PENDAHULUAN
Nyeri merupakan alah satu gangguan yang sering dialami oleh banyak
orang didunia. Sekitar 50 juta orang Amerika terganggu aktivitasnya karena nyeri
meningkat hingga 635 juta dolar Amerika pada tiap tahunnya (IOM, 2011).
Hingga saat ini obat pengurang rasa nyeri atau yang sering disebut
warung maupun apotek tanpa menggunakan resep dokter. Akan tetapi, obat-
obatan analgetik tersebut belum tentu aman, terlebih jika digunakan dalam jangka
waktu panjang. Di Amerika sekitar 21% angka kejadian toksisitas obat merupakan
akibat dari penggunaan obat-obat golongan analgetik non narkotik (Gracia, 2012).
Pada saat ini salah satu obat analgetik-antipiretik yang sering digunakan adalah
nyeri sentral. Menurut Burian dan Geisslinger (2005), dosis NSAID yang
dibutuhkan untuk mengatasi nyeri sentral cukup besar. Dosis parasetamol oral
yang digunakan untuk mengatasi nyeri sentral adalah 1000 mg. Salah satu efek
dosis besar, potensi efek hepatotoksik yang terjadi juga akan semakin besar.Oleh
karena itu, penemuan obat analgetik yang relatif aman perlu dilakukan
1
2
dengan NPP P00201200964 dengan Inventor Drs. Hari Purnomo, M. S., Apt dan
Maulana Tegar A. N dan memiliki aktivitas analgetik yang lebih poten dibanding
mediator nyeri dari asam arakidonat. Peran dari reseptor COX-2 adalah pada saat
Gugus alkil (CH3) yang terikat pada C karbonil digantikan oleh gugus amina yang
terikat pada aminofenil. Jika dilihat dari hasil molecullar docking senyawa
MH2011, senyawa ini memiliki potensi daya analgetik yang kuat, sehingga tidak
mustahil jika dilakukan penelitian mengenai efeknya pada susunan syaraf pusat
sebagai analgetik sentral. Jika dilihat dari struktur kimia senyawa MH2011 lebih
non polar dibandingkan parasetamol dan diketahui nilai log P dari MH2011 lebih
parasetamol. Hal ini dikarenakan, semakin non polar sebuah senyawa maka
kelarutannya dalam darah akan semakin baik dan semakin mudah menembus
3
sawar otak. Daya analgetik sentral MH2011 pada nyeri kali ini dievaluasi dengan
baru ini juga mampunyai efek lain selain sebagai analgetik, sehingga perlu
B. Rumusan Masalah
Apakah MH2011 mempunyai daya analgetik sentral dan berapa ED50 MH2011
sebagai analgetik pada mencit jantan galur Balb/C dengan metode hot-plate?
C. Tujuan Penelitian
MH2011 sebagai analgetik sentral pada mencit jantan galur Balb/C. Setelah
diketahui ED50 pada hewan uji, kemudian dosis ED50 tersebut bisa dikonversikan
ke dosis manusia.
4
D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Nyeri
yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan. Baik nyeri akut maupun
merangsang reseptor nyeri (nosiseptor) yang terletak pada ujung-ujung saraf bebas
Rahardja, 2002) .
Secara klinis, nyeri dapat dikatakan sebagai nyeri nosiseptif jika proses
nyeri dipengaruhi oleh adanya aktivasi sistem nosiseptif karena adanya kerusakan
jaringan. Menurut Dipiro dkk. (2005) ada 4 tahap terjadinya nyeri, yaitu :
a. Stimulasi
mekanis, panas, dan kimia. Adanya rangsangan tersebut (noxious stimuli) akan
b. Transmisi
ditransmisikan ke medula spinalis melalui dua macam serabut saraf yaitu serabut
disebabkan oleh rangsang mekanis dan panas. Impuls akan ditransmisikan dari
pada serabut ini kemudian menghasilkan sensasi nyeri yang tajam dan akan
memberi sinyal terhadap adanya bahaya atau luka. Respon dari sinyal ini berupa
reflek seperti menarik tangan atau kaki untuk menghindari luka yang lebih
rangsang mekanis, panas dan kimia. Serabut C juga berakhir di dorsal horn,
melepaskan neurotransmiter berupa asam amino glutamat dan aspartat. Selain itu
impuls melalui serabut C akan menghasilkan nyeri lemah, aching, rasa seperti
terbakar dan lokasi nyeri susah ditentukan. Jenis nyeri ini dikenal sebagai nyeri
kedua karena muncul setelah nyeri pertama (Koda-Kimble dan Young, 2001).
c. Persepsi Nyeri
sesorang akan merasakan nyeri atau sakit. Otak mungkin hanya menerjemahkan
beberapa jenis signal nyeri, namun perlu diingat bahwa persepsi nyeri tidak hanya
d. Modulasi
Modulasi informasi nyeri terjadi sangat cepat. Neuron dari talamus dan
1. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang disebabkan oleh stimulus nosiseptif karena
perlakukan atau proses penyakit atau fungsi abnormal dari otot atau visera.
Biasanya nyeri ini mudah dideteksi, lokasinya jelas, dan sebatas kerusakan
jaringan.
Sensasi nyeri akut akan segera hilang atau berkurang jika penyebabnya
nyeri yang tidak diobati atau pengobatan yang tidak adekuat dapat menyebabkan
paru (Koda-Kimble dan Young, 2001), sehingga hal tersebut akan mempengaruhi
kenyamanan penderita.
2. Nyeri kronis
Nyeri kronik adalah nyeri yang menetap lebih dari satu bulan atau
termasuk nyeri kronik adalah nyeri persisten yaitu nyeri yang menetap untuk
waktu yang lama atau nyeri kambuhan yaitu nyeri yang kambuh dengan interval
tertentu. Sensasi nyeri berlangsung lebih dari 3 bulan. Penyebab nyeri ini
mungkin neurogenik, nociceptic, psikis, atau idiopatik. Seringkali nyeri ini tetap
sering kali merasakan hidupnya tidak bebas dari rasa sakitnya dan mungkin terus
anestesi konduksi.
4) Meringankan atau meniadakan nyeri melalui kerja dalam sistem saraf pusat
neuroleptika, antidepresan).
2. Analgetik
rasa sakit atau nyeri. Secara umum analgetik dibagi dalam dua golongan, yakni
periode waktu yang lama, bisa menyebabkan masalah kesehatan seperti penyakit
a. Analgetik narkotik
sekali dengan titik kerja di susunan saraf pusat. Analgetik jenis ini umumnya
1) Agonis opiat, dapat menghilangkan rasa nyeri dengan cara mengikat reseptor
opioid pada sistem saraf. Contoh: morfin, kodein, heroin, metadon, petidin, dan
tramadol.
2) Antagonis opiat, bekerja dengan menduduki salah satu reseptor opioid pada
b. Analgetik Non-narkotik
analgetika perifer memiliki sifat antipiretik yaitu penurunan panas pada kondisi
demam. Sebagian besar efek samping dan efek terapinya berdasarkan atas
analgetik yaitu dengan jalan menghambat secara langsung dan selektif enzim-
benorilat.
3. Parasetamol
mudah larut dalam air, sangat larut dalam air panas. Larut dalam methanol, etanol,
dimetilformamida, etilen diklorida, aseton, etil asetat. Kelarutan baik dalam eter.
jalan menghambat sintesis prostaglandin pada susunan saraf pusat. Hal ini
Parasetamol memiliki rumus struktur seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
BM 151, 16
siklooksigenase 1 dan 2 karena obat ini tidak memiliki aktivitas anti-inflamasi dan
Enzim siklooksigenase 3 ini lebih berperan pada proses stimulasi nyeri dan
pertama yang bermakana terjadi pada sel lumen usus dan hepatosit. Pada kondisi
yang lebih besar pada fase ini dibandingkan pada fase I (enzim sitokrom P-450,
isoenzim CYP2E1).
4. MH2011{1-(4-aminofenil)-3-(4-hidroksifenil)urea}
Wujud : Kristal
Warna : hitam mengkilap
Bau : tidak berbau
Rasa : Pahit
Titik lebur : 208-209°C
berikatan dengan COX-2 dibandingkan dengan parasetamol, hal ini terlihat dari
score docking bahwa senyawa MH2011 memiliki nilai yang lebih rendah yaitu
13
sehingga dapat dikatakan bahwa senyawa MH2011 lebih mudah berikatan dengan
Aktivitas analgetik yang lebih poten ini dapat dilihat dari kestabilan
ikatan senyawa MH2011 dengan reseptor COX-2. Reseptor COX-2 ini berperan
arakidonat. Pada saat mengalami luka, dinding sel akan rusak sehingga fosfolipid
perkursor terbentuknya prostaglandin. Peran dari reseptor COX-2 adalah pada saat
Score Docking
screening dapat diketahui jumlah ikatan senyawa MH2011 dengan asam amino
yang terdapat pada protein COX-2. Pada gambar 3 dan gambar 4 terlihat bahwa
senyawa MH2011 memiliki jumlah ikatan asam amino yang lebih banyak (6
14
Sehingga dengan kata lain senyawa MH2011 memiliki ikatan yang lebih kuat dan
a. Metode Hot-plate
dikenalkan oleh Eddy dan Leimbach (1953). Rangsang nyeri yang digunakan pada
metode ini berupa hot-plate yang panas dengan suhu suhu 55 ± 0,5 ºC dimana
kaki mencit diletakkan ke atas hot-plate, maka nanti mencit akan merasakan nyeri
panas yang ditandai dengan mencit mengangkat kakinya atau lari diatas hot-plate
dan menjilati kakinya (Eddy dan Leimbach, 1953).Respon yang diamati adalah
lamanya waktu latensi yaitu waktu yang diperlukan sejak mencit diletakkan diatas
disebabkan oleh rangsang kimia. Pada metode ini rangsang kimia akan
memberikan rasa nyeri yang disebabkan karena adanya pemberian zat kimia. Zat
kimia yang sering digunakan untuk menginduksi respon nyeri adalah senyawa
asam, misalnya asam asetat glasial. Metode ini cukup peka untuk pengujian
respon nyeri akan berkurang. Respon nyeri dari hewan uji ditandai dengan geliat.
Frekuensi geliat dalam waktu tertentu menyatakan derajat nyeri yang dirasakan.
Senyawa pembanding yang biasa digunakan dalam metode ini adalah analgetik
non narkotik, yaitu asetosal atau sodium asetil asetat (Mutschler, 1991).
analgesik secara tepat dan cepat pada telapak kaki tikus normal atau yang terkena
radang. Alat ini mempunyai prinsip kerja memberikan penambahan tekanan pada
kecepatan konstan. Tekanan dikenakan pada telapak kaki tikus. Besarnya tekanan
dicatat pada saat tikus merasakan nyeri akibat rangsang tekanan tersebut, yang
ditandai dengan tikus menarik telapak kaki untuk melepaskan diri dari penekan
(Mutschler, 1991).
E. LANDASAN TEORI
analgetik ini dapat diketahui dari kestabilan ikatan senyawa MH2011 dengan
berikatan dengan COX-2 dibandingkan dengan parasetamol, hal ini terlihat dari
score docking bahwa senyawa MH2011 memiliki energi yang lebih rendah yaitu
17
kata lain memiliki aktivitas sebagai analgetika yang lebih poten. Selain itu sifat
tersebut untuk menembus sawar otak akan lebih tinggi dan aktivitas sebagai
F. HIPOTESIS