Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang penting dari
komponen kesehatan secara umum. Hal ini juga merupakan hal yang penting
dalam pertumbuhan normal dari anak. Masalah kesehatan mulut dapat
mempengaruhi perkembangan umum anak-anak, kesehatan tubuh secara umum
dan juga dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup anak. Salah satu
masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi pada anak anak yaitu karies
gigi. Karies dapat mengenai gigi sulung maupun gigi tetap, tetapi gigi sulung
lebih rentan terhadap karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang
berbeda dari gigi tetap.

Pada wilayah perkotaan prevalensi penyakit periodontal pada anak


meningkat dari 62%- 72% dan prevalensi karies meningkat dari 72%- 73%. Di
daerah pedesaan prevalensi penyakit periodontal pada anak meningkat 68%- 89%
dan prevalensi karies meningkat dari 66%- 71% (Isrofah dan Nonik, 2010).
Kebanyakan orang tua menganggap bahwa pergantian dari gigi sulung ke
permanen tidak perlu dirawat jika anak tidak mengeluh sakit, padahal banyak
akibat yang ditimbulkan jika gigi sulung tidak dirawat dengan baik. Banyak upaya
yang dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan pertumbuhan gigi pada
anak, salah satunya yaitu melakukan perawatan ke dokter gigi atau ke puskesmas
setiap 6 bulan sekali.

Perawatan gigi sejak dini dengan membersihkan gusi bayi sebaiknya


segera dilakukan ketika sudah timbul tanda-tanda pertumbuhan gigi. Perawatan
gigi sejak dini pada anak membutuhkan bantuan orang tua karena anak belum
mampu melakukan sendiri, sampai mereka siap untuk diajarkan dan mampu
merawat gigi sendiri. Apabila perawatan gigi tidak dilakukan sejak usia dini maka
dapatmenimbulkan masalah gigi pada anak dan dikhawatirkan mempengaruhi
tumbuh kembang anak .

1
Anak usia 2-4 tahun biasanya memiliki kegemaran untuk makan
makanan yang manis dan sering terselip dalam celah-celah sempit di permukaan
gigi, sedangkan orang tua kurang mempedulikan kebiasaan menyikat gigi,
terutama saat menjelang tidur malam. Bila seorang anak tidak terbiasa menggosok
gigi, maka dari kebiasaan tersebut dapat meningkatkan potensi karies pada anak.

Gigi bagi seorang anak penting dalam proses pertumbuhan dan


perkembangan anak itu sendiri. Fungsi gigi sangat diperlukan dalam masa kanak-
kanak yaitu sebagai alat pengunyah, membantu dalam berbicara, keseimbangan
wajah, penunjang estetika wajah anak, dan khususnya gigi sulung berguna
sebagai panduan pertumbuhan gigi permanen.

Mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa, manusia mengalami dua


pertumbuhan gigi geligi. Gigi sulung (gigi desidui) mulai erupsi pada usia kurang
lebih enam bulan. Keduapuluh gigi sulung tersebut telah selesai erupsi pada usia
kurang lebih tiga tahun. Kemudian terdapat suatu keadaan dimana gigi sulung dan
gigi permanen berada dalam satu lengkung yang dinamakan periode gigi
bercampur. Pada akhir usia dua belas tahun, hampir seluruh gigi sulung exfoliated
atau tanggal dari soketnya dan digantikan oleh gigi permanen. Gigi permanen
tersebut mulai erupsi pada usia kurang lebih enam tahun sampai usia tujuh belas
dan dua puluh satu tahun.

Erupsi gigi mungkin belum mendapat perhatian yang besar bagi para
orang tua, terutama bagi para orang tua yang baru memiliki anak. Seringkali
orang tua berpikir bahwa ada sesuatu perkembangan yang salah pada anak
mereka jika gigi tidak tampak pada saat yang semestinya. Padahal waktu erupsi
gigi sangatlah bervariasi. Banyak faktor yang mengkontribusi terjadinya variasi
ini. Termasuk diantaranya adalah riwayat keluarga, etnik/ras, vitalitas selama
perkembangan janin, posisi gigi di dalam lengkung rahang, ukuran dan bentuk
dari lengkung gigi itu sendiri dan dalam proses erupsi gigi permanen ketika
tanggalnya gigi desidui.

2
Gigi sulung akan tanggal beberapa saat sebelum gigi permanen pengganti
erupsi. Namun sering dijumpai kasus dimana gigi sulung tidak tanggal walaupun
gigi permanen pengganti sudah erupsi yang disebut persistensi. Persistensi dapat
terjadi karena berbagai faktor penyebab. Adanya persistensi dapat menyebabkan
gangguan erupsi gigi permanen pengganti, sehingga dapat menimbulkan
bermacam-macam anomali, Anomali yang disebabkan persistensi dapat diatasi
dengan perawatan ortodonti. Perawatan anomali dilakukan untuk mendapatkan
oklusi yang ideal serta estetis yang baik. Keadaan ini sering dijumpai pada anak
usia 6 – 12 tahun. Persistensi pada gigi sulung tidak mempunyai penyebab tunggal
tetapi merupakan gangguan yang disebabkan oleh multi faktor, yaitu : gangguan
Nutrisi, arah tumbuhnya gigi dewasa tidak searah dengan arah tumbuhnya gigi
sulung yang akan digantikannya, dan ketidakcukupan tempat bagi gigi yang akan
tumbuh untuk menggantikan gigi sulung.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karies Gigi

Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari
email gigi hingga menjalar ke dentin. Proses karies ditandai dengan terjadinya
demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan
organiknya (Tarigan R, 1990).

Proses ini ditandai timbulnya white spot pada permukaan gigi. White
spot merupakan bercak putih pada permukaan gigi. Penjalaran karies mula-mula
terjadi pada email. Bila tidak segera dibersihkan dan ditambal, karies akan
menjalar ke bawah hingga sampai ke ruang pulpa yang berisi saraf dan pembuluh
darah, sehingga menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati.
Karies memiliki kedalaman yang berbeda. Derajat keparahannya dikelompokan
menjadi:

1. Karies pada email

Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada ransangan yang
berasal dari makanan atau minuman yang dingin akan terasa linu.

2. Karies pada dentin

Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan. Apabila
sisa makanan disingkirkan maka rasa sakit akan berkurang.

3. Karies pada ke pulpa

Gigi terasa sakit terus menerus sifatnya tiba tiba atau muncul dengan
sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang rasa sakit
(Graham J, 2009).

4
2.1.1 Faktor Etiologi

Faktor etiologi dibedakan atas faktor penyebab primer yang langsung


mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal
dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm.
Karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang
menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor yang memegang
peranan yaitu:

a. Faktor host atau tuan rumah

Faktor host meliputi faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur
enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat
rentan terhadap karies karena sisa sisa makanan mudah menumpuk di daerah
tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Permukaan enamel yang kasar
menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.

b. Faktor agen atau mikroorganisme

Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme
yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak gigi memegang peranan penting
dalam menyebabkan terjadinya karies. Sesaat setelah selesai menyikat gigi, akan
tampak suatu lapisan tipis. Lapisan ini dinamakan plak dan berisi berbagai macam
bakteri. Makanan manis yang kita konsumsi akan membuat semacam plak di sela
sela gigi berubah menjadi asam sehingga merusak gigi.

c. Faktor substrat atau diet

Diet adalah penyebab utama karies gigi, khususnya gula. Faktor substrat atau
diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan
dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Makanan yang
mudah lengket dan menempel di gigi seperti permen dan coklat memudahkan
terjadinya karies.

5
d. Faktor waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
diperkirakan 6-48 bulan (Kidd, 1992).

2.1.2 Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko karies adalah :

a. Pengalaman karies

Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara


pengalaman karies dengan perkembangan karies dimasa mendatang. Sensitifitas
parameter ini hampir mencapai 60%. Tingginya skor pengalaman karies pada gigi
desidui dapat memprediksi terjadinya karies pada gigi permanennya (Kidd, 1992).

b. Penggunaan fluor

Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan
hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh karena
dapat meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan fluor
dalam air minum dan makanan harus harus diperhitungkan pada waktu
memperkirakan kebutuhan tambahan fluor karena pemberian fluor yang
berlebihan dapat menyebabkan fluorosis (Panjaitan M, 1977).

c. Oral higiene

Insidens karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara


mekanis dari permukaan gigi. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pembersih interdental yang dikombinasikan dengan
pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin dapat membantu
mendeteksi masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.

6
d. Jumlah bakteri

Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai
jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar
manusia, yang paling banyak dari ibu (Houwink, 2000).

e. Saliva

Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa
sisa makanan di dalam mulut. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya,
aktivitas karies akan meningkat secara signifikan (Amerongen, 1991).

f. Pola makan

Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal dari
pada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali
seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat,
maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi
asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit
setelah makan.

g. Umur

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevelensi karies


sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan
terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi
yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi
dengan gigi antagonisnya. Anak anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi
ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap
terjadinya karies akar.

h. Jenis kelamin

Selama masa kanak kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMFT yang
lebih tinggi dari pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih
baik sehingga komponen gigi yang hilang (M, missing) lebih sedikit daripada

7
pria. Sebaliknya, pria mempunyai komponen tumpatan pada gigi (F, filling) yang
lebih banyak dalam indeks DMFT.

i. Sosial ekonomi

Orang orang dari status sosial ekonomi rendah memiliki kesehatan yang lebih
buruk dari orang dari status sosial ekonomi tinggi. Secara khusus, anak-anak dari
kelompok ekonomi yang lebih rendah cenderung berada pada risiko karies yang
parah. Orang dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki sifat yang positif
tentang kesehatan dan mempromosikan perilaku hidup sehat. Pekerjaan akan
menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan
dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha
manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah
berupa barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan bekerja
orang akan memperoleh pendapatan, apabila pendapatan tinggi maka tingkat
ekonomi juga tinggi. Dengan demikian pekerjaan seseorang akan mempengaruhi
kemampuan/ tingkat ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan
bagi setiap individu.

2.1.4 Indeks Karies

Indeks karies adalah ukuran yang dinyatakan dalam angka dari keadaan
suatu golongan/kelompok terhadap suatu penyakit karies gigi. Indeks yang biasa
digunakan adalah indeks Klein. Indeks DMFT merupakan indeks yang paling
sederhana dan paling umum digunakan dalam survei epidemiologi karies gigi.
Pada orang dewasa digunakan DMFT (decay, missing, filling, teeth) dan pada
anak anak digunakan deft (decay, extracted, filling, teeth). Semua gigi diperiksa
kecuali molar tiga karena molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau
tidak berfungsi. Nilai reratanya adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas
jumlah orang yang diperiksa (Pine, 2007)

8
2.2. Persistensi Gigi

Persistensi gigi adalah suatu kasus dimana gigi sulung tetap bertahan
pada lengkung gigi melebihi waktu normal sehingga menyebabkan gangguan
erupsi dari gigi permanen penggantinya. Suatu gigi dapat dinyatakan persistensi
dengan melihat tabel pergantian antara gigi sulung dengan gigi permanen
penggantinya (Tabel 1).

RAHANG ATAS RAHANG BAWAH


NO
GIGI WAKTU ERUPSI GIGI WAKTU ERUPSI
1 M1 6-7 tahun M1 6-7 tahun
2 I1 7-8 tahun I1 6-7 tahun
3 I2 8-9 tahun I2 7-8 tahun
4 P1 10-11 tahun C 9-10 tahun
5 P2 10-12 tahun P1 10-11 tahun
6 C 11-12 tahun P2 11-12 tahun
7 M2 12-13 tahun M2 11-13 tahun
8 M3 17-21 tahun M3 17-21 tahun

Tabel 1. Waktu normal erupsi gigi geligi permanen (Schuurs A, 1990)

2.2.1 Etiologi

Secara normal, akar gigi sulung akan diresorpsi sempurna oleh sel-sel
osteoklas sehingga gigi menjadi goyang dan akhirnya tanggal beberapa saat
sebelum gigi permanen penggantinya erupsi. Akan tetapi sering dijumpai adanya
kasus gigi persistensi disebabkan oleh berbagai faktor penyebab. Beberapa faktor
penyebab terjadinya persistensi gigi adalah:

a. Ankilosis

Ankilosis adalah suatu keadaan dimana sebagian atau seluruh sementum akar
gigi menyatu dengan tulang alveolar pendukungnya. Melalui foto rontgen terlihat

9
ligamen periodontal hilang dengan gambaran radiopak. Ankilosisdapat teerjadi
karena adanya infeksi atau injuri pada membran periodontal misalnya akibat
kecelakaan sehingga terjadi nekrosis lokal. Nekrosis lokal membran diikuti
dengan pembentukan tulang baru yang akhirnya menyatukan sementum dan
tulang alveolar pendukungnya, bisa sebagian maupun seluruhnya. Penyakit
konginetal seperti kleidokranial disostosis dapatjuga menyebakan penderita
memiliki predisposisi untuk terjadinya ankilosis (Rostina, 1997).

b. Lambatnya resorpsi akar gigi sulung

Proses resorpsi akar merupakan proses yang terjadi secara berselang-seling


antara resorpsi aktif dengan masa istirahat. Resorpsi aktif lebih pendek dari masa
istirahat karena pada masa istirahat terjadi proses pembentukan jaringan
periodontal pada daerah yang teresorpsi. Proses pembentukan jaringan periodontal
ini terkadang berlangsung sangat lambat yang mungkin disebabkan defisiensi
nutrisi dan gangguan hormon endokrin sehingga proses resorpsi terganggu.
Penyebab lain terlambatnya resorpsi akar gigi sulung adalah nekrosis pulpa dan
inflamasi periapikal (Richard R, 2005).

c. Hypotiroidism

Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang berperan untuk merangsang
metabolisme sel dan mengatur metabolisme tubuh secara keseluruhan. Hormon
tiroid disekresikan langsung ke aliran darah dan getah bening yang berfungsi
untuk mengontrol pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan hormon tiroid
disebut hypotiroidism. Gejala yang terlihat tergantung pada usia pasien ketika
mendapat serangan pertama dan durasi dari terjadinya fungsi endokrin ini.
Hypotiroidism dapat menyebabkan persistensi gigi dalam waktu yag lama karena
kekurangan hormon tiroid menyebabkan resorpsi akar gigi sulung dan
perkembangan tulang rahang terganggu (Soames, 1985).

10
d. Malposisi benih gigi permanen

Benih gigi permanen terkadang berada pada posisi abnormal misalnya


horizontal, mesioangular, distoangular, dan sebagainya. Keadaan ini bisa
membuat gigi permanen erupsi ke arah labial, lingual, bukal, serta impaksi karena
jalan erupsinya terhalang jaringan tulang dan mukosa yang tebal. Arah erupsi gigi
permanen yang menyimpang ini menyebabkan akar gigi sulung tidak teresorpsi
sebagian atau keseluruhan sehingga gigi sulung tetap bertahan di lengkung gigi
(Rostina, 1997).

2.2.2 Anomali yang ditimbulkan

Gigi sulung harus tanggal pada waktunya sejalan dengan erupsi gigi
permanen pengganti. Dengan melihat foto rontgen kita dapat mengikuti jalannya
resorpsi akar gigi sulung dan erupsi gigi permanen sehingga dapat dihindari
terjadinya persistensi gigi (Hiranya, 2011).

a. Gigitan terbalik anterior

Gigitian terbalik anterior disebut juga dengangigitan silang atau oklusi


terkunci. Anomali tersebut merupakan kelainan posisi gigi anterior atas yang
oklusi di sebelah lingual gigi anterior bawah dan terkunci saat gigi-gigi dalam
keadaan oklusi sentrik. Anomali ini sering dijumpai padaanak-anak saat fase gigi
geligi pergantian. Persistensi gigi merupakan saah satu faktor lokal penyebab
gigitan terbalik anterior tipe dental. Gigi anterior yang persistensi akan
menghalangi erupsi gigi permanen penggantinya sehingga gigi permanen tumbuh
mengarah ke lingual (Richard R, 2005).

b. Gigi impaksi

Gigi impaksi adalah suatu kasus dimana gigi sama sekali tidak erupsi atau
hanya erupsi sebagian saja pada lengkung gigi meskipun sudah waktunya untuk
erupsi sempurna. Impaksi gigi permanen dapat disebabkan oleh gigi yang
persistensi sehingga erupsi gigi permanen pengganti terhambat dan akhirnya
terpendam di dalam tulang alveolar.

11
c. Gigi berjejal

Istilah gigi berjejal digunakan untuk gigi-gigi yang kurang mempunyai tempat
yang cukup pada lengkung rahang untuk membentuk susunan gigi yang normal.
Gigi berjejal dapat terjadi karena disharmoni antara panjang lengkung gigi dengan
lebar mesio distal gigi. Persistensi gigi menjadi salah satu penyebab kasus gigi
berjejal, karena erupsi gigi permanen pengganti terhalang dan akhirnya tumbuh di
luar lengkung gigi. Gigi persistensi juga menghamat pertumbuhan tulang alveolar
sehingga meskipun gigi persistensi sudadh dicabut, tempat yang tersedia tidak
cukup untuk gigi permanen tumbuh secara normal pada lengkung gigi
sehinggamenyebabkan gigi berjejal (Richard R, 2005).

12
BAB III

KESIMPULAN

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang penting dari
komponen kesehatan secara umum. Masalah kesehatan mulut dapat
mempengaruhi perkembangan umum anak-anak, kesehatan tubuh secara umum
dan juga dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup anak. Salah satu
masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering terjadi pada anak anak yaitu karies
gigi dan persistensi. Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi
mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin. Persistensi gigi adalah suatu
kasus dimana gigi sulung tetap bertahan pada lengkung gigi melebihi waktu
normal sehingga menyebabkan gangguan erupsi dari gigi permanen penggantinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amerongen AVN. 1991. Ludah dan Kelenjar Ludah: Arti bagi Kesehatan Gigi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Angus C, Richard P. 2008. Handbook Of Pediatric Dentistry: 3rd Edition.


Australia: Mosby

Graham J. Mount. 2009. Minimal Intervention Dentistry: Cavity Classification &


Preparation. J Minm Intev Dent.

Hiranya Putri, Eliza Herijulianti, Neneng Nurjannah. 201. Ilmu Pencegahan


Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : EGC

Houwink, Dirks B, Winchel, C. 2000. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Gadjah


Mada University Press, Yogyakarta.

Isrofah & Nonik, Eka. 2010. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gigi Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Anak Usia Sekolah di SD Boto Kembang
Kulonprogo Yogyakarta. Skripsi.

Kidd EAM. 1992. Joyston-Bechal S. Dasar-Dasar Karies: Penyakit Dan


Penanggulangannya. Alih Bahasa Sumawinata N. Jakarta: EGC.

Panjaitan M. 1977/1978. Pencegahan Dental Cares Dengan Topikal Aplikasi


Fluor. upgrading dosen FKG UNAIR.

Pine, C and Rebecca. H. 2007. Community Oral Health. Berlin: Quintessemce


Publishing Co. Ltd.

Richard R, Monty S Duggal, Marie T H. 2005. Pediatric Dentistry: 3rd Edition


New York: Oxford University Press.

Rostina T. 1997. Oklusi, Maloklusi, dan Etiologi Maloklusi. Medan; Bagian


Ortodonsia FKG USU.

14
Schuurs AHB, Moorer WR, Prahl-Andersen B, Thoden van Velsen SK, Visser JB.
1992. Patologi Gigi Geligi: Kelainan-Kelainan Jaringan Keras Gigi. Alih
bahasa: Sutatmi Suryo Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Soames JV, Southam JC. 1985. Oral Pathology. United States: Oxford University
Press.

Tarigan R. 1990. Karies gigi. Jakarta: Hipokrates.

15

Anda mungkin juga menyukai