Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang
disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah. Otits
media akut (OMA) dapat terjadi kare beberapa faktor penyebab, seperti
sumbatan tuba eustachius (merupakan penyebab utama dari kejadian otitis
media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius
terganggu), ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), dan bakteri (Streptococcus
peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis, dan bakteri
piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus, Staphylococcus aureus, E.
coli, Pneumococcus vulgaris).
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 9,3 juta anak-anak
mengalami serangan OMA pada 2 tahun pertama kehidupannya. Pada 33%
anak akan mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMA pada usia 3
tahun pertama. Terdapat 70% anak usia kurang dari 15 tahun pernah
mengalami satu episode OMA. Faktanya, ditemukan bahwa otitis media
menjadi penyebab 22,7% anak-anak pada usia dibawah 1 tahun dan 40% anak-
anak pada usia 4 sampai dengan 5 tahun yang datang berkunjung ke dokter
anak. Selain itu, sekitar sepertiga kunjungan ke dokter didiagnosa sebagai
OMA dan sekitar 75% kunjungan balik ke dokter adalah untuk follow-up
penyakit otitis media tersebut menunjukkan bahwa 19% hingga 62% anak-anak
mengalami sekurang-kurangnya satu episode OMA dalam tahun pertama
kehidupannya dan sekitar 50-84% anak-anak mengalami paling sedikit satu
episode OMA ketika ia mencapai usia 3 tahun.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi fisiologi Telinga

Telinga adalah indra pendengaran. Pendengaran merupakan indra


mekanoreseptor karena memberikan respon terhadap getaran mekanik
gelombang suara yang terdapat di udara. Telinga menerima gelombang suara
yang frekuensinya berbeda, kemudian menghantarkan informasi pendengaran
kesusunan saraf pusat. Telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga
luar, telinga tengah dan telinga dalam.

Gambar Telinga

Bagian-bagian telinga
Telinga terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :
 Telinga bagian luar
 Telinga bagian tengah
 Telinga bagian dalam

2
a. Telinga Luar

Bagian luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar terdiri
dari daun telinga, lubang telinga, dan saluran telinga luar. Telinga luar meliputi
daun telinga atau pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan
gendang telinga atau membran timpani. Bagian daun telinga berfungsi untuk
membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju
gendang telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi
untuk menangkap suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini
merupakan hasil susunan tulang dan rawan yang dilapisi kulit tipis.
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis
auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti
cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak
pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi
kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan
jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan
gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus.
Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular.
Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus
auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut.
Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter.
Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit

3
terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.
Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam
kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi
substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri
telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen
nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi
kulit. Di dalam saluran terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti
lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya bagian saluran yang
memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut. Pada ujung saluran
terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga dalam. Peradangan
pada bagian telinga ini disebut sebagai otitis Eksterna. Hal ini biasanya terjadi
karena kebiasaan mengorek telinga & akan menjadi masalah bagi penderita
diabetes mellitus (DM/sakit gula)
Aurikula berfungsi mengumpulkan getaran udara, bentuknya berupa
lempeng tulang rawan yang elastis yang ditutupi kulit, memiliki otot intrinsic
dan ekstrinsik serta di persarapi oleh nervus fasialis. Seluruh permukaan
diliputi kulit tipis dengan lapisan subkutis pada permukaan anterolateral, serta
di temukan rambut kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Meatus akustikus eksternal merupakan tabung berkelok – kelok yang
terbentang antara aurikula dan membrane tempani, berfungsi menghantarkan
gelombang suara dari aurikula ke membrane tempani.
Pada bagian luar banyak ditemukan rambut yang berhubungan dengan
kelenjar sebasea, sedangkan dalam liang ditemukan serumen berwarna coklat
yang berfungsi sebagai pelindung. Seruman merupakan modifikasi kelenjar
keringat bergabung dengan kelenjar sebasea yang bermuara langsung ke
permukaan kulit.

