Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urin atau urine merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urineasi. Eksreksi urinee diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urinee disaring di dalam ginjal, dibawa
melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui
uretra (Zahra, 2016).
Urine terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urine
berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urine berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di
dalam urine dapat diketahui melalui urinealisis. Urea yang dikandung oleh urine
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan
untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang
dapat dideteksi melalui urine. Urine seorang penderita diabetes akan mengandung
gula yang tidak akan ditemukan dalam urine orang yang sehat (Jambia, A., dkk,
2016).
Bilirubin adalah pigmen berwarna kuning yang merupakan produk utama dari
hasil perombakan heme dari hemoglobin yang terjadi akibat perombakan sel darah
merah oleh sel retikuloendotel. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel
darah merah yang sudah tua. Ini merupakan proses normal yang terjadi seumur
hidup kita. Setelah itu bilirubin menuju ke usus dan ginjal lalu keseluruh tubuh.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan billirubin dilakukan dalam maksud
mengetahui adanya kelainan pada hati. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara atau
metode busa dan herrison.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pelaksanaan praktikum kali ini, sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan bilirubin urinee?
2. Bagaimana cara dalam pemeriksaan bilirubin terhadap urinee?
3. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan bilirubin pada sampel urinee?
C. Tujuan Praktikum
Adapun rumusan masalah dalam pelaksanaan praktikum kali ini, sebagai
berikut :
1. Dapat membantu mahasiswa dalam memberikan pengetahuan serta
pemahaman mengenai bilirubin urinee.
2. Dapat membantu mahasiswa dalam memberikan pengetahuan serta
pemahaman mengenai cara dalam pemeriksaan bilirubin terhadap urinee.
3. Dapat membantu mahasiswa dalam memberikan pengetahuan serta
pemahaman mengenai interpretasi hasil pemeriksaan bilirubin pada sampel
urinee.
D. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat praktikum dalam pelaksanaan praktikum kali ini, sebagai
berikut :
1. Memberikan pengetahuan, pemahaman tentang bilirubin urinee.
2. Memberikan pengetahuan, pemahaman tentang cara dalam pemeriksaan
bilirubin terhadap urinee.
3. Memberikan pengetahuan, pemahaman tentang interpretasi hasil pemeriksaan
bilirubin pada sampel urinee.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari
hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping
itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel
membuat bilirubin tidak larut dalam air, bilirubin yang disekresikan dalam darah
harus diikatkan albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati. (Sutedjo, A. Y.
2007).
Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan dan mengkonjugasinya dengan
asam glukoronat sehingga bersifat larut air, sehingga disebut bilirubin direk atau
glukoronil transferase, selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk
bilirubin terkonjugasi. Proses konjugasi melibatkan enzim glukoroniltransferase,
selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk monoglukoronida atau
ikatan dengan glukosa, xylosa dan sulfat. terkonjugasi dikeluarkan melalui proses
energi kedalam sistem bilier. (Sutedjo, A. Y. 2007).
Bilirubin berikatan dengan albumin sehingga zat ini dapat diangkut ke seluruh
tubuh. Dalam bentuk ini, spesies molekular disebut bilirubin tak terkonjujgasi.
Sewaktu zat ini beredar melalui hati, hepatosit melakukan fungsi sebagai berikut :
1. Penyerapan bilirubin dan sirkulasi
2. Konjugasi enzimatik sebagai bilirubin glukuronida
3. Pengangkutan dan ekskresi bilirubin terkonjugasi ke dalam empedu untuk
dikeluarkan dari tubuh
Konjugasi intrasel asam glukoronat ke dua tempat di molekul bilirubin
menyebabkan bilirubin bermuatan negatif, sehingga bilirubin terkonjugasi ini larut
dalam fase air. Apabila terjadi obstruksi atau kegagalan lain untuk mengekskresikan
bilirubin terkonjugasi ini zat ini akan masuk kembali ke dan tertimbun dalam
sirkulasi. (Sutedjo, A. Y. 2007)
Selain bilirubin masuk ke dalam usus, bakteri kolon mengubah bilirubin
menjadi urobilinogen yaitu beberapa senyawa tidak berwarna yang kemudian
mengalami oksidasi menjadi pigmen coklat urobilin. Urobilin diekskresikan dalam
feses tetapi sebagian urobilinogen direabsorpsi melalui usus, dan melalui sirkulasi
portal diserap oleh hati dan direekskresikan dalam empedu. Karena larut air,
urobilinogen juga dapat keluar melalui urine apabila mencapai ginjal.( Sutedjo, A.
Y. 2007)
B. Pembentukan bilirubin
Dalam keadaan fisiologis, masa hidup eritrosit manusia sekitar 120 hari,
eritrosit mengalami lisis 1-2×108 setiap jamnya pada seorang dewasa dengan berat
badan 70 kg, dimana diperhitungkan hemoglobin yang turut lisis sekitar 6 gr per
hari. Sel-sel eritrosit tua dikeluarkan dari sirkulasi dan dihancurkan oleh limpa.
(Hardjoeno, H. dkk. 2006).
Apoprotein dari hemoglobin dihidrolisis menjadi komponen asam-asam
aminonya. Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadi dalam fraksi
mikrosom sel retikuloendotel oleh sistem enzim yang kompleks yaitu heme
oksigenase yang merupakan enzim dari keluarga besar sitokrom P450. Langkah
awal pemecahan gugus heme ialah pemutusan jembatan α metena membentuk
biliverdin, suatu tetrapirol linier. (Hardjoeno, H. dkk. 2006).
Besi mengalami beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi, reaksi-reaksi ini
memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan Fe3+ yang dapat
digunakan kembali, karbon monoksida yang berasal dari atom karbon jembatan
metena dan biliverdin. Biliverdin, suatu pigmen berwarna
hijau akan direduksi oleh biliverdin reduktase yang menggunakan NADPH
sehingga rantai metenil menjadi rantai metilen antara cincin pirol III – IV dan
membentuk pigmen berwarna kuning yaitu bilirubin. Perubahan warna pada memar
merupakan petunjuk reaksi degradasi ini. (Hardjoeno, H. dkk. 2006).
C. Prinsip dari pemeriksaan bilirubin
Bilirubin dalam urinee akan dipekatkan di dalam tabung, kemudian fosfat
dipresipitatkan dengan larutan BaCl 10%, biliverdin yang terkumpul akan
dioksidasi menjadi biliverdin oleh reagen fouchet membentuk biliverdin berwarna
biru kehijauan. (Chaterinaryan, 2011).
D. Metode foam dan herrison
1. Metode foam
Kocoklah kira-kira 5 ml urinee segar dalam tabung dengan kencang, jika
terjadi busa kuning itu tanda bilirubin sangat mungkin ada. Busa urinee yang
tidak mengandung bilirubin akan berwarna putih atau sangat kuning mudah.
Percobaan busa ini sangat sederhana dan hanya memberikan petunjuk saja
sebaiknya dibenarkan dengan melakukan test lebih peka. Test busa mungkin
jadi positif palsu pada konsentrasi urobilin yang tinggi dan juga oleh obat-
obatan. (Dian rakyat, 1969).
2. Metode herrison
Metode ini dilakukan dengan cara 5 ml urinee yang lebih dulu dikocok
dimasukkan kedalam tabung reaksi, tambahlah 5 ml larutan BaCl 10%, campur
dan saringlah, kertas saring yang berisi presipitat diangkat dari corong itu
biarkan beberapa lama sampai agak kering, teteskan 2-3 tetes reagem fouhset
diatas kertas saring itu, kemudian timbulnya warna hijau menandakan adanya
bilirubin. (Dian rakyat, 1969).
E. Interpretasi hasil
a. Interprestasi hasil pemeriksaan bilirubin metode foam
(-) tidak terjadi perubahan warna kuning pada urine serta tidak berbusa
(+) terjadi perubahan warna kuning pada urine serta berbusa
b. Interprestasi hasil pemeriksaan bilirubin urinee metode Horrison
(-) tidak terjadi perubahan warna hijau pada urine
(+) terjadi perubahan warna hijau pada urine
F. Masalah Klinis
1. Bilirubin Direk
a. peningkatan kadar : ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma,
hepatitis, sirosis hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker) hati,
penyakit Wilson. Pengaruh obat : antibiotic (amfoterisin B, klindamisin,
eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide,
obat antituberkulosis (asam para-aminosalisilat, isoniazid), alopurineol,
diuretic (asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam
(valium), barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam,
indometasin, metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid,
kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K. (Ronald A. Sacher, dkk.
2004).
b. penurunan kadar : anemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate,
salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi. (Ronald A. Sacher,
dkk. 2004).
2. Bilirubin indirek
a. Peningkatan kadar : eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi
transfuse, malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik,
talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi, hepatitis. Pengaruh obat :
aspirin, rifampin, fenotiazin (lihat biliribin total, direk). (Ronald A.
Sacher, dkk. 2004).
b. Penurunan kadar : pengaruh obat (lihat bilirubin total, direk). (Ronald A.
Sacher, dkk. 2004).
G. Faktor yang dapat mempengaruhi
Menurut Joyce Kee, (2007) faktor yang mempengaruhi yang dapat ditemukan
dalam laboratorium ialah sebagai berikut :
1. Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat
mempengaruhi kadar bilirubin.
2. Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin.
3. Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
4. Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan
pigmen empedunya akan menurun.
5. Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin.
(Joyce Kee, 2007).
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam prktikum kali ini ialah pipet pasteur,
tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, corong gelas.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah reagen fouchet,
barium clorida 10%, sampel urine, kertas saring.
C. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Pipet 5 ml urinee dimasukkan pada tabung reaksi
3. Kocok dengan kencang urinee tersebut sampai berbusa.
4. Ambil 5 ml reagen barium clorida 10%
5. Urine yang berada di tabung reaksi tersebut saring menggunakan kertas saring
6. Tunggu sampai agak kering. Jika sudah kering teteskan 2-3 reagen fuchet.
7. Amati perubahan warna.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHSAN
A. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum pemeriksaan bilirubin ialah
sebagai berikut :
Metode Pemeriksaan Visual Hasil Pemeriksaan

Froth
Negatif (-)
(Percobaan busa)

Harrison
Negatif (-)
(Fouchet)

Tabel IV.I Hasil Pemeriksaan Bilirubin


B. Pembahasan
Menurut Kusuma (2015), Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari
perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel
retikuloendotel. Bilirubin merupakan suatu senyawa tetrapirol yang dapat larut
dalam lemak maupun air yang berasal dari pemecahan enzimatik gugus heme dari
berbagai heme protein seluruh tubuh. Metabolisme bilirubin diawali dengan reaksi
proses pemecahan heme oleh enzim hemoksigenase yang mengubah biliverdin
menjadi bilirubin oleh enzim bilirubin reduksitase. Sel retikuloendotel membuat
bilirubin tak larut air, bilirubin yang di sekresikan ke dalam darah diikat albumin
untuk diangkut dalam plasma yang selanjutnya akan dibawa ke hati untuk diubah
menjadi bilirubin yang larut dalam air.
Pemeriksaan bilirubin dapat menggambarkan faal sekresi hati, dan dapat
memberikan informasi tentang kesanggupan hati mengangkut empedu secara
umum disamping memberikan informasi tentang kesanggupan hati untuk
mengkonjugasi bilirubin dan diekresikan ke empedu. Pemeriksaan bilirubin juga
dapat menunjang diagnosis penyakit hati kronis yang meliputi Hepatitis kronis,
Sirosis hati dan Hepatoma.
Dalam praktikum pemeriksaan bilirubin sampel yang digunakan ialah sampel
urine. Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah pipet pasteur,
tabung reaksi, rak tabung, pipet tetes, corong gelas. Sementara bahan yang
digunakan dalam praktikum kali ini ialah reagen fouchet, barium clorida 10%,
sampel urine, kertas saring.
Tahap awal yang harus dilakukan ialah disiapkan terlebih dahulu keperluan
terkait alat dan bahan yang akan digunakan guna memudahkan jalannya praktikum.
Kemudian sampel urine dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml dan
ditambahkan 5 ml reagen barium klorida (BaCl2). Selanjutnya larutan di kocok atau
diguncang hingga menghasilkan busa. Kemudian akan dilihat perubahan warna
yang terjadi. Setelah dikocok, tidak ada perubahan warna yang terjadi. Oleh sebab
itu, dilanjutkan dengan menyaring urine menggunakan kertas saring. Kemudian
endapan dari urine yang ditinggalkan pada ketas saring didiamkan beberapa saat
dan ditunggu hingga mengering. Selanjutnya ditambahkan 2-3 tetes reagen fuchet.
Tahapan akhir ialah dilakukan pengamatan pada urine tersebut dengan melihat
terjadinya perubahan warna hijau pada urine. Hasil yang diperoleh berdasarkan
pengamatan ialah negatif atau tidak terdapat bilirubin pada urine tersebut karena
tidak terjadi perubahan warna pada urine. Maka dari pengamatan tersebut, kondisi
partisipan dapat diketahui dalam keadaan sehat utamanya pada fungsi hati.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bilirubin merupakan pigmen kuning yang berawal terhadap perombakan
heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuluendotel.
Bilirubin berikatan dengan albumin sehingga zat ini dapat diangkut ke seluruh
tubuh. Pemeriksaan urinee dilakukan dengan 2 tahap atau 2 metode yakni metode
busa. Urinee dikocok sampai urinee menghasilkan busa berwarna kuning. Kedua
metode herrison, urinee di tambahkan BaCl2 lalu disaring. Setelah itu, hasil
saringan ditambahkan reagen fouchet sampa berwarna hijau.
Berdasarkan hasil pada pelaksanaan praktikum didapati hasil negatif. Dalam
pembacaan interpretasi bilirubin urinee, busa berwarna kuning serta hasil saringan
setelah ditetesi dengan reagen berwarna hijau maka positif.
B. Saran
Dalam melakukan praktikum selanjutnya digunakan sampel urine yang
positif agar mahasiswa bisa mengetahui seluruh hal-hal yang memiliki keterkaitan
dengan pemeriksaan urinee secara makroskopis.
DAFTAR PUSTAKA
Chaterinaryan, 2011. Pemeriksaan Bilirubin Metode Horizon, blogspot.co.id/2011
/04/pemeriksaan-bilirubin-metode-horizon.html Diakses pada tanggal 20
Oktober 2017

Jambia, A., dkk. 2016. Klinik Rutin. Kementrian Kesehatan RI Politeknik


Kesehatan Kendari.

Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, edisi 6,


EGC, Jakarta, 2007

Kusuma. 2015. Bilirubin CLD (Chronic Liver Disease). Politeknik Kesehatan


Denpasar. Bali.

Ronald A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit & Dewi
Wulandari, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11,
EGC, Jakarta, 2004.

Zahra, F. 2016. Pemeriksaan Urinee Secara Makroskopis. Sekolah Tinggi Farmasi


Indonesia; Padang.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai