Makalah Kami
Makalah Kami
Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Tehnik Evakuasi Dan
Rehabilitasi Mental pada Korban Bencana Alam”
Makalah ini dapat dijadikan bahan sumber bacaan untuk menambah pengetahan.tugas
ini juga merupakan sarana untuk kami sebagai menambah syarat untuk melengkapi tugas
dalam mata kuliah keperawatan gawat darurat dan emergency yang telah ditugaskan.
Dalam makalah kami ini mendiskusikan sejumlah pokok bahasan seperti tentang
cara-cara mengevakuasi korban bencana alam pada kondisi tertentu baik menggunakan alat
maupun tidak menggunakan alat serta cara merehabilitasi mental korba pasca bencana alam .
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca maupun bagi kami, saran
serta kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini kami harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1.3 Hal Penting Bagi Penolong Saat Memindahkan Dan Mengangkat Korban..
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
3.2 saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Frekuensi bencana alam yang terjadi di Indonesia cukup tinggi, terjadi silih berganti
mulai dari bencana gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, dan gunung
meletus. Yasuhiro Otomo (2013) menyebutkan bahwa terdapat tiga bentuk bencana yaitu:
bencana yang diakibatkan oleh alam, bencana oleh manusia dan complex humanitarian
emergency (CHE). Bencana meninggalkan dampak bagi korbannya baik dari segi fisik,
psikologis, sosial , spiritual dan material serta ekonomi (Ilyas,2008).
Bencana maupun kecelakaan dapat mengenai siapa saja, dimana saja, dan kapan saja.
Terkadang musibah ini dapat menimpa seseorang di tempat yang tidak diperkirakan dimana
keadaannya sama sekali tidak memungkinkan untuk pemberian pertolongan sehingga
pemindahan korban ke tempat yang lebih kondusif sangat diperlukan. Sebagai contoh korban
tabrakan yang masih berada di dalam mobilnya, korban yang terjatuh ke jurang, atau korban
dalam keadaan perang.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
rehabilitasi post disaster baik secara fisik, psikologis, dan komunitas pada bencana di
Indonesia.
Agar cedera korban tidak tambah parah,tunggu sampai orang yang ahli
datang karena penanganan yang ceroboh dapat memperparah
cedera.misalnya,tulang yang patah dapat merobek pembuluh darah dan
menyebabkan perdarahan hebat.Pilihlah teknik pengangkatan dan pemindahan
korban yang sesuai dengan kondisi cedera,jumlah tenaga penolong,ukuran tubuh
korba dan rute yang akan dilewati.
Penggunaan tubuh penolong dalam melakukan pengangkatan dan
pemindahan korban perlu mendapatkan perhatian yang serius.Jangan sampai
akibat cara melakukan yang salah cedera atau korban bertambah parah,atau
bahkan penolong mengalami cedera.
2.1.3 Hal penting bagi penolong saat memindahkan dan mengangkat korban
Bahaya yang mungkin terjadi akibat proses pemindahan ini adalah memicu
terjadinya cedera spinal,yang dapat dikurangi dengan melakukan gerakan searah
dengan sumbu panjang badan dan menjaga kepala dan leher tetap ekstensi.pada
keadaan yang tidak darurat,pemindahan korban dilakukan apabila semuanya telah
siap dan korban selesai ditangani.
Pada korban luka berat atau terhimpit oleh benda berat atau bangunan,sangat
memerlukan resusitasi secepatnya.oleh karena itu,dalam mengevaluasikan
korban,tim penolong harus memiliki keterampilan melakukan resusitasi sebagai life
saving yang dilakukan bersamaan dengan pembebesan korban dari himpitan benda
berat dan membawa korban yang terisolasi disuatu tempat reruntuhan(mis:akibat
gempa)harus selalu dibarengi dengan prosedur resusitasi,tetapi prosedur ini
mengalami beberapa kesulitan seperti posisi korban dan ruangan yang sangat
terbatas untuk melakukan manuver oksigenasi.oleh karena itu,tim harus mempunyai
keterampilan dan alat khusus untuk membebeskannya.
3. Posisi korban saat diangkut adalah berbaringdiatas tandu atau posisi lainsesuai
kondisi dan indikasi korban dengan kaki menghadap kedepan,kecuali saat:
a. Melewati pagar/tembok penghalang.
b. Melewati gorong-gorong.
c. Naik tebing (jalan naik)
d. Melewati sungai yang arusnya berlawanan.
e. Melewati jalan sempit dengan angkutan tanpa alat (ATA)
f. Memasukkan korban ke ambulans.
4. Saat berjalan sebaiknya langkah penolong disamakan sehingga teratur dan
ritmis.Untuk itu,dalam mengawali setiap perjalanan langkah harus seragam dan
bersamaan.
Pengangkatan korban,
Harus secara efektif dan efisien dengan dua langkah pokok; gunakan alat
tubuh (paha, bahu, panggul), dan beban serapat mungkin dengan tubuh
korban.
Sikap mengangkat.
Usahakan dalam posisi rapi dan seimbang untuk menghindari cedera.
Posisi siap angkat dan jalan.
Biasanya posisi kaki korban berada di depan dan kepala lebih tinggi dari kaki,
kecuali;
− menaik, bila tungkai tidak cedera,
− menurun, bila tungkai luka atau hipotermia,
− mengangkut ke samping,
− memasukan ke ambulan kecuali dalam keadaan tertentu
− kaki lebih tinggi dalam keadaan shock.
2.1.5 Teknik Evakuasi
Terdapat berbagai macam teknik dalam melakukan evakuasi dimana tekniknya
disesuaikan dan dikembangan menurut kondisi yang ada. Secara umum, teknik
dalam melakukan evakuasi dibagi sebagai berikut :
Dengan alat
Dalam mengangkut korban dengan menggunakan tandu, biasanya 1 regu
penolong terdiri dari enam sampai tujuh orang, dengan tugas masing-masing:
Pimpinan/ Komandan Regu : memberi komando, mengatur pembagian
kerja pada saat mengangkat berhadapan dengan wakil dan anggotanya,
tempat waktu mengusung : kanan depan tandu
Wakil pimpinan regu : membantu pimpinan dan mengobati pasien,
waktu mengangkat : bagian bawah kaki, tempat mengusung : kiri depan
tandu.
Anggota A : Mengobati dan membalut, waktu mengangkat : bagian
badan dan punggung, tempat waktu mengusung : kanan belakang tandu.
Anggota B : Membantu anggota C mengatur tandu dan membalut,
waktu mengangkat : bagian kepala dan dada, tempat waktu mengusung :
kiri belakang tandu.
Anggota C : Mengatur tandu dan menyiapkan obat dan alat yang
digunakan, waktu mengangkat : mengumpulkan alat-alat P3K dan
barang milik pasien, memantau kondisi pasien selama proses evakuasi.
Angggota D : Menjadi Pemandu atau pembuka jalur dan memeriksa
situasi dan kondisi jalur yang akan atau sedang dilewati, mencatat hal-
hal penting.
Tanpa alat
o 1 orang penolong
Korban anak-anak
Cradle (membopong)
Penolong jongkok atau melutut disamping
anak/korban . Satu lengan ditempatkan di bawah
paha korban dan lengan lainnya melingkari
punggung. Korban dipegang dengan mantap dan
didekapkan ke tubuh, penolong berdiri dengan
meluruskan lutut dan pinggul. Tangan penolong
harus kuat dalam melakukan teknik ini.
Pick a back (menggendong)
Digunakan untuk korban sadar .Penolong
pertama jongkok atau melutut perintahkan
anak/korban untuk meletakkan lengannya
dengan longgar di atas pundak penolong.
Genggam masing-masing tungkai korban.
Berdiri dengan meluruskan lutut dan pinggul.
Korban Dewasa
Pick a back (menggendong)
Korban digendong dan berada dibelakang penolong dan igunakan untuk
korban sadar. Teknik ini sama seperti yang dilakukan pada anak.
Memapah (one rescuer assist)
Tindakan yang aman untuk korban yang adar
dan dapat dengan jalan memapahnya. Caranya
dengan berdiri disampingnya pada bagian yang
sakit ( kecuali pada cederaekstremitas atas)
dengan melingkarkan tangan pada pinggang
korban dan memegang pakaiannya pada bagian
pinggul dan lingkarkan tangan korban di leher
penolong dan memegangnya dengan tangan yang lain.
Dapat digunakan untuk korban yang sadar maupun tidak sadar, pada jalan
yang licin (aman dari benda yang membahayakan) seperti lantai rumah,
semak padang rumput, dlla. Caranya dengan mengangkangi korban dengan
wajah menghadap ke wajah korban dan tautkan (ikatkan bila korban tidak
sadar) kedua pergelangan korban dan lingkarkan di leher. Merangkak
secara perlahan-lahan.
Kontraindaksinya adalah patah
atau cedera ekstemitas atas dan
pundak (scapula).
Fireman Lift
Mengangkat
Cara paling aman untuk melakukan evakuasi pada korban yang tidak sadar
dan mengalami cidera multipel. Penolong lebih dari 2 orang dimana tiga/dua
penolong mengangkat badan dan salah seorang dari anggota tim memfiksasi
kepala korban. Pengangkatan ini dilakukan secara sistematis dan terkoordinir
untuk menghindari cidera yang lainnya.
Evakuasi tanpa menggunakan
tandu dilakukan untuk
memindahkan korban dalam
jarak dekat atau
menghindarkan korban dari
bahaya yang mengancam.
Untuk evakuasi dengan jarak
jauh seringan apapun cedera
korban usahakan untuk mengangkutnya dengan menggunakan tandu.
2.2 Rehabilitasi Post Disaster (pasca bencana)
2.2.4Terapi Psiko-Spiritual
Selanjutnya, pada fase pengenalan diri, para korban akan dibimbing kepada
pengenalan hakikat diri secara praktis dan holistik dengan menanamkan nilai-nilai
ketuhanan dan moral. Melalui fase ini, individu diajak untuk menyadari potensi-
potensi yang ada di dalam dirinya. Setelah diidentifikasi, pelbagai potensi itu perlu
segera dimunculkan. Kemudian mengelola potensi diri yang menonjol tersebut
agar terus berkembang dan dicoba untuk diaktualisasikan. Adalah sebuah riwayat
yang menyebutkan, “Barangsiapa mengenal dirinya, maka dia pun akan mengenal
Tuhannya.”
Terakhir, pada fase pengembangan diri, para korban akan didampingi dan
difasilitasi untuk tidak hanya sehat fisikal, namun juga sehat mental dan spiritual.
Kesehatan mental terwujud dalam bentuk keharmonisan yang sungguh-sungguh
antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
masalah yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan
dirinya. Adapun kesehatan spiritual mencakup penemuan makna dan tujuan dalam
hidup seseorang, mengandalkan Tuhan (The Higher Power), merasakan kedamaian,
dan merasakan hubungan dengan alam semesta.
Teknik Evakuasi Terdapat berbagai macam teknik dalam melakukan evakuasi dimana
tekniknya disesuaikan dan dikembangan menurut kondisi yang ada. Secara umum, teknik
dalam melakukan evakuasi dapat menggunakan alat dan tanpa alat.
Pengertian Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan bagian dari tahapan recovery dalam manajemen
bencana. Peraturan tentang tahap rehabilitasi post disaster terdapat dalam Peraturan
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17 tahun 2010 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi (BNPB, 2010).
3.2 saran
Setelah pembaca memahami makalah ini di sarankan agar saat melakukan tindakan
evakuasi pada korban bencana sesuai dengan prosedur dan memperhatikan hal-hal
penting saat pengevakuasian korban tersebut dan juga memperhatikan fisik maupun psikis
dari korban.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko Kusumo. (2010). Kesehatan Mental di Aceh Pasca Tsunami. Jurnal Sosiologi
Dilema. ISSN; 0215-9635, Vol 21 No. 2 Tahun 2009
Cut Husna. (2010). Clinical Skills for Tsunami Care and Its Relating Factors Perceived by
Nurses in Indonesia. The 2nd International Conference on Humanities and Social Sciences
April 10th, 2010 Faculty of Liberal Arts, Prince of Songkla University Health –
Development_008
Hendro. Wartatmo.(2011). Seminar Strategi Untuk Menyusun Hospital Disaster Plan (HDP).
Di akses dari http://www.bencana-kesehatan.net tanggal 13 februari 2017
Ilyas Tommy. (2008). Mitigasi Gempa dan Tsunami di Daerah Perkotaan. Seminar Bidang
Kerekayasaan Fakultas Teknik-Unsrat.
Joshi, Madhavi., Ravindranath, Shailaja., Jain, Gopal Kumar & Nazareth, Keren. (2007).
Understanding disasters. Internship Series, Volume-III. ISBN: 978-81-89587-24-6.
Kumiko. Activities of Japanese Nursing Association in The Great east Japan Earthquake.
Disampaikan saat Distance Learning pada tanggal 13 februari 2017
Ishii. Mieko. (2013). Disaster Nursing 2. Institute for Graduate Nurses, Japanese Nursing
Association Senior Lecturer in Emergency Nursing at the Department of Courses for
Certified Nurses. Disampaikan saat Distance Learning pada tanggal 18 Maret 2013.