Anda di halaman 1dari 25

2.

3 Macam-macam Teknik Rekayasa Genetika


2.3.1 Hidridoma
Hibridoma (hybrid = sel asli, oma = kanker) adalah sel-sel yang dihasilkan dari
peleburan (fusi) dua tipe sel yang berbeda menjadi kesatuan tunggal yang
mengandung gen dari kedua sel asli. Teknik Hibridoma dilakukan dengan cara
mengambil dua jenis sel dari jaringan yang berbeda dari organisme sel tunggal.
Tujuan teknik hibridoma salah satu contohnya adalah untuk memperoleh antiboodi
untuk diagnosis penyakit. Dalam fusi sel/hididoma sel diperlukan beberapa sel dan
zat yang akan mempengaruhi keberhasilan teknik ini diantaranya sel sumber gen
(sumber sifat ideal), sel wadah (sel yang mampu membelah cepat), dan fusigen (zat
yang mempercepat terjadi fusi sel). Penggunaan teknik hidridoma dalam kehidupan
memiliki beberapa manfaat antara lain untuk pemetaan kromosom, membuat
antibody monoklonal yang bisa digunakan untuk mendiagnosis penyakit, tes
kehamilan, dan mengobati kanker serta membentu spesies baru (Elrod, 2007).
Beberapa contoh penggunaan teknik hibridoma yang paling berhasil adalah
pembuatan antibodi monoklonal (fusi sel manusia dengan tikus) dan tanaman pomato
(Prawirohartono, 2007)

2.3.1.1 Fusi Sel Manusia dengan Tikus (Antibodi Monoklonal)


Teknologi antibodi monoklonal yaitu teknologi menggunakan sel-sel
sistem imunitas yang membuat protein yang disebut antibodi. Sistem kekebalan
manusia tersusun dari sejumlah tipe sel yang bekerja sama untuk melokalisir dan
menghancurkan substansi yang dapat memasuki tubuh manusia. Salah satu dari sel
tersebut adalah sel limfosit B yang mampu menanggapi masuknya substansi asing
dengan spesivitas yang luar biasa. Sel limfosit manusia mampu menghasilkan
antibody tetapi jika dikultur dan dipelihara maka proses pembelahan yang terjadi
akan sangat lambat. Oleh sebab itu, sel manusia difusikan dengan sel kanker tikus
dengan tujuan membelah denan cepat karena sel sel tikus mengandung myeloma NS-
1 yang mempunyai kemampuan untuk membelah dengan cepat. Adapun proses
pembuatan dari sel hibridoma (antibody monoklonal) antara lain sebagai berikut.
1. Proses imunisasi dengan menggunakan antigen tertentu yang disuntikan ke dalam
tubuh mencit (Mus musculus)
2. Sel B-limfosit mencit akan merespon antigen sehingga terbentuk antibody
3. Pemisahan sel B-limfosit yang sudah mengandung antibodi dari organ limpa
mencit
4. Sel B-limfosit kemudian difusikan dengan sel kanker immortal menghasilkan sel
hibridoma
5. Fusi sel hibridoma ini dilakukan dengan membuat membran sel menjadi lebih
permeabel sehingga kedua sel bisa menyatu
6. Sel hibridoma kemudian diklon pada kultur sel sehingga dihasilkan banyak sel
yang memiliki anti bodi tertentu sehingga dikenal dengan antibodi monoklonal
yang bisa disimpan lama dalam keadaan dibekukan

Gambar . Cara Memproduksi Antibodi Monoklonal (Hibridoma)

Dengan mengetahui cara kerja antibodi, maka dapat bermanfaat untuk keperluan
deteksi, kuantitasi dan lokalisasi. Pengukuran dengan pendeteksian dengan
menggunakan teknologi antibodi monoklonal relatif cepat, lebih akurat, dan lebih
peka karena spesifitasnya tinggi. Teknologi antibodi monoklonal saat ini dapat
digunakan untuk mendeteksi kehamilan, alat diagnosis berbgai penyakit infeksi dan
deteksi sel-sel kanker. Teknologi antibodi monoklonal memiliki spesifitasnya yang
tinggi sehingga dapat digunakan untuk membunuh sel kanker tanpa mempengaruhi
sel-sel yang sehat. Teknologi antibodi monoklonal juga banyak dipakai untuk
mendeteksi penyakit-penyakit pada tanaman dan hewan, kontaminasi pangan dan
polutan lingkungan. Berikut merupakan cara Antibodi monoclonal bekerja melawan
sel kanker
1. Membuat sel kanker lebih dikenali oleh sistem immun.
Sistem immun akan aktif jika terdapat musuh (antigen) dalam tubuh, sistem
immun ini adalah tentaranya tubuh. Sekali sistem immun mengenali adanya
musuh tubuh, maka ia akan memanggil teman-temannya untuk melawan musuh
ini. Namun tidak selamanya sistem immun bisa mengenali sel kanker sebagai
musuh, obat-obatan golongan antibodi monoklonal seperti Rituximab bekerja
agar sistem immun lebih kenal dengan sel kanker sehingga sistem pertahanan
tubuh bisa bekerja lebih efektif dalam rangka membunuh sel kanker.
2. Menghambat faktor-faktor pertumbuhan sel kanker.
Jika sebuah zat kimia yang disebut sebagai Growth Factor menempel pada sel
kanker, maka pertumbuhan sel kanker yang ditempeli akan meningkat drastis,
pertumbuhan sel kanker yang semakin banyak secara otomatis kanker akan
semakin berbahaya. Didasarkan fakta inilah, obat-obatan Antibodi Monoklonal
seperti Cetuximab bekerja menghambat ikatan antara growth factor dengan
reseptor pada sel kanker
3. Menghantarkan radiasi ke sel kanker
Kombinasi obat antibodi monoklonal dengan partikel radioaktif bisa
menghantarkan radiasi langsung tepat sasaran pada sel kanker. Hal ini digunakan
untuk memastikan radiasi tersebut tidak merusak sel yang yang sehat. Dengan
adanya obat yang penggunaannya masih dalam pengawasan FDA ini, maka
efektifitas radioterapi pada pasien kanker bisa lebih ditingkatkan.
Penggunaan antibodi monoklonal sebagai terapi kanker memiliki beberapa
kelebihan diantaranya :
a) Bagi penderita kanker teknologi ini memiliki kemungkinan yang lebih aman
daripada pemberian chemotrapi
b) Tidak menggunakan zat kimia yang berbahaya sehingga memungkinkan
untuk tidak terjadinya reaksi tambahan yang membahayakan
c) Reaksi pengobatan dan pendeteksiannya lebih cepat
d) Jika mengalami efek samping pada si penderita maka akan lebih mudah untuk
disembuhkan
Selain beberapa kelebihan yang dapat dirasakan terhadap adanya teknologi
antibody monoklonal, adapula beberapa efek samping yang memungkinkan untuk
terjadi, mulai efek samping yang ringan sampai efek samping yang
menjadikan pasien dalam kondisi gawat darurat.
 Efek Samping Umum
a) Reaksi alergi seperti gatal dan bengkak
b) Gejala seperti flu yaitu bersin-bersin, badan meriang, sakit kepala, batuk, dll
c) Diare
d) PengeringanKulit
 Efek Samping yang jarang terjadi, namun berbahaya
a) Perdarahan hebat
b) Gangguan jantung
c) Reaksi anafilaksis (hipersensitif)

2.3.1.2 Fusi Sel Tomat dan Kentang (Pomato)


Pomato merupakan hasil hibridisasi somatik tanaman
kentang/potato (Solanum tuberosum) dengan tanaman tomat/tomato (Solanum
lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum). Hibridisasi somatik sering disebut juga
hibridoma atau fusi sel, yakni penggabugan sel somatik pada organisme tingkat tinggi
untuk memperoleh gabungan sifat kesua sel induk.
Pada awalnya, persilangan tanaman (organisme) yang berbeda spesies namun
memiliki genus yang sama tidaklah dimungkinkan melalui cara konvensional.
Biasanya untuk menghasilkan persilangan para peneliti melakukan pembastaran
bunga (persilangan melalui reproduksi seksual). Sehingga mereka terus
mengembangkan teknik-teknik bercocok tanam sehingga memungkinkan persilangan
/ hibridisasi tanaman berbeda spesies namun tetap berada di satu genus.
Pomato pertama kali dikultur oleh Melchers pada tahun 1978. Pada saat itu
Melchers melakukan fusi protoplas sel tomat dan sel kentang. Namun, Hasil fusi
tersebut menghasilkan tanaman yang steril. Hal itu disebabkan, karena Melchers
menggunkan sel kalus ketang yang masih aneuploid (n) , sehingga sel tidak
berkembang. Pada Tahun 1988, Okamura berhasil menghasilkan tanaman pomato
yang fertile Okamura melakukan fusi dari protoplas sel mesofil . dari kentang dan
tomat. Pada Tahun 1994 Inca Lewwnn-Dorr, berhasil membudidayakan pomato.
Pomato membuktikan bahwa hibridisasi antar spesies dalam genus yang
sama adalah mungkin. Hal ini didukung oleh kesamaan enzim oligomer yang dimiliki
keduanya, yakni enzim ribulosa fosfat karboksilase yang berperan penting dalam
fotosintesis. Enzim tersebut dihasilkan dari sekuens DNA kloropas yang sama pada
kedua tanaman.

Gambar …. Hasil Hibridisasi Somatik Tanaman Pomato

Cara menghasilkan tanaman pomato dapat dilakukan dengan bantuan enzim


selulase, pektinase dan ion Ca2+, protoplasma masing-masing tanaman dipisahkan
dari sel mesofil. Fusi protoplas di induksi oleh PEG sehingga inti kedua protoplas
induk menyatu. Menyatunya kedua protoplas, menghasilkan inti heterokariot yang
tumbuh menjadi koloni-koloni hibrida. kemudian, koloni hibrida tersebut diseleksi
untuk dipindahkan ke media kultur, setelah beberapa minggu, koloni tumbuh menjadi
kalus. Setelah kurang lebih 3 minggu kalus tumbuh menjadi kecambah pomato.
Kecambah ini dipindahkan ke media tanah di pot kecil. saat mulai besar, tanaman
pomato siap di pindahkan ke media tanamah yang lebih besar.

Gambar ….Prinsip Pembuatan Tanaman Pomato

Adapun kelebihan dan kekurangan dari teknologi hibridisasi tanaman kentang


dan tomat (Pomato) adalah sebagai berikut.
 Kelebihan
1. Hemat tempat
2. Hasil yang didapatkan bisa lebih banyak
3. Investasi bisnis
Kekurangan
1. Perawatan awal yang tidak mudah
2. memerlukan kesabaran dan keuletan kerja proses penanamannya
2.3.2 Bayi Tabung
In Vitro Fertilisasi (IVF) atau bayi tabung merupakan suatu teknik
reproduksi berbantu atau tehnik rekayasa reproduksi dengan mempertemukan sel
telur (oosit) matang dari istri dengan spermatozoa dari suami di luar tubuh manusia
agar terjadi fertilisasi. Program bayi tabung sendiri dilakukan dalam 3 tahap sebagai
berikut :
1. Tahap Persiapan Petik Ovum (Pre-OPU)
2. Tahap Operasi Petik Ovum (Ovum Pick Up/OPU)
3. Tahap Post OPU

1. Tahap Pre-OPU
Pada tahap ini akan dilakukan Terapi Down Regulation dan Terapi Stimulasi.
Down Regulation adalah suatu fase dimana rangsangan otak terhadap ovarium
dihentikan dengan penggunaan obat tertentu. Pada fase ini kita ingin menciptakan
seperti keadaan menopause dengan tujuan untuk mempersiapkan indung telur
menerima terapi stimulasi. Terapi Down Regulation dimulai pada H21 dengan dosis
tertentu yang berbeda untuk setiap pasien dan jangka waktu tertentu yang telah
ditetapkan oleh tim dokter . Sebelum dimulainya terapi ini terlebih dahulu pada siklus
hari ke 21 dilakukan tindakan trial sounding , yaitu pemeriksaan untuk menilai
keadaan anatomi rahim.
Pemeriksaan di tahap pertama ini yaitu pada siklus hari ke 2-5, diawali dengan
pemeriksaan hormon LH, FSH, Prolaktin dan Estradiol. Terapi ini berlangsung lebih
kurang antara 2 minggu hingga 1 bulan. Alternatif lain yang dapat dilakukan juga
untuk wanita yang siklus menstruasinya tidak teratur dilakukan Pill Cross Over ,
sehingga memudahkan pemberian terapi injeksi Buserelin Acetate.
Terapi injeksi Buserellin Acetate ini dilakukan 1x sehari pada jam yang sama
yaitu jam 1 siang atau jam yang telah ditentukan dengan dosis 0.5 mg tiap kali suntik.
Cara penyuntikan dilakukan secara sub kutan, yaitu tehnik suntik dengan
menggunakan syringe pendek dan disuntikkan tegak lurus kira-kira 2 cm dibawah
pusar. Pada tahapan ini ada beberapa hal yang mungkin dirasakan,seperti halnya
keadaan menopause, yaitu perasaan gerah/kepanasan, sakit kepala ataupun perubahan
mood. Kadang-kadang juga ditemukan buah dada seperti mengalami pembengkakan.
Gejala-gejala ini akan hilang dengan sendirinya pada saat pasien masuk ke tahap
berikutnya. Pasien juga ada kemungkinan untuk tidak mengalami menstruasi pada
tahap ini.
Setelah terapi suntik selesai maka kemudian dilakukan pemeriksaan kembali
hormon-hormon tersebut diatas atau dilakukan pemeriksaan USG untuk memastikan
apakah pasien dapat masuk ke dalam fase berikutnya yaitu terapi stimulasi.
Terapi Stimulasi
Terapi Stimulasi dilakukan untuk merangsang pertumbuhan folikel pada
indung telur sehingga jumlahnya bertambah banyak dan meningkatkan kemungkinan
memperoleh sel telur matang pada saat operasi petik ovum dilakukan.
Terapi ini dapat dimulai jika sudah dilakukan pemeriksaan USG oleh dokter
ahli dan dari hasilnya terlihat tidak ada folikel yang berkembang di dalam rahim
pasien. Selanjutnya ditentukan berapa besar dosis yang akan diberikan untuk tiap
pasien berdasarkan kondisi dan usia pasien.
Sama halnya dengan penyuntikan pada terapi down regulation, injeksi
stimulasi ini juga dilakukan secara sub kutan dan pada waktu yang sama setiap
harinya. Injeksi ini dilakukan minimal 8 kali hingga 14 kali dengan menyuntikkan
obat FSH Recombinant/Gonadotrophin dan dosisnya tergantung dengan kondisi
pasien. Kontrol dengan USG dilakukan setelah suntikan stimulasi ke 6 untuk melihat
pertumbuhan folikel. Kontrol berikutnya dilakukan pada hari ke 8 untuk melihat
apakah sudah terdapat folikel yang matang Jika belum terdapat maka suntikan akan
diteruskan hingga minimal ada 3 folikel matang dengan diameter rata-rata 18 mm dan
siap untuk di petik melalui operasi petik ovum.

2. Tahap Operasi Petik Ovum (Ovum Pick Up)


Operasi Petik Ovum dapat dilakukan jika sudah terdapat 3 atau lebih folikel
dengan diameter 18 mm.Kadar E2 juga terus dipantau dan harus mencapai
200pg/ml/folikel matang. Sebelum dilakukan Operasi Petik Ovum tepatnya 36 jam
sebelumnya dilakukan penyuntikkan hCG dengan dosis 5000 IU atau 10,000 IU.

3. Tahap Post OPU


Tahap yang terakhir dalam program bayi tabung adalah Tandur Alih Embrio
(Embryo Transfer) yang kemudian dilanjutkan dengan Terapi Obat Penunjang
Kehamilan.
Tandur Alih embrio adalah proses memasukan 2 atau maksimum 3 embryo
yang sudah diseleksi ke dalam rahim dengan cara menyemprotkannya secara perlahan
ke dalam rahim melalui leher rahim dengan menggunakan alat bantu kateter dan
USG. Prosesnya biasanya hanya berlangsung beberapa menit. Jumlah embrio yang di
tandur alihkan akan ditentukan oleh dokter ahli. Sebagai acuan pada pasien berusia
sama atau ≤ 30 tahun maka biasanya jumlah embrio yang ditandur alihkan adalah 2.
Jika usia lebih dari 30 tahun maka jumlah embrio yang dtandur alih adalah 3. Sisa
embryo yang sudah terseleksi dengan baik dapat dibekukan dan dipergunakan untuk
kehamilan berikutnya berdasarkan persetujuan pasien.
Tandur Alih Embrio dilakukan pada hari ke 2 atau hari ke 3 setelah operasi
petik ovum dilakukan. Proses ini merupakan proses yang sederhana sehingga tidak
ada persiapan khusus yang harus dilakukan pasien seperti halnya operasi petik ovum,
karena pada tandur alih embryo ini pasien tidak perlu melalui proses anastesi. Seperti
halnya papsmear, biasanya pasien tidak mengalami nyeri yang terlalu berlebihan.
Embrio yang siap untuk ditransfer akan diperlihatkan pada layar TV sebelum
dilakukan transfer.

Tahap lanjutan adalah Terapi Obat Penunjang


Setelah proses tandur alih embryo berhasil dilakukan, pasien diberikan terapi
obat penunjang. Terapi ini bertujuan untuk mempersiapkan rahim menerima
implantasi dari embryo yang sudah ditanamkan sehingga embryo dapat berkembang
dengan normal.
Pada tahap ini pasien diberikan suntikan hCG pada hari OPU+4 dan OPU+7.
Dosis yang biasanya diberikan 1500 IU atau 5000 IU, tergantung dengan kondisi
pasien. Selain pemberian hCG, pasien juga dapat diberikan progesterone secara oral
selama 15 hari atau penggunaan vagina gel yang digunakan tiap malam sebelum
tidur.
Proses bayi tabung memang tidak bisa dilakukan secara instan. Oleh karena
itu bagi pasutri yang telah memilih cara bayi tabung untuk mendapatkan keturunan,
sejak awal memang dituntut mempersiapkan diri dengan baik agar mampu menjalani
seluruh prosedur yang telah ditetapkan sehingga bisa mendapatkan hasil yang
optimal.

