Anda di halaman 1dari 9

Intervensi Kombinasi Positional Release Technique dan Penerapan Microwave Diathermy Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot

Pada Kasus Myofacial Syndrome Gastrocnemius di RSUD Jendral Ahmad Yani

INTERVENSI KOMBINASI POSITIONAL RELEASE TECHNIQUE DAN


PENERAPAN MICROWAVE DIATHERMY SAMA DENGAN MYOFASCIAL
RELEASE TECHNIQUE DAN PENERAPAN MICROWAVES DIATHERMY
DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT PADA KASUS
MYOFASCIAL SYNDROME GASTROCNEMIUS DI RSUD JENDRAL
AHMAD YANI

Yudistira E
Fisioterapis Klinik ARA Physiotherapy
Jalan MH Thamrin Boulevard, Lippo Karawaci, Tangerang
efraldoy@gmail.com

Abstrak
Latar belakang: Aktifitas dengan intensitas tinggi seperti lari dapat menimbulkan cidera
pada jaringan, baik itu cidera berat dan cidera ringan, cidera ringan pada ekstremitas bawah
sering di jumpai nyeri pada daerah betis hal tersebut berindikasi patologi myofascial
syndrome M. Gastrocnemius, penanganan yang dapat dilakukan oleh fisioterapi untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan cara memberikan Positional release technique,
Myofascial release technique dan Microwave diathermy. Tujuan: 1) Untuk mengetahui
intervensi Positional release technique dan penerapan Microwave diathermy dapat
meningkatkan fleksibilitas otot pada Myofascial syndrome Gastrocnemius. 2) Untuk
mengetahui intervensi Myofacial release technique dan penerapan Microwave diathermy
dapat meningkatkan fleksibilitas otot pada Myofascial syndrome Gastrocnemius. 3) Untuk
mengetahui Intervensi Positional release technique dan penerapan Microwave diathermy
lebih baik dalam meningkatkan fleksibilitas otot daripada Myofascial release technique dan
penerapan Microwave diathermy kasus myofascial syndrome gastrocnemius.Metode : Dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan Pre dan Post Test Control group Design. Sampel
dalam penelitian ini adalah pasien fisioterapi di RS U Ahmad Yani, Kondisi sampel diambil
berdasarkan dengan prosedur assesment serta kriteria insklusif dan ekslusif. Sampel dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2. Teknik
pengelompokan sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin.
Kelompok perlakuan 1 berjumlah 14 orang dengan pemberian positional release technique
dan microwave diathermy. Kelompok perlakuan 2 berjumlah 14 orang dengan myofascial
release technique dan microwave diathermy.Hasil : Pada kelompok perlakuan I
menggunakan uji wilcoxon rank test hasil nilai P adalah 0,016 dimana P< α (0,05) ho ditolak
sehinga positional release techique dan microwave diathermy dapat meningkatkan
fleksibilitas otot. Uji T Test Related pada kelompok perlakuan II menggunakan uji t-test
related hasil nilai P adalah 0,001 dimana P< α (0,05) ho ditolak sehingga myofascial release
technique dan microwave diathrmy dapat meningkatkan fleksibiltas otot. Pada uji Mann
whintey U test hasil P adalah 0,31 dimana P > α (0,05) ho dierima, Dapat disimpulkan
bahwa Intervensi kombinasi Positional release technique dan penerapan Microwave
Diathermy sama dengan Myofascial release technique dan penerapan Microwave Diathermy
dalam meningkatkan fleksibilitas otot

Kata kunci: positional release technique, myofascial release technique, microwave


diathermy

Pendahuluan mengakibatkan gangguan suasana hati (mood)


Myofascial syndrome merupakan salah akibat rasa nyeri di bagian tersebut. Rasa sakit
satu gangguan otot yang kerap terjadi, kondisi otot lokal, otot yang mengalami rasa sakit yang
ini menimbulkan nyeri pada titik-titik otot berkepanjangan memungkinkan untuk
tertentu, nyeri tersebut terlokalisasi, terkadang menghasilkan titik pemicu dan kemudian
menimbulkan keterbatasan fungsi gerak, menghasilkan tanda-tanda klinis pada nyeri
penurunan aktifitas fungsional, seringkali nyeri myofascial.
Jurnal Fisioterapi Volume 14 Nomor 2, Oktober 2014 69
 
Intervensi Kombinasi Positional Release Technique dan Penerapan Microwave Diathermy Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot
Pada Kasus Myofacial Syndrome Gastrocnemius di RSUD Jendral Ahmad Yani

Sindroma myofasial didiagnosis dengan otot quadriceps, dan kestabilan ankle dengan
adanya nyeri pada sekumpulan grup otot atau otot-otot antagonis ekstensor ankle dan tibialis
adanya trigger point (titik nyeri) yang anterior.
memprovokasi nyeri tersebut. Seperti teori yang Penanganan yang umum diberikan
di kemukakan oleh Whyte Ferguson myofascial dalam masalah sindroma myofasial adalah
pain dihasilkan oleh memicu titik sensitif, melepaskan adhesi, management nyeri,
terdapat tautband di otot atau fasia yang meningkatkan ROM dengan peningkatan
biasanya menyebabkan nyeri, nyeri tekan, fleksibilitas otot yang terkena, menambah
gerak terbatas, dan seringkali bereaksi seketika kekuatan dan endurance otot.
ketika dilakukan palpasi (Ferguson, 2012). Fisioterapi dapat memberikan berbagai macam
Gejala tambahan yang digunakan untuk intervensi untuk mengembalikan fungsional dari
mendiagnosa Sindroma myofasial termasuk otot gastrocnemius, manual terapi berupa
gangguan lingkup gerak, kelemahan otot dan macam-macam release technique dapat di
gangguan tidur. Tidak hanya pada lansia, berikan pada kasus myofascial syndrome,
penurunan aktivitas fisik juga terjadi pada seperti positional release technique dan
remaja khususnya pada wanita. Selain terkait myofascial release technique merupakan tehnik
dengan usia, penurunan aktivitas fisik juga bisa merilis atau melepaskan perlekatan yang ada di
disebabkan karena kemajuan teknologi yang kasus sindroma myofasial, kemudian di tambah
sangat pesat dan hal ini membuat para remaja dengan modalitas fisioterapi yaitu Microwave
putri dapat dengan mudah dan cepat apabila Diathermy.
ingin mendapatkan sesuatu sehingga hal ini Positional release technique adalah
membuat gaya hidup para remaja putri menjadi teknik untuk meredakan ketegangan otot dan
cenderung malas. Pandean (2013) menyatakan menangani rasa nyeri gerak. Pierce meyatakan
batasan usia remaja akhir menurut Depkes RI bahwa PRT didasarkan pada prinsip "positional
(2009)adalah 17-25 tahun. release" di mana fisioterapi menggerakan otot
Sindroma myofasial memiliki prevalensi dan sendi ke posisi dimana pasien merasakan
tinggi di antara pasien umum penduduk, mulai posisi yang paling nyaman sehingga nyeri
dari 30% di klinik kedokteran internal untuk terasa paling minimal kemudian pada tautband
lebih 83% di klinik khusus manajemen nyeri di berikan tekanan (compression) dengan ibu jari
Amerika Serikat. Nyeri muskuloskeletal dengan intensitas sedang kemudian lakukan
merupakan penyebab meningkatnya kecacatan, rilis.
mempengaruhi sekitar 10% dari populasi umum Positional release technique merupakan
di AS (Stein, et al, 2002) tindakan yang berlandaskan mekanisme dari
Pada otot gastrocnemius sering terjadi muscle spindle yaitu kaitannya dengan
sindroma myofasial akibat kelemahan dari otot mekanisme reflek dari otot, dengan tujuan
tersebut, postur tubuh yang tidak baik biasanya membantu normalkan reflek spindle dan
karena pemakaian sepatu yang ber-hak tinggi, mengurangi ketegangan otot. Tehnik ini bekerja
alignment tubuh yang tidak simetris, kerja otot untuk mengurangi hiperaktifitas dari reflek
yang lama seperti berjalan berdiri lama myotatik dan mengurangi impuls saraf aferen
bersepeda, faktor stress, pengulangan gerak berlebih yang mengakibatkan rasa nyeri
yang berlebihan dan terus menerus (repetitive sehingga mengurangi nyeri, pengurangan
motions) dan gangguan pada sendi, dengan ketegangan lokal, meningkatkan lingkup gerak,
contoh, ketika berjalan memerlukan kinerja dan membantu menormalkansirkulasi darah
koordinasi pada otot otot tungkai bawah, melancarkan saluran limfa, dan meningkatkan
seperti hamstring, quadriceps, soelus dan potensi biomekanik yang normal. (Kumaresan,
gastrocnemius. 2012)
Tidak seperti quadricep dan hamstring Myofacial release technique mengacu
sebagai motor penggerak besar pada saat pada teknik massage berfungsi untuk
berjalan dan lari, otot soleus dan gastrocnemius peregangan fasia dan melepaskan ikatan antara
lebih ke arah stabilitas ketika berjalan dan fasia dan integumen, otot, tulang, dengan
berlari, karena kerja gastrocnemius sebagai tujuan untuk menghilangkan nyeri,
flexor ankle, stabilitas ankle dan knee, dimana meningkatkan ROM dan keseimbangan tubuh
gastrocnemius harus menjaga kestabilan gerak (Shah,2012).
pada knee dengan otot antagonis dari ke empat
70 Jurnal Fisioterapi Volume 14 Nomor 2, Oktober 2014
 
Intervensi Kombinasi Positional Release Technique dan Penerapan Microwave Diathermy Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot
Pada Kasus Myofacial Syndrome Gastrocnemius di RSUD Jendral Ahmad Yani

Tujuan dari myofascial release adalah Pengukuran denyut nadi dilakukan


untuk melepaskan perlengketan dalam lapisan setiap kali pertemuan, sebelum dan sesudah
dalam dari fasia. Hal ini dihasilkan dengan cara latihan diberikan. Nilai denyut nadi yang
meregangan (streching) komponen otot fasia dijadikan acuan pertama adalah denyut nadi
yang terjadi abnormal crosslink, dan mengubah setelah latihan pertemuan pertama yang
viskositas unsur fasia.Hasil yang diharapkan dari kemudian dibandingkan dengan nilai denyut
tehnik ini secara langsung dapat menurunkan nadi setelah latihan pada pertemuan terakhir
keluhan nyeri, meningkatkan kinerja, penelitian.
meningkatkan fleksibilitas dan lingkup gerak Teknik pengambilan sampel yang
sendi, memperbaiki postur tubuh yang salah. digunakan pada penelitian ini menggunakan
Microwave Diathermy (MWD) adalah rumus Slovin. Sample terdiri dar pasien
bentuk radiasi elektromagnetik, terletak antara fisioterapi yang berada di RSU Ahmad Yani Kota
spektrum gelombang pendek dan gelombang Metro, Lampung dan berdasarkan penghitungan
infra merah dalam spektrum elektromagnetik, didapatkan jumlah sampel penelitian adalah 14
pada dunia ilmiah dan medic frekuensi yang di orang.
pakai dan di setujui berada di kisaran 915 Sampel penelitian dilakukan seleksi
sampai 2,456 MHz, dengan gelombang panjang dengan menggunakan assessment fisioterapi
dari 12 sampai 33 cm. (Delisa, 2005) berdasarkan patologi yang terdiagnosa dan
Efek yang terjadi adalah kenaikan ditambah beberapa kriteria. Adapun kriteria
temperatur, yaitu berpengaruh terhadap sampel penelitian yang akan diambil oleh
jaringan yang bersifat isolator, konduktor, dan peneliti adalah sebagai berikut:
jaringan elektrolit. Pada jaringan yang bersifat
isolator panas dapat timbul akibat discplacment 1. Kriteria Inklusif
current karena dipengaruhi oleh electron yang Kriteria penerimaan dalam pengambilan
kuat, sedangkan pada jaringan yang bersifat sample adalah
konduktor panas terjadi akibat rotasi dipole a. Pria dan wanita yang mengalami
karena ion-ion bersifat lebih mobile gangguan nyeri pada gastrocnemius
Pada jaringan ikat terjadi perbaikan b. Pasien yang berusia 20-30 tahun.
sirkulasi pada jaringa tersebut, dimana terjadi c. Subyek positif menderita nyeri akibat
peningkatan kadar air dan GAG pada matriks myofascial syndrome gastrocnemius
sehingga viskositas matriks jaringan menurun yang telah dipilih berdasarkan
dan mobilitas kolagen meningkat yang akan prosedur assesment fisioterapi yang
meningkatkan daya regang jaringan. Karena telah ditetapkan.
sifat panas yang dihasilkan dapat meningkatkan d. Subjek bersedia bekerjasama dan
ekstensibilitas jaringan kolagen, maka hal ini mengikuti program terapi sebanyak 6
dapat membantu sebelum melakukan latihan kali
atau treathment.
2. Kriteria Penolakan (exclusive criteria)
Metode Penelitian a. Subyek dengan fraktur pada lower
Rancangan yang digunakan yaitu extremity.
Eksperimental. Dalam penelitian ini b. Subyek penderita athroscopy lutut.
menggunakan pendekatan Pre dan Post Test c. Subyek dengan kanker kulit.
Control group Design. Pada penelitian ini dibagi d. Subyek menderita luka bakar dan
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok 1 luka terbuka.
(positional release technique dan microwave e. Subyek dengan nyeri yang
diathermy) dan kelompok 2 (myofascial release disebabkan karena myofascial
technique dan microwave diathermy). syndrome gastrocnemius, namun
Penelitian dilakukan selama 2 minggu. disertai penyakit lain.
Setiap minggu diberikan treatment sebanyak 3
kali. Peningkatan fleksibilitas ankle diukur Hasil dan Pembahasan
dengan menggunakan ankle dorsoflexion test 1. Deskripsi data
pada saat sebelum penelitian dimulai dan pada Dari hasil pelatihan pada kelompok 1
akhir penelitian. dan kelompok 2, peneliti memberikan

Jurnal Fisioterapi Volume 14 Nomor 2, Oktober 2014 71


 
Intervensi Kombinasi Positional Release Technique dan Penerapan Microwave Diathermy Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot
Pada Kasus Myofacial Syndrome Gastrocnemius di RSUD Jendral Ahmad Yani

deskripsi atau gambaran sampel mengenai


karakteristik sampel dalam kelompok
tersebut. Deskripsi sampel dibuat dalam
bentuk distribusi frekuensi dan juga
gambaran berupa grafik. Adapun
karakteristik sampel yang dideskripsikan
antara lain :
a. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin Grafik 1
Karakteristik Berdasarkan jenis kelamin
Tabel 1
Karakteristik Berdasarkan jenis b. Karakteristik berdasarkan usia
kelamin
Tabel 2
Karakteristik usia

Berdasarkan data tabel 1 karakteristik


sampel menurut jenis kelamin. Pada kelompok
perlakuan I sampel laki-laki berjumlah 3 (48%) Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa
dan sampel perempuan berjumlah 4 orang sampel pada kelompok perlakuan I terdiri 5
(52%) dengan jumlah keseluruhan sampel 7 sampel berusia 21-25 tahun (71%) dan 2
orang (100%) sedangkan Pada kelompok sample yang berusia 26-30 tahun (29%).
perlakuan II sampel laki-laki sampel laki-laki Sedangkan pada kelompok perlakuan II terdiri
berjumlah 3 (48%) dan sampel perempuan dari 6 sample berusia antara 16-20 Tahun
berjumlah 4 orang (52%) dengan jumlah (85%), 1 sampel berusia 21-25 (15%).
keseluruhan sampel 7 orang (100%).

Grafik 2
Karakteristik Berdasarkan Usia

c. Karakteristik Berdasarkan Indeks masa


tubuh
Tabel 3
Karakteristik berdasarkan indeks masa tubuh

Berdasarkan tabel 3 Karekteristik menunjukan bahwa indeks normal menempati


sampel berdasarkan indeks masa tubuh perolehan paling banyak dengan 6 orang
72 Jurnal Fisioterapi Volume 14 Nomor 2, Oktober 2014
 
Intervensi Kombinasi Positional Release Technique dan Penerapan Microwave Diathermy Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot
Pada Kasus Myofacial Syndrome Gastrocnemius di RSUD Jendral Ahmad Yani

sampel (85 %) pada perlakuan I dan 4 orang intervensi adalah 10.14 dengan standar deviasi
sampel (60 %) pada perlakuan II. 0.690.

Tabel 6
Kelompok Perlakuan II

Grafik 3
Karakteristik berdasarkan indeks masa
tubuh

d. Karakteristik sampel berdasarkan


kesukaan olahraga Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
kelompok perlakuan II dengan jumlah sampel 7
Tabel 4 orang, mean nilai fleksibilitas otot
Karakteristik berdasarkan jenis olahraga gastrocnemius sebelum intervensi adalah 7.14
dengan standar deviasi 0.690 dan mean nilai
fleksibilitas otot gastrocnemius sesudah
intervensi adalah 11.14 dengan standar deviasi
0.900.

b. Selisih kedua perlakuan

Grafik 4
Karakteristik berdasarkan jenis olah raga

2. Hasil pengukuran perlakuan


Grafik 5
a. Kelompok Perlakuan I dan II
Perbandingan perlakuan I dan II
Tabel 5
Peningkatan nilai fleksibilitas otot
Kelompok Perlakuan I
gastrocnemius pada kedua perlakuan
menunjukan perubahan yang signifikan. Pada
tabel 4.5 dan 4.8 kelompok perlakuan I
menghitung selisih rata-rata pada awal
pengukuran hingga pada akhir pengukuran
memiliki angka 3.71 dengan standar deviasi
0.758. Sedangkan pada kelompok perlakuan II
memiliki selisih rata-rata pengukuran sebelum
dan setelah yaitu 4.14 dengan standar deviasi
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat 0.690. dilihat dari rata-rata kelopok perlakuan I
kelompok perlakuan I dengan jumlah sampel 7 dan perlakuan II tidak ada perbedaan
orang, mean nilai fleksibilitas otot signifikan antara keduanya.
gastrocnemius sebelum intervensi adalah 6.43
dengan standar deviasi 0.535 dan mean nilai
fleksibilitas otot gastrocnemius sesudah
Jurnal Fisioterapi Volume 14 Nomor 2, Oktober 2014 73
 
Intervensi Kombinasi Positional Release Technique dan Penerapan Microwave Diathermy Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot
Pada Kasus Myofacial Syndrome Gastrocnemius di RSUD Jendral Ahmad Yani

3. Uji Persyaratan analisis p=0.803, dimana p>0,05 dapat di simpulkan


a. Uji Normalitas bahwa kedua data tersebut homogen.
Uji normalitas ini digunakan sebagai
awal perhitungan untuk mengetahui 4. Uji Hipotesis
sampel terdistribusi normal, uji a. Uji Hipotesis I
normalitas pada penelitian ini Pada kelompok perlakuan I
menggunakan uji Shapiro-Wilk test. menggunakan wilcoxon rank test, untuk
Dimana dikatakan normal jika data menguji signifikansi dua sampel yang saling
didapatkan nilai p>nilai α = 0,05, berpasangan (related) kriteria penerimaan
sedangkan Ho ditolak bila nilai p< nilai α yang ditetapkan adalah Ho diterima bila
= 0,05. nilai p > nilai α (0,05).

Tabel 7 Tabel 8
Uji normalitas Uji Hipotesis I

Rata-rata pada nilai fleksibilitas otot


Berdasarkan hasil uji yang telah sebelum diberikan intervensi adalah 6.43
dilakukan dengan menggunakan perangkat dengan standar deviasi 0.535, sedangakan
lunak komputer SPSS versi 16.0, pada sebelum setelah di lakukan intervensi rata-rata nilai
intervensi kelompok perlakuan I dengan nilai fleksibilitas berubah menjadi 10.14 dengan
p=0.001 dan sebelum latihan kelompok standar deviasi 0.690, dengan rata-rata selisih
perlakuan II p=0.099. Maka sebelum kelompok adalah 3.71 standar deviasi 0.758.
perlakuan I nilai p<0,05) maka hasil dari Berdasarkan hasil wilcoxon rank test adalah
sebelum kelompok perlakuan I terdistribusi p=0.016 dimana p<0.05, hal ini berarti Ho
tidak normal. Sedangkan pada sebelum ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
intervensi kelompok perlakuan II didapatkan Positional release technique dan Microwave
nilai p>0,05 yang berarti terdistribusi normal. Diathermy dapat meningkatkan fleksibiltas otot.

b. Uji Homogenitas b. Uji Hipotesis II


Untuk mengetahui homogenitas sample Pada kelompok perlakuan II
antara kelompok perlakuan I dan kelompok menggunakan t test related, untuk menguji
perlakuan II, maka peneliti menggunakan signifikansi dua sampel yang saling
Levene’s test. Berikut hasil perhitungan uji berpasangan (related) kriteria penerimaan
homogenitas dengan menggunakan yang ditetapkan adalah Ho diterima bila
Levene’s test dari data peningkatan nilai nilai p > nilai α (0,05).
fleksibilitas kelompok perlakuan I dan II.
Tabel 9
Tabel 8 Uji hipotesis II
Uji homogenitas

Rata-rata pada nilai fleksibilitas sebelum


Berdasarkan hasil perhitungan uji diberikan intervensi pada kelompok perlakuan I
homogenitas dengan menggunakan Levene’s adalah 7.14 dengan standar deviasi 0.690,
test dari data peningkatan nilai fleksibilitas sedangakan setelah di lakukan intervensi rata-
kelompok perlakuan I dan II di peroleh nilai rata nilai stabilitas berubah menjadi 11.14
dengan standar deviasi 0.900, dengan rata-rata
74 Jurnal Fisioterapi Volume 14 Nomor 2, Oktober 2014
 
Intervensi Kombinasi Positional Release Technique dan Penerapan Microwave Diathermy Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot
Pada Kasus Myofacial Syndrome Gastrocnemius di RSUD Jendral Ahmad Yani

selisih adalah 4.14 standar deviasi 0.690. kelamin perempuan lebih banyak ditemukan
Berdasarkan hasil t-test Related. adalah patologi myofascial gastrocnemius, hal ini di
p=0.001 dimana p<0.05, hal ini berarti Ho perkuat dalam teori fleksibilitas bahwa pada
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa perempuan fleksibilitas otot lebih buruk di
Myofascial release technique dan Microwave bandingkan laki-laki sehingga rentan
Diathermy dapat meningkatkan fleksibiltas otot. bermasalah pada otot.
Kemudian pada disribusi sampel
c. Uji Hipotesis III menurut usia, ditemukan kondisi myofascial
Untuk menguji signifikan komparatif dua terdapat antara usia 21-25 tahun lebih banyak
sampel yang tidak berpasangan pada daripada usia 26-30, hal ini di karenakan usia
kelompok perlakuan I dan kelompok 21-25 tahun memiiki jumlah aktivitas yang
perlakuan II dengan mann whitney test. tinggi. Pada distribusi sampel menurut indeks
Dengan penguji hipotesa Ho diterima bila masa tubuh hasil menyatakan tidak
nilai p>nilai α=0,05, sedangkan Ho ditolak mempengaruhi kondisi patologi ini.
bila p< nilai α=0,05. Hasil yang telah didapatkan peneliti
dalam penelitian ini adalah tidak ada perbedaan
Tabel 10 signifikan antara peningkatan nilai fleksibilitas
Uji hipotesis III otot gastrocnemius pada kelompok perlakuan I
yang diberikan Intervensi Positional Release
Technique dan penerapan Microwave
Diathermy dan kelompok perlakuan II yang
diberikan intervensi Myofascial Release
Technique dan penerapan Microwave
Diathermy. Dimana telah didapatkan hasil
Kelompok perlakuan II rata-rata 4.14
bahwa kelompok perlakuan I tidak lebih baik
dengan stándar deviasi 0.690.
daripada kelompok perlakuan II terhadap
Setelah diuji dengan man whitney u
peningkatan fleksibilitas otot gastrocnemius.
test, maka hasil yang didapat adalah p=0.318
Hal ini terjadi karena keduanya
dimana p>0,05, dengan demikian ho diterima
merupakan intervensi release namun hanya
dan ha ditolak yang berarti Intervensi
teori dasar penerapan yang berbeda, release
kombinasi Positional release technique dan
yang di berikan pada daerah tautband memiliki
penerapan Microwave Diathermy tidak lebih
efek yang hampir sama karena sebelumnya
baik dalam meningkatkan fleksibilitas otot
pada kedua perlakuan di berikan penerapan
daripada Myofascial release technique dan
microwave diathermy yang merupakan
penerapan Microwave Diathermy kasus
modalitas dengan efek dapat meningkatkan
Myofascial Syndrome Gastrocnemius
panas pada jaringan tubuh.
Dilihat perbedaan selisih rata-rata yang
Kondisi tersebut meningkatkan aliran
signifikan antara perlakuan I adalah 3.71
darah di sekitar jaringan yang terpapar oleh
dengan stándar deviasi 0,758 dan perlakuan II
gelombangnya. Terjadinya perubahan panas
adalah 4.14 dengan stándar deviasi 0.690,
yang sifatnya lokal jaringan, yang
membuktikan bahwa Intervensi kombinasi
meningkatkan metabolisme jaringan lokal,
Positional release technique dan penerapan
meningkatkan vasomotion sehingga timbul
Microwave Diathermy sama baiknya dengan
homeostatik lokal yang akhirnya menimbulkan
Myofascial release technique dan penerapan
vasodilatasi.
Microwave Diathermy dalam meningkatkan
Perubahan panas secara general yang
fleksibilitas otot.
menaikkan temperatur pada daerah lokal.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Untuk meningkatkan elastisitas jaringan ikat
dilakukan pada 14 orang sampel yang terbagi
karena terjadi perbaikan sirkulasi pada jaringan
kedalam dua kelompok yaitu kelompok
tersebut. Hal ini menyebabkan daerah patologi
perlakuan I dan kelompok perlakuan II dengan
dengan adanya taut band pada myofascial
masing-masing berjumlah 7 orang sampel.
syndrome mengalami vasodilatasi terlebih
Distribusi sampel yang di dapatkan pada
dahulu kemudian otot sekitar telah terjadi fase
populasi pasien yang berada pada RSUD. Jend.
rileksasi sehingga ketegangan berkurang,
Ahmad Yani diperoleh perbandingan jenis
peneliti menganalisis bahwa hal ini lah yang
Jurnal Fisioterapi Volume 14 Nomor 2, Oktober 2014 75
 
Intervensi Kombinasi Positional Release Technique dan Penerapan Microwave Diathermy Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot
Pada Kasus Myofacial Syndrome Gastrocnemius di RSUD Jendral Ahmad Yani

menyebabkan perbandingan antara teori Byong-yong Hwang,“Basic Bobath Course”,


muscle spindle yang ada pada positional release Universitas Indonusa Esa Unggul,
technique serta teori release dengan streching Jakarta, 2006
pada myofascial release technique seakan akan
memiliki efek yang sama pada penelitian ini. C.B Frank, “Ligament Structure, Physiology and
Di tambah dengan kondisi otot telah Function”, J Musculoskel Neuron
rileks dan elastis karena efek modalitas Interact, 2004
microwave diathermy, pada perlakuan II yang
menggunakan MRT bahwa memiliki selisih rata- David J. Alvarez, Pamela G. Rockwell, “Trigger
rata peningkatan fleksibilitas otot Points: Diagnosis and Management”, Am
gastrocnemius sedikit lebih tinggi karena efek Fam Physician, Michigan, 2002
streching yang di berikan pada kondisi otot yan
rileks dengan ketegangan berkurang akibat Dhadwal N. Hangan, Zeman R. Li J,
MWD sedangkan pada perlakuan I tidak ada “Tolerability and Efficacy of Long-Term
sama sekali streching. Lidocaine Trigger Point Injections in
Patients with Chronic Myofascial Pain”,
Kesimpulan Departement of Neuorology, New York,
Berdasarkan hasil penelitian dan 2013
pembahasan maka kesimpulan yang dapat
diambil adalah intervensi kombinasi Positional Dommerholt J. Bron C. Fransen J, “Myofascial
Release Technique dan penerapan Microwave Trigger Point: An Evidence”, The Journal
Diathermy meningkatkan fleksibilitas otot kasus of Manual and Manipulative Therapy,
Myofacial syndrome gastrocnemius, intervensi Maney Publishing, America, 2006
kombinasi Myofsacial Release Technique dan
penerapan Microwave Diathermy meningkatkan Evelyn C. Pearce, “Anatomy and Physiology for
fleksibilitas otot kasus Myofacial syndrome Nurses”, PT Gramedia Pustaka Utama,
gastrocnemius, intervensi kombinasi Positional Jakarta, 2006
Release Technique dan penerapan Microwave
Diathermy sama baiknya dengan Myofascial Faiz Omar dan David Moffat, “At a Glande
Release Technique dan penerapan Microwave Anatomi”, Erlangga, Jakarta, 2004
Diathermy dalam meningkatkan fleksibilitas otot
pada kasus Myofascial syndrome Ferguson Whyte, and Robert Garwin, “Clinical
gastrocnemius. Mastery in the treatment of
Myofascial Pain”, Lippincott Williams &
Daftar Pustaka Wilkins, Maryland,2004
A Kumaresan, GDeepthi Vaiyapuri Anandh .
S,Prathap, “Effectiveness OfPositional Gerald J. Tortora, “Principle of anatomy and
Release Therapy In Treatment Of physiology”, John Wiley & Sons, inc,
Trapezitis”, International Journal of 2006
Pharmacutical Sciences and Health Care,
Chennai,2012 Joel A. DeLisa. Bruce M, Gans Nicholas E. Wals,
“Physical Medicine and Rehabilitation:
Bennett, Robert, “MyofascialPain Syndromes Principles and Practice”, Lippincott
and Their Evaluation”,Best Practice & Williams & Wilkins,Philadelphia, 2005
Research Clinical Rheumatology,Oregon
Health and Science University,Portland, Lewis Mock, “Clinical Mastery in the Treatment
2007 Myofascial Pain”, 2005

Borg-Stein J, Simons DG, “Focused Review: Lucy Whyte Ferguson, DC, and Ben Daitz, MD,
Myofascial Pain”, The American “Myofascial Pain: A Manual Medicine
Academy of Physical Medicine and Approach to Diagnosis and Treatment”,
Rehabilitation,America, 2002 2012

76 Jurnal Fisioterapi Volume 14 Nomor 2, Oktober 2014


 
Intervensi Kombinasi Positional Release Technique dan Penerapan Microwave Diathermy Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot
Pada Kasus Myofacial Syndrome Gastrocnemius di RSUD Jendral Ahmad Yani

MCPT, Mellbourne College Professional


Therapy, “Myofascial Release
Technique”, Mellbourne, Australia,2006

Peraturan Mentri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor8 Tahun 2013

Pamela K. Levangie,Cyntia C. Norkin, “Joint


Structure and Function: A
Comprehensive Analysis”, Fifth editon,
2011

Qader, Ari R., MBChB, FICMS, and Shaxawan


SAEB, MBChB, DPRS, “The
Gastrocnemius Muscle Flap Used as
Cover for Exposed Upper Tibia”, 2010

Sthephen Fallon MIAPT and, MARGARET


WALSH (BSc.) MIAPT, “Positional
Release Technique;A valid technique for
use by Physical Therapy Practitioners”,
IPTAS Conference, 2012

Tudor O., Bompa, “Training for young


champion”, 2000

Jurnal Fisioterapi Volume 14 Nomor 2, Oktober 2014 77


 

Anda mungkin juga menyukai