LAPORAN PELAKSANAAN
PERJALANAN DINAS PENGADUAN MASYARAKAT
BIDANG KEKAYAAN INTELEKTUAL DI KOTA LANGSA
I. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2000 Tentang
Rahasia Dagang.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2000 Tentang
Desain Industri.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2016 Tentang
Paten.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merk
dan Indikasi Geografis.
6. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I. Nomor 28 Tahun
2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I.;
7. Surat Perintah Tugas dari Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia Aceh Nomor W1- .KI.05.04 Tahun 2017.
II. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kontruksi hukum HKI yang diharmonisasikan dengan ketentuan
WTO maupun TRIPs bermakna bahwa peraturan hak kekayaan
intelektual merupakan bagian dari perdagangan internasional. Praktek
pembajakan karya cipta musik dan film lazimnya melibatkan empat
serangkai yang meliputi pelaku, pencetak / pabrik cakram optic,
distributor, dan pengecer. Langkah yang paling fundamental dalam
penguatan kesadaran hukum masyarakat adalah dengan melalui
pendidikan formal. Idealnya memang dimulai dari tingkat pendidikan
dasar, hingga perguruan tinggi. Namun, yang sekarang sudah dijalankan
masih sebatas pengajaran di perguruan tinggi. Masalahnya, kesadaran
hukum menjadi basis penegakan undang-undang dan sekaligus pagar
pencegah pelanggaran Hak Cipta. Pengaturan di bidang HKI dalam suatu
peraturan perundang–undangan dimaksudkan bahwa peraturan di
bidang HKI telah distandarisasi dan berfungsi sebagai pranata yang
mengatur dan mengarahkan perilaku masyarakat dalam melindungi dan
mempertahankan karya intelektualnya. Dengan rumusan lain, peraturan
perundang–undangan di bidang HKI berfungsi sebagai “a tool of social
engineering”.
Penegakan hukum merupakan upaya kunci yang paling berat
dilaksanakan. Masalahnya tidak hanya ditingkat kebijakan, tetapi juga
ditingkat pelaksanaannya yang tidak mudah atau sederhana. Dari segi ,
kiranya tidak ada lagi kelemahan ataupun kekurangan aturan untuk
mendasari penindakan. Harus diakui, penanganan kasus-kasus
pelanggaran Hak Cipta sejauh ini masih menghadapi kendala teknis.
Diantaranya, kurangnya pemahaman tentang konsep. Harus diakui,
pelanggaran Hak Cipta dibidang musik tidak hanya menghancurkan
industri musik domestik, tetapi juga produser asing. Para pembajak
sangat diuntungkan dari praktek ini karena mereka tidak mengeluarkan
biaya untuk produksi, pemasaran dan promosi.
a) Illegal copying, yaitu dari rekaman tanpa ijin untuk kepentingan
komersial. Bentuk pembajakan dalam kategori ini juga berupa
pembuatan kompilasi lagulagu hit (hits collection)
b) Counterfeiting, adalah produk bajakan yang diperdagangkan dengan
menggunakan kemasan yang mirip dengan aslinya. Untuk dapat
mengelabui/misleadingkonsumen, maka logo dan merek yang
digunakan juga dipalsukan.
c) Bootlegging, yaitu membuat rekaman dari pertunjukan langsung (live
performance), Rekaman juga dapat dibuat dari siaran media penyiaran.
Terkait dengan bidang Kekayan Intelektual, berdasarkan Peraturan
Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia khususnya Bidang Pelayanan Hukum mempunyai tugas
melaksanakan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas teknis,
kerjasama, pemantuan, evaluasi serta penyusunan laporan pelaksanaan
tugas teknis berupa penerimaan permohonan pendaftaran, sosialisasi,
pelaksanaan penyidikan dan inventarisasi serta pembinaan Penyidik
Pegawai Negeri Sipil dibidang Kekayaan Intelektual.
Sebagai wujud dan bentuk tanggung jawab Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM Aceh dalam menjalan tugas dan fungsi
dari Kementerian Hukum dan Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesi
berkewajiban untuk menangani dan mengumpulkan data terkait
pengaduan oleh masyarakat khususnya dibidang merek yang merupakan
bagaian dari Kekayaan Intelektual dalam hal perlindungan hukum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
3. Nama : IRWAN
NIP : ……………………
Pangkat/Gol : ……………………
Jabatan : ……………………
Unit Organisasi : Kanwil Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Aceh
VI. LAMPIRAN
1. Surat Perintah Tugas dari Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan HAM Aceh Nomor .............. Tahun 2017 tanggal ... Mei 2017;
2. Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD);
3. Bill Hotel;
4. Tiket Transportasi Darat; dan
5. Foto-foto Kegiatan.
Mengetahui:
a.n. Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM,