PENDAHULUAN
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Rima vestibule adalah celah di antara plica vestibularis. Ligamentum vestibularis
yang terletak di dalam setiap plica vestibularis merupakan pinggir bawah
membrane quadrangularis yang menebal. Ligamentum ini terbentang dari
kartilago thyroidea sampai ke kartilago arytenoidea.3,4
Laring bagian tengah terbentang dari plica vestibularis sampai setinggi
plica vocalis. Plica vocalis bewarna putih dan berisi ligamentum vocale. Rima
glottides adalah celah di antara plica vocalis di depan dan prosessus vcalis
kartilaginis arytneoidea di belakang.3,4
Laring di bagian bawah terbentang dari plica vocalis sampai ke pinggir
bawah kartilago cricoidea. Membran mukosa laring melapisi kavitas laryngeus
dan ditutupi oleh epitel silindris bersilia. Namun, pada plica vocalis, tempat
membrane mukosa sering mengalami trauma saat fonasi, maka membrane
mukosanya dilapisi oleh epitel berlapis gepeng.3,4
Otot-otot laring dapat dibagi menjadi dua kelompok; (1) ekstrinsik dan (2)
intrinsik.
Otot-otot ekstrinsik dapat dibagi dalam dua kelompok yang berlawanan,
yaitu kelompok elevator laring dan depressor laring. Laring tertarik ke atas selama
proses menelan dan ke bawah sesudahnya. Karena os hyoideum melekat pada
3
kartilago thyroidea melalui membrane thyroihyoidea, gerakan os hyoideum akan
diikuti oleh gerakan laring.3,4
Otot-otot elevator laring meliputi m.digastricus, m.stylohyoideus,
m.geniohyoideus. M.stylopharyngeus, m.salphingopharyngeus, dan
m.palatopharyngeus yang berinsersio pada pinggir posterior lamina kartilaginis
thyroidea juga mengangkat laring.3,4
Otot depressor laring meliputi m.sternohyoideus, m.sternothyroideus, dan
m.momohyoideus. Kerja otot-otot ini dibantu oleh daya pegas trakea yang
elastis.3,4
Otot-otot intrinsik dapat dibagi menjadi dua kelompok; kelompok yang
mengendalikan aditus laringis dan kelompok yang menggerakkan plica vocalis.3,4
Terdapat dua sfingter pada laring yaitu (1) pada aditus larynges dan (2)
pada rima glottis. Sfingter pada aditus larynges hanya berfungsi pada saat
menelan. Ketika bolus makanan dipindahkan ke belakang di antara lidah dan
palatum durum, laring tertarik ke atas di bawah bagian belakang lidah. Aditus
larynges menyempit akibat kontraksi m.artynoideus obliqus dan m.aryepiglotica.
Epiglotis didorong ke belakang oleh lidah dan berfungsi sebagai sungkup di atas
aditus larynges. Bolus makanan atau cairan kemudian masuk ke dalam esophagus
dengan berjalan di atas epiglottis atau turun ke bawah lewat alur pada sisi-sisi
aditus larynges, yaitu melalui fossa piriformis.3,4
Ketika batuk atau bersin, rima glotidis berfungsi sebagai sfingter. Setelah
inspirasi, plica vocalis mengalami adduksi, dan otot-otot ekspirasi berkontraksi
dengan kuat. Akibatnya, tekanan di dalam toraks meningkat, dan dalam waktu
yang sama plica vocalis mendadak adduksi. Pelepasan mendadak dari udara yang
terkompresi seringkali diikuti pula keluarnya partikel asing atau mucus dari
saluran pernapasan dan selanjutnya masuk ke faring. Disini, partikel-partikel ini
akan ditelan atau dikeluarkan.3,4
Pada keadaan abdomen tegang seperti saat miksi, defekasi dan melahirkan,
udara sering ditahan sesaat di saluran pernapasan dengan cara menutup rima
glotidis. Sesudah inspirasi dalam, rima glotidis ditutup. Kemudian otot-otot
dinding anterior abdomen berkontraksi dan gerakan naik dari diafragma dicegah
oleh adanya udara yang tertahan di saluran pernapasan. Setelah usaha yang cukup
4
lama, orang tersebut sering melepaskan sejumlah udara dengan membuka rima
glotidisnya sekejap dan menimbulkan suara mengeluh.4
5
ekspirasi yang lebih lama lewat plica vocalis yang teradduksi. Pada berbisik, plica
vocalis teradduksi, tetapi kartilago arytneoidea terpisah; vibrasi terjadi akibat
getaran udara ekspirasi secara tetap melalui bagian posterior rima glotidis.3,4
Maka secara ringkas dapat dikatakan terdapat satu otot abduktor, tiga
aduktor dan tiga otot tensor seperti yang diberikan seperti berikut: 3,6
6
Suplai arteri ke setengah bagian atas laring berasal dari ramus laryngeus
superior a. thyroidea superior. Setengah bagian bawah laring didarahi oleh ramus
laryngeus inferior a. thyroidea inferior.3,4
7
laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk
dan massa ujung- ujung bebas dan tegangan pita suara sejati. 4
8
menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh epiglotis. Epiglotis menjadi
lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus laringeus, sehingga
makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan masuk ke
sinus piriformis lalu ke hiatus esofagus. 4
2.3 DEFINISI
Karsinoma glotis merupakan keganasan laring yang melibatkan pita suara
asli dan komissura anterior dan posterior. Karsinoma glottis dapat memberikan
gejala pada fungsi vital dasar termasuk gangguan bernapas, menelan, ganguan
suara, dan, akhirnya kematian.medscape
Batas inferior glotik adalah 10 mm dibawah tepi bebas pita suara, 10 mm
merupakan batas inferior otot-otot intrinsik pita suara. Oleh karena itu, tumor
glotik dapat mengenai 1 atau kedua pita suara, dapat meluas ke subglotik sejauh
10 mm, dan dapat mengenai komisura anterior atau posterior atau prosesus
vokalis kartilago adenoid. 11
Karsinoma invasif glottis umumnya kurang agresif dibandingkan dengan
karsinoma sel skuamosa supraglotik atau hypopharyngeal. Dari histologinya
biasanya baik untuk berdiferensiasi sedang, dan tanpa disertai metastasis jauh. Hal
ini diduga karena limfatik submukosa di pita suara sangat jarang dan mungkin
mencerminkan ke arah karsinoma berdiferensiasi baik. Gejala hadir lebih awal
karena sebagian besar tumor berasal dari dua pertiga anterior permukaan bebas
lipatan pita suara dua di mana suara serak adalah gejala pertamanya. Di stadium
awal, radioterapi atau konservatif menjadi terapi terbaik tanpa perlu direncanakan
manajemen operasi leher eletif.
2.4 EPIDEMIOLOGI
Menurut data yang dirilis oleh American Cancer Society, sekitar 10.000 kasus
baru kanker laring didiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat dan 3.900
kematian terjadi setiap tahun sebagai akibat dari penyakit ini.
kanker laring mempengaruhi laki-laki 4 kali lebih sering daripada wanita di
Amerika Serikat. Rasio laki-perempuan lebih tinggi untuk tumor glotis daripada
tumor supraglottic. Rasio ini telah menurun dalam beberapa tahun terakhir karena
peningkatan insiden wanita yang merokok.
9
Secara histopatologis, 95% hingga 98% karsinoma laring berasal dari sel
squamosal. Karsinoma sel skuamosa dibagi 3 tingkat diferensiasi: Berdiferensiasi
baik (Grade I), Berdiferensiasi sedang (Grade II), Berdiferensiasi buruk (Grade
III).
Kebanyakan tumor ganas pita suara berdiferensiasi dengan baik. Lesi yang
mengenai hipofaring, sinus piriformis dan plika ariepiglotika kurang
berdiferensiasi baik.11
2.5 ETIOLOGI
Etiologi kasinoma glottis terdiri dari: Rokok dan alkohol. Dikatakan oleh para ahli
bahwa perokok dan peminum alkolhol merupakan kelompok orang-orang dengan
risiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologik menggambarkan
beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma glottis yang kuat
adalah rokok, alkohol dan terpajan oleh sinar radioaktif.8 Karsinogen lingkungan,
Arsen (pabrik, obat serangga), asbes (lingkungan, pabrik, tambang), gas mustar
(pabrik), serbuk nikel (pabrik, lingkungan), polisiklik hidrokarbon (pabrik,
lingkungan), vinil klorida (pabrik), dan nitrosamin (makanan yang diawetkan,
ikan asin). 9 Human papilloma virus (HPV), predileksi di korda vokalis. Awalnya
tumbuh jaringan berupa papil-papil (papiloma) kemudian terjadi perubahan
maligna menjadi karsinoma verukosa (verrucous carcinoma). 9
10
2.6 KLASIFIKASI
Kanker laring dibagi berdasar system TNM (tumor, nodul, metastasis)
menurut American Joint Committee on Cancer. Untuk kepentingan staging, nodul
positif di leher termasuk dalam metastasis regional; metastasis di bagian tubuh
yang lain (seperti paru, mediastinum, hepar dan tulang) termasuk dalam
metastasis jauh. Untuk pertama kalinya, tumor T4 dibagi menjadi tumor stage
IV.A, IV.B dan IV.C (adanya metastasis jauh). Studi yang dilakukan sebelumnya,
bagaimanapun juga, mengacu pada system lama yakni tahun 1998 di mana
terdapat T4 yang berdiri sendiri.2,13
Klasifikasi Tumor Ganas Laring
Tumor primer (T)
Supraglotis Glotis Subglotis
Tis Karsinoma insitu Karsinoma insitu Karsinoma insitu
T1 Tumor terdapat pada Tumor mengenai Tumor terbatas pada
satu sisi suara/pita satu atau dua sisi daerah subglotis.
suara palsu (gerakan pita suara, tetapi
masih baik). gerakan pita suara
masih baik, atau
tumor sudah terdapat
pada kommisura
anterior atau
posterior.
T2 Tumor sudah Tumor meluas ke Tumor sudah meluas
menjalar ke 1 dan 2 daerah supraglotis ke pita, pita suara
sisi daerah atau subglotis, pita masih dapat
supraglotis dan suara masih dapat bergerak atau sudah
glotis masih bisa bergerak atau sudah terfiksir.
bergerak (tidak terfiksir (impaired
terfiksir). mobility).
T3 Tumor terbatas pada Tumor meliputi Tumor sudah
laring dan sudah laring dan pita suara mengenai laring dan
terfiksir atau meluas sudah terfiksir. pita suara sudah
11
ke daerah ke krikod terfiksir.
bagian belakang,
dinding medial dari
sinus piriformis, dan
kearah rongga
preepiglotis.
T4 Tumor sudah meluas Tumor sangat luas Tumor yang luas
keluar laring, dengan kerusakan dengan destruksi
menginfiltrasi tulang rawan tiroid tulang rawan atau
orofaring jaringan atau sudah keluar perluasan ke luar
lunak pada leher dari laring. laring atau dua –
atau sudah merusak duanya.
tulang rawan tiroid.
12
Tabel dibawah menunjukkan penentuan kategori TNM edisi ke-7 pada
karsinoma laring
Kategori T N M
0 Tis N0 M0
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T3 N0 M0
T1, T2 N1
IV A T4a N0 M0
T 1-3 N2 M0
IV B T4b N apapun M0
T apapun N3 M0
IV C T apapun N apapun M1
13
2.7 HISTOPATOLOGI
Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 – 98% dari semua tumor
ganas laring, dengan derajat difrensiasi yang berbeda-beda, yaitu
berdiferensiasi baik, sedang dan berdiferensiasi buruk. Jenis lain yang
jarang kita jumpai adalah karsinoma verukosa, adenokarsinoma dan
kondrosarkoma. Karsinoma Verukosa adalah satu tumor yang secara
histologis kelihatannya jinak, akan tetapi klinis ganas. Insidennya 1 – 2%
dari seluruh tumor ganas laring, lebih banyak mengenai pria dari wanita
dengan perbandingan 3 : 1. Tumor tumbuh lambat tetapi dapat membesar
sehingga dapat menimbulkan kerusakan lokal yang luas. Tidak terjadi
metastase regional atau jauh. Pengobatannya dengan operasi, radioterapi
tidak efektif dan merupakan kontraindikasi. Prognosanya sangat baik.
Adenokarsinoma, angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring.
Sering terjadi pada kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak
pernah dari glottis. Terapi yang dianjurkan adalah reseksi radikal dengan
diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi pasca operasi.8 Kondrosarkoma
adalah tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%, tiroid
20% dan aritenoid 10%.Sering pada laki-laki 40 – 60 tahun.Terapi yang
dianjurkan adalah laringektomi total. 8
14
2.8 PATOFISIOLOGI
15
skuamosa (SCC). Refluks gastroesofageal juga dicurigai
menyebabkan karsinoma laring; meski hubungan langsung antara
keduanya masih belum jelas walaupun terapi yang berguna dalam
menurunkan kadar asam lambung dikatakan mampu menurunkan
rekurensi karsinoma laring. Paparan okupasi yang beranekaragam dan
inhalasi beracun (seperti asbestos dan gas mustad), defisiensi nutrisi,
serta riwayat radiasi leher juga memiliki hubungan dengan karsinoma
laring.
Karsinogenesis pada traktus aerodigestif digambarkan mengalami
proses yang berlipat. Agen ekosgenous yang berbahaya (tembakau,
alkohol, asbes, dll) menyebabkan injuri epitel dan memicu terjadinya
respon berupa (hiper)regenerasi (hyperplasia) dan/atau
hyperkeratosis.13
16
Serak menyebabkan kualitas suara menjadi semakin kasar, mengganggu,
sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa. Kadang bisa afoni karena
nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit. Hubungan antara serak
dengan tumor laring tergantung pada letak tumor. Apabila tumor laring
tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan menetap.
Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, dibagian bawah plika
ventrikularis atau dibatas inferior pita suara, serak akan timbul kemudian.
Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir
atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak
khas dan subjektif seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang
mengganjal di tenggorok. Tumor hipofaring jarang menimbulkan serak
kecuali tumornya eksentif.2,13
Gejala lainnya yaitu: Suara bergumam (hot potato voice): fiksasi dan nyeri
menimbulkan suara bergumam. Dispnea dan stridor: Gejala yang
disebabkan sumbatan jalan nafas dan dapat timbul pada tiap tumor laring.
Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh massa tumor,
penumpukan kotoran atau secret maupun oleh fiksasi pita suara. Pada
tumor supraglotik dan transglotik terdapat kedua gejala tersebut.Sumbatan
yang terjadi perlahan-lahan dapat dikompensasi. Pada umunya dispnea dan
stridor adalah tanda prognosis yang kurang baik. Nyeri tenggorok: Keluhan
ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.
Disfagia: Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik,
hipofaring dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang
paling sering pada tumor ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan
(odinofagia): menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai
struktur ekstra laring. Batuk dan hemoptisis: Batuk jarang ditemukan pada
tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekanya hipofaring disertai
sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada
tumor subglotik dan tumor supraglotik. 13
17
Gambar 6: gambaran letak tumor dan gejala
yang biasa timbul dari letaknya.
2.10 DIAGNOSIS
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan suara parau yang
diderita sudah cukup lama, tidak bersifat hilang-timbul meskipun sudah
diobati dan makin lama menjadi berat. Penderita kebanyakan adalah
seorang perokok berat yang juga kadang–kadang adalah seorang yang
juga banyak memakai suara berlebihan dan salah (vocal abuse), peminum
alkohol atau seorang yang sering atau pernah terpapar sinar radioaktif.
Pada anamnesis kadang–kadang didapatkan hemoptisis, yang tidak bisa
dibedaka dengan adanya TBC paru, banyak penderita menjelang tua dan
dari sosio - ekonomi yang lemah.
Sesuai pembagian anatomi, lokasi tumor laring dibagi menjadi 3
bagian yakni supraglotis, glottis dan subglotis, dan gejala serta tanda –
tandanya sesuai dengan lokasi tumor tersebut.
Dari pemeriksaan fisik sering didapatkan tidak adanya tanda yang
khas dari luar, terutama pada stadium dini/permulaan, tetapi bila tumor
sudah menjalar ke kelenjar limfe leher, terlihat perubahan kontur leher,
dan hilangnya krepitasi tulang rawan – tulang rawan laring.
Pemeriksaan untuk melihat kedalam laring dapat dilakukan
dengan cara tak langsung maupun langsung dengan menggunakan
18
laringoskop unutk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor yang terlihat
(field of cancerisation), dan kemudian melakukan biopsi.13
19
Gambar 10: Gambaran CT scan aksial
karsinoma supraglotik(x). Terdapat erosi
kartilago thyroid (xx) dan metastasis kelenjar
getah bening di leher(xxx).
20
2.12 PENATALAKSANAAN
Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu
pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi, tergantung pada
stadium penyakit dan keadaan umum pasien. 13
2.12.1 PEMBEDAHAN
Tindakan operasi untuk keganasan laring adalah laringektomi
terdiri dari:
2.121.1 Laringektomi parsial.
Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita suara dan
trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan
napas. Setelah sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
21
lagi berhubungan dengan saluran udara–pencernaan. Suatu sayatan telah
dilakukan dileher pada jenis laringektomi ini. Hal ini meliputi
pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar limfe di leher, otot
sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf spinal asesorius,
kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar parotis. Operasi
ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara atau berbicara. Tetapi
kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan pada mereka
berbicara menggunakan esofagus (esofageal speech), meskipun
kualitasnya tidak sebaik bila penderita berbicara dengan menggunakan
organ laring. Untuk latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan
seorang binawicara.12,13
2.12.2 RADIOTERAPI
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis
T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%).
Keuntungan dengan cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara
masih dapat dipertahankan. Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad perhari
sampai dosis total 6000 – 7000 rad.
2.12.3 KEMOTERAPI
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant
ataupun paliatif. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2
dan 5 FU 800–1000 mg/m2.12,13
2.12.4 REHABILITASI SUARA.
Laringektomi total yang dikerjakan untuk mengobati karsinoma
laring menyebabkan cacat pada penderita. Dengan dilakukannya
pengangkatan laring beserta pita-suara yang ada dalamnya, maka
penderita akan menjadi afonia dan bernafas melalui stoma permanen di
leher. Untuk itu diperlukan rehabilitasi terhadap pasien, baik yang
bersifat umum, yakni agar pasien dapat memasyarakat dan mandiri
kembali, maupun rehabilitasi khusus yakni rehabilitasi suara (voice
rehabilitation), agar penderita dapat berbicara (bersuara), sehingga
22
berkomunikasi verbal. Rehabilitasi suara dapat dilakukan dengan
pertolongan alat bantu suara, yakni semacam vibrator yang ditempelkan
di daerah submandibula, ataupun dengan suara yang dihasilkan dari
esophagus (esophageal speech) melalui proses belajar. Banyak faktor
yang mempengaruhi suksesnya proses rehabilitasi suara ini, tetapi dapat
disimpulkan menjadi 2 faktor utama, ialah faktor fisik dan faktor psiko-
sosial.13
2.13 PROGNOSIS
Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan
kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival rate pada
karsinoma laring stadium I 90–98% stadium II 75–85%, stadium III 60–70%
dan stadium IV 40–50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan
menurunkan five year survival rate sebesar 50%.13
23
BAB 3
KESIMPULAN
Suara parau merupakan gejala dini dari karsinoma laring. Suara parau
lebih dari 4 minggu harus dicari teliti penyebabnya. Gejala lebih lanjut antara lain
sesak napas, stridor, rasa nyeri di tenggorok dan batuk/batuk darah.
Diagnosis karsinoma laring ditegakkan berdasar anamnesa, pemeriksaan
klinis, radiologi dan biopsi.
Terapi karsinoma laring tergantung lokasi & stadium, dapat berupa
laringektomi parsial atau total dengan atau tanpa diseksi leher, radioterapi,
kemoterapi atau kombinasi. Dengan prognosis tergantung dari stadium tumor,
pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
12. Laryngeal Cancer Treatment: PubMed Health; 2002 [updated July 31, 2014].
Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0032515?report=printable.
Accessed: October 1, 2015.
13. Dhillon RS, East CA. Laryngeal Neoplasia. In: Dhillon RS, East CA, editors.
Ear, Nose and Throat and Head and Neck Surgery. 3 ed: Elsevier; 2001. p.
98-101.
26