Anda di halaman 1dari 15

TUGAS FISIKA KUANTUM

PERSAMAAN GELOMBANG SCHRODINGER

Disusun oleh :
Febriman Zendrato
(15100025)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas hadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya sehingga Saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Persamaan Gelombang
Schrodinger”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Fisika Kuantum di Universitas HKBP Nommensen, Medan.
Dalam Penulisan makalah ini Saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran diharapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini kedepannya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Medan, 16 Januari 2018


Febriman Zendrato

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
2.1 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
2.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Persamaan Schrodinger ...................................................................................... 3
2.2 Persamaan Gelombang Schrodinger ................................................................... 5
2.1 Persamaan Schrodinger Bebas Waktu................................................................. 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gelombang zat, atau gelombang pengarah (pemandu) telah menjadi bagian
khasanah ilmu Fisika pada tahun 1925 dengan ditandai oleh munculnya hipotesa de-
Broglie. Hipotesa tentang gelombang pengarah sangat diilhami oleh studi mengenai
gerak elektron dalam atom Bohr. Gelombang zat yang senantiasa menyertai gerak
suatu zarah melengkapkan pandangan tentang dualisme zarah gelombang. Dengan
demikian perbedaan antara cahaya dan zarah, atau lebih tegasnya antara gelombang
dan zarah menjadi hilang. Gelombang cahaya dapat berperilaku sebagai zarah,
sebaliknya zarah dapat berperilaku sebagai gelombang. Pandangan semacam itu
sangat berbeda dengan persepsi manusia tentang gejal-gajal fisik konkret yang dialami
nya sehari-hari. Sejak abad ke-20 teori-teori klasik mulai dipertanyakan kesahihannya
untuk dipergunakan di tingkat atom yang sub-atom. Satu tahun setelah postulat de-
Broglie disebarluaskan seorang ahli fisika dari Austria, Erwin Schrodinger berhasil
merumuskan suatu persamaan diferensial umum untuk gelombang de-Broglie dan
dapat ditunjukkan pula kesahihannya untuk berbagai gerak elektron. Persamaan
diferensial ini yang selanjutnya dikenal sebagai persamaan gelombang Schrodinger
sebagai pembuka jalan ke arah perumusan suatu teori mekanika kuantum yang
komprehensip dan lebih formalistik.
Pada tahun 1927, satu tahun setelah Schrodinger merumuskan persamaan
gelombangnya, Heisenberg merumuskan suatu prinsip yang bersifat sangat
fundamental. Prinsip ini dirumuskan pada waktu orang sedang sibuk mempelajari
persamaan Schrodinger dan berusaha keras untuk dapat memahami maknanya. Pada
tahun 1926, Heisenberg juga muncul dengan suatu cara baru untuk menerangkan
garis-garis spektrum yang dipancarkan oleh sistem atom. Pendekatannya sangat lain,
karena yang digunakannya adalah matriks. Hasil yang diperoleh dengan cara ini sama
dengan apa yang diperoleh melalui persamaan Schrodinger. Mekanika kuantumnya
Heisenberg dikenal sebagai mekanika matriks. Secara kronologis prinsip Heisenberg
muncul sesudah dirumuskannya persamaan Schrodinger. Tetapi sebagai suatu prinsip
teoritik hal itu merupakan suatu hal yang fundamental, dan dapat disejajarkan dengan
teori kuantum Einstein, postulat de-Broglie, dan postulat Bohr. Oleh karenanya dalam
pembahasannya prinsip Heisenberg ditampilkan lebih dahulu dari persamaan
Schrodinger. Teori Planck tentang radiasi thermal, teori einstein tentang foton, teori

1
Bohr tentang atom Hidrogen, dan postulat de-Broglie tentang gelombang zat, serta
prinsip Heisenberg dikenal sebagai teori kuantum lama. Dalam teori kuantum lama
terkandung hampir semua landasan bagi suatu teori yang dapat menguraikan perilaku
sistem-sistem fisika pada tingkat atom dan sub-atom.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan persamaan Schrodinger?
2. Bagaimana persamaan Schrodinger bergantung waktu?
3. Bagaimana persamaan Schrodinger bebas waktu?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui persamaan Schrodinger
2. Untuk mengetahui persamaan Schrodinger bergantung waktu
3. Untuk mengetahui persamaan Schrodinger bebas waktu

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Persamaan Schrodinger
Persamaan Schrodinger hanya dapat dipecahkan secara eksak untuk beberapa
potensial sederhana tertentu; yang paling sederhana adalah potensial konstan dan
potensial osilator harmonik. Kedua kasus sederhana ini memang tidak “fisis,” dalam
artian bahwa pemecahannya tidak dapat diperiksa kebenarannya dengan percobaan-
tidak ada contoh di alam yang berkaitan dengan gerak sebuah pertikel yang terkukung
dalam sebuah kotak satu dimensi, ataupun sebuah osilator harmonik mekanika
kuantum ideal (meskipun kasus seperti ini seringkali merupakan hampiran yang cukup
baik bagi situasi fisis yang sebenarnya). Namun demikian, brbagai kasus sedrhana ini
cukup bermanfaat dalam memberikan gambaran tentang teknik umum pemecahan
persamaan Schrodinger yang akan dibahas dalam bab ini.
Kita bayangkan sejenak bahwa kita adalah Erwin Schrodinger dan sedang meneliti
suatu persamaan diferensial yang akan menghasilkan pemecahan yang sesuai bagi
fisika kuantum. Akan kita dapati bahwa kita dihalangi oleh tidak adanya hasil
percobaan yang dapat kita gunakan sebagai bahan perbandingan. Oleh karena itu, kita
harus merasa puas dengan hal berikut-kita daftarkan semua sifat yang kita perkirakan
akan dimiliki persamaan kita, dan kemudian menguji macam persamaan manakah
yang memenuhi semuan criteria tersebut.
1. Kita tidak boleh melanggar hukum kekekalan energi. Meskipun kita hendak
mengorbankan sebagian besar kerangka fisika klasik, hukum kekekalan
energiadalah salah satu asas yang kita inginkan tetap berlaku. Oleh karena itu, kita
mengambil
K+V=E
Berturut-turut, K, V, dan E adalah energi kinetik, potensial, total. (karena kajian
kita tentang fisika kuantum ini dibatasi pada keadaan takrelativistik, maka K=
1/2mv² = p²/2m; E hanyalah menyatakan jumlah energi kinetik dan potensial,
bukan energi massa relativistik).
2. Bentuk persamaan diferensial apa pun yang kita tulis, haruslah taat asas
terhadap hipotesis deBrogile jika kita pecahkan persamaan matematikanya bagi
sebuah partikel dengan momentum p, maka pemecahan yang kita dapati haruslah
berbentuk sebuah fungsi gelombang dengan sepanjang gelombang 𝜆 yang sama

3
dengan h/p. dengan menggunakan persamaan p = hk, maka enrgi kinetic dari
gelombang deBrogile partikel bebas haruslah K = p²/2m = ђ²k²/2m.
3. Persamaanya haruslah “berperilaku baik,” dalam pengertian matematika. Kita
mengharapkan pemecahannya memberikan informasi kepada kita tentan porbalitas
untuk menemukan partikelnya; kita akan terperanjat menemukan bahwa, misalnya,
probalitas tersebut berubah secara tidak kontinu, karena ini berarti bahwa
partikelnya menghilang secara tiba-tiba dari suatu titik dan muncul kembali pada
titik lainnya. Jadi, kita syaratkan bahwa fungsinya haruslah bernilai tunggal-
artinya, tidak boleh ada dua probalitas untuk menemukan partikel di satu titik yang
sama. Ia harus pula linear, agar gelombangnya memiliki sifat superposisi yang kita
harapkan sebagai milik gelombang yang berperilaku baik.
Dengan memilih bernalar dalam urutan terbalik, akan kita tinjau terlebih
dahulu pemecahan dari persamaan yang sedang kita cari. Anda telah mempelajari
di depan tentang gelombang tali, yang memiliki bentuk matematik y(x,t) = A sin
(kx-𝜔𝑡), dan gelombang elektromagnet, yang memiliki pula bentuk serupa E(x,t)
= E0 sin (kx – 𝜔𝑡) dan B(x,t) = B0 sin (kx – 𝜔𝑡). Oleh karena itu, kita postulatkan
bahwa gelombang deBrogile partikel bebas 𝛹(𝑥, 𝑡) memiliki pula bentuk sebuah
gelombang dengan amplitude A yang merambat dalam arah x positif. Katakanlah t
= 0, jadi dengan mendifinisikan sebagai , maka

Persamaan diferensial, yang pemecahannya adalah , dapat mengandung


turunan terhadap x atau t , tetapi ia haruslah hanya bergantung pada pangakat satu
dari atau ( tidak boleh muncul. Didepan telah didapati bahwa
, sehingga satu-satunya cara untuk memperoleh suku yang
mengandung adalah dengan mengambil turunan kedua dari
terhadap x.

Perlu ditekankan bahwa yang kita lakukan disini bukanlah suatu penurunan;
kita hanya sekedar membentuk suatu persamaan diferensial dengan ketiga sifat
berikut :
(1) ia taat asas dengan kekekalan energi;

4
(2) ia linear dan bernilai tunggal;
(3) ia memberikan pemecahan partikel bebas yang sesuai dengan sebuah
gelombang de Brouglie tunggal.
Persamaan (5.3) adalah persamaan Schrodinger waktu-bebas satu dimensi.
Meskipun gelombang nyata selain bergantung pada koordinat ruang dan juga
waktu, dan bahwa alam kita bukan berdimensi satu melainkan tiga, kita dapat
belajar mengenai matematika dan fisika dari mekanika kuantum dengan
mempelajari berbagai pemecahan.

2.2 Persamaan Gelombang Schrodinger


Dalam mekanika kuantum, fungsi gelombang Ψ bersesuaian dengan variabel
gelombang y dalam gerak gelombang umumnya. Namun, Ψ bukanlah suatu
kuantitas yang dapat diukur, sehingga dapat berupa kuantitas kompleks. Karena
itu, kita akan menganggap Ψ dalam arah x dinyatakan oleh :
 = Ae-2πI(Vt-x/λ)
sehingga :
 = Ae-(i/ħ)(Et-px)
Persamaan di atas merupakan penggambaran matematis gelombang ekuivalen
dari partikel bebas yang berenergi total E dan bermomentum p yang bergerak
dalam arah +x. Namun, pernyataan fungsi gelombang  hanya benar untuk
partikel yang bergerak bebas. Sedangkan untuk situasi dengan gerak partikel yang
dipengaruhi berbagai pembatasan untuk memecahkan  dalam situasi yang
khusus, kita memerlukan persamaan Schrodinger. Pendekatan Schrodinger
disebut sebagai mekanika gelombang. Persamaan Schrodinger dapat diperoleh
dengan berbagai cara, tetapi semuanya mengandung kelemahan yang sama yaitu
persamaan tersebut tidak dapat diturunkan secara ketat dari prinsip fisis yang ada
karena persamaan itu sendiri menyatakan sesuatu yang baru dan dianggap sebagai
satu postulat dari mekanika kuantum, yang dinilai kebenarannya atas dasar hasil-
hasil yang diturunkan darinya.
Persamaan Schrodinger diperoleh mulai dari fungsi gelombang partikel yang
bergerak bebas. Perluasan persamaan Schrodinger untuk kasus khusus partikel
bebas (potensial V = konstan) ke kasus umum dengan sebuah partikel yang
mengalami gaya sembarang yang berubah terhadap ruang dan waktu merupakan
suatu kemungkinan yang bisa ditempuh, tetapi tidak ada satu cara pun yang
5
membuktikan bahwa perluasan itu benar. Yang bisa kita lakukan hanyalah
mengambil postulat bahwa persamaan Schrodinger berlaku untuk berbagai situasi
fisis dan membandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen. Jika hasilnya cocok
maka postulat yang terkait dalam persamaan Schrodinger sah, jika tidak cocok,
postulatnya harus dibuang dan pendekatan yang lain harus dijajaki.

dimana energi potensial partikel V merupakan fungsi dari x, y, z dan t. Dalam


kenyataanya, persamaan Schrodinger telah menghasilkan ramalan yang sangat
tepat mengenai hasil eksperimen yang diperoleh. Pada rumus terakhir diatas hanya
bisa dipakai untuk persoalan non relativistik dan rumusan yang lebih rumit jika
kelajuan partikel yang mendekati cahaya terkait. Karena persamaan itu bersesuaian
dengan eksperimen dalam batas–batas berlakunya, kita harus mengakui bahwa
persamaan Schrodinger menyatakan suatu postulat yang berhasil mengenai aspek
tertentu dari dunia fisis. Betapapun sukses yang diperoleh persamaan Schrodinger,
persamaan ini tetap merupakan postulat yang tidak dapat diturunkan dari beberapa
prinsip lain, dan masing–masing merupakan rampatan pokok, tidak lebih atau
kurang sah dari pada data empiris yang merupakan landasan akhir dari postulat itu.
Penjabaran Persamaan Schrodinger bergantung waktu.
~ (identik) dengan y dalam gerak gelombang umum
 : menggambarkan keadaan gelombang kompleks yang tak dapat terukur

Energi totalnya:

6
Persamaan gelombangnya menjadi:

Energi totalnya menjadi:

2.3. Persamaan Schrodinger Bebas Waktu


7
Dalam banyak situasi energi potensial sebuah partikel tidak bergantung dari
waktu secara eksplisit, gaya yang bereaksi padanya, jadi juga V, hanya berubah
terhadap kedudukan partikel. Jika hal itu benar, persamaan Schrodinger dapat
disederhanakan dengan meniadakan ketergantungan terhadap waktu t. Fungsi
gelombang partikel bebas
dapat ditulis
 = Ae-(i/ħ)(Et – px) = Ae-( iE/ħ )te+(ip/ħ)x
=  e-(iE/ħ)t
ini berarti,  merupakan perkalian dari fungsi bergantung waktu e-(iE/h)t dan fungsi
yang bergantung kedudukan  . Kenyataanya, perubahan terhadap waktu dari semua
fungsi partikel yang mengalami aksi dari gaya jenuh mempunyai bentuk yang sama
seperti pada partikel bebas.
Persamaan keadaan jenuh schrodinger dalam satu dimensi:

Persamaan keadaan jenuh schrodinger dalam tiga dimensi:

Pada umumnya kita dapat memperoleh suatu fungsi gelombang Ψ yang tidak saja
memenuhi persamaan dan syarat batas yang ada tetapi juga turunannmya jenuh,
berhingga dan berharga tunggal dari persamaan keadaan jenuh Schrodinger. Jika tidak,
sistem itu tidak mungkin berada dalam keadaan jenuh. Jadi kuantitas energi muncul
dalam mekanika gelombang sebagai unsur wajar dari teori dan kuantitas energi dalam
dunia fisis dinyatakan sebagai jejak universal yang merupakan ciri dari semua sistem
yang mantap.
Harga En supaya persamaan keadaan tunak Schrodinger dapat dipecahkan disebut
harga eigen dan fungsi gelombang yang bersesuaian n  disebut fungsi eigen.
Tingkat energi diskrit atom hidrogen :

Dalam atom hidrogen , kedudukan elektron tidak terkuantitasi, sehingga kita


bias memikirkan elektron berada disekitar inti dengan peluang tertentu per satuan
8
volume tetapi tanpa ada kedudukan tertentu yang diramalkan atau orbit tertentu
menurut pengertian klasik. Pernyataan peluang ini tidak bertentangan dengan
kenyataan bahwa eksperimen yang dilakukan pada atom hidrogen selalu menunjukkan
bahwa atom hydrogen selalu mengandung satu elektron, bukan 27 % elektron dalam
satu daerah dan 73 % di daerah lainnya; peluang itu menunjukkan peluang untuk
mendapatkan elektron , dan walaupun peluang ini menyebar dalam ruang, elektronnya
sendiri tidak.

Persamaan gelombang partikel bebas

Ambil persamaan Schrodinger yang bergantung waktu

Analog terhadap persamaan schrodinger adalah tali terbentang yang


panjangnya L yang keduanya terikat.

Dengan tingkat energi diskrit atom Hidrogen

Momentum sudut ditentukan


Li = (l(l +1)) , l = 0,1,2,…..

9
Dengan harga ekspetasi

BAB III

10
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pernyatan setara bagi mekanika kuantum adalah yang di dalam kurung
kurawal. Apabila sebuah benda bergerak melewati perbatasan dua daerah dimana
berkerja (gaya potensial), maka perilaku gerak dasar dari benda dapat dicari dengan
memecahkan hukum kedua Newton. Persamaan Schodinger (kedudukan fungsi
gelombang) selalu kontinu pada daerah perbatasan, dan bahwa (kecepatan turunan
dψ/dx) juga kontinu apabila perubahan (gaya perubahan potensial) tetap berhingga.
Dalam kasus mekanika klasik, persoalan yang kita hadapi dicirikan oleh
hadirnyagaya tertentu F. dengan menuliskan hukum kedua Newton bagi gaya tersebut,
kita pecahkan permasalahan matematikanya untuk memperoleh kedudukan dan
kecepatan partikelnya. Dalam kasus elektromagnetik, kita berhadapan dengan
persoalan yang dicirikan oleh sekumpulan muatan dan arus.
Seperti halnya dalam fisika klasik, setiap personal menghendaki teknik
pemecahan yang agak berbeda, sehingga sulit untuk merumuskan prosedur umum.
Langkah-langkah pemecahaan yang diutarakan dalam pasal ini, kiranya dapat
member gambaran kepada anda mengenai arah umum yang perlu diambil untuk
mencari pemecahannya. Cara terbaik untuk mempelajari teknik-teknik ini adalah
dengan mempelajari semua contoh soal yang disajikan dalam bab ini. Pada tahap ini
resepnya tidak lengkap, karena hanya membahas teknik matematika untuk
mendapatkan pemecahan ψ(x) tetapi tidak membahas tafsiran pemecahan tersebut atau
penerapannya pada berbagai situasi fisis.

DAFTAR PUSTAKA

11
Khusnul. https://khusnull.weebly.com/uploads/1/1/4/4/11448634/cd_fismod_jadi.docx.
(diakses tanggal 16 Januari 2018).
Krane, Kenneth. 2011. Fisika Modern. Jakarta: UI-Press.

12

Anda mungkin juga menyukai