Yudistira E
Fisioterapis Klinik ARA Physiotherapy
Jalan MH Thamrin Boulevard, Lippo Karawaci, Tangerang
efraldoy@gmail.com
Abstrak
Latar belakang: Aktifitas dengan intensitas tinggi seperti lari dapat menimbulkan cidera
pada jaringan, baik itu cidera berat dan cidera ringan, cidera ringan pada ekstremitas bawah
sering di jumpai nyeri pada daerah betis hal tersebut berindikasi patologi myofascial
syndrome M. Gastrocnemius, penanganan yang dapat dilakukan oleh fisioterapi untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan cara memberikan Positional release technique,
Myofascial release technique dan Microwave diathermy. Tujuan: 1) Untuk mengetahui
intervensi Positional release technique dan penerapan Microwave diathermy dapat
meningkatkan fleksibilitas otot pada Myofascial syndrome Gastrocnemius. 2) Untuk
mengetahui intervensi Myofacial release technique dan penerapan Microwave diathermy
dapat meningkatkan fleksibilitas otot pada Myofascial syndrome Gastrocnemius. 3) Untuk
mengetahui Intervensi Positional release technique dan penerapan Microwave diathermy
lebih baik dalam meningkatkan fleksibilitas otot daripada Myofascial release technique dan
penerapan Microwave diathermy kasus myofascial syndrome gastrocnemius.Metode : Dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan Pre dan Post Test Control group Design. Sampel
dalam penelitian ini adalah pasien fisioterapi di RS U Ahmad Yani, Kondisi sampel diambil
berdasarkan dengan prosedur assesment serta kriteria insklusif dan ekslusif. Sampel dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2. Teknik
pengelompokan sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin.
Kelompok perlakuan 1 berjumlah 14 orang dengan pemberian positional release technique
dan microwave diathermy. Kelompok perlakuan 2 berjumlah 14 orang dengan myofascial
release technique dan microwave diathermy.Hasil : Pada kelompok perlakuan I
menggunakan uji wilcoxon rank test hasil nilai P adalah 0,016 dimana P< α (0,05) ho ditolak
sehinga positional release techique dan microwave diathermy dapat meningkatkan
fleksibilitas otot. Uji T Test Related pada kelompok perlakuan II menggunakan uji t-test
related hasil nilai P adalah 0,001 dimana P< α (0,05) ho ditolak sehingga myofascial release
technique dan microwave diathrmy dapat meningkatkan fleksibiltas otot. Pada uji Mann
whintey U test hasil P adalah 0,31 dimana P > α (0,05) ho dierima, Dapat disimpulkan
bahwa Intervensi kombinasi Positional release technique dan penerapan Microwave
Diathermy sama dengan Myofascial release technique dan penerapan Microwave Diathermy
dalam meningkatkan fleksibilitas otot
Sindroma myofasial didiagnosis dengan otot quadriceps, dan kestabilan ankle dengan
adanya nyeri pada sekumpulan grup otot atau otot-otot antagonis ekstensor ankle dan tibialis
adanya trigger point (titik nyeri) yang anterior.
memprovokasi nyeri tersebut. Seperti teori yang Penanganan yang umum diberikan
di kemukakan oleh Whyte Ferguson myofascial dalam masalah sindroma myofasial adalah
pain dihasilkan oleh memicu titik sensitif, melepaskan adhesi, management nyeri,
terdapat tautband di otot atau fasia yang meningkatkan ROM dengan peningkatan
biasanya menyebabkan nyeri, nyeri tekan, fleksibilitas otot yang terkena, menambah
gerak terbatas, dan seringkali bereaksi seketika kekuatan dan endurance otot.
ketika dilakukan palpasi (Ferguson, 2012). Fisioterapi dapat memberikan berbagai macam
Gejala tambahan yang digunakan untuk intervensi untuk mengembalikan fungsional dari
mendiagnosa Sindroma myofasial termasuk otot gastrocnemius, manual terapi berupa
gangguan lingkup gerak, kelemahan otot dan macam-macam release technique dapat di
gangguan tidur. Tidak hanya pada lansia, berikan pada kasus myofascial syndrome,
penurunan aktivitas fisik juga terjadi pada seperti positional release technique dan
remaja khususnya pada wanita. Selain terkait myofascial release technique merupakan tehnik
dengan usia, penurunan aktivitas fisik juga bisa merilis atau melepaskan perlekatan yang ada di
disebabkan karena kemajuan teknologi yang kasus sindroma myofasial, kemudian di tambah
sangat pesat dan hal ini membuat para remaja dengan modalitas fisioterapi yaitu Microwave
putri dapat dengan mudah dan cepat apabila Diathermy.
ingin mendapatkan sesuatu sehingga hal ini Positional release technique adalah
membuat gaya hidup para remaja putri menjadi teknik untuk meredakan ketegangan otot dan
cenderung malas. Pandean (2013) menyatakan menangani rasa nyeri gerak. Pierce meyatakan
batasan usia remaja akhir menurut Depkes RI bahwa PRT didasarkan pada prinsip "positional
(2009)adalah 17-25 tahun. release" di mana fisioterapi menggerakan otot
Sindroma myofasial memiliki prevalensi dan sendi ke posisi dimana pasien merasakan
tinggi di antara pasien umum penduduk, mulai posisi yang paling nyaman sehingga nyeri
dari 30% di klinik kedokteran internal untuk terasa paling minimal kemudian pada tautband
lebih 83% di klinik khusus manajemen nyeri di berikan tekanan (compression) dengan ibu jari
Amerika Serikat. Nyeri muskuloskeletal dengan intensitas sedang kemudian lakukan
merupakan penyebab meningkatnya kecacatan, rilis.
mempengaruhi sekitar 10% dari populasi umum Positional release technique merupakan
di AS (Stein, et al, 2002) tindakan yang berlandaskan mekanisme dari
Pada otot gastrocnemius sering terjadi muscle spindle yaitu kaitannya dengan
sindroma myofasial akibat kelemahan dari otot mekanisme reflek dari otot, dengan tujuan
tersebut, postur tubuh yang tidak baik biasanya membantu normalkan reflek spindle dan
karena pemakaian sepatu yang ber-hak tinggi, mengurangi ketegangan otot. Tehnik ini bekerja
alignment tubuh yang tidak simetris, kerja otot untuk mengurangi hiperaktifitas dari reflek
yang lama seperti berjalan berdiri lama myotatik dan mengurangi impuls saraf aferen
bersepeda, faktor stress, pengulangan gerak berlebih yang mengakibatkan rasa nyeri
yang berlebihan dan terus menerus (repetitive sehingga mengurangi nyeri, pengurangan
motions) dan gangguan pada sendi, dengan ketegangan lokal, meningkatkan lingkup gerak,
contoh, ketika berjalan memerlukan kinerja dan membantu menormalkansirkulasi darah
koordinasi pada otot otot tungkai bawah, melancarkan saluran limfa, dan meningkatkan
seperti hamstring, quadriceps, soelus dan potensi biomekanik yang normal. (Kumaresan,
gastrocnemius. 2012)
Tidak seperti quadricep dan hamstring Myofacial release technique mengacu
sebagai motor penggerak besar pada saat pada teknik massage berfungsi untuk
berjalan dan lari, otot soleus dan gastrocnemius peregangan fasia dan melepaskan ikatan antara
lebih ke arah stabilitas ketika berjalan dan fasia dan integumen, otot, tulang, dengan
berlari, karena kerja gastrocnemius sebagai tujuan untuk menghilangkan nyeri,
flexor ankle, stabilitas ankle dan knee, dimana meningkatkan ROM dan keseimbangan tubuh
gastrocnemius harus menjaga kestabilan gerak (Shah,2012).
pada knee dengan otot antagonis dari ke empat
70 Jurnal Fisioterapi Volume 14 Nomor 2, Oktober 2014
Intervensi Kombinasi Positional Release Technique dan Penerapan Microwave Diathermy Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot
Pada Kasus Myofacial Syndrome Gastrocnemius di RSUD Jendral Ahmad Yani
Grafik 2
Karakteristik Berdasarkan Usia
sampel (85 %) pada perlakuan I dan 4 orang intervensi adalah 10.14 dengan standar deviasi
sampel (60 %) pada perlakuan II. 0.690.
Tabel 6
Kelompok Perlakuan II
Grafik 3
Karakteristik berdasarkan indeks masa
tubuh
Grafik 4
Karakteristik berdasarkan jenis olah raga
Tabel 7 Tabel 8
Uji normalitas Uji Hipotesis I
selisih adalah 4.14 standar deviasi 0.690. kelamin perempuan lebih banyak ditemukan
Berdasarkan hasil t-test Related. adalah patologi myofascial gastrocnemius, hal ini di
p=0.001 dimana p<0.05, hal ini berarti Ho perkuat dalam teori fleksibilitas bahwa pada
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa perempuan fleksibilitas otot lebih buruk di
Myofascial release technique dan Microwave bandingkan laki-laki sehingga rentan
Diathermy dapat meningkatkan fleksibiltas otot. bermasalah pada otot.
Kemudian pada disribusi sampel
c. Uji Hipotesis III menurut usia, ditemukan kondisi myofascial
Untuk menguji signifikan komparatif dua terdapat antara usia 21-25 tahun lebih banyak
sampel yang tidak berpasangan pada daripada usia 26-30, hal ini di karenakan usia
kelompok perlakuan I dan kelompok 21-25 tahun memiiki jumlah aktivitas yang
perlakuan II dengan mann whitney test. tinggi. Pada distribusi sampel menurut indeks
Dengan penguji hipotesa Ho diterima bila masa tubuh hasil menyatakan tidak
nilai p>nilai α=0,05, sedangkan Ho ditolak mempengaruhi kondisi patologi ini.
bila p< nilai α=0,05. Hasil yang telah didapatkan peneliti
dalam penelitian ini adalah tidak ada perbedaan
Tabel 10 signifikan antara peningkatan nilai fleksibilitas
Uji hipotesis III otot gastrocnemius pada kelompok perlakuan I
yang diberikan Intervensi Positional Release
Technique dan penerapan Microwave
Diathermy dan kelompok perlakuan II yang
diberikan intervensi Myofascial Release
Technique dan penerapan Microwave
Diathermy. Dimana telah didapatkan hasil
Kelompok perlakuan II rata-rata 4.14
bahwa kelompok perlakuan I tidak lebih baik
dengan stándar deviasi 0.690.
daripada kelompok perlakuan II terhadap
Setelah diuji dengan man whitney u
peningkatan fleksibilitas otot gastrocnemius.
test, maka hasil yang didapat adalah p=0.318
Hal ini terjadi karena keduanya
dimana p>0,05, dengan demikian ho diterima
merupakan intervensi release namun hanya
dan ha ditolak yang berarti Intervensi
teori dasar penerapan yang berbeda, release
kombinasi Positional release technique dan
yang di berikan pada daerah tautband memiliki
penerapan Microwave Diathermy tidak lebih
efek yang hampir sama karena sebelumnya
baik dalam meningkatkan fleksibilitas otot
pada kedua perlakuan di berikan penerapan
daripada Myofascial release technique dan
microwave diathermy yang merupakan
penerapan Microwave Diathermy kasus
modalitas dengan efek dapat meningkatkan
Myofascial Syndrome Gastrocnemius
panas pada jaringan tubuh.
Dilihat perbedaan selisih rata-rata yang
Kondisi tersebut meningkatkan aliran
signifikan antara perlakuan I adalah 3.71
darah di sekitar jaringan yang terpapar oleh
dengan stándar deviasi 0,758 dan perlakuan II
gelombangnya. Terjadinya perubahan panas
adalah 4.14 dengan stándar deviasi 0.690,
yang sifatnya lokal jaringan, yang
membuktikan bahwa Intervensi kombinasi
meningkatkan metabolisme jaringan lokal,
Positional release technique dan penerapan
meningkatkan vasomotion sehingga timbul
Microwave Diathermy sama baiknya dengan
homeostatik lokal yang akhirnya menimbulkan
Myofascial release technique dan penerapan
vasodilatasi.
Microwave Diathermy dalam meningkatkan
Perubahan panas secara general yang
fleksibilitas otot.
menaikkan temperatur pada daerah lokal.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Untuk meningkatkan elastisitas jaringan ikat
dilakukan pada 14 orang sampel yang terbagi
karena terjadi perbaikan sirkulasi pada jaringan
kedalam dua kelompok yaitu kelompok
tersebut. Hal ini menyebabkan daerah patologi
perlakuan I dan kelompok perlakuan II dengan
dengan adanya taut band pada myofascial
masing-masing berjumlah 7 orang sampel.
syndrome mengalami vasodilatasi terlebih
Distribusi sampel yang di dapatkan pada
dahulu kemudian otot sekitar telah terjadi fase
populasi pasien yang berada pada RSUD. Jend.
rileksasi sehingga ketegangan berkurang,
Ahmad Yani diperoleh perbandingan jenis
peneliti menganalisis bahwa hal ini lah yang
Jurnal Fisioterapi Volume 14 Nomor 2, Oktober 2014 75
Intervensi Kombinasi Positional Release Technique dan Penerapan Microwave Diathermy Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot
Pada Kasus Myofacial Syndrome Gastrocnemius di RSUD Jendral Ahmad Yani
Borg-Stein J, Simons DG, “Focused Review: Lucy Whyte Ferguson, DC, and Ben Daitz, MD,
Myofascial Pain”, The American “Myofascial Pain: A Manual Medicine
Academy of Physical Medicine and Approach to Diagnosis and Treatment”,
Rehabilitation,America, 2002 2012