PENDAHULUAN
Pada tanggal 15 November 1946, Letnan Asli Zuchri dan Letnan Muda
M.Mursid anggota ALRI Divisi IV yang berada di Mojokerto, menghubungi Hassan
Basry untuk menyampaikan tugas yaitu mendirikan satu batalyon ALRI Divisi IV di
Kalimantan Selatan. Dengan mengerahkan pasukan Banteng Indonesia Hassan
Basry berhasil membentuk batalyon ALRI tersebut. Ia menempatkan markasnya di
Haruyan. Selanjutnya ia berusaha menggabungkan semua kekuatan bersenjata di
Kalimantan Selatan ke dalam kesatuan yang baru terbentuk itu.
Perkembangan politik di tingkat pemerintah pusat di Jawa menyebabkan posisi
Hasan Basry dan pasukannya menjadi sulit. Sesuai dengan Perjanjian Linggarjati
(25 Maret 1947), Belanda hanya mengakui kekuasaan de facto RI atas Jawa,
Madura dan Sumatera. Berarti Kalimantan merupakan wilayah yang ada di bawah
kekuasaan Belanda. Akan tetapi, Hassan Basry tidak terpengaruh oleh perjanjian
tersebut. Ia dan pasukannya tetap melanjutkan perjuangan melawan Belanda.
Sikap yang sama diperlihatkan pula terhadap Perjanjian Renville (17 Januari 1948).
Ia menolak untuk memindahkan pasukannya ke daerah yang masih dikuasai RI,
yakni ke Jawa.
PROKLAMASI
Merdeka !
Tetap Merdeka.
di Kalimantan Selatan
Gubernur Tentara
HASSAN BASRY
Pada 1960–1966, Hassan Basry menjadi anggota MPRS. Pada tahun 1970,
beliau diangkat sebagai Ketua Umum Harian Angkatan 45 Kalsel sekaligus sebagai
Dewan Paripurna Angkatan 45 Pusat dan Dewan Paripurna Pusat Legiun Veteran
Republik Indonesia. Pada 1978 – 1982, Hassan Basry menjadi anggota DPR.
Hassan Basry meninggal pada tanggal 15 Juli 1984 setelah sakit dan dirawat di
RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Pemakaman beliau dilaksanakan secara militer
dengan inspektur upacara Mayjen AE. Manihuruk. beliau dimakamkan di Liang
Anggang Banjarbaru Kalimantan Selatan. Atas jasa-jasanya, beliau dianugerahi
sebagai Pahlawan Kemerdekaan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 3
November 2001.
1. Nilai Kepahlawan
2. Nilai Pendidikan
3. Nilai Sosial
Nilai pendidikan dari perjuangan Hassan Basry bisa kita terapkan diantaranya
dengan cara belajar yang tekun dan giat. Karena pada zaman sekarang ini untuk
menikmati pendidikan sangatlah mudah apalagi sekarang pemerintah kita
sangat memperhatikan pendidikan di Indonesia, tidak seperti pada saat zaman
Hassan Basry yang sulit untuk menikmati pendidikan, dimana hanya golongan
tertentulah yang bisa menikmatinya. Oleh karena itu janganlah kita bermalas–
malasan untuk belajar.
Melalui berbagai cara kita bisa menerapkan nilai sosial dari perjuangan Hassan
Basry diantaranya dengan menerapkan hidup sederhana, menggunakan segala
sesuatunya secara wajar tidak berlebih–lebihan. Selain dengan cara
menerapkan hidup sederhana kita juga bisa menerapkan nilai sosial perjuangan
Hassan Basry pada kehidupan kita bermasyarakat, saling peduli terhadap
sesama. Melalui lingkup yang kecil tersebutlah nilai ini bisa di terapkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
4. Bagi para pembaca, penulis berharap apabila ada penulisan yang keliru
dimohonkan partisipasinya untuk dapat menyampaikan kekurangan tersebut
agar karya tulis ini dapat disempurnakan kembali dan bermanfaat bagi
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA