PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mengerti tentang HAM
2. Mengerti sejarah dan perkembangan HAM di Indonesia dan dunia
3. Agar mahasiswa mampu menerapkan dan mengimplementasikan HAM dalam kehidupan
sehari-hari
4. Agar mahasiswa mengetahui contoh dan bentuk pelanggaran HAM
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian HAM
Istilah Hak Asasi Manusia (HAM) dalam beberapa bahasa asing dikenal dengan sebutan
droit de i’home (Perancis), yang berarti hak manusia, human right (Inggris) atau mensen rechten
(Belanda) yang dalam bahasa Indonesia disalin menjadi hak-hak kemanusiaan atau hak-hak asasi
manusia.
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak dasar yang dimiliki manusia sesuai dengan
kodratnya, melekat pada diri manusia dan tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak
sebagai manusia.Seperti yang tertuang dalam pembukaan piagam hak asasi manusia vide Tap
2
MPR No.XVII/MPR/1998 Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri
manusia secara kodrat, universal, dan abadi sebagai anugerah yang diberikan oleh tuhan yang
maha esa.Seperti hak hidup, hak berkeluarga, hak untuk mengembangkan diri, hak keadilan, hak
kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak kesejahteraan merupakan hak yang
tidak boleh deiabaikan atau dirampas oleh siapapun.
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (pasal 1 ayat 1
UU No.39 Tahun 1999).
Koentjoro Poerbapranoto (1976) berpendapat, Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang
dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sehingga
sifatnya suci.
John Locke mengemukakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh
Tuhan yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodrati(Mansyur Effendi, 1994).
Prof. Dr. Dardji Darmodiharjo, SH mengemukakan bahwa HAM adalah hak-hak dasar
atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Atas dasar itulah maka tidak ada orang atau badan manapun yang dapat mencabut hak itu
dari tangan pemiliknya.Demikian pula tidak ada seorangpun diperkenankan untuk merampasnya,
serta tidak ada kekuasaan apapun untuk membelenggunya.
3
sendiri tidak terikat pada hukum), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat dimintai
pertanggungjawaban di muka umum. Dari sinilah lahir doktrin raja tidak kebal hukum lagi dan
mulai bertanggungjawab kepada hukum.Sejak itu mulai dipraktekkan kalau raja melanggar
hukum harus diadili dan harus mempertanggungjawabkan kebijakasanaannya kepada
parlemen.Jadi, sudah mulai dinyatakan dalam bahwa raja terikat kepada hukum dan
bertanggungjawab kepada rakyat, walaupun kekuasaan membuat Undang-undang pada masa itu
lebih banyak berada di tangan raja.Dengan demikian, kekuasaan raja mulai dibatasi sebagai
embrio lahirnya monarkhi konstitusional yang berintikan kekuasaan raja sebagai simbol belaka.
Lahirnya Magna Charta ini kemudian diikuti oleh perkembangan yang lebih konkret,
dengan lahirnya “Bill of Rights” di Inggris pada tahun 1689. Pada masa itu mulai timbul
adagium yang intinya adalah bahwa manusia sama di muka hukum (equality before the
law).Adagium ini memperkuat dorongan timbulnya negara hukum dan demokrasi.
Bill of rights melahirkan asas persamaan.Para pejuang HAM dahulu sudah berketatapan bahwa
hak persamaan harus diwujudkan betapapun beratnya resiko yang dihadapi karena hak
kebebasan baru dapat diwujudkan kalau ada hak persamaan.Untuk mewujudkan semua itu, maka
lahirlah teori Roesseau (tentang contract social/perjanjian masyarakat), Motesquieu dengan Trias
Politikanya yang mengajarkan pemisahan kekuasaan guna mencegah tirani, John Locke di
Inggris dan Thomas Jefferson di Amerika dengan hak-hak dasar kebebasan dan persamaan yang
dicanangkannya.
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration of
Independence yang lahir dari paham Roesseau dan Montesqueu. Jadi, walaupun di Perancis
sendiri belum dirinci apa HAM itu, tetapi di Amerika Serikat lebih dahulu mencanangkan secara
lebih rinci. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya,
sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir, ia harus dibelenggu.
Selanjutnya pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration, dimana hak-hak yang lebih rinci
lagi melahirkan dasar The Rule of Law. Antara lain dinyatakah tidak boleh ada penangkapan dan
penahanan yang semena-mena, termasuk ditangkap tanpa alasan yang sah dan ditahan tanpa
surat perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang sah. Dinyatakan pula presumption of
innocence, artinya orang-orany yang ditangkap kemudian ditahan dan dituduh, berhak
dinyatakan tidak bersalah sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang
menyatakan ia bersalah. Dipertegas juga dengan freedom of expression (bebas mengelaurkan
pendapat), freedom of religion (bebas menganut keyakinan/agama yang dikehendaki), the right
of property (perlindungan terhadap hak milik) dan hak-hak dasar lainnya.Jadi, dalam French
4
Declaration sudah tercakup semua hak, meliputi hak-hak yang menjamin tumbuhnyademokrasi
maupun negara hukum yang asas-asasnya sudah dicanangkan sebelumnya.
5
berselisih, maka rakyatlah yang memustuskan.Jadi asas-asas HAM yang telah disorot sekarang,
semuanya sudah diterpkan oleh Raja-Raja dahulu, namun hal ini kurang diperhatikan karena
sebagian ahli hukum Indonesia sendiri agaknya lebih suka mempelajari teori hukum
Barat.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa HAM sudah lama lahir di Indonesia, namun
dalam perkembangannya tidak menonjol karena kurang dipublikasikan.
Human Rights selalu terkait dengan hak individu dan hak masyarakat.Ada yang bertanya
mengapa tidak disebut hak dan kewajban asasi.Juga ada yang bertanya mengapa bukan Social
Rights. Bukankan Social Rights mengutamakan masyarakat yang menjadi tujuan ?Sesungguhnya
dalam Human Rights sudah implisit adanya kewajiban yang harus memperhatikan kepentingan
masyarakat.Demikian juga tidak mungkin kita mengatakan ada hak kalau tanpa kewajiban.
Orang yang dihormati haknya berkewajiban pula menghormati hak orang lain. Jadi saling
hormat-menghormati terhadap masing-masing hak orang.Jadi jelaslah kalau ada hak berarti ada
kewajiban.
6
Pada periode ini proses penegakan HAM mengalamai kemunduran ,karena HAM tidak lagi
dihormati, dilindungi, dan ditegakkan.Sikap defensive pemerintah tercermin dengan peran media
yang tidak bebas, kebebasan bersuara atau berpendapat di depan umum dibatasi bahkan
terkadang dilarang.Banyak terjadi kasusx pelanggaran HAM yang belum terpecahkan samapi
sekarang yaitu Tragedi Semanggi, Tanjung Priok, Peristiwa Tri Sakti.
Namun pada periode ini ada sedikit kemajuan dalam proses penegakan HAM salah satunya
dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) berdasarkan KEPRES
No.50 tahun 1993 tanggal 7 Juni 1993.
4) Periode Reformasi (1998-Sekarang)
Pergantian rezim pemerintahan pada tahun 1998 memberikan dampak yang sangat besar pada
penegakan dan perlindungan HAM di Indonesia.Pada saat ini mulai dilakukan pengkajian
terhadap beberapa kebijakan pemerintah orde baru yang berlawanan dengan pemajuan dan
perlindungan HAM.Selanjutnya dilakukan penyusunan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pemberlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan kemasyarakatan di
Indonesia.
Banyak pengusutan dan penyeledikan kasus pelanggaran pada masa reformasi ini.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap
individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat
bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.Karena hak kita dibatasi oleh
hokum dan hak orang lain.Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh
perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu negara akan diadili dalam
pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum
acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
3.2 Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita
sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan
sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan
dinjak-injak oleh orang lain.Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan
mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain.
8
9