Anda di halaman 1dari 2

Tatalaksana

1. Hipertensi urgensi
A. Tatalaksana umum
Tatalaksana pada hipertensi urgensi tidak membutuhkan obat-obatan parenteral. Pemberian
obat- obatan aksi cepat memberikan manfaat untuk menurunkan tekanan darah dalam 24 jam
awal mean atrial pressure dapat diturunkan tidak lebih dari 25%. Pada fase awal gold standard
dapat diturunkan sampai 160/110 mmHg.
Penggunaan obat-obat an antihipertensi parenteral maupun oral. Pada pemberian loading
dose oral anti-hipertensi dapat menimbulkan efek akumulasi dan pasien akan mengalami
hipotensi saat pulang.
B. Obat-obatan spesifik untuk anti hipertensi urgensi
a. Captopril
Captopril adalah golongan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor dengan onset 15-
30 menit. Captopril dapat diberikan dosis awal 25mg kemudian ditingkatkan dosisnya
menjadi 50-100 mg setelah 90-120 menit kemudian. Efeknya sering terjadi batuk, hipotensi,
hiperkalemi, angioedem, dan gagal ginjal ( khusus pada pasien dengan stenois arteri renal
bilateral).
b. Nicardipin
Obat golongan calcium channel blocker yang sering digunakan pada hipertensi urgensi. Pada
penelitian pada 53 pasien yang diberikan nicardipin dan placebo. Nicardipin memiliki efek
65% dibandingkan placebo yang mencapai 22%. Penggunaan dosis oral biasanya 30mg dapat
diulang 8 jam hingga tercapai tekanan darah yang diinginkan. Efek samping palpitasi,
berkeringat dan sakit kepala.
c. Labetalol
Obat gabungan antara α dan β blocking yang memiliki waktu kerja 1-2 jam. Menurut
penelitiannya labetalol memiliki dose range yang sangat lebar sehingga menyulitkan dalam
penentuan dosis. Pada 36 pasien dibagi 3 kelompok diberikan 100 mg, 200 mg ,300 mg
secara oral menghasilkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang signifikan.
Secara umum dapat diberikan dosis 200mg dan dapat diulangi 3-4 jam kemudian , efek
samping berupa mual dan sakit kepala.
d. Clonidin
Obat –obatan simpatolitik sentral (α2-adrenergik reseptor agonist)yang memiliki mula kerja
15-30 menit dan puncaknya 2-4 jam. Dosis awal 0,1-0,2 mg kemudian 0,05 – 0,1 per jam
sampai tercapainya tekanan darah yang di inginkan. Dosis maksimum 0,7 mg. efek samping
adalah sedasi,mulut kering, dan hipoteni orthostatik.

2. Hipertensi emergensi
A. Tatalaksana umum
Terapi harus disesuaikan tiap individu sesuai dengan organ target . pasien harus berada
dalam ruangan ICU agar monitoring tekanan darah dapat dikontrol dengan pemantauan
yang tepat , obat diberikan secara parenteral. Penurunan mean arterial pressure 10%
selama 1 jam awal dan 15% pada 2-3 jam berikutnya. Penurunan secara cepat dapat
mengakibatkan hipoperfusi jantung dan pembuluh darah otak.

B. TATALAKSANA KHUSUS PADA HIPERTENSI EMERGENSI


a. Neurologik emergensi
Gawat darurat neurologi pada hipertensi emergensi seperti hipertensif ensepalopathy,
perdarahan intrakranial dan stroke iskemik akut. American Heart Association
merekomndasikan penurunan tekanan darah pada tekanan darah > 180/105 mmHg
pada hipertensi dengan perdarahan intracranial MAP harus dipertahankan di bawah 130
mmHg. Pada pasien stroke iskemik tekanan darah harus dipantau secara hati hati 1-2
jam awal untuk menentukan apakah tekanan darah akan menurun secara spontan. MAP
secara terus menerus dipertahankan > 130 mmHg.
b. Emergensi kardiak
Gawat darurat pada jantung seperti iskemik akut pada otot jantung ,edem paru dan
diseksi aorta . pada pasien hipertensi emergensi yang melibatkan iskemik otot jantung
dapat diberikan terapi nitroglycerin. Pada penelitian yang telah dilakukan ,nitroglycerin
dapat meningkatkan aliran darah arteri koroner. Pada pasien keadaan diseksi aorta akut
pemberian obat-obatan beta blocker IV dapat diberikan pada terapi awal,selanjutnya
dilanjutkan obat vasodilator seperti nitropusside. Obat –obatan tersebut dapar
menurunkan tekanan darah ke tekanan yang di inginkan ( TD sistolik > 120 mmHg)
dalam 20 menit.
c. Gagal ginjal
Acute kidney injury merupakan konsekuensi hpertensi emergensi. Kidney injury ditandai
proteinuria,hematuria,oliguria, atau anuria. Pemberian yang kontroversi , namun
nitropusside IV telah digunakan secara luas namun obat ini sendiri dapat menyebabkan
keracunan sianida atau tiosianat. Pemberian nefoldopam parenteral dapat menghidari
potensi keracunan sianida akibat pemberian nitropusside.
d. Hyperadrenergik states
Hipertensi emergensi dapat dipengaruhi obat-obatan seperti katekolamin,klonidin dan
penghambat mono amin oksidase. Pada keadaan ini tekanan darah dapat dikontrol
dengan sodium nitropusside dan tambahan golongan beta blocker dapat diberikan
sampai tekanan darah tercapai.

PROGNOSIS

Penyebab kematian tersering adalah stroke (25%) ,gagal ginjal (19%),dan gagal jantung (13%). Prognosis
akan lebih baik jika tatalaksana segera dan tepat.

Anda mungkin juga menyukai