PROBOLINGGO
2016
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH
SISTEM RESPIRASI
Mengetahui,
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT.
atas segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang tangguh yang tak gentar
menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN
2.9 Komplikasi........................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian.........................................................................................
BAB 4 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Infeksi akut saluran nafas atas adalah salah satu penyakit yang paling
sering menyerang manusia, dan terutama bermanifestasi sebagai “common cold”
(masuk angin). Gambarannya klinisnya sudah dikenal luas: hidung tersumbat
disertai duh cair; bersin; tenggorokan kering, nyeri, dan gatal; dan peningkatan
ringan suhu yang lebih mencolok pada anak. Patogen tersering adalah rinovirus,
tetapi coranovirus, respiratory syncytial virus, virus parainfluenza dan influenza,
adenovirus, enterovirus, dan bahkan streptokokus β hemolitikus grup A juga dapat
menjadi penyebab. Pada sejumlah kasus (sekitar 40%) penyebab tidak dapat
dipastikan; mungkin virus baru akan ditemukan. Sebagian besar infeksi terjadi
pada musim gugur dan dingin serta swasirna (biasanya berlangsung seminggu
atau kurang). Pada sebagian kecil kasus, masuk angin ini mengalami penyulit
otitis media atau sinusitis bakterialis (Kumar dkk 2007).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memahami asuhan keperawatan tentang ISPA
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui anatomi dari system respirasi bagian atas
2. Untuk mengetahui definisi dari ISPA
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari ISPA
4. Untuk mengetahui etiologi dari ISPA
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari ISPA
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ISPA
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
penderita ISPA
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
penderita ISPA
9. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit ISPA
1.4 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Anatomi
2.1.2 Fisiologi
1. Hidung
2. Faring
Laring merupakan unit rongga terakhir pada jalan napas atas. Laring
disebut juga sebagai kotak suara karena pita suara terdapat disini. Laring terletak
disisi inferior faring dan menghubungkan faring dengan trakea. Batas bawah dari
laring sejajar dengan vertebra servikalis keenam. Bagian atas terdapat glottis yang
dapat bergerak menutup pintu laring oleh epiglottis saat terjadi proses menelan.
Pada laring juga terdapat tiroid, tulang krikoid, dan kartilago ariteroid. Epiglottis
merupakan daun katup kartilago yang menutup ostium selama menelan, glottis
merupakan ostium antara pita suara dan laring. Terdapat juga kartilago tiroid,
yang merupakan kartilago terbesar pada faring dan sebagian bentuk jakun.
Kartilago krikoid merupakan satu-satunya cincin kartilago yang lengkap dalam
laring. Kartilago aritenoid digunakan dalam gerakan pita suara, sedangkan pita
suara itu sendiri merupakan ligament yang dikontrol oleh gerakan otot yang
menghasilkan bunyi suara. Pita suara melekat pada lumen laring (Tamsuri, 2008).
2.2 Definisi
ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi
disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan
pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan – 5 tahun (Muttaqin, 2008):
2.4 Etiologi
ISPA disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri penyebab ISPA antara
lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus,
Bordetelia, dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikonavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya
bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas
akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan
dan hidung.
2.5 Patofisiologi
Ketidakseimbangan Fatique
1. Batuk
2. Bersin dan kongesti nasal
3. Pengeluaran mucus dan rabas dari hidung serta turun ke tenggorok
4. Sakit kepala
5. Demam derajat ringan
6. Malaise (tidak enak badan)
2.8 Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang
benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya
kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk
yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA).
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan
obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup
pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari
tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:
a. Pencegahan dapat dilakukan dengan:
1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2. Immunisasi.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
b. Prinsip perawatan ISPA antara lain:
1. Meningkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
2. Meningkatkan makanan bergizi
3. Bila demam beri kompres dan banyak minum
4. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan yang bersih
5. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat
6. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI
c. Pengobatan antara lain:
1. Suportif: meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dll.
2. Antibiotik:
Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus
Menurut WHO: Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol,
Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain, Pnemonia berat:
Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin
Antibiotik baru lain: Sefalosforin, quinolon dll.
(Rasmaliah, 2004)
Penatalaksanaan pada penderita ISPA menurut Corwin, 2009:
1. Istirahat untuk menurunkan kebutuhan metabolic tubuh.
2. Hidrasi tambahan untuk membantu mengencerkan mucus yang kental
sehingga mudah dikeluarkan dari saluran napas. Hal ini perlu dilakukan
karena mucus yang terakumulasi merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan mikroorganisme sehingga dapat terjadi infeksi bakteri
sekunder.
3. Dekongestan, antihistamin, dan supresan batuk dapat mengurangi
beberapa gejala yang mengganggu.
4. Beberapa penelitian menyarankan zinc lozenges atau meningkatkan
konsumsi vitamin C dapat menurunkan tingkat keparahan atau
kemungkinan infeksi beberapa virus tertentu.
5. Diperlukan antibiotic apabila penyebabnya adalah bakteri atau sekunder
terhadap infeksi virus.
2.9 Komplikasi
1. Sinusitis dan otitis media akut dapat terjadi
2. Infeksi saluran napas bawah, termasuk pneumoni dan bronchitis, dapat
menyertai ISPA
(Corwin, 2009)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama, Umur, terjadi pada bayi yang baru lahir, anak-anak atau pada
usia tua. Jenis kelamin bisa terjadi pada pria dan wanita.
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan.
b. Riwayat penyakit sekarang
Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit
kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
batuk, pilek dan sakit tenggorokan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit keluarga
Menurut pengakuan klien, anggota keluarga ada juga yang pernah
mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut
e. Riwayat social
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu
dan padat penduduknya
3. Pemeriksaan Fisik
Difokuskan pada pengkajian system pernafasan:
Tanda-tanda vital :
TD : 90/70 mmHg
S : 390C
RR : 100 x/mnt
RR : 30 x/mnt
Inspeksi :
Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
Tonsil tampak kemerahan dan edema
Tampak batuk tidak produktif
Tidak ada jaringan parut pada leher
Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, tampak
adanya pernafasan cuping hidung
Palpasi :
Adanya demam.
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher atau
nyeri tekan pada nodus limfe servikalis.
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Perkusi :
Suara paru normal (resonance).
Auskultasi :
Suara nafas vesikuler atau tidak terdengar ronchi pada kedua sisi
paru.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kultur atau biakan kuman (swab); hasil yang
didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
b. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga
disertai dengan adanya thrombositopenia.
c. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.
Intervensi :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan