Yuki Yunanda
2008
PENDAHULUAN
tertentu.(7)
terdapat pada populasi Indonesia yang cukup tinggi yaitu sebagai mekanisme
thalassemia-β, telah dilaporkan Lanni (2002) bahwa data terbaru yang cukup
dunia. Jika mereka bisa mencapai usia dewasa, diperkirakan ada sekitar
ada sekitar 0.5% dari total penduduk Indonesia yang membawa sifat kelainan
darah dan angka ini jauh lebih rendah dari prefalensi carrier thalassemia-β
banyak bayi atau janin hyrop fetalis dan Hb-H yang terjaring di Rumah Sakit-
Rumah Sakit terutama pada mereka yang mempunyai pengaruh kuat unggun
gen Mongoloid. Namun seberapa anak besar prevalensi carrier tersebut pada
(1959) tentang kasus bayi Hb-Bart’s hydrop fetalis di Jakarta. Wahidayat juga
cukup banyak terjaring di Jakarta terutama pada suku Cina. Sementara itu
oleh Hariman bahwa dari 300 sampel darah tali pusar yang ditapis 2,5% di
akan lahir sebagai bayi Hb-Bart’s hydrop fetalis dan akan segera meninggal
setelah lahir atau semasa janin. Di samping itu, jika carrier thalassemia-α0
thalassemia-α intermedia dan mayor. Sampai saat ini belum ada tindakan
tulang yang dilakukan selain tidak bersifat permanen juga mempunyai survival
rate yang rendah. Hal ini membutuhkan biaya yang cukup besar dan harus
dilakukan di luar negeri. Terapi gen pada penderita thalassemia juga hanya
dilakukan dalam tingkat penelitian. Anjuran WHO (1984) terhadap penyakit ini
Tindakan ini harus dilakukan terus menerus seumur hidup dan diperlukan
dengan tidak memadai. Salah satu tindakan yang harus dilakukan adalah
tindakan preventif dan kontrol baik berupa tindakan konseling genetik pra-
ini hanya dapat dilakukan jika prevalensi dan jenis mutan pada populasi
ini menghasilkan janin atau bayi hydrop fetalis. Mutasi delesi banyak di jumpai
pada populasi Asia Tenggara yang mendapat pengaruh kuat unggun gen
Filipina dalam frekuensi polimorfik, tetapi tidak dijumpai pada populasi Papua
10.000 tahun yang lalu) kedua daratan tersebut masih bersatu . karena itu
Diketahui bahwa talasemia ini terbagi atas empat bagian yaitu talasemia
alfa (α) talasemia β talasemia δ, dan talasemia τ. Tapi di makalah ini saya hanya
TINJAUAN PUSTAKA
1. *Defenisi
mana produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida terganggu
(Tjokronegoro, A. 2001).(10)
dari kedua orang tua kepada anak-anaknya secara resesif (Rusepno, 1985).(1)
*Fungsi Hemoglobin
jaringan dan kembali dalam darah vena dengan membawa CO2 ke paru. Pada
dan α2β2 menstabilkan molekul tersebut. Rantai β bergeser pada kontak α1β2
pada kurva disosiasi O2 hemoglobin. P50 (tekanan parsial O2 yang pada tekanan
ini hemoglobin terisi separuh dengan O2) darah normal adalah 26,6 mmHg.
Dengan meningkatnya afinitas terhadap O2, kurva ini bergeser ke kiri (P50
arteri) dengan tekanan O2 arteri rata-rata sebesar 95 mmHg dan saturasi 70%
dan CO2 dalam eritrosit serta struktur molekul hemoglobin. Konsentrasi 2,3-
DPG, H+ atau CO2 yang tinggi, dan adangya hemoglobin tertentu, misalnya
(oksigen lebih mudah dilepas), sedangkan hemoglobin fetus (Hb F)-yang tidak
O2 dibandingkan normal.(4)
*Sintesis Thalassemia
transisi embrio ke fetus). Yolk sac dan hati akan mensintesis rantai globin ζ
hemoglobin Gower II (α2ε2) dan hemoglobin Portland (ζ2γ2). Pada masa fetus
hingga akhir kehamilan akan dibentuk hemoglobin fetal atau Hb-F (α2γ2) dan
hemoglobin A2 (α2δ2). Organ yang bertanggung jawab pada periode ini adalah
hati, limpa dan sumsum tulang. Hb-F bersifat heterogen karena ada dua lokus
gen -γ yang berbeda. Kedua gen ini dibedakan oleh susunan asam amino pada
posisi 136 yang terdiri dari glisin pada Gγ dan alanin pada Aγ. Setelah bayi lahir
kadar Hb-F akan segera menurun dan diganti oleh HbA1 (α2β2) yang dibentuk
normal akan dikendalikan oleh empat gen utama yaitu gen-α, β, γ, dan δ. Pada
individu dewasa normal hemoglobin A α2β2 (hemoglobin adult) terdiri dari 97%
keseluruhan. Seluruh tugas sintesis globin pada periode ini diambil alih oleh
Sintesis globin dimulai dari proses transkripsi gen dalam inti sel atau
Intron akan dihilangkan melalui proses splicing dan exon-exon dan kemudian
bergabung satu sama lain. Diperbatasan exon dan intron selalu ada basa GT
pada ujung 5’ dan AG pada ujung 3’ yang sangat penting dalam proses
splicing yang tepat. Jika terjadi mutasi pada daerah ini maka proses splicing
penambahan CAP pada ujung 5’ dan poli-A pada ujung 3’. Setelah transkripsi
dimulai dengan bantuan ikatan 5’-5’ trifosfat ujung 5’ RNA yang baru
ke dalam sitoplasma dan menjadi cetakan rantai globin yang akan disintesis.(7)
dengan bantuan tRNA (transfer RNA) yang bersifat khusus pada setiap asam
amino. Urutan asam amino pada rantai polipeptida globin ditentukan oleh
triplet kodon yang terdiri dari tiga basa. tRNA merupakan antikodon yang
tRNA membawa asam amino ke mRNA dan mencari posisi pasangan yang tepat
antara kodon dan antikodon. Jika tRNA pertama sudah berada pada posisi yang
jika tRNA kedua sudah mengambil posisi yang tepat, kedua asam amino baru
yang terbentuk tersebut membentuk ikatan peptida rantai globin dan demikian
seterusnya terjadi sepanjang mRNA yang ditransiasi dari 5’ ke 3’. tRNA selalu
pembentuk ribosom. Pada mRNA selalu terdapat kodon inisiasi (AUG) dan
kodon terminasi (UAA, UAG, dan UGA). Pada saat ribosom bertemu dengan
dan kemudian sub-unit ribosom terlepas dari asam amino yang dibentuk dan
didaur ulang. Selanjutnya rantai globin yang terbentuk akan berikatan dengan
2. Epidemiologi
Italia, Yunani Afrika bagian utara, kawasan Timur Tengah, India Selatan,
Laos dan Kamboja dengan frekuensi sebesar 50-60% dan juga tersebar di
daerah lain Asia Tenggara dengan frekuensi yang makin berkurang di daerah
penduduknya mempunyai satu atau jenis lain talasemia alfa. Frekuensi gen
untuk Indonesia belum jelas. Di duga sekitar 3-5%, sama seperti Malaysia dan
Cipto Mangunkusumo, Jakarta di dapat kasus baru thalassemia beta per tahun.
Di Rumah Sakit Dr. Sutomo, Surabaya lebih sering di jumpai thalassemia beta
Batak, relatif rendah). Selama 15 tahun Untario mencatat seluruhnya 134 kasus
thalassemia beta.
3. * Etiologi
mempunyai 2 gen alfa yaitu alfa thal 2 dan alfa thal 1 terletak pada bagian
manifestasi ringan atau tidak memberikan gejala klinis yang jelas. Hilangnya 3
destruksi eritrosit lebih cepat. Delesi ke 4 gen alfa (homosigot alfa thal 1, Hb
Defisit sintesis globin beta hampir paralel dengan defisit globin beta
tidak memerlukan rantai beta dan justru memproduksi lebih banyak daripada
yang tidak terpakai karena tidak ada pasangannya akan mengendap pada
kali lipat dari nilai normal, dan juga serupa apabila ada eritropoesis ektra
medular hati dan limpa. Destruksi eritrosit dan prekusornya dalam sumsum
eritropoesis sangat giat hal ini tidak mampu mendewasakan eritrosit secara
efektif. Salah satu sebab mungkin karena adanya presipitasi di dalam eritrosit.
Pada kasus homosigot talasemia beta nol, sintesis rantai globin beta tidak
ada.
Sekitar 50% kasus-kasus ini globin beta mRNA dalam retikulosit dan sel
eritrosit muda berkurang atau tidak ada. Mutasi gen pada thalassemia-β
bersifat sangat heterogen dan mencapai lebih dari 20 variasi genotip. Hal ini
yang disetai dengan gejala yang bervariasi dari asimtomatik sampai letal
* Patogenesis
beta baik parsial ataupun total. Dan dengan demikian menyebabkan gangguan
bentuk mutasi dan keragaman ini menjadi penyebab atas luasnya variasi
4. Komplikasi
dapat timbul akibat cepatnya trun over sel dalam sumsum tulang
obat-obat yang mengandung besi. Pencegahan untuk ini adalah dengan selatin
azen misalnya desferal. Hepatitis paska transfusi bisa dijumpai terutama bila
keadaan patogen seperti HbsAg dan anti HCV. Penyakit AIDS atau HIV dan
penyakit Creutzfeldt Jacob (Analog penyakit sapi gila=mad cow, pada sapi)
kembali. Tukak menahun pada kaki dapat di jumpai deformitas pada skelet,
tulang dan sendi mungkin pula terjadi. Deformitas pada muka kadang-kadang
sangat tinggi, sehingga ditimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar,
limpa, kulit, jantung dan lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan
fungsi alat tersebut (hemokromatosis). Llimpa yang bbesar mudah rutur akibat
5. Pencegahan Thalassemia
dengan pasti pasangan yang mempunyai risiko tinggi misalnya mereka yang
(Rusepno, 1985).
thalassemia. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb telah rendah (kurang dari
6 g%) atau bila anak mengeluh tidak mau makan dan lemah.
dilakukan pada anak yang lebih tua dari 2 tahun, sebelum didapatkan tanda
hipersplenisme atau hemosiderosis. Bila kedua tanda itu telah tampak, maka
mempunyai kesalahan yang sangat besar, alat tidak dapat distandardisasi dan
a. Temuan Laboratorium
berat., banyak ditemukan poikilosit yang terfrakmentasi, aneh (bizarre) dan sel
target. Sejumlah besar eritrosit yang berinti ada di darah tepi, terutama setelah
kelebihan rantai alfa, juga dapat terlihat paska splenektomi. Kadar Hb turun
secara cepat menjadi kurang dari 5 g/dl kecuali jika transfusi di berikan. Kadar
bilirubin serum tidak terkonjugasi meningkat. Kadar serum besi tinggi, dengan
10 g/dl. Regimen hiper transfusi ini mempunyai keuntungan klinis yang nyata
tulang dan masalah kosmetik progresif yang terkait dengan perubahan tulang-
dengan dosis 15-20 ml/kg sel darah merah terpampat (PRC) biasanya di
perlukan setiap 4-5 minggu. Uji silang harus di kerjakan untuk mencegah
alloimunisasi dan mencehag reaksi transfusi. Lebih baik di gunakan PRC yang
relatif segar (kurang dari 1 minggu dalam antikoagulan CPD) walaupun dengan
ke hati-hatian yang tinggi, reaksi demam akibat transfusi lazim ada. Hal ini
darah beku atau penggunaan filter leukosit, dan dengan pemberian antipiretik
sebelum transfusi.
dapat di hindari karena setiap 500 ml darah membawa kira-kira 200 mg besi
dalam urin. Kadar deferoksamin darah yang di pertahankan tinggi adalah perlu
untuk ekresi besi yang memadai. Obat ini diberikan subkutan dalam jangka 8-
kadar feritin serum kurang dari 1000 ng/mL yang benar-benar di bawah nilai
dapat di cegah atau secara nyata tertunda. Obat pengkhelasi besi per oral yang
Splenektomi meningkatkan resiko sepsis yang parah sekali, oleh karena itu
operasi harus dilakukan hanya untuk indikasi yang jelas dan harus di tunda
Cangkok sumsum tulang ( CST) adalah kuratif pada penderita ini dan
telah menerima transfusi sangat banyak. Namun, prosedur ini membawa cukup
penderita yang mempunyai saudara kandung yang sehat (yang tidak terkena)
yang histokompatibel.
KESIMPULAN
berkurang atau tidak adanya sintesis satu atau lebih rantai globin. Thalassemia
tersebar dari Mediterranean sampi ke Asia Tenggara melalui Timur Tengah dan
Asia Tengah serta anak benua India, membentuk “sabuk thalassemia”. Karena
arus migrasi dan perkawinan pada saat ini penyakit thalassemia banyak
thalassemia bervariasi mulai dari ringan sampai berat tergantung pada jumlah
yang berat yaitu bayi dapat mati dalam kandungan atau setelah lahir karena Hb
Bart’s hydrop fetalis. Dari seluruh individu yang dilaporkan diketahui bahwa
daya tahan tubuh menurun yang dapat diikuti dengan hemolisis eritrosit akut.
penimbunan besi dalam berbagai organ tubuh dan hal ini dapat menimbulkan
bukan hanya menjadi beban keluarga tetapi juga menjadi tanggung jawab
ditingkatkan baik oleh para sarjana yang terkait terutama para dokter maupun
datang dari penyakit yang hampir selalu diakhiri dengan kematian pada masa
mator dan Hb Bart’s hydrop fetalis. Adanya suatu laboratorium yang lengkap
Universitas Indonesia
Medika
Djelantik, I.B (1996). Lekemia, Panduan Praktikum Dan 500 Soal Jawab
Ganie, Dkk. (2004). Kajian DNA Thalassemia α di Medan, Medan : USU Press
Sarwono, Dkk. (2001). Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Abstrak……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi……………………………………………………………………………...ii
BAB 1. Pendahuluan
1. - Definisi………………………………………………………………………….5
- Fungsi Hemoglobin……………………………………………………………..5
- Sintesis Thalassemia…………………………………………………………….6
2. Epidemiologi……………………………………………………………………..8
3. - Etiologi…………………………………………………………………………10
- Patologi…………………………………………………………………………12
4. Komplikasi………………………………………………………………………...12
5. Pencegahan Thalassemia………………………………………………………….14
1. Kesimpulan………………………………………………………………………18
Daftar Pustaka……………………………………………………………………....20
Oleh karena sampai saat ini belum ada pengobatan yang pasti untuk penyakit
akan thalassemia ini perlu dilakukan agar para orangtua mengerti dan dapat