Teknologi bayi tabung memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan


diantaranya adalah sebagai berikut.
Kelebihan dari IVF atau bayi tabung adalah :
1. Dapat membantu pasangan tidak subur untuk memiliki bayi mereka sendiri
(dengan telur mereka sendiri dan sperma).
2. DNA hasil bayi tabung hanya dapat ditujukan oleh orang tuanya saja.
3. Dapat menentukan jenis kelamin hal in memungkinkan karena akan dipilih
sperma yang memiliki kromosom tertentu yang sesuai dengan jenis kelamin
manusia.
4. Bagi pasangan yang ingin memilki bayi kembar berpeluang besar untuk bisa
mempunyai anak kembar.
Sedangkan kelemahan teknologi bayi tabung adalah :
1. IVF atau bayi tabung dapat mengakibatkan kelahiran kembar yang tidak
diinginkan yaitu pengiriman lebih dari 1 bayi. Hal ini lebih mungkin dalam
perawatan IVF daripada secara alami karena klinik dan dokter cenderung untuk
mentransfer lebih dari 1 embrio dalam rahim sehingga peluang keberhasilan
pengiriman lebih tinggi.
2. IVF atau bayi tabung dapat mengakibatkan Overian Hyperstimulation Syndrom.
Dalam IVF, ovarium ibu dimaksudkan (donor telur) yang dirangsang untuk
menghasilkan lebih dari 1 telur berkualitas tinggi. Hormon dan obat yang
digunakan untuk merangsang ovarium, dapat memiliki efek samping yang
mengarah ke kondisi yang disebut Overian Sindrom Hiperstimulasi.
3. Kehamilan ektopik: IVF dapat menyebabkan kehamilan ektopik dimana
kehamilan terjadi di luar rahim
4. IVF atau bayi tabung tingkat keberhasilan yang jauh lebih rendah dari 100%.
Tingkat keberhasilan IVF tergantung pada berbagai faktor seperti usia
perempuan, kualitas telur, kualitas sperma, kualitas rahim, dll. Tingkat
keberhasilan penurunan dengan usia pasangan wanita. Tingkat keberhasilan rata-
rata 25 sampai 30%
5. Nyeri akibat obat-obatan dan hormon yang digunakan selama prosedur IVF
dapat menyakitkan
6. Mahalnya pengobatan IVF dapat menjadi urusan mahal. Sejak tingkat
keberhasilan rendah, pasangan biasanya diperlukan untuk pergi melalui beberapa
siklus (atau beberapa upaya) menambah biaya pengobatan.
2.3.3 Kloning masa depan
Kata kloning, berasal dari bahasa Inggris clone, pertama kali diusulkan oleh
Herbert Webber pada tahun 1903 untuk mengistilahkan sekelompok organisme
hewan maupun tumbuh-tumbuhan yang dihasilkan melalui reproduksi aseksual dan
berasal dari satu induk yang sama. Setiap anggota dari klon tersebut mempunyai
susunan dan jumlah gen yang sama dan kemungkinan besar fenotipnya juga sama.
Kloning pada hewan dilakukan mula-mula pada amfibi (kodok), dengan
mengadakan transplantasi nukleus ke dalam telur kodok yang dienukleasi. Sebagai
donor digunakan nukleus sel somatik dari berbagai stadium perkembangan. Ternyata
donor nukleus dari sel somatik yang diambil dari sel epitel usus kecebong pun masih
dapat membentuk embrio normal.
Sejak Wilmut berhasil membuat kloning anak domba yang donor nukleusnya
diambil dari sel kelenjar susu domba dewasa, maka terbukti bahwa pada mammalia
pun klon dapat dibuat. Atas dasar itu para ahli berpendapat bahwa pada manusia pun
secara teknis klon dapat dibuat. Adapun macam-macam kloning adalah sebagai
berikut.
a) Kloning pada tumbuhan
Kloning pada tumbuhan yaitu mencangkok atau menstek tanaman untuk
mendapatkan tanaman yang memiliki sifat persis sama dengan induknya.
b) Kloning pada hewan
Kloning pada hewan pertama kali dicoba pada tahun 1950 an pada hewan katak,
tikus, kera dan bison juga pada domba, dan dalam kelanjutannya proses yang
berhasil hanyalah percobaan kloning pada domba. Awal mula proses
pengkloningan domba adalah dengan mengambil inti sel dari tubuh domba, yaitu
dari payudara atau ambingnya lalu sifat khusus yang berhubungan dengan fungsi
ambing ini dihilangkan, kemudian inti sel tersebut dimasukkan ke dalam lapisan
sel telur domba, setelah inti selnya dibuang kemudian ditanamkan kedalan rahim
domba agar memperbanyak diri, berkembang berubah menjadi janin dan
akhirnya di hasilkan bayi domba. Pada akhirnya domba ini mempunyai kode
genetik yang sama dengan domba pertama yang menjadi sumber pengambilan sel
ambing.
c) Kloning pada embrio
Kloning embrio tejadi pada sel embrio yang berasal dari rahim istri yang
terbentuk dari pertemuan antara sel sperma suaminya dengan sel telurnya lalu sel
embrio itu dibagi dengan satu teknik perbanyakan menjadi beberapa sel embrio
yang berpotensi untuk membelah dan berkembang. Kemudian sel-sel embrio itu
dipisahkan agar masing-masing menjadi embrio tersendiri yang persis sama
dengan sel embrio pertama yang menjadi sumber pengambilan sel. Selanjutnya
sel-sel embrio itu dapat ditanamkan dalam rahim perempuan asing (bukan isteri),
atau dalam rahim isteri kedua dari suami bagi isteri pertama pemilik sel telur
yang telah dibuahi tadi. Yang selanjutnya akan menghasilkan lebih dari satu sel
embrio yang sama dengan embrio yang sudah ada. Lalu akan terlahir anak
kembar yang terjadi melalui proses Kloning embrio ini dengan kode genetik yang
sama dengan embrio pertama yang menjadi sumber Kloning.
d) Kloning pada manusia
Kloning pada manusia terdapat dua cara. Petama, Kloning manusia dapat
berlangsung dengan adanya laki-laki dan perempuan dalam prosesnya. Proses ini
dilaksanakan dengan mengambil sel dari tubuh laki-laki, lalu inti selnya diambil
dan kemudian digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti
selnya. Sel telur ini setelah bergabung dengan inti sel tubuh laki-laki lalu
ditransfer ke dalam rahim seorang perempuan agar dapat memeperbanyak diri,
berkembang, berubah menjadi janin, dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi
ini merupakan keturunan dengan kode genetik yang sama dengan laki-laki yang
menjadi sumber pengambilan sel tubuh.
Kedua, Kloning manusia dapat pula berlangsung di antara perem-puan saja
tanpa memerlukan kehadiran laki-laki. Proses ini dilaksanakan dengan
mengambil sel dari tubuh seorang perempuan, kemudian inti selnya diambil dan
digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur
ini –setelah bergabung dengan inti sel tubuh perempuan lalu ditransfer ke dalam
rahim perempuan agar memperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi janin,
dan akhirnya dilahirkan sebagai bayi. Bayi yang dilahirkan merupakan keturunan
dengan kode genetik yang sama dengan perempuan yang menjadi sumber
pengambilan sel tubuh. Hal tersebut mirip dengan apa yang telah berhasil
dilakukan pada hewan domba.
Adapun pewarisan sifat yang terjadi dalam proses Kloning, sifat-sifat yang
diturunkan hanya berasal dari orang yang menjadi sumber pengambilan sel
tubuh, baik laki-laki maupun perempuan. Dan anak yang dihasilkan akan
memiliki ciri yang sama dengan induknya dalam hal penampilan fisiknya seperti
tinggi dan lebar badan serta warna kulit dan juga dalam hal potensi-potensi akal
dan kejiwaan yang bersifat asli. Dengan kata lain, anak tersebut akan mewarisi
seluruh ciri-ciri yang bersifat asli dari induknya. Sedangkan ciri-ciri yang
diperoleh melalui hasil usaha, tidaklah dapat diwariskan. Jika misalnya sel
diambil dari seorang ulama yang faqih, atau mujtahid besar, atau dokter yang
ahli, maka tidak berarti si anak akan mewarisi ciri-ciri tersebut, sebab ciri-ciri ini
merupakan hasil usaha, bukan sifat asli.
Beberapa keunggulan dan kelemahan teknik rekayasa genetika (Kloning) adalah
sebagai berikut.
Keunngulan cloning antara lain :
1. Kloning pada tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman
dan hewan, meningkatkan produktivitasnya.
2. Mencari obat alami bagi banyak penyakit manusia-terutama penyakit-penyakit
kronis guna menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek
samping terhadap kesehatan manusia.
3. Untuk memperoleh hormone pertumbuhan, insulin, interferon, vaksin, terapi gen
dan diagnosis penyakit genetik.
4. Upaya konservasi pada hewan atau tumbuhan langka
Kelemahan Kloning antara lain :
1. Kloning pada manusia akan menghilangkan nasab.
2. Menyulitkan pelaksanaan hukum-hukum syara. Seperti, hokum pernikahan,
nasab, nafkah, waris, hubungan kemahraman, hubungan ‘ashabah, dan lain-lain.
3. Hewan hasil pengklonan mudah terserang penyakit.
4. Menurunkan keanekaragaman.

2.3.4 Tanaman Transgenik


Transgenik terdiri dari kata trans yang berarti pindah dan gen yang berarti
pembawa sifat. Jadi transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup
kemakhluk hidup lainnya, baik dari satu tanaman ketanaman lainnya, atau dari gen
hewan ke tanaman. Transgenik secara definisi adalah the use of gene manipulation to
permanently modify the cell or germ cells of organism (penggunaan manipulasi gen
untuk mengadakan perubahan yang tetap pada sel makhluk hidup).
Tanaman transgenik pertama kalinya dibuat tahun 1973 oleh Herbert Boyer
dan Stanley Cohen. Pada tahun 1988 telah ada sekitar 23 tanaman transgenik, pada
tahun 1989 terdapat 30 tanaman, pada tahun 1990 lebih dari 40 tanaman. Secara
sederhana tanaman transgenik dibuat dengan cara mengambil gen-gen tertentu yang
baik pada makhluk hidup lain untuk disisipkan pada tanaman, penyisipaan gen ini
melalui suatu vector (perantara) yang biasanya menggukan bakteri Agrobacterium
tumefeciens untuk tanaman dikotil atau partikel gen untuk tanaman monokotil, lalu
diinokulasikan pada tanaman target untuk menghasilkan tanaman yang dikehendaki.
Tujuan dari pengembangan tanaman transgenik ini diantaranya adalah
a. menghambat pelunakan buah (pada tomat).
b. tahan terhadap serangan insektisida, herbisida, virus.
c. meningkatkan nilai gizi tanaman, dan
d. meningkatkan kemampuan tanaman untuk hidup pada lahan yang ektrem seperti
lahan kering, lahan keasaman tinggi dan lahan dengan kadar garam yang tinggi.
Melihat potensi manfaat yang disumbangkan, pendekatan bioteknologi
dipandang mampu menyelesaikan problematika pangan dunia terutama di negara-
negara yang sedang berkembang seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju
(Winarno dan Agustina,2007). Beberapa contoh tanaman hasil transgenik adalah
sebagai berikut.
a. Tanaman Transgenik Tahan Kekeringan
Tanaman tahan kekeringan memiliki akar yang sanggup menembus tanah
kering, kutikula yang tebal sehingga mengurangi kehilangan air dan kesanggupan
menyesuaikan diri dengan garam di dalam sel. Tanaman toleran terhadap kekeringan
ditransfer dari gen kapang yang mengeluarngkan enzim trehalose. Tembakau adalah
salah satu tanaman yang dapat toleran terhadap suasana kekeringan.
b. Tanaman Transgenik Resisten Hama
Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin sewaktu terjadi sporulasi
atau saat bakteri memberntuk spora. Dalam bentuk spora, berat toksin mencapai 20%
dari berat spora. Apabila larva serangga memakan spora, maka di dalam alat
pencernaan larva serangga tersebut, spora bakteri pecah dan mengeluarkan toksin.
Toksin yang masuk ke dalam membran sel alat pencernaan larva mengakibatkan
sistem pencernaan tidak berfungsi dengan baik dan pakan tidak dapat diserap
sehingga larva mati. Dengan membiakkan Bacillus thuringiensis kemudian diekstrak
dan dimurnikan, makan akan diperoleh insektisida biologis (biopestisida) dalam
bentuk kristal. Pada tahun 1985 dimulai rekayasa gen dari Bacillus thuringiensis
dengan kode gen Bt toksin (Winarno dan Agustina ,2007)
Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan tanaman transgenik
pertama yang menggunakan gen BT toksin. Jagung juga telah direkayasa dengan
menggunakan gen Bt toksin, tetapi diintegrasikan dengan plasmid bakteri Salmonella
parathypi yang menghasilkan gen yang menonaktifkan ampisilin. Pada jagung juga
direkayasa adanya resistensi herbisida dan resistensi insektisida sehingga tanaman
transgenik jagung memiliki berbagai jenis resistensi hama tanaman. Gen Bt toksin
juga direkayasa ke tanaman kapas, bahkan multiplegene dapat direkayasa genetika
pada tanaman transgenik. Toksin yang diproduksi dengan tanaman transgenik
menjadi nonaktif apabila terkena sinar matahahari, khususnya sinar ultraviolet.
c. Tanaman Transgenik Resisten Penyakit
Perkembangan yang signifikan juga terjadi pada usaha untuk memproduksi
tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan memasukkan gen
penyandi tanaman terselubung (coat protein) Johnson grass mosaic poty virus
(JGMV) ke dalam suatu tanaman, diharapkan tanaman tersebut menjadi resisten
apabila diserang oleh virus yang bersangkutan. Potongan DNA dari JGMV, misalnya
daRi protein terselubung dan protein nuclear inclusion body (Nib) mampu
diintegrasikan pada tanaman jagung dan diharapkan akan menghasilkan tanaman
transgenik yang bebas dari serangan virus. Virus JGMV menyerang beberapa
tanaman yang tergolong dalam famili Graminae seperti jagung dan sorgum yang
menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Gejala yang ditimbulkan dapat
diamati pada daun berupa mosaik, nekrosa atau kombinasi keduanya. Akibat
serangan virus ini, kerugian para petani menjadi sangat tinggi atau bahkan tidak
panen sama sekali.
Beberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia tertera
pada tabel di bawah ini.

Jenis
Sifat yang telah dimodifikasi Modifikasi Foto
tanaman

Gen dari tumbuhan


Mengandung provitamin A narsis, jagung, dan
Padi (beta-karotena) dalam bakteri Erwinia
jumlah tinggi. disisipkan pada
kromosom padi.

Gen toksin Bt dari


Jagung, bakteri Bacillus
Tahan (resisten) terhadap
kapas, thuringiensis
hama.
kentang ditransfer ke dalam
tanaman.
Gen untuk mengatur
pertahanan pada
cuaca dingin dari
tanaman
Arabidopsis
Tembakau Tahan terhadap cuaca dingin.
thaliana atau dari
sianobakteri
(Anacyctis nidulans)
dimasukkan ke
tembakau.

Gen khusus yang


disebut antisenescens
ditransfer ke dalam
tomat untuk
menghambat enzim
poligalakturonase
(enzim yang
Proses pelunakan tomat
mempercepat
diperlambat sehingga tomat
Tomat kerusakan dinding
dapat disimpan lebih lama dan
sel tomat). Selain
tidak cepat busuk.
menggunakan gen
dari bakteri E. coli,
tomat transgenik
juga dibuat dengan
memodifikasi gen
yang telah dimiliki
nya secara alami.
Gen resisten
herbisida dari bakteri
Mengandung asam oleat Agrobacterium
tinggi dan tahan terhadap galur CP4
herbisida glifosat.Dengan dimasukkan ke
Kedelai demikian, ketika disemprot kedelai dan juga
dengan herbisida tersebut, digunakan teknologi
hanya gulma di sekitar kedelai molekular untuk
yang akan mati. meningkatkan
pembentukan asam
oleat.

Gen dari selubung


virus tertentu
Tahan terhadap penyakit ditransfer ke dalam
Ubi jalar tanaman yang disebabkan ubi jalar dan
virus. dibantu dengan
teknologi peredaman
gen.

Menghasilkan minyak
Gen FatB dari
kanola yang mengandung
Umbellularia
asam laurat tinggi sehingga
californica
lebih menguntungkan untuk
ditransfer ke dalam
Kanola kesehatan dan secara
tanaman kanola
ekonomi.Selain itu, kanola
untuk meningkatkan
transgenik yang disisipi gen
kandungan asam
penyandi vitamin E juga telah
laurat.
ditemukan.
Gen yang
menyandikan
Resisten terhadap virus
selubung virus
Pepaya tertentu,contohnya Papaya
PRSV ditransfer ke
ringspot virus (PRSV).
dalam tanaman
pepaya.

Gen baru dari


bakteriofag T3
diambil untuk
mengurangi
pembentukan
Melon Buah tidak cepat busuk.
hormon etilen
(hormon yang
berperan dalam
pematangan buah) di
melon.

Gen dari bakteri


Agrobacterium
galur CP4 dan
Tahan terhadap herbisida cendawan
Bit gula
glifosat dan glufosinat. Streptomyces
viridochromogenes
ditransfer ke dalam
tanaman bit gula.

Gen selubung virus


Resisten terhadap infeksi
Prem cacar prem
virus cacar prem (plum pox
(plum) Ditransfer ke
virus).
tanaman prem.
Gen penyandi
enzim kitinase
Resisten terhadap peyakit (pemecah dinding
Gandum hawar yang disebabkan sel cendawan) dari
cendawan Fusarium. jelai (barley)
ditransfer ke tanaman
gandum.

 Proses Pembuatan Tanaman Transgenik


Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan
identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang
diinginkan).Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan,
atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen
yang disebut dengan istilah kloning gen.Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan
dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid
(DNA yang digunakan untuk transfer gen).Kemudian, vektor kloning akan
dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring dengan
perkembangbiakan bakteri tersebut.Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak
dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam
sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian
daun.Transfer gen ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata
gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens,
dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan bantuan listrik).

1. Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil.


Metode ini sering digunakan pada spesies jagung dan padi. Untuk melakukannya,
digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke
dalam sel tanaman. Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk
ke dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan
aman, meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan sel selama penembakan
berlangsung.
2. Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.
Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami
karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen
asing.Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk
menyebabkan penyakit tanaman tertentu.Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam
tanaman dapat disisipkan di dalam plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens secara
langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA)
tanaman.Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman maka sifat-sifat yang
diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.
3. Metode elektroporasi.
Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing harus
mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang kehilangan
dinding sel). Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk
membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke
dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman. Kemudian,
dilakukan proses pengembalian dinding sel tanaman.
Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk
mendapatkan sel yang berhasil disisipi gen asing.Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi
kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan
tunas. Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat dilakukan
pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati.
Dampak Positif dan Negatif dari adanya Teknologi Tanaman Transgenik
adalah sebagai berikut.
Dampak Positif
1. Rekayasa transgenik dapat menghasilkan produk lebih banyak dari sumber
yang lebih sedikit.
2. Menghemat pemanfaatan lahan pertanian
3. Mereduksi kebutuhan jumlah pestisida dan pupuk kimia
4. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem sehingga
akan memperluas daerah pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.
5. Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan memiliki nilai gizi yang baik.
Dampak Negatif Transgenik
Adapun dampak negatif dari rekayasa transgenik meliputi beberapa aspek yaitu:
a) Aspek Sosial dan Ekonomi
Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan
ancaman persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara
konvensional. Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan
derajad kemanisan jauh lebih tinggi daripada gula dari tebu atau bit biasa
b) Aspek kesehatan
 Potensi toksisitas bahan pangan
Dengan terjadinya transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan
muncul bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas
pada bahan pangan. Sebagai contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam
tomat, yang tidak pernah berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan
risiko toksisitas yang membahayakan kesehatan.
 Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan
WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan
kimia baru, baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun
produknya, berpotensi menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor
pemicu bagi penyakit lain. Sebagai contoh, gen aad yang terdapat di dalam
kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab kencing nanah (GO),
Neisseria gonorrhoeae.
c) Aspek lingkungan
 Potensi erosi plasma nutfah
Penggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan
tembakau Deli yang telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma
nutfah tanaman, plasma nutfah hewan pun mengalami ancaman erosi serupa.
Sebagai contoh, dikembangkannya tanaman transgenik yang mempunyai gen
dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat menyebabkan
kematian larva spesies kupu-kupu raja (Danaus plexippus) sehingga
dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem akibat
musnahnya plasma nutfah kupu-kupu tersebut.
 Potensi pergeseran gen
Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga Lepidoptera
setelah 10 tahun ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan
mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya cacing tanah.
 Potensi pergeseran ekologi
Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme
yang pada mulanya tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta
tidak dapat memecah selulosa atau lignin, setelah direkayasa berubah menjadi
tahan terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut.
Dapus

Elrod,Susan.2007.Genetika.Jakarta.Erlangga

Sardjoko.1991.Bioteknologi:Latar Belakang dan Beberapa Penerapannya.

Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Suryo.1998.Genetika.Yogyakarta.Gadjah Mada University Press.

C.Pai Anna.1992.Dasar-Dasar Genetika:Untuk Masyarakat.Jakarta.Erlangga

http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/id/component/content/article/12

8-tikus-kloning-di-spanyol

http://irun89.wordpress.com/2010/03/25/kloning-domba-dolly/

http://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_transgenik

http://www.scribd.com/doc/52527802/antibodi-monoklonal

Prawirohartono,Slamet.2007.Sains Biologi.Jakarta.Bumi Aksara

Priadi,Arif. 2007.Sains Biologi.Jakarta.Yudhistira

Anda mungkin juga menyukai