Anda di halaman 1dari 13

HUKUM ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM DI

INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam adalah agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia. Islam
mengajarkan syari’at dan aturan-aturan yang menjadi perilaku setiap umat muslim yang
beragama. Islam tidak hanya mengandung syari’at dan aturan tentang Islam, tapi juga
memberikan hak kepada setiap umat muslim. Ada beberapa hal yang harus diberikan
penjelasan, yaitu mengenai hukum islam, fungsi hukum islam, kontribusi umat islam, serta hak
asasi manusia setiap umat islam.

Hukum atau “law” berarti keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk
melindungi kesejahteraan umat manusia. Hukum contribution Islam adalah segala peraturan
hidup yang bersumber pada Al Qur’an yang sudah ada dalam kurun waktu tertentu sejak zaman
Nabi Muhammad SAW. Setiap umat muslim harus patuh pada hukum Islam sebagaimana
fungsinya ialah untuk melindungi dan mensejahterakan masyarakat.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa kata “kontribusi” berarti


sumbangan. Kamus bahasa Inggris (Oxford) menyebutnya dengan, yang berarti act of
contributing, perbuatan memberikan sumbangan. Menurut penulis, sumbangan yang dimaksud
dengan kata tersebut pada umumnya bersifat immaterial. Menurut Baharudin Lopa, Hak asasi
manusia (HAM) adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta
(hak-hak yang bersifat kodrat). Oleh karena itu, tidak ada kekuasaan apapun yang dapat
mencabutnya. Meskipun demikian, bukan berarti manusia dengan hak-haknya dapat berbuat
semaunya, sebab apabila seseorang melakukan sesuatu yang dapat dikatagorikan memperkosa
atau merampas hak asasi orang lain, harus mempertangung jawabkan perbuatannya. Hak asasi
manusia (HAM) menurut Islam itu sendiri harus merujuk pada ajaran Allah dan apa yang
diperbuat Nabi Muhammad SAW, jauh sebelum lahirnya piagam-piagam Hak Asasi Manusia
di Barat. Piagam Madinah yang dibuat oleh Nabi saw pada tahun 622 M. Merupakan konstitusi
yang menjunjung hak asasi manusia. Bahkan menurut sosiolog Amerika Robert N. Bellah,
konstitusi itu terlalu sangat modern. Konstitusi yang berisi 47 pasal itu secara tegas melarang
adanya diskriminasi dan penindasan serta memberi kebebasan dalam melaksanakan agamanya
masing-masing.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hukum Islam ?

2. Bagaimana cirri-ciri Hukum Islam ?

3. Bagaimana ruang lingkup Hukum Islam ?

4. Apa tujuan Hukum Islam ?

5. Bagaimana sumber Hukum Islam ?

6. Apa fungsi dan tujuan Hukum Islam dalam masyarakat ?

7. Bagaimana kontribusi umat Islam dalam merumuskan Hukum Islam di Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan pengertian Hukum Islam

2. Menerangkan ciri-ciri Hukum Islam

3. Mengetahui ruang lingkup Hukum Islam

4. Untuk mengetahui tujuan dari Hukum Islam

5. Menganalisis sumber Hukum Islam

6. Mengetahui fungsi dan tujuan Hukum Islam di dalam masyarakat

7. Menganalisis kontribusi umat Islam dalam merumuskan Hukum Islam di Indonesia


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Islam

Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur tingkah


laku manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan
ditegakkan oleh penguasa. Hukum sengaja dibuat oleh manusia untuk mengatur hubungan
manusia dengan manusia lain dan harta benda. Sedangkan hukum Islam adalah hukum yang
bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam. Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka
hukumnya ditetapkan oleh Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia
dengan manusia dan benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia
lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam sekitarnya.

Hukum Islam tidak hanya merupakan hasil pemikiran yang dipengaruhi kebudayan
manusia di suatu tempat dan masa, tapi pada dasarnya ditetapkan Allah melalui wahyu-
wahyuNya, yang terdapat dalam Al-Quran dan dijelaskan oleh nabi Muhammad sawsebagai
rasul-Nya melalui sunah-sunah beliau yang kini pun tehimpun dalam kitab-kitab hadits. Dasar
inilah yang membedakan hukum Islam secara fundamental dengan hukum-hukum lain yang
semata-mata lahir dari kebiasaan dan hasil pemikiran atau buatan manusia. Hukum islam
diperkenalkan dengan berbagai istilah syariat, hukum syara, maupun fiqih.

Menurut Syariat hukum Islam adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh Allah swt.
Bagi hamba-hambaNya yang dibawa oleh para Nabi Allah termasuk Nabi Muhammad saw.
Baik yang berkaitan dengan teknik suatu amal perbuatan (yang kemudian tersusun dalam ilmu
fiqih), maupun persoalan-persoalan kepercayaan dan keimanan (yang kemudian tersusun
dalam ilmu kalam). Istilah syariat ini sering pula disebut dengan istilah ad-diin dan al-millah
(agama). Adapula yang mendefinisikan syariat dengan pengertian segala sesuatu yang Allah
SWT bagi hambaNya yaitu agama, atau segala sesuatu yang telah ditunjukkan jalanNYa oleh
Allah, berupa agama dan segala perintah-perintahNya seperti puasa, shalat, haji, zakat, dan
segenap amal kebaikan. Dari uraian di atas tampak bahwa istilah syariah mencakupi yang di
ajarkan dan ditetapkan oleh Allah melalui nabiNya, baik yang berkaitan dengan masalah
teologi (keyakinan), masalah ritual (peribadatan), masalah social (kemasyarakatan), maupun
moral (etika).

Hukum syara’ adalah firman Allah yang mengikat (mengatur) tindakan-tindakan orang
mukallaf (orang Islam yang telah layak menerima hak dan kewajiban hukum) baik yang berupa
tuntutan, pilihan, maupun penetapan. Hukum syara dibagi menjadi 2 bagian:

a. Al-hukmu at-taklifiy (hokum yang bersifat pembebanan )

Menurut mayoritas ulama ada 5 tingkatan:

a) Ijab/ wajib (kewajiban)

b) Sunnah/ mandub (anjuran)

c) Ibahah/ mubah (kebolehan)

d) Karahah/ makruh (kebencian/ keterpaksaan)

e) Tahrim/ haram (larangan)

b. Al-hukmu al-wadl’iy (hukum yang bersifat penetapan-penetapan khusus)

Terdiri dari ketetapan-ketetapan yang menentukan kberlakuan hokum taklifiy, yaitu:

a) As-sabab (sebab)

b) As-syarath (syarat)

c) Al- mani’ (penghalang)

d) ‘Azimah (ketetapan reguler)

e) Rukhshah (dipensasi)

f) As-Shihhah (valid/ absah)

g) Al- buthlan (batal)

Istilah fiqh didefinisikan dengan pengetahuan tentang hukum-hukum syara yang


bersifat praktis dari dalil-dalil yang terperinci, yang dihasilakan dari rasio dan ijtihad melalui
proses pemikiran dan perenungan. Banyak definisi tentang fiqh, ada yang menyebutkan bahwa
fiqh dengan ilmu pengetahuan tentang hukum syara’ yang praktis digali dari sumber-
sumbernya yang terperinci

Oleh karena itu, fikih bersifat instrumental, dari ruang lingkupnya terbatas pada hukum
yang mengatur perbuatan manusia, yang disebut dengan perbuatan hukum. Karena fikih adalah
hasil karya manusia, maka ia tidak berlaku abadi dan dapat berunbah dari masa ke masa, dan
dapat berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain. Hal ini terlihat dari aliran- aliran hukum
yang disebut dengan istilah mazahib atau mahzab-mahzab. Oleh karena itu, dalam fikih
menunjukan keragaman dalam hukum islam.

Menurut Tahir Azhary, ada tiga sifat hukum Islam, Dengan sifat ini, hukum islam
mempunyai validitas baik bagi perorangan maupun masyarakat. Sifat-sifat itu adalah:

a. Bidimensional artinya mengandung segi kemanusiaan dan segi ketuhanan (illahi) sehingga
luas atau komprehensif. Sifat inilah yang merupakan sifat dasar hukum islam dan merupakan
fitrah (sifat asli) hukum islam.

b. Adil, merupakan tujuan penetapan hukum islam, dan telah melekat sejak kaidah-kaidah
dalam syariah ditetapkan. Keadilan merupakan sesuatu yang di dambakan oleh setiapm
manusia baik sebagai individu, maupun masyarakat.

c. Individualistik, dan kemasyarakatan yang diikat oleh nilai-nilai transdental yaitu wahyu
Allah yang di sampaikan kepada nabi Muhammad saw.

2.2 Ciri-ciri Hukum Islam

Merupakan bagian yang bersumber dari agama islam. Mempunyai hubungan yang erat
dan tidak terpisahkan dari iman (akidah) dan kesusilaan (akhlaq). Mempunyai dua istilah kunci
yaitu :

a. Syari’at

Terdiri dari wahyu Allah dan sunnah Nabi.

b. Fikh

Pemahaman dan hasil pemahaman manusia tentang syariat. Terdiri dari dua bidang utama
yaitu:
a) Ibadah

b) Muammalah

Strukturnya berlapis. Mendahulukan kewajiban dari pada hak. Dapat dibagi menjadi:

· HukumTaklifi

Yaitu lima pengolongan hukum (wajib, haram, sunnah, makruh, jaiz)

· Hukum Wadh’i

Mengandung sebab, syarat, halangan terjadi atau terwujudnya hubungan hukum.

2.3.Ruang Lingkup Hukum Islam

a. Bidang Ibadah (Ibadah Mahdah)

Ibadah mahdah adalah tata cara beribadah yang wajib dilakukan seorang muslim dalam
berhubungan dengan Allah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

b. Mu’amalah (Ibadah Ghairu Mahdah)

Mu’amalat adalah ketetapan Allah yang langsung berhubungan dengan kehidupan


sosial manusia. Yang sifatnya terbuka untuk dikembangkan melalui ijtiad manusia yang
memenuhi syarat untuk melakukan usaha itu.

Dengan adanya hukum ibadah mahdah dan muamalah ini jika diamalakan oleh manusia
akan dapat terpelihara Agama, jiwa, dan akalnya.

2.4.Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum Islam secara umum adalah :

a. Untuk mencegah kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan.

b. Mengarahkan manusia kepada kebenaran untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
diakhirat kelak .

Menurut Abu Ishak al-shatibi, tujuan hukum Islam antara lain :

1. Memelihara agama

2. Memelihara jiwa
3. Memelihara akal

4. Memelihara keturunan

5. Memelihara harta

2.5 Sumber Hukum Islam

Pembahasan sumber-sumber Syariat Islam, termasuk masalah pokok (ushul) karena


dari sumber-sumber itulah terpancar seluruh hukum/syariat Islam. Oleh karenanya untuk
menetapkan sumber syariat Islam harus berdasarkan ketetapan yang qath’i (pasti)
kebenarannya, bukan sesuatu yang bersifat dugaan (dzanni). Sebagaimana yang telah Allah swt
jelaskan:QS. An-nisa: 59, “wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilalh
RasulNya dan ulil amri di antara kamu. Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka
kembalikanlah ia pada Allah (al quran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu benar-benar
bberiman kapada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
(akibatnya).”

Dari ayat tersebut, dapat diperoleh pemahaman bahwa umat islam dalam menjalankan
hukum agamanya harus didasarkan urutan:

a. Selalu menataati Allah dan mengindahkan seluruh ketentuan yang berlaku dalam al-quran.

b. Menaati Rasulullah dengan memahami seluruh sunnah-sunnahnya.

c. Menaati ulil amri (orang yang mempunyai wewenang dalam kekuasaan kepemimpinan).

d. Mengembalikan kepada alquran dan sunah jika terjadi perbedaan dalam menetapkan
hukum. Berikut sumber hukum islam :

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat Jibril
kepada Rasulullah saw dengan menggunakan bahasa Arab disertai kebenaran agar dijadikan
hujjah (argumentasi) dalam hal pengakuannya sebagai rasul dan agar dijadikan sebagai
pedoman hukum bagi seluruh ummat manusia, di samping merupakan amal ibadah bagi yang
membacanya.
Al-Qur’an diriwayatkan dengan cara tawatur (mutawatir) yang artinya diriwayatkan
oleh orang sangat banyak semenjak dari generasi shahabat ke generasinya selanjutnya secara
berjamaah. Jadi apa yang diriwayatkan oleh orang per orang tidak dapat dikatakan sebagai Al-
Qur’an. Orang-orang yang memusuhi Al-Qur’an dan membenci Islam telah berkali-kali
mencoba menggugat nilai keasliannya. Akan tetapi realitas sejarah dan pembuktian ilmiah
telah menolak segala bentuk tuduhan yang mereka lontarkan. Al-Qur’an adalah kalamullah,
bukan ciptaan manusia, bukan karangan Muhammad saw ataupun saduran dari kitab-kitab
sebelumnya.

Al-Qur’an tetap menjadi mu’jizat sekaligus sebagai bukti keabadian dan keabsahan
risalah Islam sepanjang masa dan sebagai sumber segala sumber hukum bagi setiap bentuk
kehidupan manusia di dunia.

b. As-Sunnah (Hadist)

Sunnah adalah perkataan, perbuatan dan taqrir (ketetapan / persetujuan / diamnya)


Rasulullah saw terhadap sesuatu hal atau perbuatan seorang shahabat yang diketahuinya.
Sunnah merupakan sumber syariat Islam yang nilai kebenarannya sama dengan Al-Qur’an
karena sebenarnya Sunnah juga berasal dari wahyu.

c. Al-Ijtihad

Al-Ijtihad sebagai sumber hukum Islam yang ketiga berdasar pada QS. 4 : 59 yang
berisi perintah kepada orang-orang yang beriman agar patuh, taat kepada ketentuan-ketentuan
Rasul (sunah/hadits) serta taat mengikuti ketentuan-ketentuan Ulil Amri (Ijtihad). Al-Ijtihad
yaitu berusaha dengan keras untuk menetapkan hukum suatu persoalan yang tidak ditegaskan
secara langsung oleh Al-Qur’an dan atau Hadits dengan cara istinbath (menggali kesesuaiannya
pada Al-Qur’an dan ataupun Hadits) oleh ulama-ulama yang ahli setelah wafatnya
Rasulullah. Ijtihad dapat dilakukan dengan menggunakan Ijma’, Qiyas, Istihsan, Istishab,
Mashalah Mursalah,‘Urf (tadisi). Syarat Mujtahid:

· Umum : Islam, balligh dan berakal

· Pokok : Mengetahui Al-Qur’an, sunnah, maqasid syar’iyah dan qawaid al-Fiqhiyah

· Penting : Menguasai bahasa Arab, ushul fiqh dan logika, mengetahui khilafiyah

dan masalah-masalah yang sudah diijma’kan.


2.6 Fungsi dan Tujuan Hukum Islam dalam Masyarakat

Sebagaimana sudah dikemukakan dalam pembahasan ruang lingkup hukum Islam,


bahwa ruang lingkup hukum Islam sangat luas. Yang diatur dalam hukum Islam bukan hanya
hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri,
manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, manusia dengan benda, dan antara manusia
dengan lingkungan hidupnya. Dalam Al Qur’an cukup banyak ayat-ayat yang terkait dengan
masalah pemenuhan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia serta larangan bagi seorang
muslim untuk melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Bagi tiap orang ada kewajiban untuk
mentaati hukum yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadits. Dalam hal ini hukum Islam
memiliki tiga orientasi, yaitu:

a. Mendidik indiividu (tahdzib al-fardi) untuk selalu menjadi sumber kebaikan

b. Menegakkan keadilan (iqamat al-‘adl)

c. Merealisasikan kemashlahatan (al-mashlahah).

Orientasi tersebut tidak hanya bermanfaat bagi manusia dalam jangka pendek dalam
kehidupan duniawi tetapi juga harus menjamin kebahagiaan kehidupan di akherat yang kekal
abadi, baik yang berupa hukum-hukum untuk menggapai kebaikan dan kesempurnaan hidup
(jalbu al manafi’), maupun pencegahan kejahatan dan kerusakan dalam kehidupan (dar’u al-
mafasid). Begitu juga yang berkaitan dengan kepentingan hubungan antara Allah dengan
makhluknya. Maupun kepentingan orientasi hukum itu sendiri.

Fungsi Hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat :

a. Fungsi Ibadah

Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Hukum Islam
adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah
yang sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang.

b. Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Hukum Islam sebagai hukum yang ditunjukkan untuk mengatur hidup dan kehidupan
umat manusia, jelas dalam praktik akan selalu bersentuhan dengan masyarakat. Fungsi amar
makruf nahi munkar (perintah kebaikan dan peencegahan kemungkaran). Maka setiap hukum
Islam bahkan ritual dan spiritual pun berorientasi membentuk mannusia yang yang dapat
menjadi teladan kebaikan dan pencegah kemungkaran baik di dunia maupun di akhirat kelak.
c. Fungsi Zawajir

Adanya sanksi dalam hukum islam yang bukan hanya sanksi hukuman dunia, tetapi
juga dengan aancaman siksa akhirat dimaksudkaan agar manusia dapat jera dan takut
melakukan kejahatan. Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina, yang
disertai dengan ancaman hukum atau sanksi hokum Qishash, Diyat, ditetapkan untuk tindak
pidana terhadap jiwa/ badan, hudud untuk tindak pidana tertentu (pencurian, perzinaan, qadhaf,
hirabah dan riddah) dan ta’zir untuk tindak pidana selain kedua macam tindak pidana tersebut.
Adanya sanksi hukum mencerminkan fungsi hukum Islam sebagai sarana pemaksa yang
melindungi warga masyarakat dari segala bentuk ancaman serta perbuatan yang
membahayakan. Fungsi hukum Islam ini dapat dinamakan dengan Zawajir (penjeraan).

d. Fungsi Tandhim wa Islah al-Ummah

Fungsi tandzim wa ishlah al-ummah (organisasi dan rehabilitasi masyarakat).


Ketentuan hukum sanksi tersebut bukan sekedar sebagai batas ancaman dan untuk menakut-
nakuti masyarakat saja, akan tetapi juga untuk rehabilitasi dan pengorganisasian umat menjadi
lebih baik. Dalam literatur ilmu hukum hal ini dikenal dengan istilah fungsi engineering social.
Keempat fungsi hokum Islam tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk bidang
hokum tertentu, tetapi satu dengan yang lain saling terkait. (Ibrahim Hosen, 1996 : 90).

2.7. Kontribusi Umat Islam dalam Merumuskan Hukum Islam di Indonesia

Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum di Indonesia nampak
jelas setelah Indonesia merdeka. Sebagai hukum yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat, hukum Islam telah menjadi bagian dan kehidupan bangsa Indonesia yang
mayoritas beragama Islam. Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum
semakin nampak jelas dengan diundangkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan hukum Islam, antara lain :

· Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

· Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik

· Undang-Undang Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

· Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

· Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat


Penegakan hukum Islam dalam praktik bermasyarakat dan bernegara memang harus
melalui proses, yaitu proses cultural dan dakwah. Apabila Islam telah memasyarakat (dipahami
secara baik), sebagai keonsekuensinya hukum Islam harus ditegakkan melalui perjuangan
legilasi. Di dalam negara yang penduduknya mayoritas muslim, kebebasan mengeluarkan
pendapat / berpikir harus ada. Hal ini diperlukan untuk mengembangkan pemikiran hukum
Islam yang betul-betul teruji baik dari segi pemahaman maupun dari segi pengembangannya.
Dalam ajaran Islam ditetapkan bahwa umat Islam mempunyai kewajiban untuk mentaati
hukum yang telah ditetapkan Allah. Persolannya, bagaimanakah sesuatu yang wajib menurut
hukum Islam menjadi wajib pula menurut perundang-undangan. Hal ini jelas memerlukan
proses dan waktu untuk merealisasikannya.

BAB III

PENUTUP

3.1.Simpulan
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari agama Islam.
Sumber Hukum Islam ada tiga yaitu, Al Qur’an, Sunnah atau Hadis, dan Ijtihad. Al-Qur’an
adalah sumber hukum utama dan pertama dalam islam. Karena setiap muslim wajib berpegang
teguh kepada isi kandungan Al-Qur’an dan menempatka Al-Qur’an sebagai rujukan utama dan
pertama dalam menetapkan suatu hukum Allah SWT. As-sunnah (Hadis) adalah hukum Islam
kedua setalah Al Qur’an, berupa perkataan, perbuatan dan sikap diam rasulullah yang tercatat
dalam kitab-kitab hadist. Pertama, ijtihad dalam arti menggunakan seluruh kemampuan berfikir
untuk menentukan hukum suatu perkara yang ditentukan oleh Al Qur’an atau Hadis Nabi atau
sekadar untuk mengartikan , menafsirkan dan mengambil kesimpulan dari suatu ayat atau
Hadis yang ada. Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal bahwa hak-hak manusia sebagai
hamba Allah tidak boleh diserahkan dan bergantung kepada penguasa dan undang-undangnya.
Tetapi semua harus mengacu pada hukum Allah. Sampai kepada soal shadaqah tetap dipandang
sebagaimana hal-hal besar lain. Misalnya Allah melarang bershadaqah (berbuat baik) dengan
hal-hal yang buruk. Perumusan Sistem Hukum di Indonesia terbentuk atau dipengaruhi oleh
tiga pilar subsistem hukum yaitu sistem hukum barat, hukum adat dan sistem hukum Islam. Di
dalam Lahirnya UUD 1945 menggunakan hukum Islam sebagai asas undang – undang
beberapa perihal di Indonesia, seperti, pernikahan, pewakafan tanah, penyelenggaraan haji,
pengelolaan zakat dan lain sebagainya.

3.2.Saran

Sebagai manusia yang tidak pernah lepas dari kesalahan, tentu saja dalam makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, serta dosen pengajar
demi kelayakan makalah ini dan berbesar hati memaafkan kekurangan dan kesalahan penulis
dalam makalah ini. Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca
maupun penulis dapat menerapkan ilmu dari sumber-sumber hukum Islam, kontribusi sebagai
umat muslim dalam permusan hukum Islam serta mengetahi hak-hak dalam Islam yang baik
dan sesuai dengan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak
sesempurna Rasulullah SAW, setidaknya kita termasuk kedalam golongan kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://books.google.co.id/books?id=2kvp4lYPpAC&pg=PA71&lpg=PA71&dg=kontribusi+umat+islam+
dalam+merumuskan+hukum+islam+di+indonesia&source=bl&ots=EYaJiUWuNu&sig=qjEDWAE-
5R6AQZiaBwSLGTDYhFE&hl=id&sa=X&ei=I91pVI-_MOO9mgW-ooLoDQ&redir_esc=y

http://raeniriecha.blogspot.com/2013/05/makalah-hukum-islam-dan-kontribusi-umat.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai