Anda di halaman 1dari 32

KK VA

“KONSEP DASAR KEPERAWATAN PRE OPERATIF”

MAKALAH

Oleh :
Kelompok 1
Auliya Hidayati NIM 132310101001
Indah Dwi Haryati NIM 132310101005
Ria Agustina NIM 132310101009
Kurnia Juliarthi NIM 132310101012
M. Fachrillah I.A. NIM 132310101015
Larasmiati Rasman NIM 132310101018
Indra Kurniawan NIM 132310101021
Lutfiasih Rahmawati NIM 132310101024
Dwi Yoga Setyorini NIM 132310101027
Aulia Bella Marinda NIM 132310101030
Popi Dyah NIM 132310101035
Yulince Atanay NIM 132310101040
Rizky Bella Mulyaningsasi NIM 132310101043
Yeni Dwi Aryati NIM 132310101045
Sintya Ayu Puspitasari NIM 132310101049
Tribuana Ratnasari NIM 132310101053
Afriezal Kamil NIM 132310101054
Siti Nur Hasanah NIM 132310101058

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dieprgunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih)
(Speakman, 2008). Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urin;
dua ureter yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih untuk
penampungan sementara; dan uretra yang mengalirkan urin keluar tubuh melalui
orifisium uretra eksterna (Sloane, 2003).
Ginjal memiliki fungsi yang dibutuhkan oleh tubuh, yaitu : 1) pengeluaran zat
sisa organik; 2) pengaturan konsentrasi ion-ion penting; 3) pengaturan keseimbangan
asam-basa tubuh; 4) pengaturan produksi sel darah merah; 5) pengaturan tekanan
darah; 6) pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino
darah; 7) pengeluaran zat beracun (Sloane, 2003).
Kelainan yang ada disistem perkemihan bervariasi, tergantung letak pada
bagian ginjal, saluran kemih, dan atau kandung kemih yang terkena. Demam dan
malaise merupakan gejala umum yang sering ditemukan. Gangguan pada sistem
perkemihan juga membutuhkan pembedahan, contoh seperti adanya batu ginjal di
ginjal maupun di kandung kemih. Penyakit tersebut harus menjalani proses
pembedahan sistem perkemihan, jika tidak ditakutkan akan berlanjut ke tahap yang
lebih kronis.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Perawatan Pre Operasi?
1.2.2 Apa tujuan Perawatan Pre Operasi bedah urologi?
1.2.3 Apa Perawatan Pre Operasi bedah urologi?
1.2.4 Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam perawatan Pre Operasi?
1.2.5 Bagaimana penanganan Pre Operasi
1.2.6 Apa saja daftar masalah Keperawatan?
1.2.7 Bagaimana pengkajian keperawatan pada fase pra-operatif?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui maksud dari Perawatan Pre Operasi
1.3.2 Mengetahui tujuan Perawatan Pre Operasi bedah urologi
1.3.3 Mengathui Perawatan Pre Operasi bedah urologi
1.3.4 Mengatahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam perawatan Pre
Operasi
1.3.5 Mengetahui bagaimana penanganan Pre Operasi
1.3.6 Mengathui masalah Keperawatan yang terjadi pada Pre Operasi bedah urologi
1.3.7 Mengetahui pengkajian keperawatan pada fase pra-operatif
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perawatan Pre Operatif


Fase perioperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga
sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau klasifikasi pembedahan.
Keahlian seorang perawat perioperatif dibentuk dari pengetahuan keperawatan
professional dan keterampilan psikomotor yang kemudian diintegrasikan ke dalam
tindakan keperawatan yang harmonis. Kemampuan dalam mengenali masalah pasien
yang sifatnya risiko atau actual pada setiap fase perioperatif yang didasarkan atas
pengetahuan dan pengalaman keperawatan perioperatif akan membantu penyusunan
rencana intervensi keperawatan. Staf keperawatan yang merawat pasien bertanggung
jawab untuk mengelola aspek-aspek penting perawatan pasien dengan cara
mengimplementasikan rencana perawatan yang berdasarakan pada tujuan yang
diprioritaskan, koordinasi seluruh anggota tim perioperatif, dan melibatkan tindakan
mandiri dan kolaboratif.
Asuhan keperawatan praoperatif pada praktiknya akan dilakukan secara
berkesinambungan, baik asuhan keperawatan praoperatif dibagian rawat inap,
poliklinik, bagian bedah sehari (one day care) atau di unit gawat darurat yang
kemudian dilanjutkan kamar operasi oleh perawat praoperatif. Asuhan keperawatan
praoperatif yang terintegrasi secara berkesinambungan terjadi saat beberapa masalah
pasien yang belum teratasi di ruang rawat inap, poliklinik, bedah sehari, atau unit
gawat darurat akan tetap dilanjutkan oleh perawat perioperatif di kamara operasi.
Dokumentasi yang optimal dapat membantu terciptanya komunikasi yang baik antara
perawat ruangan dengan perawat kamar operasi.
2.2 Tujuan Perawatan Pre Operatif Bedah Urologis
Tujuan dari perawatan pre operatif bedah urologis adalah sebagai berikut:
1. Pemberian pendidikan kesehatan pre operasi bertujuan untuk menambah
pengetahuan klien mengenai tindakan pembedahan dan kemungkinan
pengobatan setelah bedah sehingga pasien lebih tenang dalam menjalankan
operasinya.
2. Mempuasakan pasien sebelum dilakukan operasi bertujuan untuk mencegah
terjadinya aspirasi.
3. Mencukur rambut pada area yang akan di operasi dan membersihkannya
dengan antiseptic bertujuan untuk mempermudah tindakan oprasi, mencegah
terjadinya infeksi, menurunkan angka terjadinya injuri saat operasi.
4. Latihan napas dan latihan batuk bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
pengembangan paru-paru.
5. Latihan kaki bertujuan untuk mencegah dampak tromboflebitis.
6. Latihan mobilitas bertujuan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah
dekubitus, merangsang peristaltik, serta mengurangi adanya nyeri.
7. Pencegahan cedera bertujuan untuk mengatasi risiko terjadinya cedera

2.3 Perawatan Pre Operatif Bedah Urologi


Pre operasi (pre bedah) merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di
meja bedah. Hal-hal yang perlu dikaji dalam tahap pra oprasi adalah pegetahuan
tentang persiapan pembedahan, dan kesiapan psikologis. Prioritas pada prosedur
pembedahan yang utama adalah inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien
dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan yang berguna untuk mencegah
ketidak tahuan klien tentang prosedur yang akan dilaksanakan dan juga menjaga
rumah sakit serta petugas kesehatan dari klien dan keluarganya mengenai tindakan
tersebut.
2.4.1 Rencana tindakan:
a. Pemberian pendidikan kesehatan pre operasi.
Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan mencangkup penjelasan
mengenai berbagai informasi dalam tindakan pembedahan. Informasi tersebut
diantaranya tentang jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah, alat-
alat khusus yang di perlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan,
dan kemungkinan pengobatan setelah bedah.
b. Persiapan diet
Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun,
8 jam sebelum bedah tersebut dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan.
Sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan
dan cairan dalam lambung dapat menyebabkan aspirasi.
c. Persiapan kulit
Dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari
mikroorganisme dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksakloforin atau
sejenisnya yang sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat
rambut, maka harus di cukur.
d. Latihan napas dan latihan batuk
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan
paru-paru. Pernapasan yang dianjurkan adalah pernapasan diafragma, dengan
cara berikut:
1) Atur posisi tidur semifowler, lutut dilipat untuk mengembangkan toraks.
2) Tempatkan tangan diatas perut.
3) Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang.
4) Tahan napas 3 detik.
5) Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
6) Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga tiga
kali setelah napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
Istirahat.
e. Latihan kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebitis.
Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan
quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea. Latihan memompa otot dapat
dilakukan dengan mengontraksi otot betis dan paha, kemudian istirahatkan
otot kaki, dan ulangi hingga sepuluh kaki. Latihan quadrisep dapat dilakukan
dengan membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian
meluruskan kaki pada tempat tidur, mengangkat tumit, melipat lutut rata pada
tempat tidur, dan ulangi hingga lima kali. Latihan mengencangkan glutea
dapat dilakukan dengan menekan otot pantat, kemudian coba gerakkan kaki
ke tepi tempat tidur, lalu istirahat, dan ulangi hingga lima kali.
f. Latihan mobilitas
Latihan ini dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah
dekubitus, merangsang peristaltik, serta mengurangi adanya nyeri. Melalui
latihan mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat di tempat tidur,
seperti menggunakan penghalang agar bsa memutar badan, melatih duduk di
sisi tempat tidur, atau dengan menggeser pasiem ke sisi tempat tidur. Melatih
duduk diawali dengan tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki
menggantung di sisi tempat tidur.
g. Pencegahan cedera
Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu
dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah:
1) Cek identitas pasien.
2) Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin,
gelang, dan lain-lain.
3) Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi.
4) Lepaskan kontak lensa.
5) Lepaskan protesis.
6) Alat bantu pendengaran dapat dapat digunakan jika pasien tidak dapat
mendengar.
7) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih.
8) Gunakan kaos kaki anti emboli jika pasien berisiko terjadi tromboflebitis.

2.4 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perawatan Pre Operatif


Dalam perawatan pre operatif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait
dengan persiapan pasien dan alat. Diantaranya adalah:

a. Persiapan Fisik
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi antara lain :
1) Status kesehatan fisik secara umum
Pemeriksaan status kesehatan secara umum meliputi identitas klien,
riwayat penyakit, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap;
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin dan fungsi imunologi. Selain itu
pasien harus istirahat yang cukup karena pasien tidak akan mengalami
stres fisik dan tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki
riwayat hipertensi, tekanan darah pasien dapat stabil serta bagi pasien
wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin
dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi
harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang
cukup bagi perbaikan jaringan. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus
dikoreks sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup
untuk perbaikan. Protein sangat penting untuk mengganti massa otot tubuh
selama fase katabolik setelah pembedahan, memulihkan volume darah dan
protein plasma yang hilang, dan untuk memenuhi kebutuhan yang
meningkat untuk perbaikan jaringan dan daya tahan terhadao infeksi.
Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai
komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama
dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah
infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak
bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi
yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian.
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diperhatikan dalam kaitannya
dengan input dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum
harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya
diperiksa adalah kadar natrium serum (normal : 135 – 145 mmol/l), kadar
kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 –
1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit berkaitan erat dengan
fungsi ginjal. Ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan
ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka
operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami
gangguan seperti oliguri atau anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut
maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali
pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
4) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan
dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema atau lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 – 8 jam. Tujuan
pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi
feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadi infeksi pasca
pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO
(segera) seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, pengosongan lambung
dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
5) Kebersihan diri (Personal Hygine)
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena
tubuh yang kotor dapat menjadi sumber kuman dan mengakibatkan infeksi
pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat
diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan
lebih seksama. Sebaliknya, jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan
personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
6) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan
kateter. Selain untuk pengosongan isi bladder tindakan kateterisasi juga
diperlukan untuk mengobservasi keseimbangan cairan.
7) Latihan Fisik
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini
sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi
pascaoperasi, seperti nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada
tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara
lain latihan nafas dalam, latihan batuk efektif dan latihan gerak sendi.
8) Perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif
Tujuannya adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah statis vena, dan
menunjang fungsi pernafasan yang optimal. Pasien ditunjukkan bagaimana
cara untuk berbalik dari satu sisi ke sisi lainnya dan cara untuk mengambil
posisi lateral. Latihan ekstremitas meliputi ekstensi dan fleksi lutut dan
sendi panggul, telapak kaki diputar seperti membuat lingkaran sebesar
mungkin menggunakan ibu jari kaki. Siku dan bahu dilatih untuk ROM.
Adapun cara dari latihan perubaha posisi dan gerakan tubuh aktif, yaitu :
a) Latihan tungkai
1. Berbaring dalam posisi semi-fowler dan melakukan latihan untuk
memperbaiki sirkulasi.
2. Bengkokkan lutut dan naikkan kaki lalu tahan selama beberapa
detik, kemudian luruskan tungkai dan turunkan ke tempat tidur.
3. Lakukan secara berulang untuk satu tungkai, lalu ulang pada
tungkai lainnya.
4. Kemudian buat lingkaran dengan kaki dengan membengkokkan ke
bawah, ke dalam mendekat satu sama lain, ka atas dan kemudian
keluar.
b) Posisi miring
1. Miring ke salah satu sisi dengan bagian paling atas tungkai fleksi
dan di sangga di atas bantal.
2. Raih pagar tempat tidur sebagai alat bantu untuk maneuver ke
samping.
3. Lakukan pernafasan diafragmatik dan batuk ketika tubuh miring.
c) Turun dari tempat tidur
1. Miring ke salah satu sisi.
2. Dorong tubuh ke atas dengan satu tangan ketika mengayunkan
tungkai turun dari tempat tidur.
9) Kontrol dan medikasi nyeri
Medikasi praanestesi akan diberikan untuk meningkatkan relaksasi. Pada
pascaoperatif, medikasi akan diberikan untuk mengurangi nyeri dan
mempertahankan rasa nyaman.
10) Latihan nafas dalam dan batuk
Salah satu tujuan dari asuhan keperawatan praoperatif adalah untuk
mengajarkan pada pasien mengenai cara untuk meningkatkan ventilasi
paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum.
a) Pernafasan Diafragmatik
Pernafasan diafragmatik mengacu pada pendataran diafragma selama
inspirasi dengan mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas
sejalan dengan desakan udara masuk. selam ekspirasi otot abdomen
berkontraksi.
1. Lakukan dalam posisi di atas tempat tidur dengan punggung dan
bahu tesangga oleh bantal.
2. Dengan tangan dalam posisi genggaman kendur, biarkan tangan
berada di atas iga paling bawah dengan jari-jari tangan menghadap
dada bagian bawah.
3. Keluarkan nafas dengan perlahan dan penuh bersamaan dengan
gerakan iga menurun.
4. Ambil nafas dalam melalui hidung dan mulut, biarkan abdomen
mengembang bersamaan dengan paru-paru terisi oleh udara.
5. Tarik nafas dalam hitungan kelima.
6. Hembuskan dan keluarkan semua udara melalui hidung dan mulut.
b) Batuk
1. Condong sedikit ke depan dari posisi duduk di tempat tidur,
jalinkan jari-jari tangan dan letakkan tangan melintang letak insisi
untuk bertindak sebagai bebat ketika batuk.
2. Nafas dengan diafragma.
3. Dengan mulut agak terbuka, hirup udara.
4. “Hak”kan keluar dengan keras dengan tiga kali nafas pendek.
5. Dengan mulut tetap terbuka, lakukan nafas dalam dengan cepat
dan dengan cepat batuk dengan kuat satu atau dua kali. Hal ini
membantu membersihkan sekresi dari dada.
11) Kontrol kognitif
Bermanfaat untuk menghilangkan ketegangan dan ansietas yang
berlebihan. Kontrol kognitif tersebut seperti : imajinasi dan distraksi. Pada
kontrol kognitif imajinasi, pasien dianjurkan untuk berkonsentrasi pada
pengalaman yang menyenangkan. Sedangkan kontrol kognitif distraksi,
pasien dianjurkan untuk memikirkan cerita yang dapat dinikmati.
b. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka
dokter bedah tidak mungkin bisa menentukan tindakan operasi yang harus
dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah
berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain
seperti ECG. Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi
pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan
penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita
pasien.
Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter
anastesi berperan menentukan apakah kondisi pasien layak menjalani operasi.
Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemeriksaan
laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan
masa pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum, hemoglobin,
protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan ECG.
Pemeriksaan penunjang antara lain :
1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen,
foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan
(Computerized Tomography Scan), MRI (Magnrtic Resonance Imagine),
BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop),
ECG (Electro Cardio Graphy), ECHO, EEG (Electro Enchephalo
Graphy), dll.
2) Pemeriksaan Laboratorium berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka
leukosit, limfosit, LED (laju endap darah), jumlah trombosit, protein total
(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT,
ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun
tulang jika penyakit terkait dengan kelainan darah.
3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan
jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi.
Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor
ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD), untuk mengetahui apakah kadar
gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya
dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darah
jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst
prandial).
c. Persiapan Psikis (Mental)
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan merupakan
ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang yang dapat
membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis. Contoh perubahan
fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan antara lain, pasien dengan
riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat
mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat
sehingga operasi bisa dibatalkan. Setiap orang mempunyai pandangan yang
berbeda dalam menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan
respon yang berbeda pula. Akan tetapi, sesungguhnya perasaan takut dan
cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai
alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam
menghadapi pembedahan antara lain :
1) Takut nyeri setelah pembedahan
2) Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal (body image)
3) Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
4) Takut/cemas mengalami kondisi yang dama dengan orang lan yang
mempunyai penyakit yang sama.
5) Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
6) Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
7) Takut operasi gagal.

Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi


pengambilan keputusan pasien dan keluarga, sehingga tidak jarang pasien
menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang
tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah
merasa sudah siap. Hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah
dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. Kehadiran dan keterlibatan
keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu
mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien
dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan
pasien untuk menjalani operasi

2.5 Penanganan Pre Operatif


Penanganan pre operasi berhubungan dengan riwayat penyakit yang lalu (mis:
HT,DM,kanker), tingkat kecemasan pasien, pengetahuan pasien dan keluarga tentang
prosedur transplan,efek samping dari pembedahan juga termasuk pemeriksaan
laboratorium, ECG, pemeriksaan radiologi (mis: foto thorak,USG ginjal,CT scan
ginjal, IVP), adakah tanda-tanda infeksi, gangguan pernafasan, tanda-tanda
kelebihan/kekurangan cairan elektrolit) dan dialisis dalam 24 jam pembedahan, serta
pemeriksaan fisik.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi menurut Brunner & Suddarth ( 2002 ), antara lain :
1. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik
lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status
pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi,
dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik,
tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi,
tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu
terjadinya haid lebih awal.
2. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin
dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi
harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang
cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan
pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan
pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit.
3. Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak
dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
4. Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena
tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi.
5. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan
kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga
diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.
6. Latihan pre operasi
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:
a. Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi
nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga
pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan
kualitas tidur, meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah
setelah anastesi umum.
b. Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien
yang mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan
mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi
teranestesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak
nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di
tenggorokan.
c. Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien
sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai
pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih
cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih
cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan
penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari
kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah
memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang
fungsi pernafasan optimal.
7. Pemeriksaan Status Anestesi
Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiusan ditujukan untuk
keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anestesi demi
kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik
yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri
pasien.
8. Informed Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan
tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik pasien
maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi
sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan
menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan
dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anestesi).
9. Persiapan Mental/Psikis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.Masalah mental yang biasa muncul
pada pasien preoperasi adalah kecemasan. Maka perawat harus mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapi klien.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental menurut Junadi
( 2000), dapat dilakukan dengan berbagai cara:
a. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami
pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu
operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi,
menunjukkan tempat kamar operasi.
b. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan
operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang
sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan
menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untukapa,
dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari
pemeriksaan darah yang dilakukan.
c. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan
tnentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien
dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar
operasi.
d. Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-
hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada
pasien. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre
medikasi, seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk
menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan
istirahatnya terpenuhi. Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima
pasien di kamar operasi, petugas kesehatan di akan memperkenalkan diri
sehingga membuat pasien merasa lebih tenang.
10. Obat-Obatan Premedikasi
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-
obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan
waktu istirahat yang cukup.
2.6 Masalah Keperawatan yang Dapat Muncul
Masalah keperawatan yang disa diangkat dari pasien pre operasi urologi, sebagai
berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi, sumbatan dan abrasi saluran kemih.
2. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan inflamasi atau sumbatan
aliran urine
3. Resiko infeksi berhubungan dengan statis urine atau adanya benda asing
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia dan retensi
produk urine.
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, krisis
situasional

2.7 Pengkajian
Pengkajian pasien pada fase praoperatif secara umum dilakukan untuk
menggali permasalahan pada pasien, sehingga perawat dapat melakukan intervensi
yang sesuai dengan kondisi pasien. Pengkajian praoperatif pada kondisi klinik terbagi
atas dua bagian, yaitu :
1. Pengkajian komprehensif yang dilakukan perawat pada bagian rawat inap,
bagian bedah sehari, atau unit gawat darurat.
2. Pengkajian klarifikasi ringkas oleh perawat perioperatif di kamar operasi.
Lamanya waktu praoperatif akan menentukan lengkapnya data
pengkajian. Misalnya, jika pasien datang ke tempat pembedahan pada hari
yang sama, maka waktu yang tersedia mungkin tidak cukup untuk melakukan
pemeriksaan fisik yang komprehensif. Dalam kasus ini, perawat lebih
berfokus pada pengkajian utama seluruh system tubuh untuk memastikan
bahwa tidak ada masalah yang terabaikan. Pengkajian praoperatif secara
umum meliputi :
a. Pengkajian umum
Pada pengkajian pasien di unit rawat inap dilakukan secara komprehensif
dimana seluruh hal yang berhubungan dengan pembedahan pasien perlu
dilakukan secara seksama. Berikut ini adalah hal-hal yang harus
diidentifikasi pada saat melakukan pengkajian umum.
1) Identitas pasien
Pengkajian ini perlu dilakukan agar tidak terjadi duplikasi
nama pasien. Umur pasien sangat penting untuk diketahui guna
melihat kondisi pada berbagai jenis pembedahan. Selain itu juga
diperlukan untuk memperkuat identitas pasien. Perawat peripoperatif
harus mengetahui bahwa factor usia, baik anak-anak dan lansia, dapat
meningkatkan resiko pembedahan. Pengetahuan tersebut akan
membantu perawat perioperatif untuk menentukan tindakan
pencegahan mana yang penting untuk dimasukkan ke dalam rencan
asuhan keperawatan.
Bayi dan anak-anak berhubungan dengan status fisiologis
yang masih imatur atau mengalami penurunan. Pada bayi yang
menjalani pembedahan, kemampuan pertahanan suhunya masih
belum optimal. Refleks menggigil pada bayi belum berkembang dan
sering terjadi berbagai variasi suhu. Anestesi menambah resiko bagi
bayi karena agen anetesi dapat menyebabkan vasodilatasi dan
kehilangan panas, bayi juga mengalami kesulitan untuk
mempertahankan volume sirkulasi darah normal. Volume total darah
bayi dianggap kurang dari anak-anak atau orang dewasa. Kehilangan
darah walaupun dalam jumlah kecil dapat menjadi hal yang serius.
Lansia, seiring meningkatnya usia, kapasitas fisik pasien
lansia untuk beradaptasi dengan stress pembedahan menjadi
terhambat karena mundurnya beberapa fungsi tubuh tertentu. Lansia
yang menghadapi operasi bisa mempunyai suatu kombinasi penyakit
kronik dan masalah kesehatan selain masalah kesehatan yang
mengindikasikan pembedahan. Secara umum, lansia dianggap
memiliki resiko pembedahan yang lebih buruk dibandingkan pasien
yang lebih muda. Keterbatasan sensori seperti gangguan penglihatan
dan pendengaran, serta penurunan sensitivitas terhadap sentuhan
sering kali menjadi alasan terjadinya kecelakaan, cedera, dan luka
bakar. Keadaan mulut juga penting untuk dikaji sebab sering kali
ditemukan adanya karies gigi atau gigi palsu. Temuan ini penting
bagi ahli anestesi. Penurunan produksi keringat mengarah pada kulit
yang kering dan gatal-gatal. Kulit yang rapuh tersebut mudah
mengalami abrasi, sehingga tindakan kewaspadaan yang lebih tinggi
harus ditetapkan ketika memindahkan pasien lansia. Penurunan
lemak subkutan membuat individu lansia lebih rentan terhadap
perubahan suhu tubuh.
b. Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan pasien di rawat inap, bagian bedah
sehari, atau unit gawat darurat dilakukan perawat melalui teknik
wawancara untuk mengumpulkan riwayat yang diperlukan sesuai dengan
klasifikasi pembedahan. Pengkajian ulang riwayat kesehatan pasien harus
meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita dan alasan utama pasien
mencari pengobatan. Penyakit yang diderita pasien akan mempengaruhi
kemampuan pasien dalam menoleransi pembedahan dan mencapai
pemulihan yang menyeluruh.
Pengalaman bedah sebelumnya dapat mempengaruhi respons fisik
dan psikologis pasien terhadap prosedur pembedahan. Jenis pembedahan
sebelumnya, tingkat rasa, ketidaknyamanan, besarnya ketidakmampuan
yang ditimbulkan, dan seluruh tingkat perawatan yang pernah diberikan
adalah faktor-faktor yang mungkin akan diingat oleh pasien. Perawat
mengkaji semua komplikasi yang pernah dialami pasien . informasi ini
akan membantu perawat dalam mengantisipasi kebutuhan pasien selama
pra dan pascaoperatif.
Pasien perokok memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami
komplikasi paru-paru pascaoperasi daripada pasien bukan perokok.
Perokok kronik telah mengalami peningkatan jumlah dan ketebalan
sekresi lendir pada paru-parunya. Anestesi umum akan meningkatkan
iritasi jalan napas dan merangsang sekresi pulmonal, karena sekresi
tersebut akan dipertahankan akibat penurunan aktivitas siliaris selama
anestesi. Setelah pembedahan, pasien perokok mengalami kesulitan yang
lebih besar dalam membersihkan jalan napasnya dari sekresi lendir.
Kebiasaan mengonsumsi alkohol mengakibatkan reaksi yang
merugikan terhadap obat anestesi. Pasien juga mengalami toleransi silang
(toleransi obat meluas) terhadap pemakaian obat anestesi, sehingga
memerlukan dosis anestesi yang lebih tinggi dari normal. Selain itu
dokter mungkin perlu meningkatkan dosis analgesik pascaoperatif.
Konsumsi alcohol secara berlebihan juga dapat menyebabkan malnutrisi
sehingga penyembuhan luka menjadi lambat.
c. Pengkajian psikososiospiritual
1) Kecemasan praoperatif
Kecemasan berasal dari bahasa latin “angere” yang berarti untuk
menghadapi (to strange) atau untuk distre. Hal ini berkaitan dengan kata
“anger” yang berarti kesedihan atau masalah. Kecemasan juga berkaitan
dengan kata “to anguish” yang menggambarkan adanya nyeri akut,
penderitaan ,dan distress (stuart. 1998). Cemas berbeda dengan rasa takut,
dimana cemas disebabkan oleh hal-hal yang tidak jelas termasuk di
dalamnya pasien yang akan menjalani operasi karena mereka tidak tahu
konsekuensi pembedahan itu sendiri. Ketakutan diakibatkan oleh paparan
fisik maupun psikologis terhadap situasi yang mengancam, ketakutan
dapat menyebabkan kecemasan, dua pengalaman emosi ini dibedakan
dalam ucapan, yaitu kita mengatakan memiliki rasa takut tetapi menjadi
cemas, inti permasalahn dalam suatu bentuk kecemasan adalah pada
penjagaan diri (chitty, 1997).
Berbagai dampak psikologis yang dapat muncul adalah adanya
ketidaktahuan akan pengalaman pembedahan yang dapat mengakibatkan
kecemasan yang terkespresi dalam berbagai bentuk seperti marah,
menolak, atau apatis terhadap kegiatan keperawatan. Pasien yang cemas
sering mengalami ketakutan atau perasaan tidak tenang . berbagai bentuk
ketakutan muncul seperti ketakutan akan hal yang tidak diketahui,
misalnya terhadap pembedahan, anestesi, masa depan, keuangan, dan
tanggung jawab keluarga, ketakutan akan nyeri, kematian, atau ketakutan
akan perubahan citra diri dan konsepp diri.
Kecemasan dapat menimbulkan adanya perubahan secara fisik
maupun psikologis yang akhirnya megaktifkan saraf otonom simpatis
sehingga meningkatkan denyut jantung, peningkatan tekanan darah,
peningkatan frekuensi napas, dan secara umum mengurangi tingkat
energy pada pasien, dan akhirnya dapat merugikan individu itu snediri
(rothrock, 1999).
Prosedur pembedahan akan memberikan suatu reaksi emosional
bagi pasien, apakah reaksi tersebut jelas atau tersembunyi, normal, atau
abnormal, sebagai contoh kecemasan praoperatif merupakan suatu
respons antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dapat dianggap pasien
sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam hidup. Oleh karena itu,
perawat harus memberikan dorongan untuk pengungkapan serta harus
mendengarkan, memahami, dan memberikan informasi yang membantu
menyingkirkan kekhawatiran tersebut (potter, 2006)
Bagian terpenting dari pengkajian kecemasan praoperatif adalah
untuk menggali peran orang terdekat , baik dari keluarga, sahabat, adanya
sumber dukungan orang terdekat akan menurunkan kecemasan.
2) Perasaan
Perawat dapat mendeteksi perasaan paien tentang pembedahan dari
perilaku dan perbuatannya. Pasien yang merasa takut biasanya akan
sering bertanya , tampak tidak nyaman jika ada orang asing memasuki
ruangan. Atau secara aktif mencari dukungan dari teman dan keluarga.
Perasaan seringkali susah dikaji secara keseluruhan jika pasien akan
menjalani bedah sehari. Perawat harus menjelaskan bahwa rasa takut dan
khawatir merupakan perasaan yang normal , kemampuan pasien
mengungkapkan perasaannya bergantung pada keinginan perawat untuk
mendengar, member dukungan, dan membenarkan konsep yang salah
(stuart 1999).
3) Konsep diri
Pasien dengan konsep diri positif lebih mampu menerima operasi
yang dialaminya dengan tepat. Perawat mengkaji konsep diri pasien
dengan cara meminta pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelamahan
dirinya , pasien yang cepat mengkritik mungkin mempunyai harga diri
yang rendah atau sedang menguji pendapat perawat tentang karakter
mereka. Konsep diri yang buruk mengganggu kemampuan beradaptasi
dengan stress pembedahan dan memperburuk rasa bersalah atau
ketidakmampuannya (stuart 1999).
4) Citra diri
Pembedahan untuk mengangkat bagian tubuh yang mengandung
penyakit biasanya mengakibatkan perubahan bentuk atau fungsi tubuh
yang permanen. Rasa khawatir terhadap kelainan bentuk atau kehilangan
bagian tubuh akan menyertai rasa takut pasien. Perawat mengkaji
perubahan citra tubuh yang pasien anggap akan terjadi akibat operasi.
5) Sumber koping
Pengkajian terhadap perasaan dan konsep diri akan membantu
perawat menentukan kemampuan pasien dalam mengatasi stress akibat
pembedahan ,perawat juga bertanya tentang manajemen stress yang biasa
dilakukan pasien sebelumnya. Apabila pasien pernah menjalani
pembedahan, maka perawat perioperatif perlu menentukan perilaku yang
dapat membantu pasien dalam menghilangkan ketegangan atau
kecemasannya. Perawat dapat menginstruksikan pasien untuk melakukan
latihan relaksasi untuk membantu mengontrol ansietas.
6) Kepercayaan spiritual
Kepercayaan spiritual memainkan peranan penting dalam
menghadapi ketakutan dan ansietas. Tanpa memandang agama yang
dianut pasien, kepercayaan spiritual dapat menjadi medikasi terapeutik.
Segala upaya harus dilakukan untuk membantu pasien mendapat bantuan
spiritual yang diinginkan . keyakinan mempunyai kekuatan yang sangat
besar , oleh karena itu kepercayaan yang dimiliki oleh setiap pasien harus
dihargai dan didukung. Menghormati nilai budaya dan kepercayaan
pasien dapat mendukung terciptanya hubungan dan saling percaya.
Kemampuan yang paling berguna bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan adalah kemampuan untuk
mendengarkan pasien, terutama saat mengumpulkan riwayat kesehatan
pasien. Melalui keterlibatan dalam percakapan dan menggunakan prinsip-
prinsip komunikasi mewawancara, perawat dapat mengumpulkan
informasi dan wawasan yang sangat berharga . perawat yang tenang
memperhatikan, dan pengertian akan menimbulkan rasa percaya pasien.
7) Pengetahuan, persepsi dan pemahaman
Perawat harus mempersiapkan pasien dan keluarganya untuk
menghadapi pembedahan, dengan mengidentifikasi pengetahuan, persepsi,
dan pemahaman pasien, dapat membantu perawat merencanakan
penyuluhan dan tindakan untuk mempersiapkan kondisi emosional pasien.
Apabila pasien dijadwalkan menjalani bedah sehari, maka pengkajian
dapat dilakukan di ruang praktik dokter atau rumah pasien.
Setiap pasien merasa takut untuk datang ke tempat pembedahan.
beberapa diantaranya disebabkan karena pengalaman di rumah sakit
sebelumnya, peringatan dari teman dan keluarga. Atau karena kurang
pengetahuan. Perawat menghadapi dilema etik saat pasien memahami
informasi yang salah atau tidak menyadari alas an dilakukannya
pembedahan. perawat menanyakan gambaran pemahaman pasien tentang
pembedahan dan implikasinya.
8) Informed consent
Informed consent adalah suatu izin tertulis yang dibuat secara
sadar dan sukarela oleh pasien sebelum suatu pembedahan dilakukan. Izin
tertulis tersebut dapat melindungi pasien dari kelainan dalam prosedur
pembedahan dan melindungi ahli bedah terhadap tuntutan dari suatu
lembaga hukum demi kepentingan bersama, semua pihak yang terkait
perlu mengikuti prinsip medikolegal yang baik (Potter, 2006).
Tanggung jawab perawat adalah untuk memastikan bahwa
informed consent telah diminta oleh dokter dan ditanda tangani secara
sukarela oleh pasien. Sebelum pasien menandatangani informed consent,
ahli bedah harus memberikan penjelasan yang jelas dan sederhana tentang
apa yang akan diperlukan dalam pembedahan. ahli bedah juga harus
menginformasikan pasien tentang alternatif –alternatif yang ada,
kemungkinan resiko, komplikasi, perubahan bentuk tubuh, menimbulkan
kecacatan,ketidakmampuan, pengangkatan bagian tubuh, dan juga tentang
apa yang diperkirakan terjadi pada periode pasca operatif awal dan lanjut.
Proses penandatanganan informed consent ini dapat dilengkapi dengan
penjelasan dan harus dipastikan bahwa pasien dapat memahami dan
mengerti isi atau maksud dari informed consent tersebut. Fomulir
informed consent yang sudah ditandatangani diletakkan direkam medic
pada posisi yang mudah dilihat.
d. Pemeriksaan fisik
Focus pemeriksaan yang dilakukan adalah melakukan klarifikasi
dari hasil temuan saat melakukan anamnesis riwayat kesehatan pasien
dengan system tubuh yang akan dipengaruhi atau memengaruhi respons
pembedahan.
1) Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan keadaan umum pasien praoperatif meliputi penampilan
umum dan prilaku, pangkajian tingkat kesadaran dan pengkajian status
nutrisi.
2) Penampilan Umum
Pada pengkajian keadaan umum, secara ringkas perawat melakukan
survei keadaan umum untuk mengobservasi panampilan umum pasien.
a) Usia
Usia akan memengaruhi karakteristik fisik normal. Kemampuan untuk
berpartisipasi dalam beberapa bagian pemeriksaan fisik praoperatif juga
dipengaruhi oleh usia.
b) Tanda distres
Terdapat tanda dan gejala distress nyata yang mengindikasikan nyeri,
kesulitan bernapas, atau kecemasan. Tanda tersebut dapat membantu
perawat dalam membuat prioritas yang berkaitan dengan apa yang akan
diperiksa terlebih dahulu.
c) Jenis tubuh
Perawat mengobservasi jika pasien tanpak ramping, berotot, obesitas,
atau sangat kurus. Jenis tubuh dapat mencerminkan tingkat kesehatan,
usia, dan gaya hidup.
d) Postur
Perawat mengkaji postur tubuh pasien. Apakah pasien memiliki
postur tubuh yang merosot, tegak, dan bungkuk. Postur dapat
mencerminkan alam perasaan atau adanya nyeri.
e) Gerakan tubuh
Observasi gerakan tersebut bertujuan untuk memperhatikan apakah
terdapat tremor di ekstremitas. Tentukan ada atau tidaknya bagian tubuh
yang tidak bergerak.
f) Pengkajian tingkat kesadaran
Penilaian tingkat respons kesadaran secara umum dapat
mempersingkat pemeriksaan. Pengenalan kondisi klinis pada setiap
tingkat kesadaran akan memudahkan perawat dalam melakukan
pengkajian.
g) Pengkajian status nutrisi
Pengkajian status nutrisi dengan menggunakan berat dan tinggi
badan merupakan indicator status nutrisi yang penting . kebutuhan nutrisi
ditentukan dengan mengukur tinggi dan berat badan, lipat kulit trisep,
lingkar lengan atas, kadar protein darah, dan keseimbangan nitrogen.
Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan
untuk memberikan protein yang cukup guna perbaikan jaringan. Namun
jika pasien malnutrisi harus menjalani prosedur darurat, maka upaya
perbaikan nutrisi dilakukan setelah pembedahan. (potter,2006) .
e. Pengkajian diagnostic
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Sediman urin, darah lengkap dan elektrolit
b) Faal ginjal, faal hati
c) Kultur urin dan test kepekaan antibiotik
d) Faal haemostasis
e) Kadar Calsium, phosphat dan Asam urat dalam serum serta ekskresi
Calsium, phosphat dan asam urat dalam urin 24 jam
2) Pemeriksaan penunjang
a) BOF
b) IVP
c) Tomogram : bila batu tidak/kurang jelas (semi-opaque)
d) Thoraks foto
e) USG / renogram : bila ginjal non visualized
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fase perioperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga
sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau klasifikasi
pembedahan. Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien . Kata perioperatif adalah gabungan dari tiga fase
pengalaman pembedahan yaitu : pre operatif, intra operatif dan post operatif.
Tujuan dari Pre Operatif Pembedahan Sistem Perkemihan, salah satunya adalah
pemberian pendidikan kesehatan pre operasi bertujuan untuk menambah
pengetahuan klien mengenai tindakan pembedahan dan kemungkinan pengobatan
setelah bedah sehingga pasien lebih tenang dalam menjalankan operasinya.

3.2 Saran
Dalam persiapan pre operasi yang dilakukan adalah persiapakan diri klien
mulai dari persiapan fisik, persiapan penunjang, dan persiapan mental (psikis).
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan pasien dan keluarga, sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang
sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa
hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap. Jadi,
kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Uliyah, Musrifatul. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba


Medika.
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 2.
Penerbit EGC.
Junadi, Purnawan. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke III. penerbit FKUI,
Jakarta.
NANDA.2006. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006.
Philadelphia. Ed Budi Santosa: Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai