( HHD )
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontraksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor pada medula diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jarak saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
spinalis simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia spinalis. Pada titik ini neuron pre-
ganglion melepaskan asitikolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana denga dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstraksi pembuluh darah. Berbagai
faktor, seperti kecemasan dan ketekutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstiktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon sebagai respon rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Korteks adrenal menyereksi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian di ubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat,
yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrena.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh oleh tubuls
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan hipertensi.
6. Manifestasi Klinis
Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-
satunya gejala, bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi
komplikasi pada otak dan jantung, gejala yang sering ditemukan yaitu:
4) Nyeri kepala hebat saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan
muntah akibat peningkatan tekanan intrakranium.
5) Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
6) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat.
7) Telinga berdengung
8) Berat ditengkuk (kaku kuduk)
9) Sukar tidur.
7. Komplikasi
a. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di
otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak
yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami
aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma.
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati
pembuluh darah. Pada hipertensi dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan
osigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi
ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
meningkatkan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal dapat teakan terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya
glomerulus, aliran darah ke nefron terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran
glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan
osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang
sering dijumpai pada hipertensi kronis.
d. Enselopati (kerusakan otak) dapat terjadi, teruma pada hipertensi
maligna (hipetensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan
yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan mpeningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh
susunan saraf pusat. Neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma
serta kematian.
e. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklampsia. Bayi yang lahir
mungkin memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak
adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asiodosis jika ibu
mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan.
8. Penatalaksanaan
Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam
plasma.
Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
9. Pemeriksaan Penunjang
Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal dan ada DM.
CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal, perbaikan ginjal.
Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas.
Takipnea,ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal. Batuk
dengan/tanpa pembenukan sputum. Riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan.
Bunyi napas tambahan. Sianosis.
Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia
unilateral transien. Hipotensi postural
Pembelajran/Penyuluhan
Gejala : factor-faktor resiko keluarga: hipertensi, penyakit katup
jantung, diabetes mellitus,penyakit ginjal.
Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantauan diri TD.
Perubahan dalam terapi obat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
iskemia miokardia.
b. Nyeri berhubungan dengan peningkatan vaskular serebral.
c. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan pola hidup monotom.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan
dengan iskemia miokardia.
Pantau TD.
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah
vaskular.
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Rasional : denyutan karotis, jugularis, radialis, dam femoralis
mungkin terpalpasi, denyut pada tungkai mungkin menurun.
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat
karena adanya hipertrofi atrium,perkembangan S3
menunjukkanhipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi.
Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian
kapiler.
Rasional : adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa
pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan
vasokonstriksi atau mencerminkan penurunan curah jantung.
Catat edema umum/tertentu.
Rasional : dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan
atau vascular.
Diagnosa II : Nyeri berhubungan dengan peningkatan vaskular serebral
Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : meminimalkan stimulasi/peningkatan relaksasi.
Berikan tindakan farmakologi untuk menghilangkan sakit
kepala.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler
serebral dan memperlambat/memblok respons simpatis efektif
dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional : pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan
dengan sakit kepala.
Berikan cairan , makanan lunak, perawatan mulut yang teratur,
bila terjadi perdarahan hidungdan kompres hidung telah di
lakukanuntuk menghentikan perdarahan.
Rasional : meningkatkan kenyamanan umum, kompres
hidung dapat mengganggu menelan atau membutuhkan napas
dengan mulut, menumbulkan stagnasi sekresi oral dan
mengeringkan membrane mukosa.
Kolaborasi
Berikan sesuai indikasi Analgesik
Rasional : menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsang system saraf simpatis.
Diagnosa II : Perubahan nurisi lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pola hidup monoton.
Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara
hipertensi dan kegemukan.
Rasional : kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan
darah tinggi karena disporsi antara kapasitas aorta dan
peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan masa
tubuh.
Bicarakan pentingya menurunkan masukan kalori dan batasi
masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi.
Rasional : kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi
untuk hipertensi dan komplikasinya.
Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan.
Rasional : motivasi untuk penurunan berat badan adalah
internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat
badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.
Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistic dengan
pasien.
Rasional : penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500
kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5
kg/minggu.
Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan
harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan
perasaan sekitar saat makanan dimakan.
Rasional : memberikan data dasar tentang keadekuatan
nutrisi yang dimakan, dan kondisi emosi saat makan.
DAFTAR PUSTAKA