Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di Indonesia, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang banyak
dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan besar, baik pemerintah maupun swasta.
Bahkan masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit secara kecil-kecilan. Hal
ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat cocok tumbuh di Indonesia.
Jika Indonesia ditargetkan untuk menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit
terbesar di dunia, tentu orang-orang yang mengelolanya, mulai dari pembibitan,
penanaman sampai ke teknik pengelolahan hasil panen harus berlaku profesional.

1.2. Sejarah Tanaman Kelapa Sawit


Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga
sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa
sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor,
sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias
di Deli, Sumatera Utarapada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan
meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi
Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat
perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka
dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada awalnya bangsa Portugis mengenal tanaman kelapa sawit saat
melakukan perjalanan ke Pantai Gading (Ghana). Mereka heran ketika
menyaksikan penduduk setempat menggunakannya untuk memasak dan sebagai
bahan kecantikan. Tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia dan daerah-daerah
lain di Asia sebagai tanaman hias sekitar tahun 1848. Daerah pertama di Indonesia
yang diketahui sangat cocok untuk membudidayakan tanaman kelapa sawit ini
adalah Sumatera Utara. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dilakukan oleh
beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit. Di pulau Sumatera saja hingga
tahun 1920 sudah puluhan perusahaan perkebunan yang menanam kelapa sawit.
Masa suram bagi tanaman kelapa sawit sempat terjadi pada waktu penjajahan
Jepang, yang mengakibatkan kebun kelapa sawit diganti dengan tanaman pangan.
Hal itu menyebabkan pabrik-pabrik pengolahan tidak lagi berproduksi.
Potensi areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa
sawit. Upaya perluasan perkebunan komoditas kelapa sawit dilaksanakan dengan
jangkauan daerah penanaman meluas ke luar dari daerah serta kelapa sawit
sebelumnya, yaitu dengan membangun perkebunan-perkebunan baru di
Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Data menunjukkan kecendrungan peningkatan
luas areal perkebunan kelapa sawit, khususnya perkebunan rakyat.

1.3. Perdagangan Kelapa Sawit


Kelapa sawit merupakan minyak nabati yang penting, di samping kelapa,
kacang-kacangan, jagung, bunga matahari, dan sebagainya. Komoditas kelapa
sawit merupakan komoditas perdagangan yang menjanjikan. Minyak kelapa sawit
mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia,
seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, dan lain sebagainya. Minyak
kelapa sawit yang mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh dalam proses
selanjutnya akan menghasilkan fraksi olein, stearin, dan fatty
acid. Oleindipergunakan untuk pembuatan minyak goreng, stearin digunakan
untuk pembuatan mentega, sedangkan fatty acid dalam pengembangannya dapat
digunakan sebagai bahan dasar oleokimia.
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi yang sangat menguntungkan,
sehingga perluasan areal sangat maju pesat. Industri pengolahan kelapa sawit di
Indonesia terus mengalami peningkatan. Sejumlah pabrik dengan kapasitas
produksi minyak sawit CPO (Crude Palm Oil) tersebar hampir di seluruh provinsi
di Indonesia. Pemasaran produk kelapa sawit pada perkebunan besar negara
dilakukan secara bersama melalui kantor pemasaran yang sudah ditunjuk bersama,
sedangkan untuk perkebunan besar swasta, pemasaran dilakukan oleh masing-
masing perusahaan. Pada umumnya perusahaan besar, baik negara maupun swasta
menjual produk kelapa sawit dalam bentuk olahan, yaitu minyak sawit mentah
(CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Penjualan langsung kepada eksportir ataupun
ke pedagang atau industri dalam negeri. Perkebunan kelapa sawit yang dikelola
oleh rakyat yang hasil produksinya terbatas, penjualan sulit dilakukan apabila
ingin menjualnya langsung ke industri pengolah. Oleh karena itu, petani harus
menjualnya melalui pedagang tingkat desa atau melalui KUD, kemudian berlanjut
ke pedagang besar hingga ke industri pengolah. Penjangnya rantai pemasaran
hasil perkebunan rakyat ini menyebabkan tingkat keuntungan yang diperoleh para
petani relatif kecil.

1.4. Prospek Budidaya Kelapa Sawit


Permintaan yang cenderung terus meningkat menyebabkan harga minyak
sawit dalam negeri pun terus menunjukkan peningkatan, walaupun perlu
diperhatikan bahwa harga minyak sawit dalam negeri sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, terutama harga minyak goreng dari bahan lain di dunia.
Produksi minyak kelapa sawit (CPO) di dalam negeri diserap oleh industri
pangan, terutama industri minyak goreng dan industri nonpangan seperti industri
kosmetik dan farmasi. Potensi pasar yang lebih besar dipegang oleh industri
minyak goreng. Potensi tersebut terlihat dari semakin bertambahnya jumlah
penduduk yang membutuhkan minyak goreng dalam proses memasak bahan
pangannya. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang
sangat menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu
menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia seperti
minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, tetapi juga menjadi subtitusi bahan
bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi dengan minyak bumi.
1.5. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Sebagai bahan kajian mahasiswa mengenai panen dan penanganan
pasca panen pada tanaman kelapa sawit.
2. Sebagai cara untuk mempelajari berbagai cara panen dan
penanganan pasca panen pada tanaman kelapa sawit.
3. Sebagai syarat untuk melaksanakan tugas individu dari dosen.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Produk Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya
Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau yang sering
dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Minyak sawit dapat
dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi
yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai
bahan baku adalah industri pangan, industri kosmetik, dan farmasi. Bahkan
minyak sawit telah dikembangkan sebagai sakah satu bahan bakar.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keuntungan
dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Keunggulan tersebut antara lain:
1. Menjadi sumber minyak nabati termurah karena efisiensi minyak
kelapa sawit ini tinggi;
2. Dibanding minyak lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai
produktivitas yang tinggi;
3. Dibanding minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai
manfaat yang lebih luas, baik pada industri pangan, maupun pada industri
non pangan;
4. Kandungan gizi minyak kelapa sawit lebih unggul daripada minyak
nabati lainnya.
2.2. Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
A. Syarat Tumbuh
Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan
kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat
berproduksi secara maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor
yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis,
perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.

a. Iklim
 Curah hujan dan kelembaban
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah
yang panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun
yang turun merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk
bertanam kelapa sawit adalah dataran rendah yakni antara 200-400 meter di atas
permukaan laut. Pada ketinggian tempat lebih 500 meter di atas permukaan laut,
pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya pun akan rendah.
 Penyinaran matahari
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per
hari.pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena berkat
iklim yang sesuai yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan
yang cukup. Umumnya turun pada sore atau malam hari.
 Suhu
Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Suhu
rata-rata tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-27 0C,
yang menghasilkan banyak tandan. Variasi suhu yang baik jangan terlalu tinggi.
Semakin besar variasi suhu semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin
dapat membuat tandan bunga mengalami merata sepanjang tahun.

b. Tanah
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung
pada karakter lingkungan fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan.
Jenis tanah yang baik untuk bertanam kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik
merah kuning, hidromorf kelabu, aluvial, dan organosol/gambut tipis.
Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh dua hal,
yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah.
 Sifat fisis tanah
Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit
miring, solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur,
permeabilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan
tanah.
Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang cukup
dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang kurang
cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam menentukan
batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara tipe-tipe
tanah memang relatif sulit.
 Sifat kimia tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH
optimumnya antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai
pada daerah pasang surut, terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut
mengandung lapisan yang terdiri atas lapisan mineral dengan lapisan bahan
organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH rendah.

c. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman merupakan hal yang sangat penting dalam usaha
budidaya tanaman karena menentukan masa perkembangan dan pertumbuhan
tanaman. Perawatan tidak hanya ditujukan pada tanamannya, tetapi juga pada
media tanah pada lahan pertanaman tersebut. Perawatan tanaman kelapa sawit
meliputi penyulaman, pembuatan piringan, penanaman tanaman sela,
pengendalian gulma, pemangkasan, pemupukan, dan penyerbukan buatan.
Secara umum hasil pengolahan kelapa sawit dibedakan kedalam 3 kategori, yang
masing-masing ialah :

1. CPO (Crude Palm Oil).


CPO setelah melalui proses pemurnian akan menghasilkan minyak kelapa
sawit dan berbagai produk sampingan yang antara lain: margarine, shortening,
Vanaspati (Vegetable ghee), Ice creams, Bakery Fats, Instans Noodle, Sabun dan
Detergent, Cocoa Butter Extender, Chocolate dan Coatings, Specialty Fats, Dry
Soap Mixes, Sugar Confectionary, Biskuit Cream Fats, Filled Milk, Lubrication,
Textiles Oils dan Bio Diesel. Khusus untuk biodiesel, permintaan akan produk ini
pada beberapa tahun mendatang akan semakin meningkat, terutama dengan
diterapkannya kebijaksanaan di beberapa negara Eropa dan Jepang untuk
menggunakan renewable energy.

2. PKO (Palm Kernel Oil).


PKO juga merupakan bahan baku minyak kelapa sawit yang disebut
dengan istilah minyak Inti Sawit. Selain menghasilkan minyak inti sawit PKO
juga mempunyai produk sampingan yang antara lain: Shortening, Cocoa Butter
Substitute, Specialty Fats, Ice Cream, Coffee Whitener/Cream, Sugar
Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild, Imitation Cream, Sabun dan
Detergent, Shampoo dan Kosmetik.
3. Oleochemicals kelapa sawit.
Dari produk turunan minyak kelapa sawit dalam bentuk oleochemical
dapat dihasilkan Methyl Esters, Plastic, Textile Processing, Metal Processing,
Lubricants, Emulsifiers, Detergent, Glicerine, Cosmetic, Explosives,
Pharmaceutical Products dan Food Protective Coatings.

2.3. Manajemen Panen Kelapa Sawit


Tujuan manajemen budidaya kelapa sawit adalah untuk menghasilkan
produksi kelapa sawit yang maksimal per hektar areal dengan biaya produksi
serendah mungkin, menjaga perkebunan beserta infrastrukturnya dengan
menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dan secara sosial dapat
dipertangung-jawabkan, mempertahankan produktivitas tinggi secara
berkesinambungan dalam beberapa generasi pertanaman serta mempertahankan
kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Tahapan akhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit adalah panen tandan buah
segar (TBS) yang menjadi salah satu kunci penentu produktivitas kelapa sawit.
Produktivitas kelapa sawit ditentukan oleh seberapa banyak kandungan minyak
yang diperoleh dan seberapa baik mutu minyak yang dihasilkan. Hasil minyak
yang diperoleh dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah
tata cara panen kelapa sawit.
Pada makalah ini akan dibahas tentang bagaimana manajemen panen kelapa sawit
agar diperoleh tingkat produktivitas yang tinggi.

2.4. Identifikasi Tanaman Siap Panen


Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan
penting dan merupakan saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat
panen adalah indikator akan dimulainya pengembalian inventasi yang telah
ditanamkan dalam budidaya. Melalui pemanenan yang dikelola dengan baik akan
diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang baik dan tanaman mampu
bertahan dalam umur yang panjang.
Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya akan
mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang
menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap membiarkan
tanaman berproduksi secara terus menerus sampai batas usia ekonomisnya habis.
Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun, dan dapat
berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang dilakukan termasuk cara
pemananen.
Pemanen kelapa sawit yang salah akan mengakibatkan rendahnya produksi
dan pendeknya usia ekonomis. Oleh karena itu, pemanenan harus dilakukan
dengan tepat agar tanaman tetap berproduksi baik dan diperoleh mutu yang baik.
Selain itu setelah panen harus segera dilakukan penanganan pasca panen
menginggat tandan buah kelapa sawit akan cepat mengalami penurunan mutu
dalam waktu 24 jam setelah panen. Pertanyaan yang pertama kali muncul dalam
benak pemilik kebun kepala sawit adalah kapan panen pertama/perdana dilakukan
agar segera diperoleh hasil (baca uang) dan tidak merusak tanaman kelapa sawit.
Penentuan panen pertama secara umum dilakukan berdasarkan umur tanaman dan
dikoreksi melalui performa tanaman. Hal ini bermakna meskipun tanaman telah
memiliki umur yang cukup untuk menghasilkan tandan buah sawit, tetapi
bilamana performa tanaman, khususnya bonggol dan ukuran tandan buah terlaku
kecil (kurang ari 3 kg) maka umur pertama panen di tunda dengan membuang
bunga dan bakal buah yang ada. Kelapa Sawit sudah mulai berbunga, tetapi
tandan buah segar yang dihasilkan belum mencapai 3 kg sehingga tanaman belum
dapat dikategorikan sebagai tanaman menghasilkan. Bilamana
performa/penampilan bonggol batang belum cukup kekar tetapi sudah berbunga,
maka pada tanaman tersebut harus diablasi yaitu pembuangan bunga untuk
membuang tandan kecil (kurang dari 3 kg) pada tanaman baru berbuah dan untuk
mendorong pertumbuhan tanaman agar diperoleh pertumbuhan tanaman yang
seragam. Secara normal kelapa sawit yang tumbuh subur sudah dapat
menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika
dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun jika dihitung
mulai penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur
2,5 tahun.

2.4. Identifikasi Tandan Buah Masak


Jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan kelapa sawit bergantung dari
berbagai faktor, dan salah satu faktor terpenting adalah kematangan buah pada
saat dipanen dan penangananya sampai di PKS. Panen harus menghasilkan tandan
buah segar pada kematangan optimal, pemanenan pada tandah buah mentah
(belum optimal) cenderung akan mengakibatkan berkurangnya jumlah minyak
yang dihasilkan, dan sebaliknya pemanenan yang terlalu matang dan penanganan
yang lambat atau busuk akan menghasilkan minyak dengan kandungan Free Fatty
Acid (asam lemak bebas) yang tinggi.Tanaman kelapa sawit rata-rata
menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun. Pada tanaman yang semakin tua
produktivitasnya semakin menurun menjadi 12 14 tandan/tahun. Banyaknya buah
yang terdapat dalam satu tandan tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan
dan teknik budidaya. Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua
mencapai 1600 buah. Matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan
secara fisiologi. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah
menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat dilihat dari kandungan
minyak yang maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal. Pada
saat matang tersebut dicirikan pula oleh membrondolnya buah. Kriteria tandan
buah yang masak pada tanaman muda dan tanaman menghasilkan sedikit berbeda.
Pada tanaman muda yang baru pertama kali dipanen, kriteria matang tandan
matang panen berupa 1-2 brondolan per tandan perlu digunakan mengingat tandan
masih kecil dan cepat masak. Standar ini harus disesuaikan berdasarkan kondisi
iklim setempat dan pengalaman pekerja. Ciri tandan matang panen adalah
sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10
kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau
lebih.
Ciri-ciri lain yang digunakan adalah apabila sebagian buah sudah membrondol
(jatuh di piringan). Secara alamiah dan bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3
kg. Jumlah brondolan buah inilah yang dijadikan dasar untuk memanen tandan
buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kurang
lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar
15-20 butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg
tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan.
Kriteria panen yang diharapkan adalah bila tingkat kematangan buah sudah
mencapai fraksi kematangan 1–3 dimana persentase buah luar yang jatuh sekitar
12,5 %-75 %. Ada dua jenis sistem panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap.

2.5. Persiapan Panen


Teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak
maksimum dengan kualitas yang paling baik. Untuk mencapai maksud ini perlu
kematangan buah yang optimum, selang panen yang tepat, metode pengumpulan
buah, dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik pengolahan buah sawit. Aspek
yang paling penting diperhatikan dalam panen dan pengangkutan buah adalah hal-
hal yang mempengaruhi kualitas akhir dari minyak sawit, khususnya menyangkut
kadar asam lemak bebas. Jadi, untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas
tinggi sebaiknya dibuat persiapan panen yang baik. Tanaman kelapa sawit mulai
berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah akan menjadi masak
sekitar 5-6 bulan setelah penerbukan. Agar panenan berjalan lancar, tempat
pengumpulan hasil (TPH) harus dipersiapkan dan jalan pengangkutan hasil (pasar
pikul) diperbaiki untuk memudahkan pengangkutan hasil panen dari kebun ke
pabrik. Para pemanen juga harus mempersiapkan peralatan yang akan digunakan.
Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum agar
tandan buah segar (TBS) yang dipanen sudah matang, sehingga minyak kelapa
sawit yang dihasilkan bermutu baik.

2.6. Kriteria Tanaman Menghasilkan


Agar tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat digolongkan menjadi
tanaman menghasilkan (TM), maka perlu diperhatikan kriteria berikut.
a) Kerapatan panen telah mencapai 60% atau lebih
b) Bobot tandan rata-rata lebih berat daripada 3 kg.
c) Angka sebaran panen lebih banyak daripada 5.

2.6.1 Kerapatan
Kerapatan panen adalah angka persentase jumlah pohon yang memiliki tanda
buah yang sudah matang panen dalam suatu areal pertanaman belum
menghasilkan (TBM). Untuk mengetahui kerapatan panen tersebut, maka
dilakukan pemeriksaan dan pencatatan jumlah pohon yang sudah memiliki tandan
buah matang panen dari setiap petak tanaman yang terdapat dalam areal TBM
tersebut. Bila terdapat lebih dari 60% atau lebih pohon yang mempunyai tandan
matang panen, maka petak tersebut dinyatakan menjadi tanaman menghasilkan
(TM).

2.6.2 Bobot rata-rata tandan


Setiap tandan yang sudah matang panen diambil secara acak dari setiap hektar
tanaman kemudian ditimbang. Jika rata-rata bobot telah lebih dari 3 kg maka
panenan dapat dilakukan dan diteruskan dengan pemeriksaan penyebaran panen.
Bila bobot rata-rata tandan masih di bawah 3 kg, panen harus ditangguhkan,
karena tandan kecil secara teknik tidak dapat diolah pabrik sehingga tidak
mempunyai nilai ekonomis.
Kriteria matang panen yang dijadikan patokan di perkebunan kelapa sawit adalah
bila sudah ada 2 brondolan (buah yang lepas dari tandannya) untuk tiap kilogram
tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau satu brondolan untuk tiap kilogram
tandan beratnya lebih dari 10 kg. Melihat adanya brondolan yang jatuh ke
piringan, maka panenan dapat dilakukan.

2.6.3 Kerapatan sebaran panen


Kerapatan sebaran panen adalah angka yang menyatakan jumlah pohon yang telah
memiliki tandan matang panen dalam baris tanaman pada satu petak (blok)
tanaman sawit. Angka ini penting diketahui untuk efisiensi pemanenan, karena
menyangkut jarak (ruang) dan waktu yang dibutuhkan untuk memanen.

Tabel. Tingkatan TBS yang dipanen


Tingkat Jumlah Brondolan Kematangan
1-12,5% buah luar membrondol
0. Mentah
12,5-25% buah luar membrondol
1. Kurang matang
25-50% buah luar membrondol
2. Matang I
50-75% buah luar membrondol
3. Matang II
75-100% buah luar membrondol
4. Lewat matang I
Buah dalam juga membrondol, dan
5. Lewat matang II
ada buah yang busuk
Sumber: Pusat Penelitan Marihat, 1983
Jadi, berdasarkan tingkat TBS yang dipanen tersebut di atas, maka derajat
kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada tingkat 1,2,
dan 3.
Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan
terkumpulnya brondolan serta pengangkutan yang lancar, maka dalam suatu
panenan akan diperoleh komposisi tingkat tandan segar sebagai berikut.
1) Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya.
2) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah
tandan.
3) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 1 maksimal 20% dari jumlah
tandan.
4) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 4 dan 5 maksimal 15% dari
jumlah tandan.
Untuk memperoleh tingkat kematangan tandan perlu diatur frekuensi panen atau
putaran panen di suatu kebun. Dalam keadaan yang tidak terhindarkan, dapat saja
hasil panenan dari tingkat kematangan tandan yang lebih tinggi, sehingga
komposisi tandan buah segar (TBS) dengan tingkat kematangan (3 dan 4) : 65%,
mulai matang (2) : 20%, dan lewat matang (5) : 15%. Dengan komposisi demikian
akan diperoleh produksi minyak maksimum dengan biaya minimum dan asam
lemak bebas (ALB) masih berada di bawah 5%

2.6.4 Frekuensi panen


Untuk memperoleh keseragaman kematangan pada standar yang dikehendaki,
maka suatu areal pertanaman harus dipanen setiap hari. Karena hal seperti ini
tidak ekonomis, maka perlu diadakan putaran atau rotasi panen.
Untuk menentukan selang atau interval panen yang tepat perlu dievaluasi
kekurangan setiap panen serta kualitas dan kuantitas maksimum. Sebaiknya
memanen tidak perlu terlalu singkat dan terlalu lama untuk memperoleh kuantitas
dan kualitas hasil serta biaya panen yang optimal. Umumnya putaran panen yang
dianjurkan adalah 7-10 hari. Jika selang waktu kurang dari 7 hari, banyak buah
kurang matang; tetapi jika selang waktu lebih dari 10 hari, maka banyak buah
kelewat matang; sehingga tandan buah segar tidak merata matangnya.

2.6.5 Pengolahan Hasil Panen


Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera
diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sawit
yang bermutu tinggi. Proses pengolahan hasil panen ini berlangsung cukup
panjang, dimulai dari pengangkutan TBS dari lahan pertanaman ke pabrik
pengolahan sampai menghasilkan minyak kelapa sawit dan hasil sampingannya.
Hasil olahan utama TBS pada pabrik pengolahan adalah:
1) Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah,
2) Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.

2.6.6 Pengangkutan TBS ke Pabrik Pengolahan


Tandan buah segar (TBS) yang baru dipanen harus segera diangkut ke pabrik
dapat segera diolah. Buah yang tidak dapat segera diolah akan mengalami
kerusakan atau akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas
tinggi, sehingga sangat berpengaruh tidak baik terhadap kualitas minyak yang
dihasilkan.
Salah satu upaya untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas adalah
pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepatnya dan
menggunakan alat angkut yang baik, seperti lori, traktor gandengan, atau truk.
Sebaiknya dipilih alat angkut yang besar, cepat, dan tidak terlalu banyak membuat
guncangan selama dalam perjalanan. Hal ini untuk menjaga agar perlukaan pada
buah tidak terlalu banyak.
Segera setelah sampai di pabrik, pengolahan harus secepatnya ditimbang dulu,
kemudian memasuki tahap-tahap pengelolaan selanjutnya. Tandan buah segar
yang diterima dari kebun harus ditimbang dengan cermat yang nantinya perlu di
dalam proses pengendalian mutu, rendemen hasil yang diperoleh.
TBS yang sudah diterima dari kebun dan sudah ditimbang harus secepat mungkin
masuk pengolahan tahap pertama agar gradasi mutu dapat ditekan sekecil
mungkin, yaitu tahap perebusan atau sterilisasi tanda buah.

2.7. Hasil Produksi Tanaman kelepa Sawit


Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak
makan, margarin,sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan
industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam
peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi
dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh
bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak
menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik. Bagian yang paling
populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan
baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari
sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki
kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan
baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika.
Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak
berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya
mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak
goreng,sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas
yang disebut bungkil inti sawit itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan
makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Buah
diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C.
Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan
cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan
cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan
ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman yang sangat berperan penting
dalam kehidupan kita. Dari berbagai produk yang diproduksi industri dari bahan
baku kelapa sawit ternyata masih banyak kegunaan-kegunaan lain yang membantu
meringankan masyarakat.
Selama ini kita tertutup atas informasi mengenai kelapa sawit, buktinya
masih banyak dari kita yang berpikir bahwa hanya minyak yang dapat dihasilkan
dari tanaman kelapa sawit, ternyata kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai
macam kebutuhan manusia maupun hewan. Contohnya seperti sabun, kosmetika,
industri baja, kawat, radio, kulit, industri farmasi, dan makanan ikan.
Buah kelapa sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar tradisional itu berarti ada
kemungkinan dapat diolah menjadi bahan bakar umum.
DAFTAR PUSTAKA

http://hendrasagio.blogspot.com/2010/10/blog-post.html. Diakses pada tanggal 20


Maret 2012.

http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2122285-panen-
kelapa-sawit/. Diakses pada tanggal 22 Maret 2012.

http://isroi.com/2009/07/29/foto-foto-sawit/. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.


http://kabarsawit.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.

http://rony-bujangjumendang.blogspot.com/2012/01/manajemen-panen-kelapa-
sawit-tujuan.html. Diakses pada tanggal 22 Maret 2012.

http://sawitgembala.blogspot.com/2010/08/kegiatan-panen-buah-segar-kelapa-
sawit.html. Diakses pada tanggal 22 Maret 2012.

http://sawitku.wordpress.com/2009/10/31/berbagai-hasil-olahan-dari-kelapa-
sawit/. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.

http://wwwbutonutara.blogspot.com/2011/09/kelapa-sawit-butur-untuk-
kepentingan.html. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.

Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Yrama Widya.
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai