Anda di halaman 1dari 17

Tugas Proposal

METODE PENELITIAN

“TINGKAT SENSITIVITAS DAN SPESIFITAS PADA PEMERIKSAAN


MALARIA SECARA IMUNOLOGI DAN MOLEKULER”

NAMA :CHIKA PRATIWI

NIM :A201401004

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA

KENDARI

2017
BAB I

PENDAHULUAN

2.1.Latar belakang

Malaria merupakan penyakit dengan penyebaran sangat luas di dunia dan menjadi
endemis terutama di daerah tropis dan subtropis. Malaria masih merupakan masalah
kesehatan dengan risiko terkena 2,3 miliar penduduk di lebih 100 negara atau 41% dari
penduduk dunia. Kasus malaria setiap tahunnya berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan
1,5 – 2,7 juta kematian, terutama terjadi pada anak-anak dan ibu hamil. Malaria dapat
menurunkan status kesehatan dan produktivitas kerja penduduk, serta dapat menjadi
hambatan dalam pembangunan sosial dan ekonomi.
Wilayah indonesia yang tergolong tropis, malaria merupakan penyakit yang cukup
banyak penderitanya. penyakit menular ini disebabkan oleh protozoa yang bernama
plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk jenis tertentu. Jenis nyamuk yang
sering menularkannya adalah nyamuk anopheles. Bila penyebabnya plasmodium vivax
penyakitnya disebut malaria tertiana, malaria ini ditandai dengan munculnya deman hingga
tiga hari sekali. Plasmodium. Malariae menyebabkan malaria kuartana yang ditandai dengan
demam muncul tiap empat hari. Sedangkan plasmodium. falciparum mengakibabtkan malaria
falsiparum. Jenis malaria terakhir ini paling serius, bahkan bisa berakhir dengan kematian,
disamping itu gejala yang ditimbulkan dapat menurunkan produktivitas penderitanya.
Penyakit ini ditandai dengan gejala-gejala dingin/menggigil, demam, berkeringat, sakit
kepala dan badan terasa tidak enak. Demam atau peningkatan suhu tubuh dapat mencapai
40ºC. Jenis keadaan yang berat dikenal dengan nama malaria tropika, yaitu malaria
falciparum dengan komplikasi.
WHO melaporkan bahwa pada 2006 terdapat 200-300 juta kasus malaria dengan 880.000
kematian. Di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia, dilaporkan total kasus malaria tahun 2012
sebesar 8.691. Oleh karena itu diperlukan suatu alat diagnostik dini dengan sensitivitas dan
spesifisitas yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat sensitivitas dan
spesifisitas hasil deteksi Plasmodium spp antara cara pemeriksaan mikroskopik tetesan darah
tebal dan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR).

2.2.Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat sensitivitas pada pemeriksaan malaria secara imunologi dan
molekuler ?
2.3.Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana tingkat sensitivitas pada pemeriksaan malaria secara
imunologi dan molekuler

2.4.Manfaat Penelitian
Kita dapat mengetahui bagaimana tingkat sensitivitas pada pemeriksaan malaria
secara imunologi dan molekuler
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Malaria


Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk
Anopheles spp. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki endemisitas tinggi. 13
Malaria maupun penyakit yang menyerupai malaria telah diketahui ada selama lebih dari
4.000 tahun yang lalu.
Malaria dikenal secara luas di daerah Yunani pada abad ke-4 SM dan dipercaya
sebagai penyebab utama berkurangnya penduduk kota. Penyakit malaria sudah dikenal sejak
tahun 1753, tetapi baru ditemukan parasit dalam darah oleh Alphonse Laxeran tahun 1880.
Untuk mewarnai parasit, pada tahun 1883 Marchiafava menggunakan metilen biru sehingga
morfologi parasit ini lebih mudah dipelajari. Siklus hidup plasmodium di dalam tubuh
nyamuk dipelajari oleh Ross dan Binagmi pada tahun 1898 dan kemudian pada tahun 1900
oleh Patrick Manson dapat dibuktikan bahwa nyamuk adalah vektor penular malaria. 14,15
Pada tahun 1890 Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti adalah dua peneliti
Italia yang pertama kali memberi nama dua parasit penyebab malaria pada manusia, yaitu
Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae. Pada tahun 1897 seorang Amerika bernama
William H. Welch memberi nama parasit penyebab malaria tertiana sebagai Plasmodium
falciparum dan pada 1922 John William Watson Stephens menguraikan nama parasit malaria
keempat, yaitu Plasmodium ovale.

Penyakit malaria hingga kini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat dunia yang utama. Malaria menyebar di berbagai negara, terutama di kawasan
Asia, Afrika,dan Amerika Latin. Di berbagai negara, malaria bukan hanya permasalahan
kesehatan semata. Malaria telah menjadi masalah sosial-ekonomi, seperti kerugian ekonomi,
kemiskinan dan keterbelakangan.

2.2. Agent Penyakit Malaria


Agent penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae, dan order
Coccidiidae. Ada empat jenis parasit malaria, yaitu:
2.2.1. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana yang maligna (ganas) atau dikenal
dengan nama lain sebagai malaria tropika yang menyebabkan demam setiap hari.
2.2.2. P. vivax
Menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana benigna (jinak).
2.2.3. P. malariae
Menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae.
2.2.4. P. ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat,
menyebabkan malaria ovale.

Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi
demikian disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya paling banyak dua jenis
parasit, yakni campuran antara P. falciparum dengan P. vivax atau P. malariae. Kadang-
kadang dijumpai tiga jenis parasit sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi. Infeksi
campuran biasanya terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.
Masa inkubasi malaria atau waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis
sekitar 7-14 hari untuk P. falciparum, 8-14 hari untuk P. vivax dan P. ovale, dan 7-30 hari
untuk P. malariae. Masa inkubasi ini dapat memanjang antara 8-10 bulan terutama pada
beberapa strain P. vivax di daerah tropis. Pada infeksi melalui transfusi darah, masa inkubasi
tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya singkat tetapi mungkin sampai 2
bulan. Dosis pengobatan yang tidak adekuat seperti pemberian profilaksis yang tidak tepat
dapat menyebabkan memanjangnya masa inkubasi.
P. falciparum, salah satu organisme penyebab malaria, merupakan jenis yang paling
berbahaya dibandingkan dengan jenis plasmodium lain yang menginfeksi manusia, yaitu P.
vivax, P. malariae, dan P. ovale. Saat ini, P. falciparum merupakan salah satu spesies
penyebab malaria yang paling banyak diteliti. Hal tersebut karena spesies ini banyak
menyebabkan angka kesakitan dan kematian pada manusia.

2.3. Patogenesis Malaria


Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit infeksi pada
umumnya melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut
saling terkait satu sama lain, dan menentukan manifestasi klinis malaria yang bervariasi
mulai dari yang paling berat ,yaitu malaria dengan komplikasi gagal organ (malaria berat),
malaria ringan tanpa komplikasi, atau yang paling ringan, yaitu infeksi asimtomatik.
Tanda dan gejala klinis malaria yang timbul bervariasi tergantung pada berbagai hal
antara lain usia penderita, cara transmisi, status kekebalan, jenis plasmodium, infeksi tunggal
atau campuran. Selain itu yang tidak kalah penting adalah kebiasaan menggunakan obat anti
malaria yang kurang rasional yang dapat mendorong timbulnya resistensi. Berbagai faktor
tersebut dapat mengacaukan diagnosis malaria sehingga dapat disangka demam tifoid atau
hepatitis, terlebih untuk daerah yang dinyatakan bebas malaria atau yang Annual Parasite
Incidence –nya rendah.

2.4. Rapid Diagnostic Test pada Malaria

Rapid Diagnostic Test (RDT) merupakan suatu pemeriksaan laboratorium yang


digunakan untuk mendiagnosa penyakit malaria. Tes ini berdasarkan atas deteksi antigen
parasit malaria di dalam darah, dengan menggunakan prinsip immunochromatographic.
Paling sering digunakan adalah dipstick atau tes strip yang dilakukan untuk pengujian
monoclonal antibodies yang secara langsung menyerang target antigen dari parasit tersebut.
Bidang ilmu ini telah berkembang dengan cepat dan peningkatan teknis secara terus menerus
dapat meningkatkan kemampuan RDT dalam menegakkan diagnosa malaria.

Target antigen pada Rapid Diagnostic Test malaria antara lain:

1. Histidine-rich protein 2 (HRP 2) adalah suatu protein yang dapat larut dalam air yang
diproduksi oleh trophozoites dan gametocytes muda P. falciparum. Protein ini
terdapat di dalam sitoplasma parasit dan permukaan membran eritrosit yang
terinfeksi. Tes ini diproduksi pertama kali dengan merk Parasight-F dan dikenal
dengan nama Immunochromatographic (ICT) Malaria P.falciparum.
2. Parasite lactate dehydrogenase (pLDH) yang diproduksi parasit malaria stadium
aseksual maupun seksual. Tes ini telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL.
Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/µl darah. Monoklonal antibodi pLDH
dapat menargetkan semua parasit malaria atau secara khusus dapat membedakan
apakah infeksi tersebut akibat parasit P.falciparum atau P.vivax,
3. Aldolase merupakan enzim kunci pada jalur glikolisis parasit malaria dimana
digunakan sebagai target antigen panmalaria yang terdapat pada 4 spesies parasit.

Semua tes diagnostik cepat malaria yang tersedia di pasaran saat ini dapat mendeteksi
Plasmodium falciparum yang merupakan penyebab utama malaria berat dan kematian. RDT
dapat mendeteksi antigen HRP-II atau enzim pLDH yang terdapat pada P. falciparum. Pada
pasien dengan malaria falciparum berat dapat terjadi sekuestrasi parasit sehingga parasit tidak
selalu ditemukan di darah perifer. Oleh karena itu diagnosis infeksi P. falciparum dapat
terlewatkan oleh pemeriksaan mikroskopik akibat tidak adanya parasit dalam sediaan darah
tepi.

2.5. Polymerase Chain Reaction (PCR)


Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu proses pembentukan cetakan DNA
secara berulang kali dengan menggunakan prosedur dan waktu yang tertentu. PCR
menggunakan teknik amplifikasi (perbanyakan) secara spesifik pada suatu segmen DNA
secara in vitro dengan menggunakan DNA polimerase, cetakan (template),DNA genom, dan
primer oligonukleotida yang akan menempel pada segmen yang akan diamplifikasi. Prinsip dasar
dari teknik PCR tersebut merupakan adanya enzim DNA polimerase yang digunakan untuk
membuat cetakan dari segmen DNA yang diinginkan. Metode ini ditemukan oleh Kary B. Mullis
pada tahun 1985, seorang saintis dari perusahaan CETUS Corporation. Peralatan
laboratorium untuk analisa dengan metoda PCR sekarang berkembang dengan sangat cepat.
Salah satu alat yang sering digunakan untuk analisa PCR adalah Realtime PCR, namun setiap
reaksi realtime PCR memakan biaya yang tidak sedikit. Realtime PCR memiliki berbagai
keunggulan. Selain amplifikasi atau perbanyakan DNA fragmen yang dapat diamati seketika
(secara realtime), dengan teknik ini kita pun dapat menentukan konsentrasi DNA yang
terdapat pada sample. Komponen PCR Selain DNA template yang akan digandakan dan
enzim DNA polymerase, komponen lain yang dibutuhkan adalah :
a. Primer
Primer adalah sepasang DNA utas tunggal atau oligonukleotida pendek yang
menginisiasi sekaligus membatasi reaksi pemanjangan rantai atau polimerisasi
DNA.PCR hanya mampu menggandakan DNA pada daerah tertentu sepanjang
maksimum 10000 bp saja, dan dengan teknik tertentu bisa sampai 40000 bp. Primer
dirancang untuk memiliki sekuen yang komplemen dengan DNA template, jadi
dirancang agar menempel mengapit daerah tertentu yang kita inginkan.
b. dNTP (deoxynucleoside triphosphate)
dNTP alias building blocks sebagai ‘batu bata’ penyusun DNA yang baru. dNTP
terdiri atas 4 macam sesuai dengan basa penyusun DNA, yaitu dATP, dCTP, dGTP
dan dTTP.
c. Buffer
Buffer yang biasanya terdiri atas bahan-bahan kimia untuk mengkondisikan reaksi
agar berjalan optimum dan menstabilkan enzim DNA polymerase.
Prinsip kerja PCR adalah menggandakan potongan DNA tertentu dari seluruh
untaianDNA, baik yang berasal dari DNA sel inti (nukleus) maupun organel sel seperti
DNAmitokondria (mtDNA) atau Ribosom (rDNA). Untuk mendapat potongan DNA,
diperlukanPrimer yang berfungsi untuk menandai dimana ujung DNA yang akan digandakan.
Primer biasanya berpasangan, yaitu Primer forward untuk menandai ujung depan untai DNA dan
Primer Reverse untuk menandai dari ujung belakang. Karena DNA terdiri dari 2 untai pilinan
ganda (double strand), maka DNA Primer forward bekerja pada strand yang satu sementara Primer
Reverse bekerja pada untai pilinan yang satunya. Sejak ditemukannya metode PCR,
perkembangan dunia biologi molekular dan bioteknologi semakin pesat. Beberapa contoh
penerapan PCR antara lain, analisis tindakan kriminal dengan sedikit sampel darah, sperma,
sidik jari atau jaringan, deteksi DNA atau RNA virus yang sulit terdeteksi, seperti HIV,
analisis filogenetik dalam taksonomi ,identifikasi polimorfisme DNA ,penentuan urutan
nukleotida.
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1.Dasar Pemikiran
Malaria merupakan masalah kesehatan di dunia terutama di Indonesia, malaria sering
menyebabkan kematian pada bayi, balita, ibu hamil, dan orang dewasa. Malaria menduduki
ranking 5 dari 10 penyakit utama penyebab kecacatan dan kematian.
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium yang menyerang eritrosit
dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah. Pada manusia, malaria
dapat disebabkan oleh Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan
Plasmodium malariae.
Dalam menurunkan prevalensi malaria yang terus meningkat diperlukan alat uji
diagnostik dengan akurasi yang tinggi. Sampai sekarang diagnosis laboratorium yang masih
digunakan sebagai standar emas di seluruh dunia ialah tetesan darah tebal maupun tipis.
Tetesan darah tebal merupakan cara terbaik untuk mendapatkan parasit malaria karena
jumlah tetesan darah yang diberikan cukup banyak dibandingkan tetesan darah tipis. Prosedur
ini sangat sederhana dan murah, namun penger-jaannya membutuhkan kerja yang intensif dan
tenaga kerja yang trampil. Selain itu, pada keadaan daerah dengan transmisi yang stabil bisa
didapatkan hasil negatif dalam pemeriksaan mikroskopik tetapi belum dapat dipastikan
apakah darah penderita sudah bebas parasit malaria.
Sejalan dengan perkembangan tekno-logi yang semakin canggih diperkenalkan teknik
baru yaitu Polymerase Chain Reaction (PCR) yang merupakan teknik in vitro untuk
memperbanyak DNA spesifik secara enzimatik pada suatu sikuen DNA yang telah diketahui.
Dalam penelitian ini digunakan sekuens genus gen SSUrRNA yang dapat mendeteksi
plasmodium pada stadium seksual dan aseksual hingga pada tahap membedakan spesies
plasmodium.
Hingga kini PCR masih merupakan pemeriksaan yang lebih sensitif dan spesifik
daripada pemeriksaan mikros-kopik, terutama pada kasus malaria dengan jumlah parasit yang
rendah dalam darah atau adanya infeksi gabungan antara plasmodium.
Untuk meningkatkan akurasi, sebaik-nya pemeriksaan mikroskopik tetesan darah
tebal dilanjutkan dengan metode PCR. Hal ini dapat membantu pasien untuk terobati secara
lebih tepat dan menurunkan angka rekurensi.
3.2.Kerangka Konsep

Rapid Test
Diagnostic (RTD)

Deteksi Malaria Sensitivitas

Polymerasi Chain
Reaction (PCR)

3.3.Variabel Penelitian
Sugiyono (1997) menyatakan bahwa variabel di dalam penelitian merupakan suatu
atribut dari sekelompok obyek yang diteliti yang mempunyai variasi antara satu dengan yang
lain dalam kelompok tersebut. Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu: variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable):
a. Variabel bebas (independent variable), adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya
atau berubahnya variabel dependen (variable terikat).
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Metode Polymerasi Chain
Raection (PCR) dan Metode Rapid Diagnostic Test (RDT)
b. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah parasit Plasmodium sp.

3.4.Definisi Operasional dan Kriteria Objektif


a. Polymerasi Chain Reaction (PCR) yang merupakan teknik in vitro untuk
memperbanyak DNA spesifik secara enzimatik. Dimana pada penelitian ini PCR
berfungsi untuk mendeteksi parasit Plasmodium sp pada sampel.
b. Plasmodium sp adalah salah satu parasit peenyebab penyakit malaria melalui
perantara nyamuk Anopheles.
c. Rapid test adalah suatu alat yang digunakan untuk pemeriksaan screening (penyaring)
dalam waktu yang lebih singkat
3.5.Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini metode PCR lebih sensitif dan spesifik dalam
mendeteksi parasit Plasmodium sp dibandingkan dengan metode Rapid tes Diagnostic
(RTD).
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian
Metode sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan, agar sebuah karya ilmiah (dari suatu penelitian) dapat mencapai apa yang
diharapkan dengan tepat dan terarah dengan menggunakan metode ilmiah. Sedangkan metode
penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang
diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimental. Desain
eksperimen dalam penelitian ini yaitu True Experimental.

4.2.Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada hari Rabu, tanggal 3 Mei 2017 pukul 09.00 WITA
sampai selesai bertempat di Laboratorium Klinik Terpadu Stikes Mandala Waluya Kendari.

4.3.Populasi Dan Sampel


a. Populasi
Arikunto mendefinisikan bahwa: ”Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”.
Sedangkan menurut Sugiyono : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari
obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi yang di
gunakan pada penelitian ini yaitu seluruh pasien malaria yang berada di Puskesmas
Poasia.
b. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel
yang representatif (mewakili) dari populasi. “Pengambilan sampel ini harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya”. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah pengambilan sampel dengan Simple Random Sampling
(sampel acak berkelompok) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. sampel yang
digunakan yaitu sebanyak 20 sampel pasien malaria.
4.4.Jenis Data
Teknik pengumpulan data primer Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara
langsung pada lokasi penelitian. Data primer tersebut dilakukan dengan instrumen sebagai
berikut:
a. Metode angket (kuesioner), yaitu pemberian daftar pertanyaan secara tertutup kepada
responden yang dilengkapi dengan beberapa altenatif jawaban yang tersedia.
b. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap sejumlah
acuan yang berkenaan dengan topik penelitian dilokasi penelitian.
c. Wawancara (Interview), yaitu memberikan pertanyaan langsung kepada sejumlah
pihak yang terkait
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu jenis data primer dengan cara observasi.

4.5.Pengolahan, Analisa Dan Penyajian Data


1. Prosedur Kerja
a). Pemeriksaan imunologis malaria dengan metode imunokromatografi
Metode imunokromatografi yang digunakan berdasarkan asas pemeriksaan
imunologis. Pemeriksaan metode imunokromatografi dilakukan di Laboratorium Hepatika.
Darah memakai sampel dari tabung mikro (micro tube) yang berisi EDTA yang diambil 10
sampai 15 μl menggunakan mikropipet dan diletakkan dalam lubang perangkat peralatan
(kit), hasil akan terlihat sekitar 10 sampai 15 menit kemudian dalam bentuk garis berwarna
merah muda. Garis yang paling atas (garis pertama) merupakan garis kendali (kontrol). Garis
dibawahnya (garis kedua) merupakan garis uji untuk Plasmodium vivax. Garis yang terbawah
(garis ketiga) adalah garis uji untuk Plasmodium falciparum.
Bila hasil uji untuk Plasmodium falciparum positif, maka garis kendali (kontrol) dan
garis uji terbawah akan berwarna merah muda, sedangkan garis tengah tidak terlihat. Bila
untuk Plasmodium vivax positif, maka garis kendali (kontrol) dan garis uji kedua saja yang
terlihat (Gambar 1). Perangkat peralatan (kit), imunokromatografi laboratorium Hepatitis
NTB menggunakan anti HRP-2 untuk mengetahui antigen HRP-2 yang terdapat di
Plasmodium falciparum dan anti pLDH untuk mengetahui antigen pLDH yang terdapat di
Plasmodium vivax, dengan zat kromogen klorida emas (gold chloride) yang memberikan
warna merah muda.`
b). Pemeriksaan malaria dengan PCR
Pemeriksaan PCR meliputi 3 tahap yaitu ekstraksi DNA, amplifikasi DNA dan
elektroforesis DNA pada gel agarose. Ekstraksi DNA dari kertas filter Whatman
menggunakan metode filtrasi kolom (kit Qiagen) dengan metode kerja sesuai dengan
instruksi dari produsen. Metode yang digunakan adalah multiplex single round Polymerase
Chain Reaction yang telah digunakan oleh Menzies Sehlool of Health Research (MSHR), ada
modifikasi pada volume reagen dan suhu pada prosedur PCR. Target amplifikasi DNA adalah
gen species-specijic sequences pada small- subunit ribosomal RNA (SSUrRNA). Meskipun
dilakukan dengan metode multiplex, namun reaksi untuk masing-masing spesies dilakukan
pada tabung yang berbeda karena sulit untuk membedakan spesies Pfalciparum atau P. vivax
dengan panjang pita yang hampir sama. Primer yang digunakan untuk pemeriksaan PCR
adalah; Universal (RevMal) arah reverse dengan urutan basa GTA TCT GAT CGT CTT
CAC TCCC (jumlah basa 22), P. falciparum: arah primer forward dengan urutan basa AAC
AGA CGG GTA GTC ATG ATT GAG (jumlah basa 24) dan P. vivax : arah primer foward
dengan urutan basa CGG CTT GGA AGT CCT TGT (jumlah basa 18).
Reagen PCR yang digunakan adalah produksi Applied Biosystem, yang komposisinya
10 x PCR bufJer (without MgCl2) 5 ul, dNTP mix (10 mM) 1 ul, MgCl2 (25mM) 5 ul, Rev
Mal primer (10 uM each) 0,6 ul, Primer PF/PV (10 uM each) 0,6 ul, Tag DNA polymerase 5
U/ul 0,25 ul, Volume campuran reagen sampai 45 ul, lalu ditambahkan sampel DNA 5 ul.
Prosedur PCR yang digunakan ; tahap I suhu 95 oC – 10 menit jumlah siklus 1, dan tahap 2 :
suhu 95 oC - 45 detik, 62 0C - 90 detik dan 72 oC - 5 menit dengan jumlah siklus 43.
Selanjutnya produk PCR dielektroforesis pada gel agarose 2%. Hasil elektroforesis produk
DNA sampel akan menunjukkan panjang pita 300 bp untuk P. falciparum dan 276 bp untuk
P. Vivax.

2. Analisis Data
Analisis data menggunakan program SPSS dan program excel. Hasil pemeriksaan
PCR digunakan sebagai baku standar untuk menentukan nilai sensitifitas dan spesifisitas,
Variabel yang diukur adalah nilai True positive (TP), True negative (TN) , False positive (FP)
dan False negative (FN). Nilai sensitifitas diukur dengan menghitung TP/ (TP +FN), dan
spesifisitas TN/(TN+FP). Nilai duga positif dihitung berdasarkan TP/(TP+FP) dan nilai duga
negatif TN/(FN+TN). Nilai rasio kemungkinan positif diukur dengan menghitung nilai
sensitifitas/t l-spesifisitas), Nilai rasio kemungkinan negatif dihitung berdasarkan (l-
sensitifitas/spesifisitas, Adapun akurasi dihitung berdasarkan (TP+ TN)/jumlah sampel.

3. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk diagram batang
4. Etik Penelitian
1. Kejujuran
 Jujur dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data, pelaksanaan metode
dan prosedur penelitian, publikasi hasil
 Jujur pada kekurangan atau kegagalan metode yang dilakukan
 Jangan mengklaim pekerjaan yang bukan pekerjaan Anda sebagai pekerjaan Anda.

2. Obyektivitas
Upaya meminimalkan kesalahan/bias dalam rancangan percobaan, analisis dan
interpretasi data, penilaian ahli/rekan peneliti, keputusan pribadi, pengaruh pemberi
dana/sponsor penelitian.
3. Integritas
 Tepati selalu janji dan perjanjian
 Lakukan penelitian dengan tulus
 Upayakan menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan
4. Ketelitian
 Teliti dan hindari kesalahan karena ketidakpedulian
 Secara teratur catat pekerjaan Anda misalnya kapan dan dimana pengumpulan data
dilakukan
 Catat alamat koresponden siresponden, jurnal atau agen publikasi lain.
5. Keterbukaan
 Saling berbagi data, hasil, ide, alat dan sumberdaya penelitian
 Terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru
6. Pengnghargaan terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
 Perhatikan paten, copy rights dan bentuk hak-hak intelektual lain Jangan gunakan
data, metode atau hasil yang belum dipublikasi tanpa ijin peneliti
 Tuliskan narasumber semua yang memberi kontribusi riset
 Jangan pernah melakukan plagiasi
7. Penghargaan terhadap kerahasiaan (responden)
Jaga kerahasiaan data pribadi, kesehatan, catatan kriminal atau data lain yang oleh
responden dianggap sebagai rahasia
8. Publikasi yang terpercaya
Hindari mempublikasikan penelitian yang sama berulang-ulang kemedia (jurnal,
seminar) yang berbeda.
9. Pembinaan yang konstruktif
Bantu membimbing, memberi arahan dan masukan bagi mahasiswa/peneliti muda.
10. Penghargaan terhadap kolega/rekan kerja
Bila penelitian dilakukan dalam tim, publikasi peneliti dengan kontribusi terbesar
ditetapkan sebagai penulis pertama (first author), sedangkan lainnya sebagai peneliti
kedua (co-author). Urutan menunjukkan besarnya kontribusi anggota tim dalam
penelitian
11. Tanggung jawab sosial
Upayakan bermanfaat demi kemaslahatan masyarakat, meningkatkan taraf hidup,
memudahkan kehidupan dan meringankan beban hidup masyarakat
12. Tidak melakukan diskriminasi
Hindari perbedaan perlakukan karena alasan jenis kelamin, ras, suku danfaktor-faktor
lain .
13. Kompetensi
Tingkatkan kemampuan dan keahlian meneliti melalui pendidikan dan pembelajaran
seumur hidup
14. Legalitas
Pahami dan patuhi peraturan institusional dan kebijakan pemerintah yang terkait
dengan penelitian Anda.
15. Mengutamakan keselamatan manusia
 Bila menggunakan manusia untuk menguji penelitian, maka penelitian harus
dirancang dengan teliti, efek negatif diminimalkan, manfaat dimaksimalkan
 Hormati harkat kemanusiaan, privasi dan hak obyek penelitian
 Siapkan pencegahan dan pengobatan bila sampel menderita efek negatif

Anda mungkin juga menyukai