Anda di halaman 1dari 20

BAB III

STUDI KASUS

A. Perumusan Masalah
Penambangan batubara di PT. Karbindo Abesyapradhi dilakukan

dengan tambang terbuka dengan metode open pit, penambangan dibagi

menjadi dua pit, pit timur dan pit barat. Setiap pit memiliki kualitas batubara

yang bervariasi. Batubara pada masing-masing pit terdiri atas tiga tipe, yaitu

seam 100, seam 200, dan seam 300. Seam 300 terbagi atas beberapa lapisan

yaitu 300 UHS, 300 ULS, dan CR3. Seam 300 UHS dan 300 ULS adalah

batubara high calory. Sedangkan seam 100, seam 200. dan CR3 adalah

batubara low calory. Product batubara terbaik disini adalah 300 ULS.

Dalam setiap penambangan batubara, banyak hal-hal yang dapat

menurunkan kualitas batubara, diantaranya pada saat penambangan batubara

tersebut maka perlu adanya pengendalian mutu dari batubara itu sendiri

(Quality Control) dibidang Coal Management.

Quality Control merupakan serangkaian kegiatan pengendalian mutu

atau penjagaan kualitas batubara mulai dari pit area (channel sampling),

pengambilan batubara (coal getting) di pit, penumpukan batubara dari Pit ke

ROM area, tahap pengolahan batubara menjadi product murni (processing),

blending batubara, hingga memenuhi kualitas batubara sesuai permintaan

pasar (buyer).

Banyak hal yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas batubara

diantaranya pada saat penambangan batubara (coal getting) tercampurnya 81


batubara dengan batuan pengotor (parting), yang disebabkan karena tidak

optimalnya selective mining.

Untuk itu dalam melakukan berbagai pengontrolan tersebut banyak hal

yang harus diperhatikan agar mutu dari batubara tersebut tetap terjaga, baik

batubara yg berada di tumpukan stockpile hingga kualitas yang sampai

kepada buyer.

Berkaitan dengan hal diatas, maka penulis dalam hal ini melakukan

penelitian tentang “Analisa perbandingan kualitas batubara berangkat

dengan kualitas batubara diterima pada PT. Kuansing Inti Makmur

jobsite Tanjung Belit, Muaro Bungo, Jambi”.

B. Batasan Masalah

Dalam bab studi kasus ini permasalahan yang akan dibahas adalah

sebagai berikut :

1. Masalah perubahan kualitas batubara dari pit (channel sampling) ke ROM

area, sampai pada tahap pengolahan menjadi product murni (processing).

2. Langkah perhitungan blending batubara agar sesuai permintaan buyer.

3. Langkah-langkah penanggulangan perubahan kualitas agar kualitas

batubara tersebut terjaga.

C. Landasan Teori

1. Proses Terbentuknya Batubara

Kualitas batubara yang bervariasi tidak terlepas dari terbentuknya

batubara itu sendiri, ada 2 (dua) teori mengenai proses terbentuknya

batubara seperti dibawah ini :


a. Teori Insitu

Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara,

terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada.

Dengan demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum

mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan

mengalami coalification. Lapisan sedimen ini merupakan pengotor

batubara (impurietis) yang menyebabkan kualitas batubara bervariasi

satu sama lain per perlapisannya.

b. Teori Drift

Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara

terjadinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula

hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati di

angkut oleh media air dan berakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh

batuan sedimen yang yang mengalami proses coalification. Proses ini

yang menyebabkan batubara terdiri dari beberapa lapisan sehingga

membuat batubara menjadi berbeda kualitasnya antara perlapisan

batubara itu sendiri.

2. Quality Control

Quality Control merupakan serangkaian kegiatan untuk menjaga

kualitas batubara serta pengendalian mutu dari batubara tersebut kegiatan

ini dimulai dari pengambilan sample batubara di pit (channel sampling),

penambangan batubara (coal getting), pengangkutan dan penumpukan

83
batubara di ROM area, hingga tahap pengolahan batubara menjadi product

murni (processing).

3. Profil Batubara Di PT. Karbindo Abesyapradhi

Sumber: Dokumentasi penulis

Gambar 34. Gambaran Umum Profil Batubara Di kawasan

PT.Karbindo Abesyapradhi

Dari keterangan gambar diatas bahwa PT. Karbindo Abesyapradhi

memiliki variasi kualitas batubara. Kualitas batubara dibedakan menurut

tempat pengambilannya masing-masing. Batubara pada masing-masing Pit

terdiri atas tiga tipe, yaitu roof, middle dan floor. Roof dan middle adalah

batubara high calory sedangkan floor adalah batubara low calory.

Batubara high calory disini adalah batubara yang memiliki nilai kalori

84
≥6000 Kcal/kg, sedangkan batubara low calory adalah batubara yang

memiliki nilai kalori <6.000 Kcal/kg. Dan setiap perlapisannya dibatasi

oleh parting, yaitu batuan pengotor batubara yang kebalannya juga

bervariasi antara perlapisannya, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh

gambar diatas. Pada pit D ini bahwa N 31° E 310° setelah diukur dengan

kompas geologi dilapangan.

4. Tahapan yang ada pada Quality Control

a. Pada Pit Area

1. Pengambilan Sample Pada Pit Area (Channel Sampling)

Pengambilan sample (channel sampling) dilakukan untuk

mengetahui kualitas dari batubara yang sesungguhnya di pit,

sebelum dilakukan pengambilan batubara secara keseluruhan.

Sehingga didapat data analisis tentang kualitas batubara tersebut.

2. Pengambilan Batubara (Coal Getting)

Pengambilan batubara merupakan serangkaian kegiatan

untuk mengambil batubara yang ada di pit, Pada pengambilan

batubara banyak hal yang mempengaruhi kualitas batubara tersebut

dimana banyaknya zat pengotor terbawa pada pengambilan

batubara di pit area dengan excavator seperti batu-batu (parting),

batuan yang mirip dengan batubara (black sil), tanah (clay), kayu

dan lain-lain. ini dapat mengakibatkan kadar abu semakin tinggi

sehingga kalori dari batubara tersebut akan berkurang. Untuk

85
pengambilan batubara dari pit area haruslah mempunyai trik

tertentu (selektif mining) sehingga parting tidak terbawa sekecil

mungkin. Pada saat ini PT. Karbindo Abesyapradhi pengambilan

batubara dimulai dari lapisan yang paling atas (roof).

3. Pengangkutan Batubara

Pengangkutan batubara dilakukan untuk membawa batubara

dari pit ke ROM area tempat penumpukan batubara, disini

penumpukan batubara harus dengan lokasi dan kualitas yang sama

sehingga tidak tercampur dengan kualitas yang lain.

b. Pada ROM Area

1) Penumpukan Batubara

Pada PT. Karbindo Abesyapradhi penumpukan batubara di

ROM area dilakukan per 500 ton untuk lokasi dengan kualitas

yang sama, missal batubara middle D1 ditumpuk per 500 ton, ini

dilakukan untuk mempermudah pengambilan sample nantinya di

ROM area.

2) Pengambilan Sample

Pada PT. Karbindo Abesyapradhi pengambilan sample di

ROM area dilakukan per 500 ton untuk batubara dengan kualitas

yang sama, nanti diketahui hasil analisis kualitas batubara tersebut

setelah berada di ROM.

86
3) Pengendalian Mutu Batubara di ROM area

Saat ini banyak hal yang yang dapat menyebabkan turunnya

kualitas batubara khususnya di ROM area. Seperti, adanya

genangan air sehingga disekitar tumpukan batubara banyak

lumpur-lumpur yang nantinya dapat menempel pada batubara.

Kemudian adanya debu-debu karena aktivitas kerja disekitar

ROM, ini dapat nantinya megurangi kualitas dari batubara

tersebut.

c. Pada Pengolahan Menjadi Product Murni (Processing)

1) Pengolahan Batubara

Pengolahan batubara pada PT. Karbindo Abesyapradhi

memakai satu unit alat pengolahan crushing plant, dimana pada

prosesnya crushing plant ini dapat mereduksi bongkahan batubara

menjadi ukuran 50 mm.

Jika diperlukan proses pengolahan juga dilakukan

pencampuran batubara (coal blending) antara dua kualitas yang

berbeda yaitu batubara yang high calory dengan batubara yang

low calory, dengan tujuan agar batubara yang memiliki calory

rendah nantinya dapat dipasarkan dengan tetap menjaga kualitas

hasil blending sesuai dengan permintaan pasar.

87
2) Pengambilan Sample

Pengambilan sample pada product area dilakukan per 100

ton, ini bertujuan agar dapat mengetahui kualitas batubara setelah

diproses dan parameter yang dianalisis sama dengan analisis pada

pengambilan sample ROM area.

3) Penumpukan Batubara

Pada product area, tempat penumpukan batubara yang telah

di crushing dinamakan stockpile product, disini nantinya juga

akan dilakukan pengontrolan batubara, seperti adanya genangan

air disekitar product, debu, dan lain-lain.

4. Parameter analisis Secara Umum (Proximate Analysis) yang Terdapat pada

Batubara

Dalam menjaga kualitas batubara ada beberapa parameter

proximate yang terdapat dalam batubara yang harus diketahui (Indra Lubis

: 2008) adalah :

a. Kandungan Air (Moisture)

Terdapat dua bentuk kandungan air ( Moisture) yaitu :

1) Kandungan Air Total (Total Moisture)

Total Moisture adalah kandungan air secara total yang

terdapat dalam batubara, yang merupakan penggabungan dari nilai

free moisture, residual moisture dan inanalisis sample, kandungan

air total sangat dipengaruhi ukuran butir dan iklim daerah sekitar,
88
yang dinyatakan dalam % komersial. Total Moisture sering

dijadikan parameter penentu berat akhir atau bahkan sebagai

batasan rejection.

2) Kandungan Air Bawaan (Inherent Moisture)

Merupakan kandungan air yang ada pada batubara bersama

saat terbentuknya batubara tersebut, yang terikat secara kimia dalam

batubara, kandungan air bawaan berhubungan erat dengan nilai

kalori, umumnya bila kandungan air bawaab berkurang maka nilai

kalori akan bagus demikian juga sebaliknya, yang dinyatakan dalam

%.

b. Kandungan Abu (Ash Content)

Merupakan sisa-sisa zat anorganik yang terkandung dalam

batubara setelah dibakar, kandungan abu tersebut dapat dihasilkan dari

pengotor bawaan dalam proses pembentukan batubara maupun proses

penambangan.

Abu dalam batubara merupakan material yang tidak ikut

terbakar pada saat pembakaran batubara, kandungan abu berpengaruh

pada nilai kalori dimana semakin besar kandungan abu membuat nilai

kalori semakin rendah.

Pada dasarnya abu ini dapat dihasilkan dari pengotor bawaan

maupun pengotor sebagai hasil penambangan oleh karena itu komposisi

abu dapat diketahui dengan baik untuk kemungkinan pemanfaatannya


89
sebagai bahan bangunan atau keramik dan penanggulangannya terhadap

masalah lingkungan.

c. Kandungan Sulfhur (Total Sulphur)

Di dalam batubara, sulphur bisa berupa material carbonaceous

merupakan bagian dari material, seperti sulfat pada saat pembakaran

batubara kandungan sulphur yang berupa sulphur oksida akan berubah

menjadi fase gas, dimana sebagian besar akan membentuk belerang

dioksida (SO2) dan sebagian kecil 1 % sampai 2 % akan membentuk

belerang trioksida (SO3).

Gas CO2 yang terbentuk ini merupakan polutan yang serius

pada pembakaran di ketel, bagian ujung belakang ketel tersebut gas-gas

hasil pembakaran akan didinginkan, dalam keadaan seperti ini belerang

kemungkinan akan bereaksi dengan uap air akan membentuk asam

sulfat dan mengembun. Asam Sulfat yang sudah mengembun ini akan

mengakibatkan polusi udara dan akan memberikan kontribusi atas

terjadinya hujan asam.

Nilai sulphur digunakan untuk mengetahui kandungan total

belerang yang terdapat pada batubara dengan membakar sampel

batubara pada suhu yang tinggi, yang dinyatakan dalam %. Sulphur

merupakan zat pencemar, maka adanya sulphur yang tinggi sangat tidak

dikehendaki.

90
d. Zat Terbang (Volatile Matter)

Merupakan zat aktif yang terdapat pada batubara yang

menghasilkan energy atau panas apabila batubara tersebut dibakar, Zat

terbang tersebut terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar seperti

Hidrogen (H), Karbon Monoksida (CO), dan Methan (CH4) zat terbang

juga dapat berfungsi sebagai ukuran dalam menentukan peringkat

batubara.

Pengaruhnya dalam preparasi batubara adalah jika kandungan

zat terbang tinggi (> 24%) maka batubara akan mudah terbakar, zat

tersebut terdiri dari gs-gas yang mudah terbakar seperti Hidrogen (H),

Karbon Monoksida (CO) dan Methan (CH4) yang dinyatakan dalam %.

e. Karbon Tertambat ( Fixed Carbon)

Merupakan karbon yang tertinggal sesudah zat belerang dan

kandungan airnya hilang. Dengan pengeluaran zat terbang dan

kandungan air maka karbon tertambat secara otomatis akan naik,

sehingga semakin tinggi kandungan karbon maka kelas batubaranya

akan naik.

Karbon tertambat adalah karbon yang terdapat pada batubara

yang berupa zat padat, jumlah karbon tertambat ditentukan oleh

kandungan air bawaan, abu, dan zat terbang. Karbon merupakan sisa

padat hasil pemanasan batubara setelah saluran zat terbang habis keluar.

91
Karbon teroksidasi sempurna menjadi gas CO2 yang merupakan karbon

tertinggal sesudah zat belerang dan kandungan airnya hilang.

f. Nilai Kalori (calorific value)

Nilai kalori dari batubara merupakan jumlah panas dari

komponen yang terbakar seperti karbon, hidrogen, dan sulfur dikurangi

dengan panas reaksi eksotermis yang terjadi dari pembakaran

komponen pengotor, panas yang dihasilkan dari proses pembakaran

batubara tersebut dinyatakan dalam Kcal/kg.

D. Metodologi Pembahasan

Masalah 1. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

a. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pengamatan dan analisis

yang dilakukan dilapangan.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber lain seperti :

literature dan data dari perusahaan

Data-data tersebut meliputi:

1) Data hasil analisis sample middle D dari channel sampling, ROM

area, hingga product yang dijadikan untuk perbandingan kualitas

2) Deskripsi perusahaan

3) Sejarah Perusahaan

4) Lokasi dan Topografi

92
5) Iklim dan Cuaca

6) Keadaan Geologi dan Stratigrafi

7) Kualitas batubara

E. Analisis Data Dan Pemecahan Masalah

1. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah analisis yang dilakukan oleh

PT. Sucofindo disini penulis menyajikan untuk dijadikan perbandingan

kualitas batubara mulai dari hasil analisis channel sampling (Table 7),

analisis ROM area (Table 8), dan analisis pada product area (Table 9).

Tabel 7. Data Hasil Analisis Channel Sampling pada Middle D

Parameter Kualitas

Sumber

TM IM ASH VM FC TS GCV
% % % % % % (Kcal/kg)

AR ADB

Middle
12,10 5,38 6,09 40,11 48,42 1,98 6.795
Pit D

Sumber : PT. Sucofindo

93
Tabel 8. Data Hasil Analisis Sample Rom Area pada Middle D Per

500 ton setelah dirata-ratakan

Parameter Kualitas
NO
Sumber TM IM ASH VM FC TS GCV
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (Kcal/kg)

AR ADB

1
11.15 5.66 6.17 39.63 48.54 2.08 6,845

2
10.43 5.19 15.73 37.33 41.75 2.15 6,098

3
11.06 5.17 12.87 39.36 42.60 1.87 6,359

4
11.03 5.38 11.78 38.27 44.57 1.83 6,418

5
10.26 5.09 14.07 38.04 42.80 2.17 6,248

Middle 6
D 10.43 5.28 13.31 37.74 43.67 1.81 6,309

7
11.05 5.32 12.29 37.71 44.68 1.86 6,373

8
10.93 5.06 12.95 40.75 41.24 1.97 6,350

9
11.08 5.21 12.99 38.17 43.63 1.84 6,331

10
10.92 5.14 18.26 35.88 40.72 1.83 5,879

11
10.97 5.47 10.62 40.11 43.80 1.92 6,528

94
12
10.97 5.18 11.46 40.48 42.88 1.80 6,439

13
10.90 5.24 11.30 38.96 44.50 2.17 6,453

14
11.13 5.40 10.14 40.09 44.37 1.93 6,573

15
10.89 5.24 14.33 39.16 41.27 2.24 6,240

16
11.19 5.20 13.10 39.27 42.43 2.63 6,278

17
11.25 5.86 6.93 40.15 47.06 1.92 6,735

18
10.03 4.91 17.97 36.23 40.89 1.53 5,944

19
10.98 5.24 11.05 38.91 44.80 1.78 6,474

20
10.91 5.08 15.19 36.42 43.31 1.76 6,124

Rata-
rata 10.88 5.27 12.63 38.63 43.48 1.95 6,349.90

Sumber : PT. Sucofindo

95
Tabel 9. Data Hasil Analisis Sample Product Area Pada Middle D

Per 1000 ton Setelah dirata-ratakan

Parameter Kualitas
Sumber NO TM IM ASH VM FC TS GCV
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (Kcal/kg)

AR ADB

1
10.98 5.19 13.78 38.45 42.58 1.74 6,308

2
10.92 5.17 12.68 38.18 43.97 2.09 6,356

3
11.06 5.46 9.66 39.03 45.85 2.20 6,565

4
10.90 5.20 10.19 38.99 45.62 1.83 6,273

5
Middle 10.88 5.23 12.49 39.02 43.26 1.86 6,391
D
6
10.48 5.17 13.75 38.45 42.63 2.28 6,269

7
11.05 5.63 11.20 38.71 44.46 1.89 6,430

8
10.85 5.10 13.30 38.61 42.99 1.90 6,270

9
11.09 5.24 8.91 38.51 37.34 1.86 6,255

10
10.28 5.30 9.41 38.95 46.34 1.83 6,238

Rata-
rata 10.85 5.27 11.54 38.69 43.50 1.95 6,335.50

Sumber : PT. Sucofindo

96
Tabel 10. Data Hasil Perbandingan Analisis Batubara Middle D

Mulai dari Pit (Channel Sampling), Rom Area, dan

Product Area

Parameter Kualitas

Sumber
TM IM ASH VM FC TS GCV
% % % % % % (Kcal/kg)

AR ADB

Channel
12,10 5,38 6,09 40,11 48,42 1,98 6,795
Sampling

ROM area 10.88 5.27 12.63 38.63 43.48 1.95 6,349.90

Product
area 10.85 5.27 11.54 38.69 43.50 1.95 6,335.50

Berdasarkan hasil data perbandingan di atas dapat diketahui bahwa

terjadi penurunan kualitas batubara antara pit (channel sampling) dan

ROM area serta pada product area. Dimana kandungan air, dan kadar abu

meningkat sehingga kalori dari batubara tersebut menurun, ini disebabkan

karena tahapan quality control yang tidak terjaga dengan baik mulai dari

pit area, ROM area, hingga pada product area.

Terjadinya perbedaan kualitas batubara dari channel sampling

dengan kualitas di ROM maupun hasil product disebabkan oleh:

1. Selectif mining tidak berjalan dengan baik yang berakibat tercampurnya

material pengotor (parting) dengan batubara yang diambil di pit.

97
2. Tidak adanya petugas coal cleaner yang berada di pit untuk

memisahkan batubara dengan material pengotor.

3. Sering tidak terpasangnya tanda identitas kualitas di dump truck pada

saat pengangkutan batubara, hal ini menyebabkan kesalahan pada saat

penumpukan batubara di ROM area sehingga batubara tercampur

dengan kualitas yang lain.

4. Pengambilan batubara yang dilaksanakan pada malam hari mempunyai

resiko yang cukup besar terhadap kualitas batubara yang didapat

(kemungkinan parting terambil cukup besar).

5. Banyaknya genangan air di sekitar ROM dan product mengakibatkan

kadar air menjadi tinggi, dan lumpur-lumpur melekat pada batubara

sehingga kadar abu pun naik maka berakibat pada menurunnya kualitas

pada batubara (kalori berkurang).

6. Papan pemberian tanda identitas kualitas batubara di ROM yang tidak

memenuhi standar (asal-asalan) tulisannya kurang jelas dan sering

hilang tertimbun oleh batubara sehingga berakibat pada kesalahan

dalam penumpukan batubara.

7. Terlalu berdekatannya jarak penumpukan batubara yang high calory

dan low calory yang berakibat pada tercampurnya batubara tersebut.

8. Keberadaan hand picking di ROM yang tidak optimal pekerjaannya

untuk memisahkan batubara dengan material non batubara.

98
9. Banyaknya debu-debu yang terbawa oleh alat angkut maupun alat muat

yang bekerja di ROM, sehingga debu-debu tersebut menempel dengan

batubara.

10. Tidak terjaganya kebersihan alat yang bekerja di product area sehingga

material pengotor yang terbawa oleh alat berat bercampur dengan

batubara.

11. Tidak adanya keberadaan hand picking pada saat batubara masuk

kedalam hopper cruser sehingga material seperti batu, tanah, dan kayu

ikut masuk kedalam pengolahan.

12. Tidak optimalnya keberadaan petugas coal picker yang duduk di belt

conveyor untuk memisahkan batu-batu yang ikut terbawa dalam proses

pengolahan.

2. Pemecahan Masalah

Kegiatan tahapan-tahapan pengontrolan kualitas batubara (Coal

Quality Control) dan langkah-langkah penanggulangannya adalah sebagai

berikut:

a. Pengontrolan pada Pit Area

1) Pengambilan channel sampling

Sebelum batubara diambil, terlebih dahulu dilakukan

pit/channel sampling oleh petugas PT. Sucofindo sebanyak 3 - 4

orang yang kemudian di dampingi oleh Coal Quality Control

Supervisor PT. Karbindo Abesyapradhi. Dimana channel sampling ini

adalah pengambilan contoh yang diperlukan untuk menentukan

99
mutu yang terdapat dalam perlapisan batubara yang dapat mewakili dari

keseluruhan lapisan, sehingga didapatkan hasil analisis berupa cuplikan

mutu dari perlapisan batubara. a) Peralatan yang digunakan

 Palu geologi  Karung contoh, yang dilapisi


plastik (inner bag)

 Linggis  Alat tulis lapangan

 Meteran  Work sheet

 Sekop leader  Matras


b) Langkah-langkah channel sampling

(1) Bersihkan terlebih dahulu lokasi yang akan di ambil sampling

(2) Amati pola jurus lapisan secara umum dan keseluruhannya

(3) Amati pola jurus perlapisan yang tersingkap dilapangan (strike)

(4) amati pola kemiringan perlapisan yang tersingkap dilapangan (dip)

(5) Amati pola struktur perlipatan/patahan perlapisan

(6) Ukur dan catat ketebalan lapisan batubara yang tersingkap

dilapangan

Kemudian tentukan

Anda mungkin juga menyukai