BAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Svehla (1999) dalam larutan air, kromium (Cr) membentuk tiga
jenis ion yaitu : (a) Ion kromium(II) atau kromo (Cr2+), ion kromium(II) memiliki
bilangan oksidasi +2, bersifat tidak stabil karena merupakan zat pereduksi yang
Oksigen di udara akan mengoksidasi Cr2+ menjadi ion kromium(III), ion ini
membentuk larutan yang bewarna biru. Senyawa yang terbentuk dari ion logam
Cr2+ bersifat basa (b) Ion kromium(III) atau kromi (Cr3+), ion kromium(III)
memiliki bilangan oksidasi +3 dan bersifat stabil. Dalam larutan, ion-ion ini
bewarna hijau atau lembayung. Senyawa yang terbentuk dari ion logam Cr3+
bersifat amfoter. (c) Ion kromium(VI) atau kromat (CrO42-) dan dikromat (Cr2O72-
kuning sedangkan dikromat bewarna jingga. Senyawa yang terbentuk dari ion
dikromat (Milasari,2016).
jika digunkan dalam proses titrasi. Kelemahannya adalah dalam medium HCl Cl-
dapat teroksidasi, demikian juga larutannya mempunyai kestabilan yang terbatas.
Dalam analisis kimia dikenal berbagai macam cara untuk mengetahui data
untuk menentukan suatu zat berkadar rendah, biasanya dalam satuan ppm (part
per million) atau ppb (part per billion). Salah satu metode sederhana untuk
menentukan zat organik dan anorga-nik secara kualitatif dan kuantitatif dalam
contoh air laut, yaitu dengan metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar
Tampak. Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh
suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap memungkinkan
pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif (Triyati, 1985).
cepat, sensitif dan murah. Alat ini tepat untuk pengendalian dosis sediaan farmasi.
dimana tidak ada gangguan langsung (kesalahan aditif). Kesalahan aditif diamati
ketika dua atau lebih spesies dalam sampel memiliki tumpang tindih spektral.
Dalam hal demikian penentuan satu analit di hadapan interferen dengan metode
konsentrasi sampel yang akurat dan teliti. Instrumen yang digunakan untuk
analisis proses di industri ini, keakuratan dan ketelitian instrumen tersebut harus
sampel yang dikenal seperti Kalium permanganat (KMnO4) yang harus dari
interaksi radiasi cahaya dengan materi pada rentang ultra violet (200-400) dan
komponen tidak saling mengganggu. Dua macam kromofor yang berbeda akan
mempunyai kekuatan absorpsi cahaya yang berbeda pula pada satu daerah
masing komponen dapat dihitung. λ1 dan λ2 tidak selalu harus panjang gelombang
daerah panjang gelombang yang range-nya sempit atau daerah belokan. Bila
puncak-puncak absorpsinyatidak tajam , maka akurasi teknik ini tidak begitu baik.
Penentuan dengan teknik ini didasarkan atas asumsi bahwa absorpsi komponen-
komponen bersifat aditif. Contoh pemakaian teknik ini adalah analisis Cr dan Mn
komponen tunggalnya. Prinsipnya adalah mencari serapan atau beda serapan tiap-
Sehingga dapat dihitung kadar masing-masing campuran zat secara serentak atau