelajaran tertentu. Jadi semua tugas yang dikerjakan peserta didik
dikumpulkan, dan di akhir satu unit program pembelajaran misalnya satu semester.
Kemudian dilakukan diskusi antara peserta didik dan guru untuk menentukan
skornya. Prinsip penilaian portfolio adalah peserta didik dapat melakukan penilaian
sendiri kemudian hasilnya di bahas. Bentuk ujiannya cenderung bentuk uraian, dan
tugas-tugas rumah. Karya yang dinilai meliputi hasil ujian, tugas mengarang atau
mengerjakan soal. Jadi portfolio adalah suatu metode pengukuran dengan
melibatkan peserta didik untuk menilai kemajuannya dalam bidang studi tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian portfolio adalah
sebagai berikut.
Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya yang bersangkutan.
Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan.
Mengumpulkan dan menyimpan sampel karya.
Menentukan kriteria untuk menilai portfolio.
Meminta peserta didik untuk menilai secara terus menerus hasil portfolionya.
Merencanakan pertemuan dengan peserta didik yang dinilai.
Dapat melibatkan orang tua dalam menilai portfolio.
Penilaian dengan portfolio memiliki karakteristik tertentu, sehingga
penggunaannya juga harus sesuai dengan tujuan dan substansi yang diukur. Mata
pelajaran yang memiliki banyak tugas dan jumlah peserta didik yang tidak banyak,
penilaian dengan cara portfolio akan lebih cocok.
Pustaka Acuan
Allen, M.J., & Yen,W. M. 1979. Introduction to measurement theory. Monterey,
California: Brooks/Cole Publishing Company.
Anas Sudijono. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, PT RajaGrafindo
Persada
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, cet 5, Jakarta,
Bumi Aksara
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. KurikulumYang Disempurnakan, cet.1,
Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar isi
, Cet.1, Jakarta, Badan Standar Nasional Pendidikan
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar
Penilaian Pendidikan, Cet.1, Jakarta, Badan Standar Nasional Pendidikan
Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio.
Bandung: PT Genesido.
Departemen Agama. 2004. Pedoman Umum Sistem Penilaian, Direktur Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, Jakarta: Kelembagaan Agama Islam
Departemen Pendidikan Nasional, 2004. ‘Kurikulum 2004 Standar Kompetensi
Sekolah Menengah Atas’. Jakarta Departemen Pendidikan Nasional
Depdiknas, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Pusat Kurikulum
Balitbang Depdiknas.
Depdiknas, 2002. Ringkasan Pengelolaan Kurikulum Berbasis
Sekolah, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2004. Pengetahauan Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Ebel, R. L. (1979). Essentials of education measurement. New Jersey: Prentice
Hall.
Fajar, Arnie. 2004. Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Gronlund, N. E., dan Linn, R. L. 1990. Measurement and evaluation in teaching.
New York: McMillian Publishing Company.
Hasan Chalijah, 1994. Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan. Penerbit : Al-
Ikhlas Surabaya
Hasan, Karnadi. 2003. Penilaian Hasil Belajar Berbasis Portofolio. Semarang: Fak
Tarbiyah IAIN Walisongo.
Masid, Abdul. dan Andayani, Dian. 2004. Pendidikan Agama Islam
Berbasis Kompetensi. Jakarta: Rosda.
Mimin Haryati. 2010. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan
Pendidikan, Cet Keenam,Jakarta, Gaung Persada Press
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nana Sudjana. 1992. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,Cet. 4, Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya
Nathan, B. R. & Cascio, W. F. (1986). Technical and legal aspects in Berk, R. A.
(edit. 1986). Performance assessment. Baltimore: John Hopkin Univ.
Press.
Nazir, Moh, Ph.D. 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurhadi. 2004. Kuikulum 2004: Pertayaan dan Jawaban, Jakarta: Gramedia.
Priyanto, Sugeng, AT. Pedoman Penilaian Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Rachman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Semarang
IKIP Press.
Rina, Tri Kartika. 2006. Model Penilaian Berbasis Portofolio Sebuah
Tinjauan Kritis. Tri Kartika Rina@yahoo. com. (25 Februari 2006).
Sigalingging, H. 2003. Paparan Kuliah Evaluasi Pengajaran PKn. FIS UNNES.
Slameto. 1998. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Soetopo H, 2002 : Pendekatan Joyful Learning Dalam Pembelajaran PLH.
Makalah disampaikan Pada seminar Nasional ‘ Pengembangan Program
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup yang Diselenggarakan
Oleh Proyek PKLH Ditjen Dikdasmen Depdiknas Jakarta 20 agustus
2002.
Sudijono, Anas, 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Sudjana, Nana. 1989. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.
Sudjarwo, H. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Bandar Lampung: CV Mandar
Maju.
Surapranata dan Hatta. 2004. Penilaian Portofolio. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Thoha, M. Chabib, 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Undang Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidkan Nasional
(SISDIKNAS).Penerbit : Citra Umbara Bandung