ENZIM
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara II Enzim adalah:
1. Mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas enzim diastase/amilase.
2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim diastase/amilase.
3. Mengetahui aktivitas amilase yang diisolasi dari biji kacang hijau dan
taoge.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Teori
Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk
reaksi-reaksi kimia di dalam sistem biologi. Satu jenis enzim
mengkatalisis satu jenis substrat saja, jadi enzim adalah katalisator
yang reaksi-spesifik. Enzim bekerja dengan mengurangi energi
aktivasi dari substrat tertentu.Mekanisme kerja enzim yaitu dengan
terikat sementara ke substrat untuk membentuk sebuah kompleks
enzim-substrat yang lebih tidak stabil dibanding substrat jika berdiri
sendiri. Ini menyebabkan substrat mudah bereaksi. Amilase adalah
enzim hidrolase glikosida yang mengkatalisis pemecahan pati menjadi
gula. Amilase merupakan salah satu enzim yang paling penting dalam
bioteknologi saat ini. Amilase merupakan enzim yang memecah pati
yang diproduksi oleh berbagai jenis mahluk hidup seperti dari bakteri,
jamur, tumbuhan, manusia. Sebagai diastase, amilase adalah enzim
pertama yang ditemukan dan diisolasi oleh Anselme Payen pada tahun
1833. Amilase mewakili sekitar 30% dari produksi enzim industri di
seluruh dunia (Ompusunggu, 2011).
Jenis-jenis enzim amilase:
a. α-amilase (EC 3.2.1.1)
α-amilase adalah kalsium metalloenzymes, benar-benar
tidak dapat berfungsi dengan tidak adanya kalsium. α-amilase
memotong karbohidrat rantai panjang pada lokasi acak di
sepanjang rantai pati, yang pada akhirnya menghasilkan maltotriosa
dan maltosa dari amilosa, atau maltosa, glukosa dan "limit-dextrin
"dari amilopektin. α-amilase cenderung lebih cepat kerjanya
dibanding β-amilase karena dapat bekerja di mana saja pada
substrat. Secara fisiologis pada manusia, baik amilase ludah dan
pankreas adalah α-amilase. Juga ditemukan pada tumbuhan, jamur
(ascomycetes dan basidiomycetes) dan bakteri (Bacillus).
b. β-amilase (EC 3.2.1.2)
β-amilase adalah bentuk lain dari amilase disintesis oleh
bakteri, jamur, dan tanaman. β-amilase mengkatalisis hidrolisis
ikatan glikosidik kedua α-(1,4), bekerja membentuk ujung
nonreducing, memecah maltosa menjadi dua unit glukosa pada
suatu waktu. Selama pematangan buah, β-amilase memecah pati
menjadi maltosa, sehingga menghasilkan rasa manis pada buah
yang matang. α-amilase dan β-amilase dijumpai dalam biji, β-
amilase muncul dalam bentuktidak aktif sebelum perkecambahan,
sedangkan α-amilase dan protease muncul setelah perkecambahan
dimulai. Jaringan hewan tidak mengandung β-amilase.
c. γ-Amilase / glukoamilase (EC 3.2.1.3)
γ-amilase/ glukoamilase memecah ikatan glikosidik α-(1,6),
selain memecah ikatan glikosidik α(1,4) terakhir pada ujung non-
reducing dari amilosa dan amilopektin, sehingga menghasilkan
glukosa. Tidak seperti bentuk lain dari amilase, γ-amilase yang
paling efisien dalam lingkungan asam dan memiliki pH optimum 3
(Winarno, 1983).
Uji enzim harus dilakukan pada keadaan yang sama agar
perbandingan aktivitasnya absah. Perhatian khusus harus diarahkan
pada pH dan suhu, karena keragaman kecil pada kedua keadaan ini
menyebabkan selisih yang besar pada aktivitas yang diperoleh.
Misalnya, bentuk anion dari rantai samping satu asam karboksilat pada
asam aspartat terlibat dalam pengikatan atau katalisis oleh enzim
tertentu. Pada pH dekat atau diatas netral, gugus ini terurai sempurna
menjadi anion karboksilat dan proton, dan keaktifan enzim akan tinggi.
Jika pH larutan berangsur-angsur diturunkan, fraksi anion karboksilat
menurun, dan fraksi asam karboksilat yang tak terurai semakin
meningkat. Pada pH yang sangat rendah, saat gugus asam karboksilat
dalam keadaan tak terurai, enzim sama sekali tidak aktif
(Wilbraham dan Matta, 1992).
Enzim memiliki pH optimum yang khas, yaitu pH yang
menyebabkan aktivitas maksimal. Profil aktivitas pH enzim
menggambarkan pH pada saat gugus pemberi atau penerima proton
yang penting pada sisi katalitik enzim berada dalam tingkat ionisasi
yang diinginkan. pH optimum enzim tidak perlu sama dengan pH
lingkungan normalnya, dengan pH yang mungkin sedikit berada di atas
atau di bawah pH optimum. Aktivitas katalitik enzim di dalam sel
mungkin diatur sebagian oleh perubahan pada pH medium lingkungan
(Lehninger, 1982).
Apabila aktivitas sebagian besar enzim digambarkan sebagai suatu
fungsi dari pH reaksi, biasanya akan tampak peningkatan kecepatan
reaksi seiring dengan pergeseran pH dari tingkat yang sangat asam
menuju rentang fisiologis, dan penurunan kecepatan reaksi sewaktu pH
bergerak ke rentang yang sangat basa. Bentuk kurva di daerah asam
mencerminkan ionisasi gugus fungsional spesifik di tempat aktif (atau
di substrat) akibat peningkatan pH, dan pembentukan ikatan hidrogen
lebih umum yang penting bagi konformasi keseluruhan enzim.
Hilangnya aktivitas pada sisi basa biasanya mencerminkan ionisaqsi
residu asam amino pada enzim yang tidak sesuai (Marks et.al, 2000).
Sebagian besar enzim manusia juga memiliki suhu optimum sekitar
37ºC. Peningkatan suhu dari 0ºC menjadi 37ºC meningkatkan
kecepatan reaksi karena meningkatkan energi getaran substrat. Aktivitas
maksimum untuk sebagian besar enzim manusia berlangsung dekat
suhu 37ºC karena pada suhu yang lebih tinggi terjadi denaturasi
(hilangnya struktur sekunder dan tersier) (Marks et.al, 2000).
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu faktor penting bagi
enzim untuk menjalankan fungsinya sebagai katalisator. Pada enzim
amilase bebas, pH inkubasi optimum adalah 7,0 dengan aktivitas unit
38,6950 x 10-2 unit/ml, sedangkan enzim amilase amobil pH inkubasi
optimumnya adalah 7,5 dengan aktivitas unit 1,7222 x 10-2 unit/ml.
Perubahan pH optimum ke arahbasa ini dapat disebabkan karena
muatan bahan pendukung kitosan bersifat positif, dengan counter ions
bermuatan negatif pada permukaanya, pH aktivitas enzim akan bergeser
ke arah basa (alkalis) bila muatan pengembanya bersifat positif dan
akan bergeser ke arah asam apabila bersifat negatif. Jika enzim
diadsorbsi pada zat pendukung yang mempunyai permukaan yang
bermuatan negatif, maka akan menunjukan pH optimum yang lebih
besar dari pH optimum enzim bebasnya (Laila dkk, 2007).
Pengamatan uji aktivitas enzim amilase secara kualitatif
menggunakan indikator larutan iodin 1%, bahwa diantara 6 tabung yang
diinkubasi, tabung urutan 6 yang menunjukan perubahan dari biru
menjadi bening setelah diinkubasi selama 60 menit yang menandakan
bahwa pati telah terhidrolisis sempurna oleh enzim amilase menjadi
glukosa, sedangkan substrat ailum yang terdapat pada kelima tabung
lainya belum terhidrolisis sempurna menjadi glukosa
(Mutia dkk, 2010).
Pewarnaan iodin meryupakan salah satu metode untuk mendeteksi
aktivitas α-amilase dan berfungsi sebagai reagen pendeteksi adanya
amilase. Zona bening yang terbentuk memiliki diameter, yaitu diameter
inti pusat (dalam) sebesar 3 mm dan diameter luar sebesar 9mm. Hasil
ini mendekati hasil yang diperoleh oleh Arkan (2008) yang
menghasilkan 8 mm zona diameter medium agar pati
(Sarah dkk, 2010).
Reaksi enzim terletak pada kemampuan untuk mencaari potensi
dari reaksi urutan, dimana produk reaksi obat tertentu untuk
mempengaruhi. Hal ini juga dapat memainkan berbagai peran dalam
kelas termologi yang berbeda, misalnya asam amino yang mungkin dari
kedua protein seringkali memerlukan penyelidikan yang luas referensi
sastra, untuk contoh menentukan asam amino (HumpHreys, 2000).
2. Tinjauan Bahan
Dekstrin memiliki banyak manfaat dalam industri pangan dan
farmasi diantaranya yaitu pada produksi makanan beku, roti, bahan
minuman prebiotik, dan bahan penyalut lapis tipis (film coating) tablet.
Dekstrin dimanfaatkan sebagai pengganti guladan untuk
mempertahankan produk tetap beku. Kebutuhan dekstrin di bidang
industri ini semakin meningkat, sedangkan sebagian dekstrin yang
dibutuhkan masih impor. Hal ini menyebabkan diperlukan adanya
produksi dekstrin yang dapat memenuhi kebutuhan industri tersebut
terutama yang berasal dari sumber lokal seperti ubi kayu (manihot
esculenta crantz) (Zusfahair dan Ningsih, 2012).
Pertumbuhan tanaman yang berasal dari biji diawali dari proses
perkecambahan. Dalam pertumbuhannya memerlukan energi, dan
energi tersebut berasal dari perombakan bahan-bahan organik seperti
karbohidrat lemak dan protein,. Enzim yang digunakan untuk
merombak protein adalah enzim protease, perombakan lemak adalah
enzim lipase dan pati memerlukan enzim amilase. Enzim-enzim
tersebut secara bersamaan dihasilkan tumbuhan selama proses
perkecambahan (Bahri dkk, 2012).
Glikogen merupakan salah satu bentuk simpanan energi di dalam
tubuh yang dapat dihasilkan melalui konsumsi karbohidrat dalam
sehari-hari dan merupakan salah satu sumber utama yang digunakan
oleh tubuh pada saat berolahraga. Sekitar 67% dari simpanan glikogen
yang terdapat di dalam tubuh akan tersimpan di dalam otot dan sisanya
akan tersimpan di dalam hati. Di dalam otot, glikogen merupakan
simpanan energi utama yang mampu membentuk hampir 2% dari total
massa otot. Glikogen yang terdapat di dalam otot hanya dapat
digunakan untuk keperluan energi di dalam otot tersebut dan tidak
dapat dikembalikan ke dalam aliran darah dalam bentuk glukosa apabila
terdapat bagian tubuh lain yang membutuhkanya. Berbeda dengan
glikogen hati dapat dikeluarkan apabila terdapat bagian tubuh lain yang
membutuhkan. Glikogen yang terdapat di dalam hati dapat dikonversi
melalui proses glycogenolysis menjadi glukosa dan kemudian dapat
dibawa oleh aliran darahmenuju bagian tubuh yang membutuhkan
seperti otak, sistem saraf, jantung, otot, dan organ tubuh lainya
(Irawan, 2007).
Pemilihan kacang hijau sebagai sumber enzim α-amilase karena
dalam bentuk kecambah mengandung tokoferol (pro vitamin E) 936,4
ppm, fenolik 11,3 ppm. Senyawa tersebut merupakan antioksidan yang
sangat penting terhadap kesehatan terutama balita. Senyawa fenolik
dengan antioksidan lainya pada konsentrasi rendah dapat melindungi
bahan pangan tersebut dari kerusakan oksidatif. Selain itu, kacang hijau
memiliki kelebihan dari segi ekonomis dan agronomis dibandingkan
dengan tanaman kacang-kacangan yang lain (Suarni, 2007).
C. Metodologi
1. Alat
a. Pipet tetes
b. Pipet ukur
c. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
d. Gelas ukur
e. Gelas beaker
f. Cawan porselen
g. Penangas air
h. Waterbath
i. Mortir
j. Timbangan analitik
k. Stopwatch
l. Penjepit kayu
m. Kain saring
2. Bahan
a. Biji kacang hijau
b. Taoge
c. Larutan buffer pH 4, 6, 8
d. Enzim amilase
e. Larutan amilum 1%
f. Larutan dekstrin 1%
g. Larutan glikogen 1%
h. Reagen benedict
i. Larutan Iod 0,01 N
3. Cara Kerja
a. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Amilase
6 ml buffer pH 4, 6 ml buffer pH 6, 6 ml
buffer pH 8, 3x3 ml larutan amilum 1%, 3x3
ml larutan dekstrin 1%, 3x3 ml larutan
glikogen 1%
Penambahan, kemudian
50 ml aquades disaring dengan kain saring
Waktu
Kel Suhu Perubahan warna
inkubasi
1 40º 30 Bening menjadi ungu kemerahan
2 Ruang 30 Bening menjadi ungu
3 100º 10 Bening menjadi ungu kebiruan
4 40º 30 Bening menjadi ungu kemerahan
5 Ruang 30 Bening menjadi ungu
6 100º 10 Bening menjadi ungu kebiruan
Sumber: Laporan Sementara