Anda di halaman 1dari 4

Journal Reading

A THREE-STEP DIAGNOSIS OF PEDIATRIC


PNEUMONIA AT THE EMERGENCY DEPARTMENT
USING CLINICAL PREDICTORS, C-REACTIVE
PROTEIN, AND PNEUMOCOCCAL PCR

Oleh:

Wahyudo Imami Muhammad, S.Ked 0408481618157

Pembimbing:
dr. Azwar Aruf, MSc, SpA

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

1
Telaah Jurnal

A THREE-STEP DIAGNOSIS OF PEDIATRIC


PNEUMONIA AT THE EMERGENCY DEPARTMENT
USING CLINICAL PREDICTORS, C-REACTIVE
PROTEIN, AND PNEUMOCOCCAL PCR

Oleh :

Wahyudo Imami Muhammad 04084821618157

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik di
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit
Dr.Mohammad Hoesin Palembang periode 15 Mei-24 juli 2017

Palembang, Juni 2017


Pembimbing

dr. Azwar Aruf, MSc, SpA

2
TELAAH KRITIS JURNAL
1. Judul jurnal :
“a three-step diagnosis of pediatric pneumonia at the emergency department using clinical
predictors, c-reactive protein, and pneumococcal pcr”

2. Gambaran umum:
a. Latar Belakang:
Comunity-acquired pneumonia (CAP) masih menjadi penyebab utama kematian anak-anak di
seluruh dunia. Streptococcus pneumoniae (SP) adalah patogen utama bakteri CAP dan
pneumonia dengan komplikasi seperti efusi pleura, empiema, atau bacteremia. Kejadian tahunan
CAP di Eropa dan Amerika Utara adalah 30 - 40 per 1000 anak-anak <5. Etiologi mikrobiologi
dari CAP masa kanak-kanak sangat bervariasi dari berbagai studi: 19 - 65% adalah virus, 19 -
37% adalah bakteri yang tipikal dan atipikal, dan 23 - 33% infeksi campuran virus- bakteri.

Sayangnya, diagnosis secara mikrobiologi sering tidak memungkinkan karena tidak dapat
diaksesnya daerah yang terinfeksi, yaitu, jaringan paru-paru atau bronchoalveolar lavage, dan
hal ini lebih rumit oleh fakta bahwa masih belum ada gold standard untuk mendiagnosis CAP
pediatrik. Pemeriksaan kultur darah atau pleura sangat spesifik tetapi hanya positif untuk CAP
darri sekitar 4 -10% kasus.

Tes pneumokokus PCR yang menargetkan gen-gen seperti autolysin A (LytA) atau pneumolysin
(PLY), tampaknya lebih sensitif dibandingkan kultur darah untuk mendiagnosis CAP
pneumokokus dan dapat digunakan sebagai marker pengganti dari pneumokokus pneumonia.
Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa PLY PCR mungkin kurang spesifik. Hal ini karena
dapat menjadi positif pada anak dengan pneumokokus atau koloni S. viridans, terutama di
nasofaring PCR.

Oleh karena itu, penggunaan darah dibandingkan nasofaring PCR yang menargetkan baik PLY
dan gen LytA, terlihat lebih spesifik. Bronchoalveolar lavage atau aspirasi paru-paru terlalu
berbahaya untuk digunakan sebagai pemeriksaan rutin. Sulit untuk mendapatkan sputum dari
anak-anak dan juga sering terkontaminasi oleh komensal dari orofaring. kultur bakteri nasofaring
sering mendapatkan hasil positif tetapi terkadang tidak dapat diandalkan karena mengikuti
3
bakteri sehat. Berbeda dengan orang dewasa, pemeriksaan urin SP C-polisakarida telah
menunjukkan tingginya tingkat positif palsu pada anak-anak. Meskipun studi terbaru
menunjukkan kemungkinan adanya nilai tambah.

Kesimpulannya, tes laboratorium tidak dapat diandalkan untuk memprediksi bakteri penyebab
infeksi.

pedoman terbaru dari The British Thoracic Society's untuk manajemen CAP mengusulkan bahwa
pemeriksaan darah dan rontgen dada tidak harus dianggap sebagai pemeriksaan rutin. Selain itu,
baru-baru ini PID dan IDSA pedoman CAP pediatrik tidak merekomendasikan penggunaan
antibiotik tanpa adanya temuan klinis atau laboratorium sugestif dari infeksi bakteri. Namun,
definisi yang tepat dari temuan yang memungkinkan diferensiasi antara infeksi bakteri dan virus
tidak mudah. Karena tidak ada metode standar emas untuk membedakan antara pneumonia
bakteri dan virus, mayoritas anak-anak memang diobati dengan antibiotik, sering dengan
antibiotik spektrum luas
The British Thoracic Society’s recent guidelines for the management of CAP therefore propose that blood testing
and chest radiography should not be considered routine investiga-tions [27]. Furthermore, the recent PIDS and IDSA
guide-lines on pediatric CAP do not recommend the use of an-tibiotics in the absence of clinical or laboratory
findings suggestive of bacterial infection. However, an exact defi-nition of the findings that allow differentiation
between bacterial and viral infection are not straightforward. Since there is no gold standard method for
differentiating between bacterial and viral pneumonia, the majority of children are indeed treated with antibiotics,
often with broad-spectrum antibiotics

Anda mungkin juga menyukai