4
b. Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di
sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di
antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan
menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis
normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan
rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah)
dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa
sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal. Telinga tengah mengandung
tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada
tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada
dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang
memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak
pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat
memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat
tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk
cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila
ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi
ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm
panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya,
tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika
melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai
drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan
tekanan atmosfer.
Maleus dan incus berputar pada sumbu anterior posterior yang berjalan
melalui :
1. Legamentum yang menghubungan prosesus anterior malleus dengan
dinding anterior kafumtimpani.
2. Prosesus anterior maleus dengan prosesus brevis inkudis

3. Ligamentum yang menghubungkan prosesus bepis inkudis dengan


dinding posterior kafum timpani.

5
Selama menghantarkan getaran dari membrane tempani ke perilimf
melalui osikula mengalami pembesaran dengan 1,3 : 1 dan luas membrane
tempani lebih kurang 17 kali lebih besar dari luas basis stapes yang berakibat
tekanan efektif pada perilimf meningkat menjadi 22: 1.
Tuba auditiva merupakan bagian yang meluas dari diding anterior kavum
timpani ke bawah, depan, dan medial sampai ke nasofaring. Bagian 1/3
posterior terdiri atas tulang dan 2/3 anterior tulang rawan . berhubungan
dengan nasofaring setelah berjalan di atas muskulus konstriktor faring superior.
Tuba auditiva berfungsi membuat seimbang tekanan udara dalam kavum timpani
dan nasofaring.
Antrum mastoideum merupakan bagian yang terletak di belakang
kavum timpani dalam pars petrosa ossis temporalis bentuknya bundar dengan
garis 1 cm. diding anterior berhubungan dengan kavum timpani dan dinding
posterior memisahkan antrum dari sinus sigoideum dan sereblum.
Sellulae mastoidea yaitu prosesus mastoideus mulai berkembang pada
tahun ke dua kehidupan.Sellulae mastoid adalah suatu rongga yang
berhubungan dalam prosessus mastoid,berhubungan dengan antrum dan kavum
timpani sebelah atasnya serta dilapisi membrane mukosa.

c. Telinga Dalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ
untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu
juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis)
semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis
semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi
posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama
lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ
ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan
seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm
dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk
pendengaran, dinamakan organ Corti.. Di dalam lulang labirin, namun tidak

6
sempurna mengisinya, Labirin membranosa terendam dalam cairan yang
dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal
dalam otak melalui aquaduktus koklearis.
Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, sakulus, dan duktus
semisirkularis, duktus koklearis.
a. Atrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gempeng terpaut
pada tempatnya oleh jaringan ikat. Disini terdapat saraf (nervus akustikus)
pada bagian depan dan sampingnya ada daerah yang lonjong yang disebut
macula akustika utrikola. pada dinding belakang atrikus ada muara dari
duktus
semisirkularis dan pada dinding depannya ada tabung halus disebut
utrikulosa sirkularis, saluran yang menghubungkan atrikulus dengan
sakulus.
b. Sakulus, bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus, terletak pada
bagian depan dan bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh jaringan ikat,
tempat terdapatnya nervus akustikus. Pada bagian depan sakulus ditemukan
serabut-serabut halus cabang nervus akustikus yang berakhir pada macula
akustika sakuli. Pada permukaan bawah sakulus ada duktus reunien yang
menghubungkan sakulus dengan duktus koklearis, di bagian sudut sakulus
ada saluran halus disebut duktus endolimfatikus, berjalan melalui
aquaduktus vestibularismenuju permukaan bagian bawah tulang temporalis
dan berakhir sebagai kantong buntu disebut sakus endolimfatikus yang
terletak tepat di lapisan otak duramater.
c. Duktus semisirkularis, ada tiga tabung selaput semisrkularis yang berjalan
dalam kanalis semisrkularis (superior, posterior, dan lateralis).
Penampangannya kira-kira sekitar sepertiga penampang kanalis
semisirkularis. Bagian duktus yang melebar disebut ampula selaput. Setiap
ampula mengandung satu celah siklus, sebelah dalam ada Krista ampularis
yang terlihat menonjol kedalam yang menerima ujung-ujung saraf.
d. Duktus koklearis merupakan saluran yang berbentuk agak segitiga seolah-
olah membuat batas pada koklea timpani. Atap duktus koklearis terdapat
membrane vestibularis pada alasnya terdapat membran basilaris. Duktus

7
koklearis mulai dari kantong buntu (seikum vestibular) dan berakhir tepat
diseberang kanalis lamina spiralis pada kantong buntu (seikum ampulare)
pada membrane basilaris ditemukan organ korti sepanjang duktus koklearis
yang merupakan hearing sense organ.
Pada pertemuan antara lamina spiralis tulang dengan mediolus terdapat
ganglion spiralis yang sebagaian besar diliputi tulang bagian bawah dan
menyatu dengan membrane basilaris melintasi duktus koklearis dan
melekat pada ligamentum basilaris.
 Membran basilaris : dibentuk oleh lapisan serat – serat kolagen,
permukaan bawah yang menghadap skala timpani diliputi oleh jaringan
ikat fibbrosa yang mengandung pembuluh darah.
 Membran vestibularis : suatu lembaran jaringan ikat tipis, diliputi pada
permukaan atas vestibular oleh pelapis rongga perilimf yaitu jaringan
epitel selapis gepeng yang terdiri atas sel mesenkim.
 Dektus koklearis : dektus ini mengandung pigmen, bentuknya lebih
tinggi dan tidak beraturan, di bawahnya terdapat jaringan ikat yang
banyakmengandung kapiler yang disebut stria vaskularis. Dektus
koklearis merupakan tempat sekresi endolimf dan termasuk organ korti

8
Telinga dalam terdidri dari labirin osea (labirin tulang) sebuah rangkaian
rongga pada tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe &
labirin membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe. Di
labirin osea terdapat koklea, vestibulum, kanalis semisirkularis.
 kolea atau rumah siput. Penampang melintang koklea trdiri aras tiga
bagian yaitu skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian
dasar dari skala vestibuli berhubungan dengan tulang sanggurdi melalui
jendela berselaput yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani
berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap bulat. Bagian atas
skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran Reissner
dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Di atas membran
basilaris terdapat organo corti yang berfungsi mengubah getaran suara
menjadi impuls. Organo corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong.
Di atas sel rambut terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin
yang lentur, sedangkan sel rambut akan dihubungkan dengan bagian
otak dengan saraf vestibulokoklearis.
 Vestibulum, bagian tengah labirintus osseous pada vestibulum ini
membuka fenestra ovale dan fenestra rotundum dan pada bagian
belakang atas menerima muara kanalis semisirkularis
 Kanalis semisirkularis merupakan saluran setengah lingkaran yang
terdiri dari 3 saluran. Saluran yang satu dengan yang lainnya
membentuk sudut 90%, kanalis semisrkularis superior, kanalis
semisirkularis posterior dan kanalis semisirkularis lateralis.
Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan endolimfe.
Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam
telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini
terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga
dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa.
Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular
nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear
merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris
yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis

9
auditorius internus, nervus koklearis yang muncul dari koklea, bergabung
dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus,
dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung
dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis
(nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut
dan asupan darah ke batang otak.

10
Keterangan gambar membran timpani normal pada telinga kanan.
1 = pars flaksid; 2 = prosesus brevis maleus; 3 = tangan dari maleus;4 =
umbo; 5 = resesus supratuba; 6 = orifisium tuba; 7 = sel udara hipotimpani;
8 = tendon stapedius; c = chorda tympani; I = inkus; P =
promontorium;o=oval window; R=round window; T = tensor timpani; A =
anulus.

Perbedaan anatomi tuba Eustachius pada anak dan dewasa.

2.2 Definisi Otitis Media Akut


Otitis media adalah suatu peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah. Otitis media akut didefinisikan bila proses peradangan pada
telinga tengah yang terjadi secara cepat dan singkat (dalam waktu kurang
dari 3 minggu) yang disertai dengan gejala lokal dan sistemik.

11
2.3 Etiologi Otitis Media Akut
Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri yang
paling sering ditemukan adalah Streptococcus pneumaniae, diikuti oleh
Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis, Streptococcus grup A, dan
Staphylococcus aureus. Beberapa mikroorganisme lain yang jarang
ditemukan adalah Mycoplasma pneumaniae, Chlamydia pneumaniae, dan
Clamydia tracomatis.
Broides et al menemukan prevalensi bakteri penyebab OMA adalah
H.influenza 48%, S.pneumoniae 42,9%, M.catarrhalis 4,8%, Streptococcus
grup A 4,3% pada pasien usia dibawah 5 tahun pada tahun 1995-2006 di
Negev, Israil.19 Sedangkan Titisari menemukan bakteri penyebab OMA
pada pasien yang berobat di RSCM dan RSAB Harapan Kita Jakarta
pada bulan Agustus 2004 – Februari 2005 yaitu S.aureus 78,3%,
S.pneumoniae 13%, dan H.influenza 8,7%.
Virus terdeteksi pada sekret pernafasan pada 40-90% anak dengan
OMA, dan terdeteksi pada 20-48% cairan telinga tengah anak dengan
OMA. Virus yang sering sebagai penyebab OMA adalah respiratory
syncytial virus. Selain itu bisa disebabkan virus parainfluenza
(tipe 1,2, dan 3), influenza A dan B, rinovirus, adenovirus, enterovirus, dan
koronavirus. Penyebab yang jarang yaitu sitomegalovirus dan herpes
simpleks. Infeksi bisa disebabkan oleh virus sendiri atau kombinasi dengan
bakteri lain

2.4 Patofisiologi Otitis Media Akut


Otitis media akut terjadi karena terganggunya faktor pertahanan tubuh.
Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab
terjadinya penyakit ini. Dengan terganggunya fungsi tuba Eustachius,
terganggu pula pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah sehingga
kuman masuk dan terjadi peradangan. Gangguan fungsi tuba Eustachius ini
menyebabkan terjadinya tekanan negatif di telingah tengah, yang
menyebabkan transudasi cairan hingga supurasi. Pencetus terjadinya OMA
adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).

12
Makin sering anak-anak terserang ISPA, makin besar kemungkinan
terjadinya OMA. Pada bayi dan anak terjadinya OMA dipermudah karena:
1. morfologi tuba eustachius yang pendek, lebar, dan letaknya agak
horizontal; 2. sistem kekebalan tubuh masih dalam perkembangan; 3.
adenoid pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa dan sering
terinfeksi sehingga infeksi dapat menyebar ke telinga tengah.
Beberapa faktor lain mungkin juga berhubungan dengan terjadinya
penyakit telinga tengah, seperti alergi, disfungsi siliar, penyakit hidung
dan/atau sinus, dan kelainan sistem imun.

2.5 Klasifikasi Otitis Media Akut


Ada 5 stadium OMA berdasarkan pada perubahan mukosa telinga
tengah, yaitu:
1. Stadium oklusi tuba eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi membrane
timpani akibat terjadinya tekanan negative didalam telinga tengah, akibat
absorbs udara. Kadang-kadang membrane timpani tampak normal (tidak
ada kelainan) atau berwarna kerut pucat. Efusi mungkin telah terjadi,
tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis
media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi.
2. Stadium Hiperemis
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di
membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis
serta edem. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat
yang serosa sehingga sukar terlihat.
3. Stadium Supurasi
Edema yang terlihat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel
epitel superfisial, sehingga terbentuknya eksudat yang purulent di
kavum timpani, menyebabkan membrane timpani menonjol (bulging)
kearah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit,
nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri ditelinga bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi
iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis
pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini

13
pada membrane timpani terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan
berwarna kekuningan terjadi rupture. Bila tidak dilakukan insisi
membrane timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan
besar membrane timpani akan rupture dan nanah keluar dari liang
telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup
kembali, sedangkan apabila terjadi rupture, maka lubang tempat rupture
(perforasi) tidak mungkin menutup kembali.
4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau
virulensi kuman yang tinggi, maka akan terjadi rupture membrane
timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga
luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badab
turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut dengan
otitis media akut stadium perforasi.
5. Stadium Resolusi
Bila membrane timpani tetap utuh, maka keadaan membrane timpani
perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka
secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik
atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun
tanda pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi
menetap dengan secret yang keluar terus menerus atau hiang timbul.
OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media
serosa bila secret menetap di cavum timpani tanpa terjadinya perforasi

Ada juga yang membagi OMA menjadi 5 stadium yang sedikit


berbeda yaitu: 1. stadium kataralis; 2. stadium eksudasi; 3. stadium
supurasi; 4. stadium penyembuhan; dan 5. stadium komplikasi.

14
15
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari OMA tergantung pada stadium penyakit dan
umur klien.
a. Stadium Hiperemi
· Nyeri dan rasa penuh dalam telinga karena tertupnya tuba
eustachius yang mengalami hiperemi dan edema
· Demam
· Pendengaran biasanya masih normal
b. Stadium Oklusi
· Nyeri dan demam bertambah hebat
· Pada anak : panas tinggi disertai muntah, kejang, dan meningismus
· Pendengaran mulai berkurang

c. Stadium Supurasi
- Keluar sekret dari telinga
- Nyeri berkurang karena terbentuk drainase akibat membran
timpani rupture
- Demam berkurang
- Gangguan pendengaran bertambah karena terjadi gangguan
mekanisme konduksi udara dalam telinga tengah
d. Stadium Koalesen
- Nyeri tekan pada daerah mastoid, dan akan terasa berat pada
malam hari
e. Stadium Resolus
- Pendengaran membaik atau kembali normal.

2.6 Diagnosis Otitis Media Akut


Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut:
1.Penyakitnya muncul mendadak (akut); 2. Ditemukannya tanda efusi di
telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara
tanda berikut: menggembungnya gendang telinga, terbatas / tidak
adanya gerakan gendang telinga, adanya bayangan cairan di belakang
gendang telinga, cairan yang keluar dari telinga; 3. Adanya tanda /
gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah

16
satu di antara tanda berikut: kemerahan pada gendang telinga, nyeri
telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal. Diagnosis OMA
dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat.
Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia
pasien. Pada anak – anak umumnya keluhan berupa rasa nyeri di
telinga dan demam. Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan
atas sebelumnya. Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri
terdapat gangguan pendengaran dan telinga terasa penuh. Pada bayi
gejala khas adalah panas yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur,
diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga yang sakit.
Beberapa teknik pemeriksaan dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis OMA, seperti otoskop, otoskop pneumatik, timpanometri,
dan timpanosintesis. Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang
telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga
menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang
telinga.

Otitis media akut, tampak membran timpani eritem dan bulging.

17
Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi
pneumatik. Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada
sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini
meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA. Namun umumnya
diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan otoskop biasa.
Untuk mengkonfirmasi penemuan otoskopi pneumatik dilakukan
timpanometri. Timpanometri dapat memeriksa secara objektif
mobilitas membran timpani dan rantai tulang pendengaran.
Timpanometri merupakan konfirmasi penting terdapatnya
cairan di telinga tengah. Timpanometri juga dapat mengukur
tekanan telinga tengah dan dengan mudah menilai patensi tabung
miringotomi dengan mengukur peningkatan volume liang telinga
luar. Timpanometri punya sensitivitas dan spesifisitas 70-90% untuk
deteksi cairan telinga tengah, tetapi tergantung kerjasama pasien.
Timpanosintesis, diikuti aspirasi dan kultur cairan dari
telinga tengah, bermanfaat pada anak yang gagal diterapi dengan
berbagai antibiotika, atau pada imunodefisiensi. Timpanosintesis
merupakan standar emas untuk menunjukkan adanya cairan di telinga
tengah dan untuk mengidentifikasi patogen yang spesifik.
Menurut beratnya gejala, OMA dapat diklasifikasi menjadi
OMA berat dan tidak berat. OMA berat apabila terdapat otalgia
sedang sampai berat, atau demam dengan suhu lebih atau sama
dengan 39oC oral atau 39,5oC rektal, atau keduanya. Sedangkan
OMA tidak berat apabila terdapat otalgia ringan dan demam dengan
suhu kurang dari 39oC oral atau 39,5oC rektal, atau tidak demam.

Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Audiometri
Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri.
Alat ini menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui
aerphon. Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan
diplotkan pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran

18
normal. Hal ini menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian
dan gambaran mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.
b. Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara
hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.
c. Test Weber
Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan
hantaran tulang antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes
weber yaitu: membunyikan garputala 512 Hz lalu tangkainya kita
letakkan tegak lurus pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga
mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika telinga
pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi
lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama
tidak mendengar atau sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada
lateralisasi.
d. Test Swabach
Tujuan : Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid
antara pemeriksa (normal) dengan probandus.
Dasar : Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat
ditimbulkan oleh : Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang
datang melalui tengkorak, khususnya osteo temporale

2.8 Penatalaksanaan Otitis Media Akut


Tujuan penatalaksanaan OMA adalah mengurangi gejala dan
rekurensi. Pada fase inisial penatalaksanaan ditujukan pada penyembuhan
gejala yang berhubungan dengan nyeri dan demam dan mencegah
komplikasi supuratif seperti mastoiditis atau meningitis. Penatalaksanaan
medis OMA menjadi kompleks disebabkan perubahan patogen penyebab.
Diagnosis yang tidak tepat dapat menyebabkan pilihan terapi yang tidak
tepat. Pada anak di bawah dua tahun, hal ini bisa menimbulkan
komplikasi yang serius. Diagnosis yang tidak tepat dapat menyebabkan
pasien diterapi dengan antibotik yang sebenarnya kurang tepat atau tidak
perlu. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya resistensi antibiotik,
sehingga infeksi menjadi lebih sulit diatasi.

19
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya
a. Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk
membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan negative di
telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCl
efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak<12 tahun) atau HCl
efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12
tahun dan pada orang dewasa. Selain itu sumber infeki harus
diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah
kuman, bukan oleh virus atau alergi.
b. Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes
hidung dan analgetika. Antibiotika yang dianjurkan ialah dari
golongan penisilin intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang
adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang
terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, dan
kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7
hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka akan diberikan
eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100
mg/kg BB per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40
mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kg
BB/hari.
c. Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotika , idealnya harus
disertai dengan miringotomi, bila membrane timpani masih utuh.
Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan
rupture dapat dihindari.
d. Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar dan
kadang terlihat secret keluar secara berdenyut (pulsasi).
Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3%
selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya secret
akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-
10 hari.
e. Pada stadium resolusi, maka membrane timpani berangsur normal
kembali, secret tidak ada lagi dan perforasi membrane timpani
menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak secret
mengalir diliang telinga luar melalui perforasi dimembran timpani.

20
Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa
telinga tengah. Pada keadaan demikian dapat dilanjutkan sampai 3
minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan secret masih tetap
banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya secret dari telinga
tengah lebih dari 3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media
supuratif sub akut. Bila perforasi menetap dan secret tetap keluar lebih
dari satu setengah bulan atau dua bulan, maka keadaan ini disebut
otitis media supuratif kronik (OMSK). Pada pengobatan OMA
terdapat beberapa factor risiko yang dapat menyebabkan kegagalan
terapi. Risiko tersebut digolongkan menjadi risiko tinggi kegagalan
terapi dan risiko rendah.

Terapi Pembedahan
Walaupun observasi yang hati-hati dan pemberian obat merupakan
pendekatan pertama dalam terapi OMA, terapi pembedahan perlu
dipertimbangkan pada anak dengan OMA rekuren, otitis media efusi
(OME), atau komplikasi supuratif seperti mastoiditis dengan osteitis.
Beberapa terapi bedah yang digunakan untuk penatalaksanaan OMA
termasuk timpanosintesis, miringotomi, dan adenoidektomi.
Timpanosintesis adalah pengambilan cairan dari telinga tengah
dengan menggunakan jarum untuk pemeriksaan mikrobiologi. Risiko
dari prosedur ini adalah perforasi kronik membran timpani, dislokasi
tulang-tulang pendengaran, dan tuli sensorineural traumatik, laserasi
nervus fasialis atau korda timpani. Oleh karena itu, timpanosintesis
harus dibatasi pada: anak yang menderita toksik atau demam tinggi,
neonatus risiko tinggi dengan kemungkinan OMA, anak di unit
perawatan intensif, membran timpani yang menggembung (bulging)
dengan antisipasi ruptur spontan (indikasi relatif), kemungkinan OMA
dengan komplikasi supuratif akut, OMA refrakter yang tidak respon
terhadap paket kedua antibiotik.
Timpanosintesis dapat mengidentifikasi patogen pada 70-80%
kasus. Walaupun timpanosintesis dapat memperbaiki kepastian
diagnostik untuk OMA, tapi tidak memberikan keuntungan terapi

21
dibanding antibiotik sendiri. Timpanosintesis merupakan prosedur yang
invasif, dapat menimbulkan nyeri, dan berpotensi menimbulkan
bahaya sebagai penatalaksanaan rutin.
Miringotomi adalah tindakan insisi pada membran timpani untuk
drainase cairan dari telinga tengah. Pada miringotomi dilakukan
pembedahan kecil di kuadran posterior-inferior membran timpani.
Untuk tindakan ini diperlukan lampu kepala yang terang, corong telinga
yang sesuai, dan pisau khusus (miringotom) dengan ukuran kecil dan
steril.
Miringotomi hanya dilakukan pada kasus-kasus terpilih dan dilakukan
oleh ahlinya. Disebabkan insisi biasanya sembuh dengan cepat (dalam
24-48 jam), prosedur ini sering diikuti dengan pemasangan tabung
timpanostomi untuk ventilasi ruang telinga tengah. Indikasi untuk
miringotomi adalah terdapatnya komplikasi supuratif, otalgia berat,
gagal dengan terapi antibiotik, pasien imunokompromis, neonatus, dan
pasien yang dirawat di unit perawatan intensif

22
Alur Penatalaksanaan OMA

23
2.9 Komplikasi Otitis Media Akut
Komplikasi dari OMA dapat terjadi melalui beberapa mekanisme,
yaitu melalui erosi tulang, invasi langsung dan tromboflebitis.
Komplikasi ini dibagi menjadi komplikasi intratemporal dan intrakranial.
Komplikasi intratemporal terdiri dari: mastoiditis akut, petrositis,
labirintitis, perforasi pars tensa, atelektasis telinga tengah, paresis fasialis,
dan gangguan pendengaran. Komplikasi intrakranial yang dapat terjadi
antara lain yaitu meningitis, encefalitis, hidrosefalus otikus, abses otak,
abses epidural, empiema subdural, dan trombosis sinus lateralis.
Komplikasi tersebut umumnya sering ditemukan sewaktu belum
adanya antibiotik, tetapi pada era antibiotik semua jenis komplikasi itu
biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari otitis media supuratif kronik
(OMSK). Penatalaksanaan OMA dengan komplikasi ini yaitu dengan
menggunakan antibiotik spektrum luas, dan pembedahan seperti
mastoidektomi.

24
BAB III
KESIMPULAN

Otitis media adalah suatu peradangan sebagian atau seluruh mukosa


telinga tengah. Otitis media akut didefinisikan bila proses peradangan pada
telinga tengah yang terjadi secara cepat dan singkat (dalam waktu kurang
dari 3 minggu) yang disertai dengan gejala lokal dan sistemik.
Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri
yang paling sering ditemukan adalah Streptococcus pneumaniae, diikuti
oleh Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis, Streptococcus grup A,
dan Staphylococcus aureus. Beberapa mikroorganisme lain yang jarang
ditemukan adalah Mycoplasma pneumaniae, Chlamydia pneumaniae, dan
Clamydia tracomatis. Ada 5 stadium OMA berdasarkan pada perubahan
mukosa telinga tengah.
Diagnosis OMA harus memenuhi 3 hal antara lain; penyakitnya muncul
mendadak (akut), Ditemukannya tanda efusi di telinga tengah, adanya tanda /
gejala peradangan telinga tengah. Tujuan penatalaksanaan OMA adalah
mengurangi gejala dan rekurensi. Penatalaksanaan dengan farmako dan terapi
pembedahan

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Healy GB, Rosbe KW. Otitis media and middle ear effusions. In: Snow JB,
Ballenger JJ,eds. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 16th
edition. New York: BC Decker;2013. p.249-59.
2. Donaldson JD. Acute Otitis Media. Updated Oct 28, 2011. Available
from: http://www.emedicine.medscape.com. Accessed February 6, 2012. Kong K,
Coates HLC. Natural history, definitions, risk factors and burden of otitis media.
MJA.2013;191(9):S39-42.
3. Hunt CE, Lesko SM, Vezina RM, McCoy R, Corwin MJ, Mandell F, et al. Infant
sleep position and associated healh outcomes. Arch Pediatr Adolesc Med.
2013;157:469-74.
4. Pichichero ME. First line treatment of acute otitis media. In: Alper CM, Bluestone
CD, Caselbrant ML, Dohar JE, Mandel EM, editors. Advanced therapy of otitis
media. Hamilton:BC Decker Inc;2012. p. 32-8.
5. Hoberman A, Paradise JL, Rockette HE, Shaikh N, Wald ER, Kearney DH, et al.
Treatment of acute otitis media in children under 2 years of age. N Engl J Med.
2011;364(2):105-115.
6. Jacobs MR. Current considerations in the management of acute otitis media.
Infectious disease Otitis Media. US Pediatrics review 2012:15- 16.
7. Weber SM, Grundfast KM. Modern management of acute otitis media. Pediatr
Clin N Am. 2012;50:399- 411.
8. Klein JO. Is acute otitis media a treatable disease? N Engl J Med.
2011;364(2):168-9.
9. Schilder AGM. Management of acute otitis media without antibiotics. In: Alper
CM, Bluestone CD, Caselbrant ML, Dohar JE, Mandel EM, editors. Advanced
therapy of otitis media. Ontario:BC Decker Inc;2012. p.44-8.
10. American Academy of Pediatrics and American Academy of Family Physicians.
Diagnosis and management of acute otitis media. Clinical practice guideline.
Pediatrics 2013;113(5):1451-1465.
11. Neff MJ. AAP, AAFP release guideline on diagnosis and management of acute
otitis media. Am Fam Physician. 2012;69(11):2713-2715.
12. O’Neill P. Clinical evidence acute otitis media. BMJ 1999;319:833-5

26
27
28
29
30
31

Anda mungkin juga menyukai