Anda di halaman 1dari 55

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan menguraikan tentang pendahuluan karya tulis ilmiah yang

digunakan sebagai dasar penyusunan karya tulis ilmiahantara lain latar belakang, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat karya tulis ilmiah.

1.1 Latar Belakang

Perubahan gaya hidup dan kemajuan teknologi meningkatkan potensi hipertensi

pada masyarakat seperti gaya hidup kurang gerak dan makanan tinggi lemak(Herwati &

Sartika,2014). Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi persisten dengan tekanan sistolik

>140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg (Smeltzer, 2010 dalam Majdid, 2017).

Satu milyar orang atau sekitar 14% orang di dunia menderita hipertensi, 2/3

diantaranya berada di negara berkembang. Prevalensi hipertensi diprediksi pada tahun

2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah

mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, dan 1,5 juta kematian di Asia

Tenggara dengan1/3 populasimenderita hipertensi (WHO, 2013 dalam Majdid, 2017).

Hipertensi menyebabkan sekitar 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian

karena penyakit stroke.Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama

penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta

kematian pada tahun 2030 (Kemenkes, 2014).Prevalensi hipertensi di Indonesia yang

didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka

Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan

Jawa Barat (29,4%). Selain itu Hipertensi banyak terjadi pada umur 35-44 tahun (6,3%),

1
2

umur 45-54 tahun (11,9%), dan umur 55-64 tahun (17,2%). Sedangkan menurut status

ekonominya, proporsi hipertensi terbanyak pada tingkat menengah bawah (27,2%) dan

menengah (25,9%) (Riskesdas, 2013). Menurut data Sample Registration System (SRS)

Indonesia tahun 2014, hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian

nomor 5 (lima) pada semua umur (Riskesdas,2013). Prevalensi Hipertensi Kota Madiun

sebesar 29,16% atau sekitar 8.605 jiwa yang terdiri dari laki – laki sebesar 21,27% atau

sekitar 2.878 jiwa, sedangkan wanita sebesar 26,61% atau sekitar 5.187 jiwa (Dinkes

Madiun, 2014).

Pada lebih dari 90% kasus atau sekitar 900 juta penderita hipertensi di dunia

mempunyai penyebab hipertensi tidak jelas, yang disebut dengan hipertensi primer atau

esensial sedangkan kurang dari 10% kasus atau sekitar 100 juta penderita hipertensi di

dunia,bersifat sekunder akibat dari kondisi atau faktor yang telah diketahui (Aaronson &

Ward, 2010).

Beberapa faktor yang pernah dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab

hipertensi primer yaitu: genetika,jenis kelamin, kadar atrium,sistem renin-angiotensin,

hiperaktivitas simpatis dan resistensi insulin; orang kulit hitam di negara barat lebih banyak

menderita hipertensi dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding

orang kulit putih. Sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi dengan perbedaan genetik.

Hipertensi lebih banyak diderita oleh pria dibanding perempuan pra-menopaus yang

menunjukkan adanya pengaruh hormon. Menurut de Wardener bahwa ada hormon

natriuretik yang menghambat aktivitas sel pompa natrium (ATPase natrium-kalium) dan

mempunyai efek penekanan. Berdasarkan studi populasi, seperti Intersalt Study (1988)

diperoleh korelasi antara asupan natrium rerata dengan tekanan darah, dan penurunan

tekanan darah dapat diperoleh dengan mengurangi konsumsi natrium. Renin memicu
3

produksi angiotensin dan aldosteron. Beberapa studi telah menunjukkan sebagian penderita

hipertensi primer mempunyai kadar renin yang meningkat. Pada penderita hipertensi usia

muda. Katekolamin akan memacu produksi renin, menyebabkan konstriksi arteriol dan

vena, dan meningkatkan curah jantung. Keterkaitan hipertensi primer dengan resistensi

insulin telah diketahui terutama pada penderita dengan obesitas. Insulin berperan

meningkatkan katekolamin dan reabsorpsi natrium (Gray et all,2005).Beberapa faktor yang

dapat menyebabkan hipertensi sekunder: Penyakit parenkim ginjal dan renovaskuler,

gangguan endokrin, dan obat kontrasepsi oral; gangguan pada parenkim ginjal dapat

mengganggu regulasi volume dan atau mengaktivasi sitem renin-angiotensin-

aldosteron.Gangguan endokrin seringkali pada korteks adrenal dan terkait dengan

overekresi aldosteron, kortisol dan atau katekolamin. Kontrasepsi oral, yang dapat

menaikkan tekanan darah melalui aktivasi renin- angiotensin- aldosteron (Aaronson &

Ward, 2010).

Tekanan darah yang tinggi menyebabkan perubahan – perubahan pada organ tubuh

seperti jantung, ginjal, dan otak; jantung mengalami hipertrofi ventrikel kiri meningkatkan

kekakuan dinding terhadap pengisian diastolik sistol atrium yang menonjol pada

ekokardiografi. Kerusakan ginjal secara perlahan juga sering ditemukan pada hipertensi

menahun, khususnya dengan kontrol tidak teratur. Hipertensi juga dapat beresiko terjadi

stroke dan serangan iskemik transien lebih sering ditemukan pada penderita hipertensi .

Selama stroke, tekanan darah dapat meningkat secara akut. Resistensi vaskular serebaral

akan meningkat karena efek hipertensi jangka panjang, juga kemungkina efek akut edema

serebral, dan reduksi berlebihan tekanan perfusi arteri serebral dapat meningkatkan iskemia

serebral (Gray dkk, 2005).


4

Tekanan tinggi pada pembuluh darah yang berlangsung lama beresiko

menyebabkan penyakit jantung yang merupakan komplikasi umum dari hipertensi

(Lippincot & Lippincot 2008). Hipertensi kronik menyebabkan perubahan pada arteri, yang

serupa dengan perubahan akibat penuaan. Perubahan ini mencakup kerusakan endotel dan

arteriosklerosis, suatu penebalan dan peningkatan kandungan jaringan ikat dinding arteri

yang menurunkan komplians ateri. Perubahan pada struktur pembuluh darah yang

dikombinasi dengan peningkatan tekanan arterial akan memacu aterosklerosis, penyakit

jantung koroner, hipertrofi ventrikel kiri, dan kerusakan ginjal (Aaronson & Ward, 2010).

Potensi terjadi arterosklerosis meningkat dua kali lipat dengan peningkatan tekanan

darah dalam pembuluh darah atau hipertensi (Jindrich, 2012).Arterosklerosisdapat

menimbulkan plak arterosklerotik yang umum ditemukan pada aorta, arteri carotis interna

sirkuluss willisi, dan arteri koroner.Plak arterosklerotik yang terakumulasi dibawah

selubung fibrosa dapat ruptur sehingga darah masuk ke dalam lesi dan terbentuk trombus.

Lesiarterosklerotik dapat menimbulkan penyempitan lumen vaskuler pada arteri koroner

yang dapat menurunkan aliran darah ke jantung atau perfusi miokard menurun (Aaronson

& Ward, 2010).

Perfusi miokard adalah aliran darah yang melalui arteri koroner (Dorland, 2014).

Aliran darah merupakan kebutuhan cairan yang termasuk kebutuhan dasar manusia untuk

bertahan hidup, kebutuhan cairan meliputi jumlah, jenis dan tranportasi. Penurunan perfusi

miokard dapat menyebabkan miokard menjadi kekurangan oksigen (iskemia), keadaan ini

ditandai dengannyeri dada yang menjalar ke lengan, rahang, atau leher, sesak napas

(dispnea), mudah lelah, perasaan cemas dan pada pemeriksaan penunjang dapat ditemukan

perubahan pola EKG seperti inversi gelombang T, depresi atau elevasi segmen ST. Luas

infark sebesar >20-25% pada ventrikel kiri, depresi fungsi pompa cukup untuk
5

menyebabkan gagal jantung. Keadaan gagal jantungtersebut dapat mengakibatkan iskemia

hingga infark pada organ lain seperti paru - paru, otak, ginjal, dan hati. Luas infark yang

meliputi 40% dari ventrikel kiri dapat menyebabkan syok kardiogenik yang dapat

mengakibatkan kematian (Aaronson & Ward, 2010).

Peran perawat dalam pencegahan perfusi miokard tidak efektif yaitu sebagai

pemberi asuhan dengan memperhatikan kebutuhan dasar klien meliputi edukasi, konsultasi,

yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi. Upaya pencegahan perfusi miokard

tidak efektifdapat dilakukan perawat yaitu : 1). meminimalisir kebutuhan oksigen oleh

tubuh dengan cara meminimalkan kegiatan pasien dan ditunjang dengan pemenuhan

oksigen apabila diperlukan, 2). memberikan arahan tentang pola hidup sehat seperti tidak

merokok dan istirahat sesuai dengan kebutuhan, 3). membatasi intake cairan dengan cara

memberikan batasan maksimal intake cairan dalam 24 jam ditunjang dengan pemberian

edukasi terkait tindakan yang dilakukan pada pasien untuk meningkatkan kepatuhan

menjalankan terapi, 4). menurunkan tekanan darah atau hipertensi dengan cara mengatur

pola makan dan diet pasien selain itu juga dapat dilakukan tindakan kolaboratif seperti

pemerian terapi obat golongan diuretik dan penghambat adrenegik (Bulechek et al, 2016).

Tindakan meminimalkan kegiatan dan membatasi intake cairan dilakukan untuk

mencegah peningkatan beban jantung sedangkan pemberian oksigen digunakan untuk

mempertahankan perfusi jaringan jantung. Tindakan memberikan arahan pola hidup

sehat ,menurunkan tekanan darah dengan cara diet rendah garam lemak dan pemberian

obat antidiuretik ditujukan untuk mengurangi risiko penyakit arteri koroner (Doengoes et

all, 2015).
6

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan

judul “Upaya Pencegahan Perfusi Miokard Tidak Efektif Pada Pasien Hipertensidi Ruang

Mawar RSUD Kota Madiun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran di dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan

pertanyaan masalaah sebagai berikut : “Bagaimana Upaya Pencegahan Perfusi Miokard

Tidak Efektif Pada Pasien Hipertensi di Ruang Mawar RSUD Kota Madiun?”.

1.3 Tujuan Karya Tulis Ilmiah

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana upaya pencegahan perfusi miokard tidak efektif pada pasien

hipertensi di ruang Mawar RSUD Kota Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi karakteristik risiko perfusi miokard tidak efektif pada pasien

hipertensi di ruang Mawar RSUD Kota Madiun

2) Mengidentifikasi upaya pencegahan erfusi miokard tidak efektif pada pasien

hipertensi di ruang Mawar RSUD Kota Madiun

3) Mengevaluasi hasil upaya pencegahan perfusi miokard tidak efektif pada pasien

hipertensi di ruang Mawar RSUD Kota Madiun.


7

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Teoritis

1). Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien

hipertensi terkait upaya pencegahan Perfusi Miokard Tidak Efektif pada pasien

hipertensi.

2) Bagi Akademi Keperawatan dr.Soedono Madiun

Hasil Penulisan karya tulis ilmiah dapat menambah literatur yang dapat dijadikan

sebagai bahan karya tulis ilmiah lebih lanjut dalam perkembangan ilmu

keperawatan di Perputakaan Akademi Keperawatan dr. Soeodono Madiun.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi RSUD Kota Madiun

Hasil karya tulis ilmiah dapat dijadikan bahan masukan dalam penyusunan

Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam model asuhan keperawatan upaya

pencegahan Perfusi Miokard Tidak Efektif pada pasien Hipertensi di Ruang

Mawar RSUD Kota Madiun.

2) Bagi Profesi Keperawatan


Memberi gambaran tentang peningkatan kompetensi dan kualitas pelayanan

perawat dalam upaya pencegahan Perfusi Miokard Tidak Efektif Pada Pasien

Hipertensi.

3) Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberi dasar referensi bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian lebih

lanjut tentang upaya pencegahan Perfusi Miokard Tidak Efektif pada pasien

Hipertensi.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan menguraikan tentang tinjauan pustaka karya tulis ilmiah yang

digunakan sebagai dasar teoripenyususnan karya tulis ilmiah antara lain konsep dasar

kebutuhan perfusi miokard, konsep hipertensi, dan konsep asuhan keperawatan.

2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Perfusi Miokard

2.1.1 Pengertian Kebutuhan Perfusi miokard

Perfusi miokard merupakan kebutuhan dasar manusia yang tergolong dalam

kebutuhan fisiologis cairan dalam tubuh yang berupa darah, yang meyuplai oksigen dan

nutrisi pada seluruh tubuh khususnya pada jantung atau miokard. Pemenuhan kebutuhan

perfusi miokard tidak hanya mencegah terjadi penurunan perfusi miokard namun juga

menjaga kestabilan jumlah, jenis dan tekanan dalam darah (Asmadi, 2008).

Perfusi miokard adalah pergerakan darah yang mengalir menuju sel – sel jantung

atau miokard melalui pembuluh darah koroner (Dorland, 2014).

2.1.2 Struktur Kebutuhan Perfusi Miokard

Komponen utama untuk mengalirkan darah ke jantung terdiri dari jantung sebagai

alat pompa, pembuluh darah arteri dan vena koroner sebagai media penghantar, dan darah

sebagai volume isi dari pembuluh darah.

1) Jantung

Jantung merupakan pompa otot yang kuat, tersusun dari otot involunter yang khas

dengan sel berlurik jarang yang hanya ditemukan di otot jantung. Berukuran sekitar

tiga per empat ukuran kepalan tangan. Jantung terletak pada rongga toraks di area

mediastinum ( masa jaringan terletak dibelakang sternum,antara paru dan didepan


9

kolumna vertebra). Jantung berbentuk seperti kerucut yang sedikit datar dan tidak

beraturan. Titik inferior bawah adalah apeks yang dibentuk oleh ujung ventrikel kiri.

Jantung terbagi menjadi bagian kanan dan kiri dengan empat ruang; atrium kanan,

ventrikel kanan, atrium kiri dan ventrikel kiri. Jantung juga mempunyai katup yang

mencegah alirah darah balik darah yang terdiri dari dua jenis katup; katup

atrioventrikuler (memisahkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, atrium kiri

dengan atrium kanan) dan katup limpah/overflow(memisahkan antara ventrikel kanan

dengan arteri pulmonal, dan ventrikel kiri dengan aorta) (Aaronson & Ward, 2010).

2) Pembuluh darah Jantung

Arteri koroner kanan dan kiri bercabang ke aorta asenden untuk menyediakan darah

bagi otot jantung. Lubang (orifisium) arteri koroner terletak dibelakang dua kuspid

katup aorta. Arteri koroner kiri (left coronary artery) juga dikenal sebagi arteri utama

kiri, melintas disepanjang atrium kiri dan membagi menjadi dua cabang: cabang

interventrikuler anterior atau arteri desenden anterior kiri (left anterior descending) dan

arteri sirkumfleks kiri (left circumflex).Arteri koroner kanan (right coronary

artery)mempunyai cabang utama arteri koroner yang menyuplai sisi kanan jantung

disebut cabang marginal.Cabang yang menyuplai darah ke septum posterior ini disebut

arteri desenden posterior (posterior descending artery). Darah meninggalkan kapiler,

masuk sistem vena melalui dua vena besar jantung, yang mengalirkan darah dari ke

permukaan anterior, vena tengah, yang mengalirkan darah ke permukaan posterior

jantung . Pembuluh darah ini membawa darah ke lubang yang disebut sinus koroner,

yang mengembalikan darah ke atrium kanan (Aaronson & Ward, 2010).


10

3) Darah

Darah merupakan cairan vaskular serbaguna dengan ciri lebih berat, lebih kental, lebih

liat daripad air. Tujuan utama darah adalah mempertahankan lingkungan yang konstan

untuk semua jaringan tubuh. Darah mempertahankan homoestasis melalui viskositas

darah, dan dengan kemampuanya untuk membawa zat terlarutdan bergerak ke semua

bagian tubuh. Darah berperan untuk transportasi oksigen, karbondioksida, zat gizi,

panas, produk sampah dan hormon ke dan dari sel tubuh. Darah juga mengatur pH,

suhu tubuh dan kandungan air sel. Hal tersebut berperan untuk proteksi dari

kehilangan darah dan invasi benda asing. Volume darah sirkulasi berbeda sesuai

dengan ukuran tubuh individu; akan tetapi, rerata tubuh orang dewasa mengandung

sekitar 4- 6 L darah (Aaronson & Ward, 2010).

2.1.3 Fisiologis Perfusi Miokard

Arteri koroner kiri dan kanan merupakan percabangan dari aorta tepat di atas katup

aorta. Arteri koroner bercabang menjadi arteri sirkumfleksa kiri dan anterior desendens

yang terutama menyuplai ventrikel kiri dan septum.arteri koroner kanan menyuplai

ventrikel kanan. Drains vena ke jantung terutama (95%) terjadi ke dalam atrium kanan

melalui sinus koronarius dan vena kardiak anterior. Sejumlah kecil darah vena juga

memasuki semua rongga jantung melalui vena – vena thebesian dan koroner anterior.

Densitas kapiler yang tinggi dalam miokardium ( ̴ 1 kapiler per sel otot),

memungkinkan miokardium mengambil fraksi oksigen yang besar (sekitar 70%) dari

pasokan darah. Aliran darah ke jantung saat istirahat relatif tinggi, dan selanjutnya

meningkat kira – kira lima kali lipat selama olahraga berat. Aliran darah koroner kiri dan

kanan selama siklus jantung pada laju denyut jantung istirahat sebesar70x/menit.
11

Pada periode sistol, darah melewati cabang – cabang arteri koroner kiri yang

menembus dinding miokardium untuk menyuplai subendokardium, ventrikel kiri

mengalami kompresi kuat oleh tekanan tinggi dalam ventrikel dan dindingnya, oleh sebab

itu aliran darah kororner kiri selalu menghilang selama sistol sehingga 85% aliran terjadi

selama diastol. Sebaliknya, laju arteri koroner kanan paling tinggi selama sistol (dari 80

hingga 120mmHg) dibandingkan tekanan ventrikel kanan yang melawan aliran (0 sampai

25 mmHg). Dengan laju denyut jantung 70x/menit, sistol dan diastol berlangsung masing –

masing selama 0,3 dan 0,55 detik. Namun demikian, saat denyut jantung meningkat selama

olahraga atau keadaan terangsang, selama durasi diastol memendek lebih daripada sistol.

Sebagai contoh pada laju 200x/menit, sistol dan diastol berlangsung selama 0,15 detik

untuk mengatasi kebutuhan oksigen jantung yang meningkat, yang terjadi bersamaan

dengan penurunan waktu yang disediakan untuk perfusi koroner kiri, arteri koroner

berdilatasi secara dramatis untuk memungkinkan peningkatan aliran darah yang bermakna.

Dilatasi disebabkan oleh faktor penyebab vasodilatasi seperti adenosin yang meningkat.

Hipoksia, dan K+ , sebagai hasil dari proses metabolisme jantung yang meningkat. Dengan

demikian jantung mengatur pasokan darahnya sendiri melalui hiperemia metabolik yang

terbentuk dengan baik (Aaronson & Ward, 2010).

2.1.4 Perfusi Miokard Tidak Efektif

Penurunan aliran darah pada koroner dapat memicu terjadi iskemi. Mekanisme dasar

iskemia yaitu dimulai berupa ruptur plak aterosklerosis (yang dapat dipicu oleh

kondisihipertensi) diikuti pembentukan trombosiss akut pada arteri koroner yang terlibat

yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah koroner sehingga terjadi penurunan

aliran darah atau penurunan perfusi miokard (Dharma, 2015). Penderita dapat mengalami

nyeri dada yang menjalar ke lengan, rahang, atau leher, sesak napas (dispnea), mudah
12

lelah,perasaan cemas dan pada pemeriksaan penunjang dapat ditemukan perubahan pola

EKG (Aaronson & Ward, 2010).

Perubahan pada pola EKG dapat dipengaruhi oleh jenis oklusi;oklusi arteri koroner

dan pasien mengalami sindrom kororner akut disertai elevasi segmen ST pada perekaman

EKG, sedangkan jika sumbatannya non oklusi (tidak oklusi total) akan menyebabkan

presentasi klinis sindrom koroner akut tanpa elevasi segmen ST pada perekaman EKG).

Daerah yang mengalami iskemia tidak dapat membentuk energi untuk repolarisasi sehingg

arah gelombang T akan bergerak menjauh meninggalkan daerah iskemia. Pada EKG

keadaan iskemia tersebut dapat dilihat berupa inversi gelombang T maupun depresi segmen

ST, tergantung berat iskemia serta timing perekaman EKG. Spesifisitas perubahan segmen

ST pada iskemia tergantung morfologinya. Diduga terdapat iskemia miokard, jika depresi

segmen ST lebih dari 0,5 mm (setengah kotak kecil) terletak dibawah garis isoelektris dan

0,04 detik dari J point serta dijumpai di dua atau lebih sadapan yang berhubungan.

Sedangkan inversi gelombang T bermakna apabila lebih dari 0,02 mV (lebih dari dua kotak

kecil) (Dharma, 2015).

Keadaan iskemia tersebut dapat berkembang menjadi infark miokard. Luas infark

sebesar >20-25% pada ventrikel kiri, depresi fungsi pompa cukup untuk menyebabkan

gagal jantung.Keadaan gagal jantung tersebut dapat mengakibatkan iskemia hingga infark

pada organ lain seperti paru - paru, otak, ginjal, dan hati. Luas infark yang meliputi 40%

dari ventrikel kiri dapat menyebabkan syok kardiogenik. Ruptur dinding ventrikel kiri

secara bebas hampir selalu fatal. Ruptur septum ventrikel dapat menyebabkan kebocoran

darah antarventrikel. Ruptur miokardium yang mendasari otot papilaris, atau yang lebih

jarang ruptur otot papilaris itu sendiri, dapat menyebabkan regurgitasi mitral. Aritmia pada

fase akut mencakup denyut ektopik ventrikuler, takikardia ventrikuler, atau fibrilasi
13

ventrikular. Aritmia supraventrikular mencakup ektopik, flutter, dan fibrilasi atrium.

Bradiaritmia juga umum terjadi, mecakup sinus bradikardi, dan blokade AV derajat satu,

dua, dan tiga (Aaronson & Ward, 2010).

Faktor yang berhubungan terjadinya perfusi miokard tidak efektif yaitu: agen

farmaseutikal, diabetes melitus, hipertensi, hipoksemia, hipoksia, hipovolemi,

pembedahan jantung, peningkatan protein C-reaktif, spasme arteri koroner, tamponade

jantung, riwayat penyakit kardiovaskuler pada keluarga (NANDA, 2015).

2.2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Pengertian Hipertensi

Menurut Price (2006) dalam Nurarif & Kusuma (2015) hipertensi adalah peningkatan

tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90

mmHg.Kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan Diastolik lebih dari 90

mmHg dianggap tinggi (Sudarta,2013).

2.2.2 Etiologi Hipertensi

Penyebab hipertensi menurut Nurarif dan Kusuma (2015), dapat dibagi menjadi dua

yaitu:

1) Hipertensi primer (esensial) adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Lebih

dari 90% penderita hipertensi termasuk jenis hipertensi primer. Banyak pakar menduga

stress merupakan penyebab utama hipertensi primer. Hipertensi primer juga

dipengaruhi faktor keturunan, serta faktor lingkungan.faktor- faktor yang meningkatkan

terjadinya hipertensi primer seperti konsumsi alkohol, obesitas dan kurang olahraga.

2) Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.Sekitar 10%

penderita termasuk hipertensi sekunder. Beberapa jenis penyakit yang dapat


14

menyebabkan hipertensi antara lain: gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes,

penyakit pembuluh darah, dan penyakit yang berhubungan dengan kehamilan.

2.2.3 Klasifikasi Hipertensi

Menurut Nuarif & Kusuma (2015) klasifikasi hipertensi yaitu:

1) Berdasarkan bentuknya ada dua jenis hipertensi, yaitu :

a) Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi yang terjadi ketika tekanan sistolik

mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang 90 mmHg, jadi

tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.

b) Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah karena tekanan darah

berada diatas 210/120 mmHg sehingga apabila tidak diobati akan menimbulkan

kematian dalam waktu 3 sampai 6 bulan.

2) Berdasarkan tingkat kegawatan ada dua, yaitu :

a) Hipertensi emergensi adalah hipertensi ditandai dengan tekanan sistolik lebih dari

200 mmHg dan diastolik lebih darisama120 mmHg disertai dengan kerusakan

organ.

b) Hipertensi urgensi adalah hipertensi ditandai dgaengan tekanan sistolik lebih dari

200 mmHg dan diastolik lebih dari 120 mmHg tanpa disertai kerusakan organ.

Menurut Joint National Committee(JNC) 7 (2003) dalam Muttaqin (2010), klasifikasi


tekanan darah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Standar Klasifikasi Tekanan Darah berdasarkan Usia menurut S.M Lewis

Fase Usia Tekanan darah (mmHg)


Bayi – Anak 0 – 6 tahun 65-115/42-80
Anak 7 – 9 tahun 87-117/48-64
124-136/77-84 (Laki- laki)
Anak – Remaja 10 – 19 tahun
124-127/62-74 (Perempuan)
Dewasa 20 –49 tahun 120/ 80
Usia lanjut 50 – 60 tahun 140 – 160/80-90
Sumber : S.M Lewis et all (2000) dalam Muttaqin (2010)
15

Tabel 2.2
Standar Klasifikasi Hipertensi menurut JNC 7

Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


Klasifikasi
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi stage I 140 – 150 90 – 99
Hipertensi stage II >150 z>100

Sumber : Joint National Committee(JNC) 7 (2003) dalam Muttaqin (2010).

2.2.4 Faktor Resiko Hipertensi

Faktor resiko hipertensi adalah keadaan seseorang yang lebih rentan terserang

hipertensi dibandingkan orang lain (Triyanto, 2014).

1) Faktor genetik

Merupakan faktor bawaan yang menyebabkan timbulnya hipertensi, terutama

hipertensi primer. Jika dalam keluarga ada yang hipertensi, terdapat 25% kemungkinan

orang tersebut terserang hipertensi.

2) Jenis kelamin

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria usia dewasa karena dipengaruhi oleh hormon

dan gaya hidup namun lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun. Hal ini

sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause.

3) Usia

Insiden hipertensi semakin meningkat dengan meningkatknya usia. Ini sering

disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung,

pembuluh darah dan hormon.


16

4) Psikis

Faktor psikis seperti stress berat yang tidak terkendali berpengaruh terhadap timbulnya

hipertensi esensial. Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga melalui aktivitas

saraf parasimpatis.

5) Gaya hidup

Gaya hidup yang tidak sehat, seperti mengkonsumsi makanan berlemak secara

berlebihan, banyak mengkonsumsi garam/makanan asin, banyak minum alkohol,

merokok, kualitas tidur yang rendah serta kurang melakukan aktifitas fisik.

2.2.5 Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer, karena tubuh

membutuhkan aliran darah melalui pembuluh darah yang ditentukan oleh kekuatan pompa

jantung (cardiac output) dan tahanan perifer. Keduanya dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang saling berinteraksi yaitu natrium, obesitas, stress, genetik, dan faktor risiko hipertensi

lainnya(Widyanto dan Triwibowo, 2013).

Mekanisme peningkatan tekanan darah sebagai berikut (Widyanto & Triwibowo,

2013):

1) Jantung memompa darah lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada

setiap detik.

2) Kelenturan arteri hilang dan menjadi kaku sehingga tidak dapat mengembang saat

darah yang melalui arteri tersebut. Darah melewati pembuluh darah yang sempit dan

menyebabkan tekanan darah menjadi naik. Penebalan dan kekakuan dinding arteri

terjadi karena adanya arteriosklerosis. Tekanan darah juga meningkat ketika terjadi

vasokontriksi yang disebabkan oleh rangsangan saraf dan hormon.


17

3) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat meningkatkan tekanan darah. Hal tersebut

dapat terjadi karena terdapat kelainan padafungsi ginjal yang tidak mampu menyaring

natrium dan air dalam tubuh sehingga volume darah dalam tubuh meningkat. Ginjal

juga dapat meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim renin yang

memicu pembentukan hormon angiotensin dan selanjutnya hormon aldosteron

dilepaskan.

Hipertensi kronik menyebabkan perubahan pada arteri, yang serupa dengan

perubahan akibat penuaan. Perubahan ini mencakup kerusakan endotel dan arteriosklerosis,

suatu penebalan dan peningkatan kandungan jaringan ikat dinding arteri yang menurunkan

komplians (compliance) arteri. Perubahan pada struktur pembuluh darah yang dikombinasi

dengan peningkatan tekanan arterial dapat memicu terjadinya arterosklerosis.

Arterosklerosis dapat menyebabkan penyumbatan dan membuat ruang dalam pembuluh

darah jantung menjadi lebih sempit, yang dapat menurunkan alirah darah dalam jantung

(Aaronson & Ward,2010).

2.2.6 Manifestasi Klinis Hipertensi

Beberapa tanda gejala klien menderita hipertensi yaitu mengeluh sakit kepala,

lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epistaksis, dan kesadaran menurun

(Nuarif & Kusuma 2015).

Menurut Nuarif & Kusuma (2015) tanda gejala pada hipertensi dibagi menjadi:

1) Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan

darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti

hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
18

2) Gejala yang lazim

Gejala lazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam

kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan klien yang

mencari pertolongan medis.

2.2.7 Komplikasi hipertensi

Adapun komplikasi hipertensi menurut Oktavianus (2014), sebagai berikut:

1) Organ jantung

Kompensasi jantung terhadap kerja keras akibat hipertensi berupa penebalan pada otot

jantuing kiri. Kondisi ini akan memperkecil rongga jantung untuk memompa, sehingga

jantung akan semakin membutuhkan energi yang besar. Kondisi ini disertai dengan

adanya gangguan pembuluh darah jantug akan menimbulkan kekurangan oksigen pada

otot jantung dan menimbulkan nyeri. Apabila kondisi ini dibiarkan terus – menerus

akan menyebabkan kegagalan jantung untuk memompa dan menimbulkan kematian.

2) Sistem ginjal

Hipertensi berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan dari pembuluh darah

padaorgan ginjal , sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang zat – zat racun bagi tubuh

tidak berfungsi dengan baik. Akibat dari gagalnya sistem ginjal akan terjadi

penumpukan zat yang berbahaya bagi tubuh yang dapat merusak organ tubuh lain

terutama otak.

3) Sistem saraf dan otak

Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina dan sistem saraf otak. Pada retina

terdapat pembuluh – pembuluh darah tipis yang akan menjadi lebar saat terjadi

hipertensi dan memungkinkan terjadinya pecah pembuluh darah yang akan

menyebabkan gangguan pada organ penglihatan.


19

2.2.8 Prognosis Hipertensi

Tekanan darah yang tinggi dalam jangka waktu yang lama (>6 bulan) dapat

menimbulkan komplikasi pada pelbagai organ seperti jantung, otak, ginjal dan pembuluh

perifer. Proses pemulihan dan pencegahan kerusakan lebih lanjut pada hipertensi

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; 1) lama waktu menderita hipertensi, 2)

tingkat keparahan (stage) hipertensi, 3) penyakit penyerta (mis:diabetes mellitus), (4.

Kepatuhan penderita pada pengobatan. Pada umumnya penderita hipertensi yang

melakukan perubahan gaya hidup sehat dan mematuhi pengobatan memiliki prognosis

yang lebih baik (Apriyanti, 2013).

2.2.9 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Pemeriksaan penunjang hipertensi menurut Nurarif & Kusuma (2015), sebagai

berikut:

1) Pemeriksaan Laboratrium

a) Hemoglobin /Hematokrit : untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume

cairan dan dapat mengindikasi faktor resiko seperti hipokoagulabilitas dan anemia.

b) Blood Urea Nitrogen(BUN) kreatinin : memberikan informasi tentang gangguan

pada ginjal.

c) Glukosa: hiperglikemi dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar katekolamin

d) Urin : darah, protein, glukosa pada urin menunjukkan adanya disfungi ginjal.

2) CT scan : untuk meninjau adanya tumor serebral, ecelopati.

3) EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas dan peninggian gelombang P

adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

4) Intra Venous Pyelography (IVP) : untuk mengindentifikasi penyebab hipertensi akibat

gangguan pada ginjal.


20

5) Rontgen dada :menunjukkan pembesaran jantung.

2.2.10 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan hipertensi menurut Oktavianus (2013), yaitu :

1) Penatalaksanaan non farmakologis

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai

tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.

a) Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah restriksi garam secara

moderat dari 10gr/hr menjadi 5gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak

jenuh, penurunan berat badan, penurunan asupan etanol, menghentikan merokok.

b) Latihan Fisik

Olahraga yang dianjurkan adalah aerobik, selama minimal 30 menit per hari dan

harus dilakukan sekurang – kurangnya 4- 5 hari dalam seminggu secara rutin dan

bertahap sesuai dengan kemampuan klien.

c) Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi mengatasi

toleransi stress klien dan meningkatkan ketenangan dengan rileksasi tubuh.

Rileksasi tubuh dapat dilakukan dengan tehnik napas dalam dan tehnik imajinasi

terbimbing.

2) Penatalaksanaan farmakologis

Obat - obat anti hipertensi dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dicampur dengan

obat lain. Obat – obatan ini dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu diuretik,

menekan simpatetik(simpatolitik), vasodilator arteriol yang bekerja langsung, antagonis


21

angiotensin (ACE Inhibitor), dan penghambat saluran kalsium (calcium channel

blocker)(Muttaqin, 2009).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan pada klien Hipertensi dengan Risiko Perfusi

Miokard Tidak Efektif

2.3.1 Pengkajian

Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara,

observasi, dan pemeriksaaan fisik serta diagnostik (Asmadi, 2008).

Pengkajian yang dilakukan antara lain:

1) Karakteristik klien

Karakteristik klien hipertensi meliputi semua umur namun pada umumnya terjadi pada

usia lanjut, dan pada usia dewasa lebih banyak diderita oleh laki – laki namun pada usia

lanjut lebih banyak diderita oleh jenis kelamin perempuan karena pengaruh hormon

estrogen,penderita hipertensi biasanya terjadi pada masyarakat dengan tingkat

pendidikan rendah, dan lingkungan dengan pemicu stress yang tinggi (Asmadi,2008).

2) Riwayat Perawatan

Klien penderita hipertensi biasa mengeluhkan susah tidur dikarenakan sakit kepala,

lemas, dan mual dalam perawatan penyakit sekarang biasanya klien kesulitan

beraktifitas karena sesak nafas, selain itu umumnya klien pernah menderita hipertensi

sebelumnya dan memiliki riwayat kesehatan keluarga yang menderita hipertensi

(Nurarif & Kusuma,2015).

3) Pemeriksaan Fisik

Proses pemeriksaan adalah proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh guna menentukan

penyakit yang didasarkan pada hasil pemeriksaan fisik dan laboratrium.. Pendekatan

sistematis yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan fisik adalah


22

pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to toe) dan pendekatan

berdasarkan sistem tubuh (review of system (Carol V.A ,1999 dalamAsmadi, 2008).

Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain :

a) Keadaaan umum

Pada penderita hipertensi dapat ditemui keadaan sakit kepala, kelelahan, dan

gelisah (Nuarif & Kusuma 2015).

b) Sistem respirasi

Penderita hipertensi dapat mengalami sesak nafas dan napas menjadi lebih cepat

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme (Nuarif & Kusuma 2015)..

c) Sistem Sirkulasi

Pada penderita hipertensi dapat mengalami perubahan dalam sistem

kardiovalusker berupa kekakuan dinding pembuluh darah, memicu sumbatan pada

pembuluh darah jantung hingga gagal jantung (Aaronson & Ward, 2010).

d) Sistem Nutrisi dan Cairan

Penderita hipertensi dapat mengalami sakit kepala yang menurunkan nafsu makan

(Nuarif & Kusuma 2015).

e) Sistem Eliminasi

Terjadi kerusakan dan gagal ginjal secara perlahan sering ditemukan pada

hipertensi menahun (Gray et all, 2005).

f) Sistem Aktifitas dan Istirahat

Penderitan hipertensi biasanya tidak mengalami penurunan kekuatan otot namun

cenderung pasif dikarenakan mudah lelah (Nuarif & Kusuma 2015).

g) Sistem neurosensori
23

Pada penderita stroke cenderung dijumpai pada penderita hipertensi. Resistensi

vaskular serebaral akan meningkat karena efek hipertensi jangka panjang, juga

kemungkinan efek akut edema serebral atau enselfalopati serebral, dan reduksi

berlebihan tekanan perfusi arteri serebral dapat meningkatkan iskemia serebral

yang dapat menyebabkan gangguan pada neurosensori (Gray et all, 2005).

h) Sistem reproduksi dan Seksualitas

Pada penderita hipertensi biasanya tidak memiliki gangguann pada sistem

reproduksi, namun kelelahan da pusing dapat mengganggu dalam melakukan

hubungan seksual (Apriyanti, 2013).

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan prioritas pada proposal karya tulis ilmiah ini adalah Risiko

Perfusi Miokard Tidak Efektif. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung adalah rentan

terhadap penurunan sirkulasi jantung (koroner), yang dapat mengganggu metabolisme

jantung (NANDA, 2015).

2.3.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan upaya pencegahan perfusi miokard tidak efektif

meliputi tujuan, kriteria hasil dan rencana kegiatan perawatan selama 5 x 24 jam pada

klien.

Tujuan yang diharapkan dari upaya pencegahan perfusi miokard tidak efektifyaitu

keadekuatan volume darah melalui pembuluh darah koroner untuk mempertahankan fungsi

jantung (Doenges et al, 2011).

Kriteria hasil risiko perfusi miokard tidak efektif yaitu :

1) Menunjukkan perfusi koroner adekuat (tanda – tanda vital dalam batas normal,

tidak terdapat nyeri dada dan ketidaknyamanan).


24

2) Manajemen diri penyakit jantung: terapi personal, terapi pencegahan perburukan

untuk atasi penyakit jantung.

3) Menunjukkan perilaku atau perubahan gaya hidup untuk mempertahankan atau

meningkatkan sirkulasi (mis:menghentikan merokok, relaksasi, program olahraga,

rencana diet).

4) Memahami program terapi.Doenges et al. (2011)

Rencana tindakan menurut Bulechek, et al. (2016), Pada risiko perfusi miokard

tidak efektif dengan kondisi klinis hipertensi adalah sebagai berikut :

1) Manajemen Risiko Jantung

a. Minimalisir kebutuhan oksigen klien untuk mengurangi beban kerja jantung.

Rasional : mengurangi kebutuhan oksigen mengurangi beban kerja jantung.

b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi penghambat adrenergik

untuk menurunkan tekanan darah

Rasional : pemberian terapi penghambat adrenergik dapat menurunkan tekanan

darah klien.

c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pengecekan EKG klien

Rasional :mengidentifikais kondisi yang membutuhkan terapi, dan respon

terhadap terapi.

2) Terapi Oksigen

a. Atur posisi semifowler ;posisi setengah duduk dengan kepala di tempat tidur

lebih tinggi dari posisi badan.

Rasional :memastikan tidak ada pengahalang atau sumbatan jalan napas yang

dapat meningkatkan beban kerja jantung.


25

b. Kolaborasi pemberian terapi oksigen apabila terdapat indikasi peningkatan

kebutuhan oksigen.

Rasional : memperbaiki atau mempertahankan perfusi jaringan jantung.

3) Monitor tanda – tanda vital

a. Monitor tekanan darah , nadi, suhu dan status pernafasan setiap 24 jam sekali

Rasional :menggambarkan masalah tahanan vaskular sistemik yang mengubah

konsumsi oksigen dan perfusi jantung.

b. Monitor capillary refill time,kulit pucat dingin, irama dan tekanan jantung

Rasional : perfusi sistemik tidak adekuat dapat mempengaruhi fungsi jantung.

c. Monitor sianosis sentral

Rasional : penurunan oksigen dapat mempengaruhi perfusi miokard.

4) Manajemen cairan

a. Atur pemberian cairan intravena maupun oral dalam 24 jam

Rasional :mempertahankan sirkulasi sistemik dan fungsi jantung optimal

b. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian diuretik untuk menurunkan

tekanan darah

Rasional :mengurangi volume cairan dapat menurunkan tekanan darah.

c. Observasi outpur cairan tubuh seperti cairan urin

Rasional : kelebihan cairan dapat menaikkan beban jantung.

5) Pendidikan Kesehatan

a. Tekankan manfaat jangka pendek dan jangka panjang dari gaya hidup sehat

Rasional : meningkatkan kketertarikan dalam menjalani gaya hidup sehat.

b. Kembangkan materi dan media sesuai dengan latar belakang klien

Rasional :mempersiapkan materi edukasi agar tepat sasaran.


26

c. Libatkan keluarga dalam memberikan edukasi pada klien

Rasional : meningkatkan dukungan keluarga terhadap perubahan gaya hidup

klien.

d. Edukasi klien dan keluarga gaya hidup sehat terkait penyakit hipertensiseperti

tidak merokok dan istirahat cukup.

Rasional :gaya hidup sehat dapat meminimalkan risiko klien mengalami

penyakit arteri koroner dan gangguan perfusi jaringan.

e. Informasikan klien tentang tindakan yang dilakukan terkait perawatan

Rasional : menerima atau menolak perawatan merupakan hak klien

f. Informasikan klien tentang diet dan mencegah stress untuk menurunkan tekanan

darah.

Rasional :meningkatkan pemahaman cara menurunkann tekanan darah

2.3.4 Implementasi keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi

disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan. Oleh karena itu, rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk

memodifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam,

2009).

Tindakan keperawatan untuk risiko perfusi miokard tidak efektif adalah :

1) Manajemen Risiko Jantung

a. Melakukan pengecekan tekanan darah klien setiap 8 jam sekali

b. Meminimalisir kebutuhan oksigen dengan cara mengistirahatkan klien dalam

kondisi bedrest.
27

c. Melaksanakan advice tim medis untuk pemberian terapi penghambat adrenergik

untuk menurunkan tekanan darah

d. Melaksanakan advice tim medis untuk pengecekan EKG klien

2) Terapi Oksigen

a. Mengatur posisi semifowler; posisi setengah duduk dengan bagian kepala

dinaikkan dengan derajat kemiringan 450 dan membantu mengubah posisi

sesuai dengan kenyamanan klien.

b. Melaksanakan advice tim medis pemberian terapi oksigen apabila terdapat

sesak napas,berdebar dan keringat dingin dimulai dengan pemberian dosis

maintance (nasal kanul;2-3 L).

3) Monitor tanda – tanda vital

a. Melakukan pengecekan tekanan darah , nadi, suhu dan status pernafasan setiap

8 jam sekali.

b. Melakukan pengecekan irama dan tekanan jantung dengan cara mempalpasi

nadi

c. Monitor sianosis sentral (membran mukosa kebiruan, sesak nafas, gelisah)

4) Manajemen cairan

a. Mengatur pemberian cairan intravena maupun oral <500cc dalam 24 jam

b. Melaksanakan advice tim medis pemberian diuretik untuk menurunkan tekanan

darah

c. Mengobservasi outpur cairan tubuh seperti cairan urin menggunakan gelas ukur

dalam 24 jam.

5) Pendidikan Kesehatan

a. Menekankan manfaat jangka pendek dan jangka panjang dari gaya hidup sehat.
28

b. Menyususn dan mengembangkan media leaflet sesuai dengan latar belakang

klien seperti tingkat pendidikan klien

c. Melibatkan keluarga dalam edukasi pada klien seperti memberikan edukasi

klien bersama keluarga dan meminta support keluarga dalam perawatan klien.

d. Mengedukasi klien dan keluarga gaya hidup sehat terkait penyakit

hipertensiseperti tidak merokok dan istirahat cukup.

e. Menginformasikan klien tentang tindakan yang dilakukan terkait perawatan

f. Menginformasikan klien tentang diet dan mencegah stress untuk menurunkan

tekanan darah

2.3.5 Evaluasi Keperawatan

Menurut Doenges et al.(2015) perumusan evaluasi formatif diagnosa risiko perfusi

miokard tidak efektif yaitu:

S : Subyektif

Penderita hipertensi memberikan pernyatan bahwa:

1). Tidak mengalami nyeri dada

2). Memahami tindakan pencegahan perfusi miokard tidak efektif

O :Obyektif

Tanda – tanda vital dalam batas toleransi normal (TD: Dewasa 120/80-140mmHg,

lansia130/80-150/90mmHg, RR:16-22x/mnt, CRT:<2 detik), pola EKG sinus, ST

isoelektrias, gelombang T normal, klien mampu menjawab pertanyaan tentang cara

mencegah penurunan perfusi miokard.

A : Assessment

Masalah Keperawatan tidak terjadi.

P : Planning
29

Rencana tindak lanjut pada klien yaitu:

1) Memonitor tanda – tanda vital, dan perubahan EKG.

2) Pemberian penyuluhan klien dan keluarga tentang faktor resiko dan

pencegahan perfusi miokard tidak efektif.

3) Menganjurkan klien untuk melakukan pola hidup sehat untuk meminimalkan

faktor risiko perfusi miokard tidak efektif.


BAB 3

METODE KARYA TULIS ILMIAH

Padabab ini akan menguraikan metode karya tulis ilmiah yang digunakan untuk

menjawab tujuan penulisan berdasarkan masalah yang ditetapkan antara lain rancangan

karya tulis ilmiah, sumber data, lokasi dan waktu, etika, metode pengumpulan data, analisa

data dan keabsahan data.

3.1 Rancangan Karya Tulis Ilmiah

Karya tulis ilmiah ini menggunakan rancangan jenis karya tulis ilmiah dengan metode

observasional deskriptif; suatu metode pengamatan objektif sebelum dan sesudah

pemberian intervensi pada sebuah kasus untuk menganalisa kesenjangan antara fakta

dengan teori (Setiadi, 2007).

Pada karya tulis ilmiah penulis melaksanakan karya tulis ilmiah dalam judul “Upaya

Pencegahan Perfusi Miokard Tidak Efektif Pada Pasien Hipertensi di Ruang Mawar RSUD

Kota Madiun”.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam karya tulis ilmiah ini diperoleh dari data primer dan sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh penulis dari hasil pengukuran dan

pengamatan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain,

badan/instansi yang secara rutin mengumpulkan data (Setiadi, 2007).


31

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer pada karya tulis ilmiah ini adalah klien berumur lebih dari 50 tahun

dengan tekanan darah 180/100 mmHg – 220/130 mmHg, keseimbangan menurun,

mudah lelah, dan hasil perekaman EKG normal.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder pada karya tulis ilmiah ini didapat dari sumber dokumentasi

riwayat kesehatan pasien.meliputi hasil pemeriksaan laboratrium, radiologi,

elektrokardiografi, keterangan keluarga, catatan perkembangan dokter, perawat, ahli dan

tim kesehatan lain.

3.3 Lokasi Dan Waktu

Lokasi pengambilan karya tulis ilmiah adalah di RSUD Kota Madiun Ruang Mawar.

Waktu karya tulis ilmiahdimulai pada 21 Desember 2017 sampai dengan penyusunan hasil

karya tulis ilmiah pada 31 Juli 2018 dengan perencanaan kegiatan sebagai berikut:

Tabel 3.1
Waktu Pengambilan Karya Tulis Ilmiah

Bulan- Tahun
No Kegiatan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Pengajuan
1
judul
Penyusunan
2
proposal
3 Uji proposal
Revisi
4
Proposal
Pengambilan
5
kasus
Penyusunan
6 laporan karya
tulis ilmiah
Uji karya tulis
7
ilmiah
32

3.4 Etika

Karya tulis ilmiah yang menggunakan manusia sebagai subjek pengamatan harus

mengikuti aturan etik berupa lembar persetujuan (informed consent) dari pihak dari

responden, tanpa nama (anonimity) dan kerahasiaan (confidentiality).

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan menjadi responden/klien, merupakan pernyataan tertulis kesediaan

responden/klien sebagai subjek dalam penyusunan karya tulis ilmiah. Penulis

memberikan penjelasan tentang tujuan dari penyusunan karya tulis ilmiah dan meminta

kesediaan untuk berpartisipasi dalam karya tulis ilmiah. Calon responden/klien yang

bersedia dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Namun, apabila tidak

bersedia menjadi responden/klien maka penulis tetap menghormati hal itu (Nursalam,

2008).

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Nama subjek tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data untuk menjaga

kerahasiaan responden (Setiadi, 2007). Karakteristik pribadi respons dari subjek juga

tidak dicantumkan, sehingga pada pelaksanaan penelitian, penulis hanya akan

menuliskan inisial nama pasien pada lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari informan dijamin kerahasiaannya

untuk menjamin hak kenyamanan dan kemanan klien (Setiadi, 2007).

3.5 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan dan pengumpulan karakteristik

kepada subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-langkah dalam


33

pengumpulan data tergantung dari desain penelitian dan teknik instrumen yang

dipergunakan (Nursalam, 2008).

3.5.1 Bahan/Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

Bahan/instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengukur dan

mengidentifikasi data yang akan dikumpulkan berdasarkan tujuan yang telah

ditetapkan.Jenis instrumen yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah

pedoman wawancara terstruktur, pedoman observasi, pengukuran dengan alat (tensimeter,

stetoskop, thermometer dan lain-lain), alat pemeriksaan penunjang (pemeriksaan hasil

laboratorium, radiologi, EKG, CT-Scan, MRI) atau dokumen yang relevan (rekam medik

pasien).

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Metode yang digunakan adalah wawancara, observasi, pemeriksaan

fisik (inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi) dan dokumentasi.

1. Wawancara (anamnesa)

Penulis melakukan anamnesa dengan menanyakan keluhan-keluhan yang dialami klien.

Bentuk pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan terstruktur meliputi umur,

pekerjaan, pola diet, olahraga dan koping stress,riwayat penyakit sekarang, riwayat

penyakit keluarga dan pertanyaan lainnya dengan menggunakan format pengkajian

asuhan keperawatan medikal bedah.

2. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati perilaku dan keadaan klien untuk

memperoleh data tentang masalah kesehatan klien (Nursalam, 2009).Observasi pada

karya tulis ilmiah ini yaitu dengan mengamati perubahan keadaan fisik klien meliputi

tekanan darah, nadi, respirasi rate, pola EKG, warna membran mukosa, dan nyeri dada.
34

3. Pemeriksaan fisik pada klien hipertensi dengan risiko perfusi miokard tidak efektif

dilakukan dengan menggunakan empat metode, yakni inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi.

a. Inspeksi

Inspeksi didefinisikan sebagai pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat

bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (Asmadi, 2008). Pemeriksaan

inspeksi pada klien meliputi keadaan umum, kemampuan mempertahankan aktifitas

fisik (misal berjalan), gerakan tangan dan ekspresi wajah untuk mengamati respon

nyeri, tingkat kegelisahan, gerakan pernapasan (gerakan dada, cuping hidung).

b. Palpasi

Palpasi atau periksa raba adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara meraba atau

merasakan kulit klien(Asmadi, 2008). Pemeriksaan palpasi pada klien dapat

dilakukan dengan meraba dan menekan pada arteri vena radialis untuk memeriksa

kekuatan dan frekuensi nadi, meraba dada (thoraks) untuk menentukan irama dan

frekuensi pernapasan, meraba bagian intercoste ke 5 midclavicula untuk memeriksa

letak ictus cordis dan menekan bagian ekstremitas untuk memeriksa edema.

c. Perkusi

Perkusi atau periksa ketuk adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara mengetuk

secara pelan jari tengah menggunakan jari yang lain untuk menentukan posisi,

ukuran, dan konsistensi struktur suatu organ tubuh. (Asmadi, 2008). Pemeriksaan

perkusi dapat dilakukan pada bagian dada (thoraks) klien untuk memeriksa suara dari

ketukan yang menunjukkan konsistensi struktur organ (misal adanya cairan dalam

paru – paru), dan perkusi batas jantung relatif dan absolut. Batas jantung relatif

meliputi batas atas di intercoste ke – 3, batas kiri di intercoste ke – 5 satu jari di


35

dalam linea mid-clavicula, batas kanan di linea para sternal kanan, batas absolut

terletak pada dua jari dalam batas relatif.

d. Auskultasi

Auskultasi adalah langkah pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop yang

memungkinkan pemeriksa mendengar bunyi yang keluar dari tubuh pasien (Asmadi,

2008). Pemeriksaan auskultasi dapat dilakukan dengan menempelkan stetoskop pada

bagian dada (thoraks)untuk memeriksa suara napas, menempelkan stetoskop pada

arteri bracialis untuk memeriksa tekanan darah, menempelkan stetoskop pada

intercosteke -2 untuk memeriksa bunyi jantung.

4. Studi dokumentasi.
Dengan mengumpulkan dan mempelajari beberapa dokumen-dokumen kesehatan milik

pasien antara lain status pasien dan rekam medik pasien.

3.5.2 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data menguraikan tentang proses pengumpulan data mulai

dari ijin sampai dengan data selesai diambil, meliputi:

1. Mengurus ijin karya tulis ilmiah dan meminta surat pengantar kepada Direktur Akademi

Keperawatan Kota Madiun.

2. Mengurus ijin penelitian dan persetujuan pada lokasi tempat pengambilan karya tulis

ilmiah yaitu di Ruang Mawar RSUD Kota Madiun.

3. Berkoordinasi dengan perawat ruangan untuk menentukan pasien yang akan dijadikan

sebagai responden kemudian mendatangi calon responden yaitu pasien hipertensi

dengan kesiapan pencegahan perfusi miokard tidak efektif, lalu memberikan penjelasan

tentang tujuan dari penulisan dan memohon kesediaan untuk berpartisipasi dalam

penelitian. Apabila bersedia menjadi responden maka dipersilahkan untuk

menandatangani informed consent. Namun, apabilacalon responden tidak bersedia,


36

penulis akan melakukan bina hubungan saling percaya dengan tujuan untuk

menyakinkan informan, dan apabila calon responden tetap tidak bersedia maka penulis

mencari calon responden lain yang sesuai kriteria responden.

4. Prosedur pengumpulan data dimulai dengan anamnesa/wawancara kepadapasien. Pada

saat wawancara, penulis dapat melakukan observasi pada klien. Kegiatan wawancara

diakhiri pada saat informasi yang dibutuhkan telah diperoleh.

5. Melakukan pemeriksaan fisik,pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi

dan respirasi) dan studi dokumentasi dari rekam medis klien. Alat-alat yang digunakan

pada pengumpulan data adalah alat tulis, buku format pengkajian keperawatan medikal

bedahdan alat pemeriksaan fisik (nursing kit). Penulisan prosedur pengumpulan data

dilakukan secara rinci untuk menggambarkan urutan kegiatan, alat dan metode

pengumpulan data.

3.6Analisa Data

Pada analisa data penulis membandingkan kesenjangan antara fakta dan teori melalui

observasi data sebelum dan sesudah tindakan keperawatan untuk mengetahui perubahan

dan faktor yang memperngaruhi masalah. Prinsip dalam analisadata karya tulis ilmiah

adalah proses mencari, menyusun dan menganalisis secara sistematis kesenjangan data

antara teori dengan fakta yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik maupun

studi dokumentasi(Sugiyono, 2011).

Kesenjangan dapat ditemukan dengan cara membandingkan antara teori dan fakta

dalam suatu table, kemudian diinterpretasikan secara jelas sehingga mudah dipahami

temuannya dan dapat diinformasikan ke orang lain (Sugiyono, 2011). Berdasarkan data

masalah sebelum dan sesudah dilakukan tindakan keperawatan,penulis dapat

membandingkan dan menganalisakesenjangan implementasi dan evaluasi pada upaya


37

pencegahan perfusi miokard tidak efektif pada pasien hipertensi dengan hasil analisa

disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2
Analisis Data

Karakteristik Masalah Karakteristik Masalah


Analisis
Sebelum Tindakan Sesudah Tindakan
1.............................. 1.............................. 1..............................
2.............................. 2.............................. 2..............................
3.............................. 3.............................. 3..............................

3.7 Keabsahan Data

Keabsahan data pada karya tulis ilmiahdidasarkan pada derajat kepercayaan

(Credibility), keteralihan (Transferability), dan kepastian (Confirmability), (Sugiyono,

2011).

Credibility bermakna kebenaran atau kepercayaan hasil yang mengindikasikan

kenyataan yang terjadi. Kredibilitas ini dapat dilihat dari kemampuan penulis

mengeksplorasi masalah sesuai konteks, yaitu tentang masalah pencegahan perfusi miokard

tidak efektif pada pasien dengan hipertensi, pemilihan pasien sesuai dengan masalah yaitu

pasien yang membutuhkan pencegahan perfusi miokard tidak efektif pada pasien

hipertensi. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan sesuai dengan langkah – langkah

perencanaan, serta pendokumentasian dilakukan sesuai tahapan asuhan keperawatan.

Transferabilityadalah tingkat penerapan hasil karya tulis ilmiah dapat diterapkan

pada subjek yang lain dengan kriteria yang sama. Dalam artian bahwa asuhan keperawatan

yang dilaksanakan pada karya tulis ilmiah upaya pencegahan perfusi miokard tidak efektif

dapat diterapkan pada pasien lain dengan masalah keperawatan yang sesuai dan dapat

dijadikan sebagai perbandingan penyussunan karya tulis ilmiah yang lain.


38

Dependabilityadalah kesesuaian metode yang digunakan untuk menjawab

permasalahan dan mencapai tujuan penulisan yang diinginkan, (Sugiyono, 2011). Prinsip

dependability pada karya tulis ilmiah dapat dipenuhi melalui proses bimbingan tentang

metode karya tulis ilmiah dengan fenomena yang menjadi fokus karya tulis ilmiah yaitu

masalah keperawatan risiko perfusi miokard tidak efektif pada pasien hipertensi, dan

penulis melakukan ujian proposal karya tulis ilmiah untuk mendapatkan penilaian dan

kritik terhadap kesuaian metode karya tulis ilmiah.

Confirmability merupakan persetujuan atau pemberian kepastian tentang keobjektifan

karya tulis ilmiah dari pihak-pihak lain terhadap pandangan, pendapat dan penemuan

seseorang. Kondisi ini dapat diperoleh melalui proses bimbingan yang telah mencapai

kesepakatan antara pembimbing satu danpembimbing dua dilanjut dengan ujian proposal

untuk mendapatkan penilaian dan kritik. Prinsip ini juga dapat diperoleh melalui upaya

validasi data pasien pada saat melakukan asuhan keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Aaronson, Philip.I & Ward, Jeremy P.T. At a Glance Sistem Kardiovaskuler.


Terjemahan Oleh Juwalita Surapsari.( 2010). Jakarta: Gelora Aksara
Pratama.

Apiyanti, Maya. (2013). Meracik Sendiri Obat & Menu Sehat bagi Penderita
Darah Tinggi. Yogyakarta:Penerbit Pustaka Baru Press.

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.(2013).Riset Kesehatan Dasar.


(online) (www.depkes.go.id, diakses pada 05 Januari 2018).

Baradero et all. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.


Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Bulechek, Gloria M, et al. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC).


Edisi 6. Singapore: Elsevier.
.

Dinas Kesehatan Kota Madiun .(2014). Profil Kesehatan Kota Madiun. (online)
(www.dinkesmadiun.go.id, diakses pada 06 Januari 2018 ).

Doenges, Marilynn E, et al. (2011). Manual Diagnosis Keperawatan;Rencana,


Intervensi & Dokumentasi Asuhan Keperawatan. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Dorland, W.A Newman. (2014). Kamus Kedokteran Dorland.Jakarta:Buku


Kedokteran EGC.

Gray, H Huon et all. Lecture Note Kardiologi. Terjemahan oleh Azwar Agoes dan
Asri Dwi.2005. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

Herwati & Wiwi, Sartika.(2014).Terkontrolnya Tekanan Darah Penderita


Hipertensi Berdasarkan Pola Diet Dan Kebiasaan Olahraga di Padang
Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 8. No.1 (Hal 8).
40

Jindrich, Spinar. (2012). Hypertension and iscemic hearth disease.Jurnal


Kesehatan.(Online), (” www.elseiver.com, diakses pada 06 Januari 2018).

Kemenkes RI. (2014). Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan: Situasi
Kesehatan Jantung. (Online). www.depkes.go.id/ /infodatin/infodatin-
jantung.pdf. (diakses pada 2 Maret 2018).

Lippincot, Williams dan Lippincot Wilkins. Kapita Selekta Penyakit dengan


Implikasi Keperawatan. Terjemahan Oleh Dwi Widiarti dkk (2008).
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Majdid, Abdul. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta:Pustaka Baru Press.

Muttaqin, Arif. (2009). PengantarAsuhan Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta:Salemba Medika.

Muttaqin, Arif.(2010). Pengkajian Keperawatan Aplikais Pada Praktik


Klinik.Jakarta:Penerbit Salemba Medika.

NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017.


Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Nurarif, Amin Huda &Kusuma, Hardhi.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Diagnosa Medis & NANDA NIC – NOC. Yogyakarta:Mediaction
Yogyakarta.

Nursalam. (2009). Proses Dan Dokumentasi Keperawatan:Konsep Dan Praktik.


Jakarta:Salemba Medika.

Nursalam.(2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan.Jakarta:Penerbit Salemba Medika.

Oktavianus, Febriana. (2014).Asuhan Keperawatan Pada Sistem Kardiovaskuler


Dewasa.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Rosdahl, Caroline B & Kowalski, Mary T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
41

Setiadi.(2007).Konsep Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Sudarta. I Wayan.(2013).Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Cardiovaskuler.Yogyakarta:Gosyen Publishing.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif.Bandung:Alfakala.

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Widyanto, F. C dan Triwibowo. (2013). Trend DiseaseTren Penyakit Saat


ini.Jakarta:Trans Info Media
42

Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN MENJADI INFORMAN

Kepada :

Yth. Calon
Informan

Ditempat

Dengan hormat,

Dengan ini saya, Faizal Adi Saputra mahasiswa Akademi Keperawatan dr.
Soedono Madiun bermaksud akan mengadakan studi kasus dengan judul “Upaya
Pencegahan Perfusi Miokard Tidak Efektif Pada Pasien Hipertensi di Ruang
Mawar RSUD Kota Madiun“ yang merupakan tugas akhir sebagai syarat
kelulusan di Akademi. Saya akan menjamin kerahasiaan data dan informasi dari
informan.

Berkaitan dengan hal tersebut, saya mohon bantuan untuk bersedia


menjadi informan/penggungjawab dari informan saya dengan cara mengisi inform
consent yang saya berikan.

Demikian permohonan saya, atas perhatian dan ketersediaan saudara saya


ucapkan terima kasih

Hormat saya

Faizal Adi Saputra


NIM. 470115098
43

Lampiran 2

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama (inisial) :

Alamat :

Umur :

Pendidikan :

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta mengetahui tentang


manfaat dari proposal studi kasus yang berjudul ‘‘Upaya Pencegahan Perfusi
Miokard Tidak Efektif Pada Pasien Hipertensidi Ruang Mawar RSUD Kota
Madiun“ menyatakan (bersedia/tidak bersedia) ikut terlibat sebagai informan.
Saya percaya apa yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya.

Madiun,

Peneliti Informan

Faizal Adi Saputra


44

Lampiran 3
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Identitas Umum
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
4. Agama :
5. Pekerjaan :
6. Status Perkawinan :
7. Suku/ bangsa :
8. Alamat :
9. Penanggung jawab :
10. Sumber informasi :
11. Diterima dari :
12. Cara datang :
13. Tanggal dan jam masuk rumah sakit :
14. Tanggal dan jam pengkajian :

Riwayat Perawatan

1. Alasan MRS/keluhan utama :...............................................................................


2. Riwayat penyakit sekarang : (keluhan, lama keluhan, akibat keluhan, faktor
yang memperberat, upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan
lainnya)
3. Riwayat kesehatan sebelumnya: riwayat penyakit yang pernah diderita
sebelumnya baik ringan maupun berat, dirawata di rumah sakit atau tidak.
4. Riwayat kesehatan keluarga: riwayat penyakit kronis, keturunan atau menular
yang pernah diderita oleh keluarga generasi sebelumnya.
Respirasi
1. Keluhan napas : ...................................................................................................
2. Batuk :…tidak…ya…kering/berdahak (Jelaskan)...............................................
3. Dinding dada : sikatrik/pelebaran vena/massa/ginekomasti/retraksi otot
intercosta
..............................................................................................................................
4. Bentuk dada : normal/barrel chest/pektus excavatum/pektus
carinatum,skoliosis
..............................................................................................................................
5. Gerak napas : simetris/asimetris/penggunaan otot bantu nafas............................
6. Suara napas : normal/wheezing/krepitasi/ronchi kering/basah lokasi..................
7. Frekuensi…x/mnt ; fokal fremitus….lain-lain.....................................................
8. Pernapasan cuping hidung…, penggunaan otot bantu…, cyanosis di.................
9. Penggunaan alat bantu napas :.............................................................................
45

Sirkulasi
1. Keluhan :..............................................................................................................
2. Tekanan darah :…. Distensi vena jugularis..........................................................
3. Bunyi jantung : S1…; S2…., frekuensi….x/mnt; irama…, murmur...................
4. Lokasi ictus cordis…. Frekuensi bunyi jantung...................................................
5. Nadi : frekuensi...., irama...., kualitas..., gap auskultatori....................................
6. Tekakan vena juguler : normal/meningkat...........................................................
7. Suhu... nadi...x/mnt (kuat/lemah/teratut/tak teratur); respirasi rate….x/mnt.......
8. Kulit : Tugor…., cyanosis/ icterus/ pucat/ lembab/ kering, varises/ gatal/
keringat berlebihan; hiperemi : lokasi….., edema di…., varices di…., gatal
di…., memar di…, lesi di
..............................................................................................................................
9. Kuku: warna: normal/ sianosis/ pucat, hangat/dingin: bentuk: normal/jari
tabuh…, lesi di…., pengisisan kapiler…., lain-lain
..............................................................................................................................
10. Kelenjar limfe : membesar/tak ada pembesaran/nyeri tekan/kemerahan.............
11. Tekanan vena jugularis : normal/meningkat........................................................
Nutrisi dan Cairan
1. Pengetahuan dan sikap terhadap makanan/minuman...........................................
2. Diet/suplemen khusus.... Jumlah porsi makan/minum...../...................................
3. Nafsu makan : normal/meningkat/menurun.........................................................
4. Penurunan sensasi kecap/mual/muntah/stomatitis...............................................
5. Kesulitan mengunyah/menelan : ya/tidak: makanan padat/cair...........................
6. Alergi makanan....................................................................................................
7. Kemampuan makan/minum : mandiri, dibantu orang; bantuan alat....................
8. Perubahan berat badan:........................................................................................
9. Penampilan…. Tinggi badan…. Berat badan…. Postur tubuh............................
10. Rambut: tipis/tebal; alopesia sebagian/total; tekstur: halus/kasar/mudah rontok
11. Mulut :
a. Bibir & lidah : skizis/ merah/ pucat/ sianosis/ kering/ lembab/ kotor/
bersih/ radang/ luka.
b. Gusi & Gigi : Normal/ plak putih/ lesi/ berdarah/ gigi palsu/ karat nikotin :
caries, lain
........................................................................................................................
c. Lidah : sianosis/ kotor/ bersih/ radang/ luka/ kering/ galur lidah jelas; lain-
lain
........................................................................................................................
12. Kelenjar tiroid : membesar/ normal; lain-lain......................................................
13. Abdomen : kembung/ tugor/ distensi/ nyeri/ pembesaran hepar/ asites/ massa,
lokasi...., bising usus..../mnt, hernia....hemorroid
..............................................................................................................................
Eliminasi
46

1. Kebiasaan defekasi :....... kali/hari, tgl defekasi terakhir.... Penggunaan alat


bantu
..............................................................................................................................
2. Masalah defekasi : tidak ada/ konstipasi/ inkontinensia/ melena/ nyeri/
warna....., bau....(lendir/ darah/ lain)
3. Berkemih :.... kali/hari, penggunaan alat bantu....................................................
4. Masalah berkemih : tidak ada, disuria, nokturia, hematuria, sulit menahan
kencing, retensi, inkontinensia, kencing tak tuntas, sering kencing, kencing
menetes, tak ada dorongan kencing, penggunaan diuretik
..............................................................................................................................
5. Kemampuan mencapai toilet: mandiri/bantuan orang/bantuan alat.....................
6. Edema/ terpasang kateter/tumor/lesi di................................................................
7. Pembesaran kandung kemih/perkusi area ginjal: nyeri/tidak...............................
Aktivitas dan Istirahat
1. Keseimbangan dan gaya berjalan (mantap, tidak mantap)...................................
2. Respon aktivitas: normal/ berdebar/ sesak napas/ letargi/ pusing........................
3. Mobilisasi di tempat tidur : mandiri, dibantu orang; bantuan alat.......................
4. Berpindah/ berjalan: mandiri, dibantu orang; bantuan alat..................................
5. Gerakan: lambat/ spastic/ tidak terkoordinasi/ tremor, lain-lain..........................
6. Kekuatan otot tangan…/…. Otot kaki…./….; genggaman tangan: kuat/lemah
di …. Tremor di.... lain-lain
..............................................................................................................................
7. Tulang: nyeri/ tumor/ radang/ fraktur/ deformitas di...........................................
8. Sendi : nyeri/ radang: lokasi..... rentang gerak: normal/ terbatas di.....................
9. Pola : tidur malam, jam...., tidur siang, jam.........................................................
10. Kebiasaan sebelum tidur......................................................................................
11. Masalah tidur: tidak ada, terbangun dini, sulit masuk tidur, sering terbangun,
mimpi buruk, tidak merasa segar setelah bangun.
..............................................................................................................................

Neurosensori
1. Status mental: orientasi baik, disorientasi (waktu/ tempat/ orang); mengantuk
apatis, stupor, koma, GCS
..............................................................................................................................
2. Kepala: Vertigo, migrain, nyeri, frekuensi...........................................................
3. Penglihatan: normal/ terganggu kanan/kiri; buta kanan/ kiri, mata palsu kanan/
kiri
a. Mata: berair/ cowong/ nystagmus/ strabismus/ jatuh ke bawah; lain-lain
........................................................................................................................
b. Sklera: putih/ kemerahan/ icterus/ jernih/ keruh; pterigium, lain-lain
........................................................................................................................
c. Kornea : jernih/ keruh/ kemerahan
........................................................................................................................
d. Pupil : sama/ tak sama; jernih/ keruh; reaksi terhadap cahaya..../.....
........................................................................................................................
47

e. Kelopak mata & conjungtiva : pucat/ normal/ hiperemia/ ptosis/ edema/


radang
........................................................................................................................
4. Penghidu: normal, polip, epistaksis, rhinorea/ epistaksis/ polip; lain-lain...........
5. Pendengaran : normal/ tinnitus/ terganggu kanan/kiri; tuli kanan/kiri; alat
bantu dengar
a. Telinga luar: normal/ radang/ edema/ otorrhea: lain-lain
........................................................................................................................
b. Membrane timpani: cekung mengkilap/ perforasi/ mastoid bengkak
........................................................................................................................
6. Kesemutan/ rasa kebal di…., parastesi.................................................................
7. Kejang :…. Tipe kejang…., aura…, frekuensi….., kesadaran.............................
8. Nyeri : tidak/ ya (akut/ kronis), lokasi……, intensitas….., frekuensi.....,
durasi....., penjalaran ke....., pencetus...., upaya menghilangkan nyeri
..............................................................................................................................

Produksi dan Seksual


1. Perilaku seksual : aman/ tak aman.......................................................................
2. Riwayat haid : usia menarche…., siklus….., lama….., haid terakhir…..,
menopause
..............................................................................................................................
3. Masalah haid : ….. pap smear terakhir................................................................
4. Kontrasepsi : tidak, IUD, suntik (1/3 bulan), Implant, oral, steril, masalah........
5. Riwayat reproduksi : jumlah anak….; abortus…..; premature…..; aterm…..;
masalah kehamilan……; masalah persalinan…..; masalah nifas
..............................................................................................................................
6. Masalah reproduksi..............................................................................................
Kebersihan Diri
1. Mandiri:Mandiri, dibantu orang; bantuan alat.....................................................
2. Berpakaian : Mandiri, dibantu orang; bantuan alat..............................................
3. Kebersihan kulit...................................................................................................

Integritas Ego
1. Kesadaran terhadap diri : kekuatan dan kelemahan.............................................
2. Kesadaran terhadap kedudukan............................................................................
3. Penerimaan terhadap kondisi badan :...................................................................
4. Pencetus stress terakhir..............................tingkat stress....................................
5. Cara menangani stress..........................................................................................
6. Pandangan terhadap masa depan :........................................................................
7. Status emosi :Tenang/ Cemas/ takut/ marah/ menarik diri/ euforik/ mudah
tersinggung/ putus asa.
8. Tingkat ansietas/takut : ringan/ sedang/ berat/ panik.
9. Perilaku cemas :...................................................................................................
10. Pantangan keagamaan b/d dengan kesehatan : ada /tidak ada
11. Hamabatan pelaksanaan ritual agama :................................................................
48

Relasional
1. Pelaksanaan peran dalam keluarga.......................................................................
2. Kepuasan menjalankan peran...............................................................................
3. Sistem pendukung pasien.....................................................................................
4. Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan di rumah sakit..........................
5. Hubungan dengan orang lain...............................................................................
6. Kemampuan bicara : jelas/ tak jelas/afasia reseptif/afasia ekspresif/gagap.........
Keamanan dan Pembelajaran
1. Persepsi & pengetahuan penyakit sekarang :.......................................................
2. Pengetahuan tentang perawatan penyakit sekarang.............................................
3. Perlindungan kesehatan (pemeriksaan diri, pencegahan dan peningkatan
kesehatan):
..............................................................................................................................
.
4. Faktor risiko kesehatan : tembakau/ alkohol/ alergi/ lingkungan.......................
5. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan......................................................

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium, foto, USG, Rontgen dan pemeriksaan lain yang berkaitan.

Program Terapi
..............................................................................................................................

Lampiran 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Gaya hidup sehat

Sasaran : Klien dan keluarga klien

Tempat : Ruang Mawar RSUD Kota Madiun

Hari / tanggal :-

Waktu : 50 menit

I. Tujuan instruksional umum


Setelah dilakukan penyuluhan, klien dan keluarga klien diharapkan mampu
mengenal dan melakukan gaya hidup sehat.
49

II. Tujuan instruksional khusus


Setelah dilakukan penyuluhan, klien dan keluarga klien diharapkan mampu :

- Menyebutkan pengertian gaya hidup sehat.


- Menyebutkan kegiatan gaya hidup sehat.
III. Sasaran
Klien dan keluarga klien.

IV. Materi
Gaya hidup sehat

V. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab
VI.Media
Leaflet: Gaya hidup sehat

VII. Kriteria evaluasi


1. Evaluasi struktur
a. Klien dan keluarga klien hadir dalam kegiatan penyuluhan

b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang Mawar RSUD Kota

Madiun

2. Evaluasi proses

a. Klien dan keluarga klien memperhatikan materi penyuluhan


b. Klien dan keluarga klien aktif bertanya dalam kegiatan penyuluhan.

3. Evaluasi hasil

a. Klien dan keluarga mampu menyebutkan pengertian gaya hidup sehat.


b. Klien dan keluarga mampu menyebutkan perilaku dan manfaat gaya
hidup sehat.

VIII. KEGIATAN PENYULUHAN


FASE KEGIATAN WAKTU
50

1 Pembukaan  Membuka kegiatan


. dengan mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri 3 Menit
 Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
 Menyebutkan materi
yang akan diberikan
2 Pelaksanaan :  Menjelaskan tentang 15 menit
. pengertian, kegiatan dan manfaat
gaya hidup sehat.
 Memberi kesempatan
kepada peserta untuk bertanya
3 Evaluasi  Menanyakan kepada
. peserta tentang materi, dan
reinforcement kepada audien yang 10 menit
dapat menjawab pertanyaan.
4 Terminasi  Mengucapkan 2 menit
. terimakasih atas peran serta
peserta.
 Mengucapkan salam
penutup
51

GAYA HIDUP MATERI

A. Pengertian

Gaya hidup sehat adalah adalah suatu pilihan yang sangat tepat untuk

kelangsungan hidup kita, sedangkan pola hidup sehat adalah jalan yang harus

ditempuh untuk memperoleh fisik yang sehat secara jasmani maupun rohani. Jadi

gaya hidup sehat adalah proses untuk mencapai pola hidup sehat.

B.Manfaat Hidup Sehat

Merasa tenteram, aman dan nyaman Memiliki rasa percaya diri, hidup

seimbang, tidur nyenyak, berpenampilan lebih sehat dan ceria, menikmati kehidupan

sosial dilingkungan keluarga.

C. Perilaku hidup sehat

Beberapa langkah yang harus diperhatikan dan dijalani untuk mencapai pola

hidup sehat, diantaranya adalah konsumsi makanan, olah raga, istirahat, tidak

merokok, menghindari stress berlebih.

1. Konsumsi Makanan

Konsumsi makanan yang memenuhi standar kesehatan yaitu makanan yang harus

memenuhi kebutuhan tubuh. Namun belum banyak yang memerhatikan tentang

makanan, bahkan banyak makanan yang berbahaya bagi kesehatan sangat diminati,

seperti makanan yang mengandung pengawet, makanan cepat saji/makanan instan

yang mengandung banyak garam pemicu tekanan darah tinggi.

2.Olahraga

Olahraga yang teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, seperti

akan lebih giat, menurunkan tekanan dara tinggi, menguatkan tulang-tulang,


52

meningkatkan HDL(kolesterol baik), mencegah kencing manis, menurunkan resiko

kanker, mengurangi stress dan depresi, dan juga akan memberikan kebugaran.

3. Istirahat Yang Cukup

Istirahat yang cukup diperlukan untuk memulihkan diri dari kelelahan dan

memberikan cukup waktu bagi tubuh untuk mengembalikan tenaga yang telah

dipakai. Di sini jelas terdapat perbedaan yang sangat menonjol, kita di masa kini

lebih sering bekerja hingga lupa waktu untuk istirahat, bahkan minum penambah

energi (suplemen).

4. Tidak Merokok

Merokok meningkatkan resiko terjadi penyakit seperti hipertensi, gagal jantung,

pemicu kanker dan pneumonia. Sehingga tidak merokok merupakan perilaku hidup

sehat yang perlu dilakukan. Bagi pecandu roko dapat melakukan terapi mengurangi

merokok dengan sugesti dan melakukan terapi pengganti seperti mengkonsumsi

permen tanpa ada kontra indikasi dalam terapi diet.

5. Menghindari stress berlebih

Stress pikiran yang tinggi dapat memicu terjadi hipertensi, peningkatan asam

lambung yang dapat memicu magh hingga tukak lambung. Stress berlebih dalam

jangka lama juga dapat memicu peningkatan resiko penyakit jantung.


53

Lampiran 5
LEAFLET GAYA HIDUP SEHAT
54

Lampiran 6
55

Anda mungkin juga menyukai