Anda di halaman 1dari 5

Dosen: Danang Priambodo,SPt,MSi

Ir Asep Tahyana

PENGENDALIAN PENYAKIT PADA AYAM PEMBIBITAN FASE


STARTER DAN GROWER

TNK A/P1/KELOMPOK 4

1. Muhammad Alam Rizki


2. M Fauzan Rahadian
3. Gevi Novinda
4. Hayatus Syifa Ul Husna
5. Daru Setiawan
6. Haidar Fahmi

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, maka meningkat


pula kebutuhan akan bahan pangan berprotein tinggi. Selain karbohidrat yang didapati dari
hasil-hasil pertanian untuk pertumbuhan manusia, juga membutuhkan protein hewani yang
didapat dari sektor peternakan. Untuk mendapatkan protein hewani yang dapat dipenuhi salah
satunya dari unggas yaitu ayam harus berasal dari DOC (Day Old Chick) yang memiliki
kualitas baik. DOC (Day Old Chick) yang memiliki kualitas baik berasal dari bibit ayam yang
juga memiliki kualitas yang unggul. Hal tersebut dimanfaaatkan para peternak ayam
pembibitan untuk menjalankan usahanya. Bibit yang unggul diperoleh dari suatu peternak
atau perusahaan pembibitan (breeder farm) yang memiliki manajemen pembibitan yang
benar terutama pada fase starter yang dapat dikatakan sebagai penentu keberhasilan untuk
fase berikutnya.

Keberhasilan pada fase starter ini akan diikuti oleh fase berikutnya sehingga
memudahkan peternak 2 untuk memperoleh keuntungan yang optimal. Sebaliknya, kegagalan
pada fase starter akan menyebabkan produktivitasnya turun, hal ini karena potensi genetik
ayam tidak dapat muncul secara optimal. Kegagalan juga dapat disebabkan dari penyakit
yang beberapa diantaranya dapat menyebabkan kematian, maka dari itu pengendalian
penyakit sangat penting dilakukan. Tingkat kematian tinggi lebih sering terjadi pada anak
ayam di bawah umur dua bulan akibat serangan penyakit. Kematian yang tinggi pada anak
ayam bisa disebabkan oleh kondisi ayam yang masih rentan dan mudah dipengaruhi oleh
berbeagai unsur pencetus penyakit, seperti perubahan cuaca, kebersihan kandang, peralatan
yang digunakan selama pemeliharaan, dan kesalahan pemberian pakan.

1.2 Tujuan

Laporan pengendalian penyakit pada budidaya ayam pembibit bertujuan agar


mahasiswa dapat mengetahui cara dan hal – hal yang dilakukan dalam pengendalian penyakit
pada ayam pembibit.

2. PEMBAHASAN

2.1 Agen penyakit

Agen penyakit adalah mikroorganisme yang terdapat di dalam lingkungan seperti


virus, bakteri, fungi dan parasit baik yang di dalam (endoparasit) maupun yang diluar tubuh
ayam (ektoparasit). Adanya penyakit terjadi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu agen penyakit,
inang (ayam) dan lingkungan. Di alam, mikroorganisme selalu berinteraksi dalam keadaan
harmoni (seimbang) apabila tubuh ternak mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap infeksi
mikroorganisme tersebut. Apabila terjadi perubahan-perubahan yang menyebabkan
ketidakseimbangan interaksi tersebut, misalnya menguntungkan di sisi mikroorganisme, dan
merugikan kondisi hewan ternak yang dipelihara, maka terjadilah penyakit pada ternak
dengan derajat yang bervariasi.

2.2 Pengendalian penyakit fase starter

Kegiatan yang dilakukan untuk pengendalian penyakit pada unggas terutama ayam
pembibit diantaranya adalah:

1. Pemberian vaksin, obat – obatan, dan vitamin


2. Sanitasi kandang dan peralatan
3. Kebersihan peternak dan tamu yang keluar masuk farm

Ketiga hal tersebut harus selalu diperhatikan dalam melakukan budidaya ayam
pembibit khususnya pada fase starter. Selain itu untuk mengetahui kesehatan ayam setiap hari
dilakukan pengontrolan terhadap ternak, dan apabila ada ternak yang terkena penyakit
langsung dipisahkan agar tidak menular pada ternak lain kemudian dilakukan pengobatan.
Penyakit yang sering dialami yakni :

 penyakit CRD ( Chronic Respiratory Desease ) yang menyerang pada ayam


umur 7 hari dengan tanda-tanda ayam terdengar ngorok, dan bersin.
Disebabkan oleh pengaruh suhu lingkungan, dan kelembabanya. Untuk
mencegah menyebarnya penyakit ini dilakukan dengan menjaga kebersihan
kandang, memisahkan ayam yang sakit dan melakukan pengobatan.

 Penyakit pullorum merupakan penyakit unggas yang disebabkan oleh infeksi


bakteri Salmonella pullorum. Penyakit pullorum dapat menyebabkan kematian
jika menyerang unggas muda pada umur 3 minggu atau kurang dengan tingkat
mortalitas antara 20–80% (PORTER, 1998; PURNOMO, 2004). S. pullorum
adalah bakteri gram negatif yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh
unggas (immuno-suppression) dan dapat menyebabkan kematian. Berikut
gejala klinis yang dialami oleh ternak apabila terkena penyakit pulorrum
ekskreta berwarna putih, terlihat lemas, dan sering mati mendadak.

 Penyakit colibacillosis disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Bakteri ini


tahan di lingkungan selama 20-30 hari. Penularan penyakit colibacillosis
terjadi secara vertikal dan horizontal. Penularan secara vertikal terjadi melalui
saluran reproduksi induk ayam, yaitu melalui ovarium atau oviduk yang
terinfeksi. Telur yang menetas kemudian akan menghasilkan DOC yang
tercemar bakteri E. coli di dalam ususnya.

Sedangkan penularan horizontal, salah satunya dapat melalui kontak dengan


bahan/peralatan kandang yang tercemar. Penularan biasanya terjadi secara oral melalui
ransum/air minum yang terkontaminasi feses yang mengandung E. coli atau melalui debu
yang tercemar E. coli. Apabila terhirup oleh ayam, maka bakteri akan menginfeksi saluran
pernapasan ayam.

2.3 Pengendalian penyakit fase grower

Program pencegahan penyakit di kandang fase grower yaitu dengan diberlakukannya


sistem biosecurity, sanitasi, dan vaksinasi. Menurut Permentan (2014) biosecurity adalah
kondisi dan upaya untuk memutuskan rantai masuknya agen penyakit yang disimpan dan
diisolasi dalam suatu laboratorium tidak mengontaminasi atau tidak disalahgunakan.
Sanitasi merupakan tindakan yang dilakukan terhadap lingkungan untuk mendukung
upaya kesehatan manusia dan hewan.

Biosecurity dibagi menjadi beberapa area. Pembagian area tersebut bertujuan untuk
mengurangi penyebaran penyakit. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Widyantara et al (2013) bahwa penerapan biosecurity difokuskan pada tiga tingkat, yaitu
pre entry, point of entry, dan post entry. Apabila pada tingkat pre entry bisa dilewati oleh
bibit penyakit, maka biosecurity pada tingkat selanjutnya (point of entry dan post entry)
dapat diterapkan sistem biosecurity yang lebih ketat agar ayam tidak terinfeksi oleh bibit
penyakit.

Sanitasi bisa dilakukan pada lingkungan luar kandang dan lingkungan di dalam
kandang. Sanitasi di luar kandang meliputi pencabutan rumput dan pengambilan sampah
yang ada di lingkungan sekitar kandang. Kemudian sanitasi di dalam kandang meliputi
pembersihan dinding kawat dari debu dan pembalikan litter.

Vaksin adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau sudah dimatikan dengan
prosedur tertentu yang digunakan untuk merangsang pembentukan zat kebal tubuh
(Permentan, 2014). Adapun vaksin yang dilakukan pada ayam periode grower sebagai
berikut:
Vaksinasi
Umur (Minggu)
5 AI 1
6 SHS Live
9 Coryza 1
10 ND IB Live
12 AI 3
15 ND IB EDS’76-SHS
17 Coryza 2
KESIMPULAN
Dalam pemeliharaan ayam pebibit baik pada fase starter maupun fase grower
pencegahan penyakit yang pertama adalah menerapkan biosecurity yang benar dan tepat
dengan melakukan sanitasi secara teratur dan melakukan pembatasan agen-agen
pembawa penyakit dengan melakukan desinfeksi. Kemudian pencegahan penyakit dapat
juga dilakukan dengan melakukan vaksinasi kepada ternak, dengan harapan ternak
tersebut akan tahan terhadap suatu penyakit tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Nomor 79/permentan/OT.140/6/2014


tentang Pedoman Pembibitan Ayam Asli dan Ayam Lokal yang Baik.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Nomor 31/permentan/OT.140/6/2014


tentang Pedoman Budidaya Ayam Pedaging dan Ayam Petelur yang Baik.

Widyantara et al. 2013. Tingkat penerapan biosekuriti pada peternakan ayam pedaging
kemitraan di Kabupaten Tabanan dan Gianyar. J. Petern Trop. 1(1): 45-57.

Anda mungkin juga menyukai