Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan karena

kurangnya produksi insulin oleh pankreas (Insulin Dependent Diabetes

Mellitusatau IDDM) atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah

dihasilkan oleh pancreas secara efektif (Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitusatau NIDDM) (Ekaputra, 2013). Diabetes mellitus atau yang sering

disebut kencing manis ini dapat diartikan terdapatnya glukosa dalam air kencing

seseorang. Hal itu terjadi karena tubuh kekurangan insulin sehingga glukosa

dalam darah tidak dapat dicerna tubuh. Penyakit diabetes mellitus merupakan

penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius.

Apabila tidak dilakukan penanganan secara cermat, dampak dari penyakit tersebut

dapat menyebabkan berbagai komplikasi penyakit serius lainnya. Ada beberapa

penyakit yang muncul akibat penyakit diabetes, diantaranya adalah sebagai

berikut : penyakit stroke, penyakit jantung, kelainan mata, resiko pada kehamilan,

dan ulkus kaki diabetes (Ariani, 2016).

Luka diabetes dengan gangrene didefinisikan sebagai jaringan nekrosis

atau jaringan mati yang disebabkan oleh karena adanya emboli pembuluh darah

besar arteri pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti. Dapat terjadi

sebagai akibat proses inflamasi yang memanjang, perlukaan (digigit serangga,

kecelakaan kerja atau terbakar), proses degenerative ( arteriosklorosis) atau

gangguan metabolik (diabetes melitus). (Taber, 1990 dalam Maryunani, 2013).

1
2

Beberapa laporan kasus menyebutkan adanya sindroma kompartemen pada pasien

DM yang memicu iskemia jaringan, serta nekrosis jaringan (Flamini, dkk., 2008).

Sehingga kaki pada penderita diabetes membran jaringannya dapat mengalami

kerusakan. Kerusakan integritas jaringan adalah kondisi dimana individu

mengalami cedera pada sistem integumen, fascia muskular otot, tendon, tulang,

kartilago, kapsul sendi, dan/atau ligamen (NANDA, 2017).

Patofisiologi dari luka diabetes adalah kompleks dan melibatkan multi

faktor, diantaranya adalah neuropati sensorik, penyakit arteri perifer, deformitas

kaki, dan trauma eksternal. Neuropati perifer merupakan penyebab terbanyak dari

luka kaki diabetes. Neuropati perifer pada penderita DM meliputi kerusakan pada

saraf sensorik, otonom, dan motorik. Kerusakan saraf sensorik mengakibatkan

penderita tidak menyadari bila kakinya terkena benda tajam, sedangkan kerusakan

saraf otonom mengakibatkan produksi kelenjar keringat dan minyak menjadi

terganggu, akibatnya kulit menjadi kering dan pecah-pecah yang lama kelamaan

dapat mengakibatkan bakteri masuk ke dalam kulit dan mengakibatkan infeksi

sehingga mengakibatkan kaki rentan terhadap trauma yang minimal (Michaildis,

et.al, 2014).

Ulkus timbul karena penyakit DM jangka panjang yang tidak terobati,

sehingga dalam waktu yang lanjut akan menyebabkan terjadinya gangren. Luka

ini mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam waktu yang tidak begitu lama.

Luka akan menjadi borok dan menimbulkan bau yang disebut gas gangren

(Ferawati, 2014).
3

World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penduduk

dunia yang menderita Diabetes Mellitus pada tahun 2030 diperkirakan akan

meningkat paling sedikit menjadi 366 juta. Jumlah penderita Diabetes Mellitus

adalah sekitar 135 juta orang pada tahun1995 dan meningkat menjadi 285 juta

pada tahun 2010 (International Diabetic Federation, 2014). Indonesia merupakan

Negara yang menempati urutan ke-4 di dunia setelah Cina, India, dan Amerika

Serikat pada tahun 2010 dengan jumlah penderita DM sebanyak 8,4 juta jiwa,

diperkirakan meningkat pada tahun 2030 dengan jumlah penderita DM sebanyak 21,3

juta jiwa (Yuanita et al, 2014).

Prevalensi Diabetes Melitusdi Provinsi Jawa Timur menunjukkan

kenaikan yaitu pada tahun 2007 adalah 1,3% dan pada tahun 2013 mengalami

kenaikan menjadi 2,5%. Prevalensi DM berdasarkan diagnosa dan gejala

cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan indeks penghasilan tinggi atau

teratas (3,0%), semakin tinggi indeks penghasilan prevalensi DM

semakinmeningkat pula jumlah penderitanya. DM lebih banyak pada daerah

perkotaan (2,5%) dari pada pedesaan (1,7%). Disini terlihat ada perbedaan yang

menunjukkan bahwa gaya hidup mempengaruhi kejadian penyakit DM

(Balitbangkes, 2013).

Data dari Rekam Medik RSUD Kota Madiun menyebutkan jumlah kasus

Diabetes Mellitus yang tejadi di Ruang Seruni RSUD Kota Madiun yaitu 123

kasus selama 5 bulan terakhir mulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2016.

Dimana dari 123 kasus Diabetes Mellitus tersebut yang mengalami gangren/luka

pada kaki dengan jumlah 67 kasus dan 33 kasus mengalami debridement atau

amputasi (Rekam medik RSUD Kota Madiun, 2016).


4

Luka diabetes juga mengakibatkan dampak yang luas, karena dapat

mengakibatkan kematian, morbiditas, peningkatan biaya perawatan, dan

penurunan kualitas hidup. Sebuah penelitian menyatakan bahwa biaya perawatan

rawat jalan untuk satu luka kaki diabetes adalah sekitar $28,000 USD, dan biaya

untuk komplikasinya yaitu amputasi adalah $25,241 USD (Rathur & Boulton,

2007).

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan integritas

jaringan pada pasien Diabetes Melitus antara lain, melakukan rawat luka yang

dilakukan secara komprehensif melalui upaya mengatasi, menghilangkan, atau

mengurangi infeksi hingga luka sembuh total, dan memberikan penyuluhan

kesehatan kepada pasien serta keluarga tentang perawatan luka diabetes,

pengelolaan Diabetes Melitus dengan control gula rutin, pola hidup sehat, dan

terapi obat (Bulechek et al, 2013).

Peran perawat dalam upaya mengatasi kerusakan integritas jaringan antara

lain, peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dengan memperhatikan keadaan

kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan yaitu dengan melakukan rawat luka

pada pasien Diabetes Melitus dengan gangren. Peran educator dengan membantu

pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, dengan memberikan

penyuluhan kesehatan kepada pasien serta keluarga tentang perawatan luka

diabetes, pengelolaan Diabetes Melitus dengan control gula rutin, pola hidup

sehat, dan terapi. Peran kolabolator yaitu dengan bekerja sama dengan tim medis

dalam pemberian insulin dan pemberian antibiotic (Budiono & Pertami, 2015).
5

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun studi kasus

dengan upaya mengatasi kerusakan integritas jaringan pada pasien Diabetes

Mellitus dengan gangren di ruang Seruni RSUD Kota Madiun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut diatas, dapat

dirumuskan pertanyaan masalah sebagai berikut: “Bagaimana upaya mengatasi

kerusakan integritas jaringan pada pasien Diabetes Melitus dengan gangren di

ruang Seruni RSUD Kota Madiun ?”

1.3 Tujuan Studi Kasus

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana upaya mengatasi kerusakan integritas jaringan pada pasien

Diabetes Melitus di ruang Seruni RSUD Kota Madiun

1.3.2 TujuanKhusus

1) Mengidentifikasi karakteristik kerusakan integritas jaringan pada pasien

Diabetes Mellitus dengan gangren di ruang Seruni RSUD Kota Madiun.

2) Mengidentifikasi upaya mengatasi kerusakan integritas jaringan di ruang

Seruni RSUD Kota Madiun.

3) Mengevaluasi hasil upaya mengatasi kerusakan integritas jaringan di ruang

Seruni RSUD Kota Madiun.


6

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Manfaat Teoritis

1) Bagi Penulis

Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan agar dapat mengaplikasikan teori

dengan kasus yang ada di lapangan dalam upaya mengatasi kerusakan

integritas jaringan pada pasien Diabetes Mellitus dengan gangren.

2) Bagi Institusi Pendidikan

Hasil studi kasus dapat menambah literatur baru di perpustakaan bagi

mahasiswa yang bisa dijadikan sebagai bahan rujukan studi kasus dengan

judul upaya mengatasi kerusakan integritas jaringanpada pasien Diabetes

Mellitus dengan gangren.

1.4.2 Manfaat Pra Studi Kasus

Diharapkan Studi Kasus ini dapat bermanfaat untuk:

1) Institusi Rumah Sakit

Studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi rumah sakit dalam

pembuatan SOP pada asuhan keperawatan Diabetes Mellitus dengan masalah

upaya mengatasi kerusakan integritas jaringan.

2) Profesi Keperawatan

Studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk

mengembangkan asuhan keperawatan bagi profesi keperawatan dalam

meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai