Asliijualbeli 150428202327 Conversion Gate01
Asliijualbeli 150428202327 Conversion Gate01
MAKALAH
Dosen Pengampu :
Oleh :
(STAIM) TULUNGAGUNG
April 2015
KATA PENGANTAR
(PENYUSUN)
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .……………………………........ 1
B. Rumusan Masalah ..……………………………....…....... 2
C. Tujuan Masalah ……………………………………......... 2
BAB II PEMBAHASAN
JUAL BELI, KHIYAR DAN RIBA
A. Pengertian Jual Beli ………………………………………... 3
B. Hikmah Jual Beli ………………………………………….... 8
C. Pengertian Khiyar …………………………………………. 9
D. Hikmah Khiyar …………………………………………….. 12
E. Pengertian Riba …………………………………………… 12
F. Hikmah Diharamkannya Riba ……………………………… 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
masyarakat, yang salah satunya seperti jual beli. Maka dalam bab ini akan dibahas
tentang jual beli, khiyar dan riba.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan terdapat rumusan
masalah dalam penulisan ini yaitu:
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Jual Beli
2. Untuk mengetahui hikmah dari Jual Beli
3. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Khiyar
4. Untuk mengetahui hikmah dari Khiyar
5. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Riba
6. Untuk mengetahui hikmah diharamkannya Riba
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-Bai’, al-Tijarah, dan
al-Mubadalah . sebagaimana firman Allah Swt.:
3
4
a. Barang itu ada, atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual
menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu.
b. Dapat dimanfaatkan atau bermanfaat bagi manusia.
c. Jelas orang yang memiliki barang tersebut.
d. Dapat diserahkan pada saat akad berlangsung, atau pada waktu yang
telah disepakati bersama ketika akad berlangsung.
Syarat nilai tukar (harga barang)
a. Harga yang disepakati oleh kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.
b. Dapat diserahkan pada saat waktu akad (transaksi).
c. Bila jual beli dilakukan dengan cara barter, maka barang yang
dijadikan nilai tukar, bukan barang yang diharamkan syara’.
4. Macam-macam jual beli :
Jual beli ditinjau dari segi hukumnya dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Jual beli yang sahih
Apabila jual-beli itu disyariatkan, memenuhi rukun atau syarat yang di
tentukan, barang itu bukan milik orang lain, dan tidak terkait dengan khiyar lagi,
maka jual beli itu sahih dan mengikat kedua belah pihak. Umpamanya, seseorang
membeli suatu barang. Seluruh rukun dan syarat jual-beli telah terpenuhi.
Barangitu juga telah di periksa oleh pembeli dan tidak ada cacat, da tidak ada
rusak. Uang yang sudah diserahkan dan barangpun sudah diterima dan tidak ada
lagi khiyar.
b. Jual beli yang tidak sahih (batil)
Apabila pada jual-beli itu salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi,
atau jual beli itu pada dasarnya dan sifatnya tidak di syariatkan, maka jual beli itu
batil. umpamanya, jual beli yang dilakukan oleh orang gila, atau barang-barang
yang di jual itu barang-barang yang di haramkan syara (bangkai, darah, babi dan
khamar).
1) Jual beli sesuatu yang tidak ada
2) Menjual barang yang tidak dapat di serahkan
3) Jual beli yang mengandung unsur tipuan
6
4) Memperjualkan air sungai, air danau, air laut dan air yang tidak dimiliki
oleh seseorang
Jual Beli yang sah tapi terlarang, antara lain:
1) Jual beli yang harganya di atas/di bawah harga pasar dengan cara
menghadang penjual sebelum tiba di pasar. Sabda Nabi SAW dari ibnu
abbas ra:
ُّ ََّل يُتَلَقَّى
الر ْك َبا ُن ِلبَ ْي ٍع
“Janganlah mencegat pedagang untk memborong barang-barangnya
(sebelum sampai ke pasar” (HR. Muslim)
2) Membeli barang yang sudah dibeli atau dalam proses tawanan orang lain.
Sabda Nabi SAW:
ٍ علَى بَ ْي ِع َب ْع
ض ُ ََّل يَ ِب ْع بَ ْع
َ ض ُك ْم
“Janganlah seseorang menjual sesuatu yang telah dibeli orang lain”
(Muttafaq alaih)
3) Jual beli barang untuk ditimbun supaya dapat dijual dengan haraga mahal
di kemudian hari, padahal masyarakat membutuhkannya saat itu. Sabda
Rasulullah SAW:
َّ ع َفةً َواتَّقُوا
َّللاَ لَ َعلَّ ُك ْم َ ضعَافًا ُم
َ ضا ِّ ِ ين آ َمنُوا ََّل تَأ ْ ُكلُوا
ْ َ الربَا أ َ يَاأَيُّ َها الَّ ِذ
َ ت ُ ْف ِل ُح
ون
7
ب ا ْل َج َم ِل
ِ سلَّ َم ع َْن َب ْي ِع ِض َرا
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا ُ نَ َهى َر
َّ سو ُل
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang menjual bibit (seperma)
unta pejantan” (HR. Muslim dan Nasa’i)
3) Jual beli anak binatang yang masih berada dalam perut induknya. sabda
Nabi SAW, dari abu hurairah ra:
ام ْي َن
ِ ضَ سلَّ َم َن َهى ع َْن بَ ْي ِع ا ْل َم
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َّللا ُ أ َ َّن َر
ِ َّ سو َل
“Bahwa Nabi SAW melarang menjual belikan anak ternak yang masih
dalam kandungan induknya” (HR. Al-Bazzar)
4) Jual beli dengan mukhadharah yaitu menjual buah-buahan yang belum
pantas untuk dipanen.
6) Jual beli gharar yaitu jual beli yang samar sehingga kemungkinan adanya
penipuan, contoh : penjualan ikan yang masih dikolam.1
Adapun dengan jual beli salam (pesanan), ataupun yang dilakukan secara
tidak tunai (kontan). Maksudnya ialah pembelian barang yang pembayarannya
dilunasi di muka, sedangkan penyerahan barang dilakukan di kemudian hari.
Dalam salam berlaku semua syarat jual beli dan syarat-syarat tambahannya ialah :
1) Ketika melakukan akad salam disebutkan sifat-sifatnya yang mungkin
dijangkau oleh pembeli, baik berupa barang yang dapat ditakar, ditimbang
maupun diukur.
2) Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bisa mempertinggi dan
memperendah harga barang itu.
3) Dilakukan pada barang-barang yang memiliki kriteria jelas.
4) Penyebutan kriteria barang dilakukan saat akad dilangsungkan.
5) Adanya penentuan tempo penyerahan barang pesanan
6) Barang pesanan adalah barang yang pengadaannya dijamin pengusaha.
1
yatamu nashihuddin, Jual Beli, Khiyar, dan Riba (makalah), dalam
http://mayapas.blogspot.com/2013/02/jual-beli-khiyar-dan-riba-makalah.html, diakses pada
Selasa, 21 April 2015 pukul 08.57
9
e) Penjual dan pembeli mendapat rahmat Allah Swt. Bahkan 90% sumber
rezeki berputar dalam aktifitas perdagangan.
f) Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan2
C. Khiyar
1. Definisi Khiyar
Khiyar secara Etimologi berarti : memilih,hak untuk memilih.Sedangkan
khiyar secara etimologi adalah :“suatu keadaan yang menyebabkan aqid (orang
yang bertransaksi) memiliki hak untuk memutuskan akadnya, yakni meneruskan
atau membatalkannya. (Syafei, 2000:102)
Jadi, Khiyar yaitu mencari dua pilihan yang terbaik antara imdha (melanjutkan
transaksi) atau ilgha (membatalkan transaksi).
2. Macam-Macam Khiyar
a. Khiyar Majelis
Khiyar ini terjadi bagi penjual dan pembeli sejak dilakukannya akad
hingga keduanya berpisah, selama mereka tidak berjual beli dengan syarat tidak
ada khiyar atau mereka menggugurkan khiyar tersebut setelah akad atau salah satu
dari mereka (baik pen-jual atau pembeli) ada yang menggugurkan hak khiyarnya,
maka gugurlah haknya namun bagi pihak lain (yang tidak menggugur-kannya)
maka hak khiyarnya masih tetap ada.
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam, beliau bersabda:
اح ٍد ِم ْن ُه َما ِبا ْل ِخيَ ِار َما لَ ْم َيتَفَ َّرقَا َوكَانَا َج ِميعًا أ َ ْو يُ َخ ِِّي ُر ِ الر ُجًلَ ِن فَ ُك ُّل َو َّ إِذَا تَبَايَ َع
ب ا ْلبَ ْي ُع َو ِإ ْن تَفَ َّرقَا بَ ْع َد أ َ ْن يَتَبَايَعَا َولَ ْم
َ ع َلى ذ ِلكَ فَقَ ْد َو َج َ أ َ َح ُد ُه َما اْآل َخ َر فَتَبَايَ َعا
َ اح ٌد ِم ْن ُه َما ا ْل َب ْي َع فَقَ ْد َو َج
ب ا ْلبَ ْي ُع ِ يَتْ ُر ْك َو.
“Jika dua orang saling berjual beli, maka setiap orang dari mereka memiliki
khiyar selama belum berpisah dan mereka bersama-sama (dalam satu tempat),
atau salah satu dari mereka memberikan khiyar kepada yang lain, maka jika salah
satu dari mereka memberikan khiyar kepada yang lainnya kemudian mereka
melakukan transaksi jual beli atas khiyar tersebut sungguh telah (terjadi) jual beli,
2
Aikochi, Jual Beli dan Hikmah Jual Beli, dalam http://aikochi-
sinichi.blogspot.com/2011/01/jual-beli-dan-hikmah-jual-beli.html, diakses pada Selasa, 21 April
2015 pukul 08.45
10
dan bila mereka berpisah setelah terjadi jual beli, dan salah satu dari mereka tidak
mening-galkan jual beli maka telah terjadi jual beli.”3
َص ْفقَةَ ِخيَ ٍار َوَّلَ يَ ِح ُّل لَهُ أ َ ْن يُفَ ِارق َ ان ِبا ْل ِخيَ ِار َما لَ ْم يَتَ َف َّرقَا ِإَّلَّ أ َ ْن تَك
َ ُون ِ َا َ ْلبَ ِيِّع
ُست َ ِقي َلهْ َشيَ َة أ َ ْن ي
ْ احبَهُ َخ ِ ص َ .
“Penjual dan pembeli memiliki khiyar selama keduanya belum berpisah kecuali
bila telah disepakati untuk memperpanjang khiyar hingga setelah berpisah, maka
tidak halal baginya untuk meninggalkan sahabatnya karena takut ia akan
membatalkan transaksinya.”4
b. Khiyar Syart
Yaitu penjual dan pembeli atau salah satu dari mereka memberikan syarat
khiyar sampai batas waktu yang jelas. Khiyar seperti ini sah walaupun waktunya
lama.
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam, beliau bersabda:
ً َ ِإ َّن ا ْل ُمت َ َبا ِيعَ ْي ِن ِبا ْل ِخيَ ِار ِفي بَ ْي ِع ِه َما َما لَ ْم يَتَفَ َّرقَا أ َ ْو يَكُو ُن ا ْلبَ ْي ُع ِخي.
ارا
“Sesungguhnya penjual dan pembeli memiliki khiyar dalam jual beli keduanya
selama belum berpisah atau (bila) jual beli tersebut ada khiyar padanya.”5
c. Khiyar ‘Aib
Larangan menyembunyikan aib telah lewat (pembahasannya), maka
apabila seseorang membeli barang yang cacat sementara ia tidak mengetahui
cacatnya hingga keduanya berpisah, ia boleh mengembalikan barang tersebut
kepada penjualnya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
3
Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (IV/332, no. 2112), Shahiih Muslim (III/ 1163, no.
1531 (44)), Sunan an-Nasa-i (VII/249).
4
Shahih: Lihat Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 2895), Sunan Abi Dawud (IX/324, no.
3439), Sunan at-Tirmidzi (II/360, no. 1265), Sunan an-Nasa-i (VII/251).
5
Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (IV/326, no. 2107), Shahiih Muslim (III/ 1163, no.
1531), Sunan an-Nasa-i (VII/248)
11
ط َها فَ ِفي
َ س ِخ َ ص َّراةً فَاحْ تَلَبَ َها فَ ِإ ْن َر ِضيَ َها أَ ْم
َ س َك َها َوإِ ْن َ غ َن ًما ُم َ شت َ َرى
ْ َم ِن ا
ع ِم ْن ت َ ْم ٍر َ َح ْلبَتِ َها.
ٌ صا
“Barangsiapa yang membeli kambing musharrah6, kemudian ia memerahnya,
maka jika ridha ia menahannya (tidak mengembalikannya), namun jika ia
membencinya maka pada susu yang sudah diperah ia ganti dengan satu sha’
kurma.”7
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :8
َ َّص َّراةً فَ ُه َو بِأ َ َح ِد الن
ظ َر ْي ِن إِ ْن شَا َء َر َّد َها ْ ص ُّروا اْ ِْلبِ َل َوا ْلغَنَ َم فَ َم ِن ا
َ شت َ َرى ُم َ ُ َّلَ ت
صاعًا ِم ْن ت َ ْم ٍر َ َو َر َّد َم َع َها.
“Janganlah kalian membiarkan susu unta dan kambing (dengan tidak memerahnya
ketika akan menjual), maka barangsiapa yang membelinya setelah itu, ia memiliki
dua pilihan setelah memerahnya, jika mau maka ia memilikinya dan jika mau ia
juga boleh mengembalikannya beserta satu sha’ kurma.”9
D. Hikmah Khiyar
a) Khiyar dapat membuat akad jual beli berlangsung menurut prinsip-prinsip
Islam, yaitu suka sama suka antara pembeli dan penjual.
6
Kambing musharrah adalah kambing yang susunya tidak diperah agar kan-tung susunya
terlihat besar dan penuh untuk menarik pembeli, demikian pula halnya dengan unta dan sapi
7
Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (IV/368, no. 2151) ini adalah lafazhnya, Shahiih
Muslim (III/1158, no. 1524), Sunan Abi Dawud (IX/312, no. 2428), Sunan an-Nasa-i (VII/253).
8
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi, Khiyar (Memilih), dalam
http://almanhaj.or.id/content/1649/slash/0/khiyar-memilih/), diakses pada selasa 31 maret 2015,
pukul 08:15wib
9
Shahih: [Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 7347)], Shahiih al-Bukhari (IV/361, no.
2148), Sunan Abi Dawud (IX/310, no. 3426) dengan tambahan di awal-nya, demikian pula an-
Nasa-i (VII/253). Dan sabda beliau: “Janganlah kamu mengikat susu unta dan kambing,” artinya
janganlah kamu membiarkan susu dalam kantungnya ketika akan menjualnya hingga kantungnya
membesar, sehingga pembeli mengira bahwa banyaknya susu tersebut adalah kebiasaan-nya yang
terus menerus
12
E. Riba
1. Sejarah Riba
Pada mulanya riba merupakan suatu tradisi bangsa Arab pada jual beli
maupun pinjaman dimana pembeli atau penjual, yang meminjam atau yang
memberi pinjaman suatu barang atau jasa dipungut atau memungut nilai yang jauh
lebih dari semula, yakni tambahan (persenan) yang dirasakan memberatkan.
Namun setelah Islam datang, maka tradisi atau praktek seperti ini tidak lagi
diperbolehkan, dimana oleh Allah SWT menegaskan dengan mengharamkannya
dalam Al-Qur’an (baca ; ayat dan hadist yang melarang riba), bahkan oleh Allah
dan RasulNya akan memusuhi dan memeranginya apabila tetap melanggarnya,
yang demikian itu dimaksudkan untuk kemaslahatan dan juga kebaikan umat
manusia.
2. Pengertian Riba
Riba yang berasal dari bahasa arab, artinya tambahan (ziyadah/ addition,
inggris), yang berarti: tambahan pembayaran atas uang pokok pinjaman.
Sementara menurut istilah riba adalah pengambilan tambahan baik dalam
transaksi jual beli, maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan
dengan prinsip mu’amalat dalam islam.
3. Dasar Hukum Riba
10
Dr. H. Mundzier suparta, pendidikan agama islam fikih (semarang: PT. Karya toha
putra, Cet. 1, 2009), hal. 106
13
4. Macam-macam Riba
para ulama Fikih membagi riba menjadi empat macam, yaitu:
a. Riba Fadl
11
Kementerian Agama RI, Fikih (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2014), hal. 154
14
Riba Fadl adalah tukar menukar atau jual beli antara dua buah barang yang
sama jenisnya, namun tidak sama ukurannya yang disyaratkan oleh orang yang
menukarnya, atau jual beli yang mengandung unsur riba pada barang yang sejenis
dengan adanya tambahan pada salah satu benda tersebut. Sebagai contoh adalah
tukar menukar emas dengan emas atau beras dengan beras, dan ada kelebihan
yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan. Kelebihan yang disyaratkan itu
disebut riba fadl. Supaya tukar-menukar seperti ini tidak termasuk riba, maka
harus ada tiga syarat, yaitu:
1) Barang yang ditukarkan tersebut harus sama
2) Timbangan atau takarnya harus sama
3) Serah terimanya pada saat itu juga
b. Riba Nasi’ah
Riba Nasi’ah yaitu mengambil keuntungan dari pinjam meminjam atau
tukar-menukar barang yang sejenis maupun yang tidak sejenis karena adanya
keterlambatan waktu pembayaran. Menurut ulama hanafiyah, Riba Nasi’ah adalah
memberikan kelebihan terhadap pembayaran dari yang ditangguhkan. Maksudnya
dalah menjual barang dengan sejenisnya, tetapi yang satu lebih banyak dengan
pembayaran diakhirkan, seperti menjual 1 kg beras dengan 1 ½ kg beras yang
dibayarkan setelah dua bulan kemudian. Kelebihan pembayaran yang disyaratkan
inilah yang disebut Riba Nasi’ah.
Riba Yad yaitu pengambilan keuntungan dari proses jual beli dimana
sebelum terjadi serah terima barang antara penjual dan pembeli sudah berpisah.
Contohnya, orang yang membeli suatu barang sebelum ia menerima barang
tersebut dari penjual. Penjual dan pembeli tersebut telah berpisah sebelum serah
terima barang itu. Jual beli ini dinamakan Riba Yad.12
12
Kementerian Agama RI, Fikih (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2014), hal. 155-156
13
Ibid., hal. 156
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Jual beli adalah penukaran harta (dalam pengertian luas) atas dasar saling rela
atau tukar menukar suatu benda (barang) yang dilakukan antara dua pihak dengan
kesepakatan (akad) tertentu atas dasar suka sama suka.
Macam-macam jual beli : Jual beli yang sahih dan Jual beli yang tidak sahih
(batil)
2. Hikmah jual beli antara lain:
g) Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat yang
menghargai hak milik orang lain.
h) Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya atas dasar kerelaan.
i) Masing-masing pihak merasa puas, baik ketika penjual melepas barang
dagangannya dengan imbalan, maupun pembeli membayar dan menerima
barang.
j) Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang haram atau
secara bathil.
k) Penjual dan pembeli mendapat rahmat Allah Swt. Bahkan 90% sumber rezeki
berputar dalam aktifitas perdagangan.
l) Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan.
3. Khiyar yaitu mencari dua pilihan yang terbaik antara imdha (melanjutkan
transaksi) atau ilgha (membatalkan transaksi). Macam-Macam Khiyar: Khiyar
Majelis; Khiyar Syart; Khiyar ‘Aib
4. Hikmah Khiyar antara lain :
a. Khiyar dapat membuat akad jual beli berlangsung menurut prinsip-prinsip
Islam.
b. Mendidik masyarakat agar berhati-hati dalam melakukan akad jual beli.
c. Penjual tidak semena-mena menjual barangnya kepada pembeli, dan
mendidiknya agar bersikap jujur dalam menjelaskan kondisi dagangannya.
16
17
d. Terhindar dari unsur-unsur penipuan, baik dari pihak penjual maupun dari
pihak pembeli.
e. Khiyar dapat memelihara hubungan baik dan terjalin cinta kasih antar sesama.
5. Riba adalah pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli, maupun pinjam
meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip mu’amalat dalam islam.
Para ulama Fikih membagi riba menjadi empat macam, yaitu : Riba Fadl; Riba
Nasi’ah; Riba Qardi; Riba Yad.
6. Hikmah diharamkannya Riba Yaitu :
a) Menghindari tipu daya di antara sesama manusia
b) Melindungi harta sesama muslim agar tidak dimakan dengan batil
c) Memotivasi orang muslim untuk menginvestasi hartanya pada usaha-usaha
yang bersih dari penipuan, jauh dari apa saja yang dapat menimbulkan
kesulitan dan kemarahan di antara kaum muslimin
d) Menjauhkan orang muslim dari sesuatu yang menyebabkan kebinasaan
karena pemakan riba adalah orang yang zalim dan akibat kezaliman adalah
kesusahan
e) Membuka pintu-pintu kebaikan di depan orang muslim agar ia mencari bekal
untuk akhirat
f) Rajin mensyukuri nikmat Allah dengan cara memanfaatkan untuk kebaikan
serta tidak menyia-nyiakan nikmat tersebut
g) Melakukan praktek jual beli dan utang piutang secara baik menurut islam
DAFTAR PUSTAKA
Aikochi, Jual Beli dan Hikmah Jual Beli, dalam http://aikochi-
sinichi.blogspot.com/2011/01/jual-beli-dan-hikmah-jual-beli.html, diakses
pada Selasa, 21 April 2015 pukul 08.45
Al-Khalafi, Syaikh Abdul Azhim bin Badawi. Khiyar (Memilih), dalam
http://almanhaj.or.id/content/1649/slash/0/khiyar-memilih/), diakses pada
selasa 31 maret 2015, pkl 08:15wib
Ali, Hasan. 2003. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalat).
Kementerian Agama RI. 2014. Fikih. Jakarta: Kementerian Agama RI
Hendi, Suhendi. 2010. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
18