Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

CEDERA KEPALA

A. PENGERTIAN
cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak
(Morton, 2012).
Suatu gangguan trauma dari otak disertai atau tanpa perdarahan intestinal dalam
substansi otak, tanpa diikuti terputusnya kontinuitas dari otak.
Cedera kepala berat adalah cedera karena tekanan atau benturan benda keras pada
kepala yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi neurology sementara atau menurunnya
kesadaran sementara, penderita biasanya mengeluh pusing nyeri kepala tanpa adanya kerusakan
lainnya.

B. ETIOLOGI
1. Cedera Akselerasi : terjadi jika objek bergerak menghantam kepala yang tidak bergerak
(mis: alat pemukul menghantam kepala atau peluru yang ditembakkan ke kepala)
2. Cedera Deselerasi : terjadi jika kepala yang bergerak membentur objek diam seperti pada
kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala membentur kaca depan mobil.
3. Cedera Akselerasi-Deselerasi : sering terjadi dalam kasus kecelakaan kendaraan bermotor
dan episode kekerasan fisik
4. Cedera Coup-countre coup : terjadi jika kepala terbentur yang menyebabkan otak bergerak
dalam ruang kranial dan dengan kuat mengenal area tulang tengkorak yang berlawanan serta
area kepala yang pertama kali terbentur sebagai contoh pasien dipukul dibagian belakang
kepala.
5. Cedera rotasional : terjadi jika pukulan/benturan menyebabkan otak berputar dalam rongga
tengkorak,yang mengakibatkan peregangan atau robeknya neuron dalam substansia alba
serta robeknya pembuluh darah yang memfiksasi otak dengan bagian dalam rongga
tengkorak
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Wong (2009),dalam analisis praktik Ria Rahmi,FIK UI ,2013) orang yang mengalami
cedera kepala akut memiliki beberapa tanda dan gejala. Dengan mengetahui manifestasi klinis
dari cedera kepala, dapat di bedakan antara cedera kepala ringan dan berat.

Manifestasi Cedera Kepala


Cedera ringan Dapat menimbulkan hilang kesadaran
Periode konfusi (kebingungan) transien
Somnolen Gelisah Iritabilitas Pucat
Muntah (satu kali atau lebih)

Tanda-tanda progestivitas Perubahan status mental (misalnya anak


sulit dibangunkan) Agitasi memuncak
Timbul tanda-tanda neurologik lateral
fokal dan perubahan tanda-tanda vital
yang tampak jelas
Cedera berat Tanda-tanda peningkatan TIK Perdarahan
retina Paralisis ekstraokular (terutama
saraf kranial VI) Hemiparesis
Kuadriplegia Peningkatan suhu tubuh
Cara berjalan yang goyah Papiledema
(anak yang lebih besar) dan perdarahan
retina.
Tanda-tanda yang menyertai Cedera kulit (daerah cedera pada kepala)
Cedera lainnya (misalnya pada
ekstremitas).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ronsent tengkorak.
2. Angiografi /karotis/vertebralis.
3. CT Scan.
4. MRI
5. EEG

D. PENATALAKSANAAN
1. Stabilisasi kardiopulmoner mencakup prinsip-prinsip ABC (Airway-Breating-Circulation)
2. Semua cedera kepala berat memerlukan tindakan intubasi pada kesempatan pertama
3. Pemeriksaan umum untuk mendeteksi berbagai macam cedera atau gangguan-gangguan
dibagian tubuh lainnya
4. Pemeriksaan neurologis mencakup respons mata, motorik, verbal, pemeriksaan pupil, reflek
okulosefalik dan okuloves tubuler. Penilaian neurologis kurang bermanfaat bila tekanan
darah penderita rendah (syok)
5. Penanganan cedera-cedera dibagian lainnya
6. Pemberian pengobatan seperti: antiedemaserebri, anti kejang, dan natrium bikarbonat
7. Tindakan pemeriksaan diagnostic seperti sken tomografi computer otak,angiografi serebral
dan lainnya.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi utama trauma kepala adalah perdarahan, infeksi, edema dan herniasi melalui
tontronium. Infeksi selalu menjadi ancaman yang berbahaya untuk cedera terbukja dan edema
dihubungkan dengan trauma jaringan. Uptur vaskular dapat terjadi sekalipun pada cedera
ringan; keadaan ini menyebabkan perdarahan di antara tulang tengkorak dan permukaan
serebral. Kompesi otak di bawahnya akan menghasilkan efek yang dapat menimbulkan
kematian dengan cepat atau keadaan semakin memburuk (Wong, Hockenberry, Wilson,
Winkelstein & Schwartz, 2009 dalam analisis praktik Ria Rahmi,FIK UI ,2013)

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
pada pasien dengan cedera kepala berat, antara lain:
1. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran
saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.
2. Pemeriksaan fisik head to toe.
1. Pemeriksaan kepala
a. Jejas di kepala meliputi; hematoma sub kutan, sub galeal, luka terbuka,luka tembus dan
benda asing.
b. Tanda patah dasar tengkorak, meliputi; ekimosis periorbita (brillhematoma), ekimosis
post auricular (battle sign), rhinorhoe, danotorhoe serta perdarahan di membrane
timpani atau leserasi kanalisauditorius.
c. Tanda patah tulang wajah meliputi; fraktur maxilla (Lefort), fraktur rimaorbita dan
fraktur mandibula
d. Tanda trauma pada mata meliputi; perdarahan konjungtiva, perdarahanbilik mata
depan, kerusakan pupil dan jejas lain di mata.
e. Auskultasi pada arteri karotis untuk menentukan adanya bruit yangberhubungan
dengan diseksi karotis
2. Pemeriksaan pada leher dan tulang belakang.Mencari tanda adanya cedera pada tulang
servikal dan tulang belakang dancedera pada medula spinalis. Pemeriksaan meliputi
jejas, deformitas, statusmotorik, sensorik, dan autonomik.
8. Sistem respirasi : suara nafas, pola nafas (kusmaull, cheyene stokes, biot, hiperventilasi,
ataksik), terdiri dari:
a. Airway
Kaji adanya obstruksi jalan antara lain suara stridor, gelisah karena hipoksia,
penggunaan otot bantu pernafasan, sianosis.
b. Breathing
Inspeksi frekuensi nafas, apakah terjadi sianosis karena luka tembus dada, fail chest,
gerakan otot pernafasan tambahan. Kaji adanya suara nafas tambahan seperti ronchi,
wheezing.
c. Circulation
Kaji adanya tanda-tanda syok seperti: hipotensi, takikardi, takipnea, hipotermi, pucat,
akral dingin, kapilari refill >2 detik, penurunan produksi urin.
d. Disability
Kaji tingkat kesadaran pasien serta kondisi secara umum.
e. Eksposure.
Buka semua pakaian klien untuk melihat adanya luka.
9. Kardiovaskuler: pengaruh perdarahan organ atau pengaruh PTIK (Peningkatan Tekanan
Intra Kranial).
10. Sistem saraf: Kesadaran klien (nilai GCS)
a. Ringan
1.) GCS = 13 – 15
2.) Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.
3.) Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.
b. Sedang
1.) GCS = 9 – 12
2.) Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24
jam.
3.) Dapat mengalami fraktur tengkorak.
c. Berat
1.) GCS = 3 – 8
2.) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
3.) Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
11. Fungsi saraf kranial: trauma yang mengenai/meluas ke batang otak akan melibatkan
penurunan fungsi saraf kranial.
12. Fungsi sensori-motor: adakah kelumpuhan, rasa baal, nyeri, gangguan diskriminasi suhu,
anestesi, hipertesia, hiperalgesia, riwayat kejang.
13. Sistem pencernaan: bagaimana sensori adanya makanan di mulut, refleks menelan,
kemampuan mengunyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak. Jika pasien sadar tanyakan
pola makan
14. Waspadai fungsi ADH, aldosteron: retensi natrium dan cairan.
15. Retensi urine, konstipasi, inkontinensia.
16. Kemampuan bergerak : kerusakan area motorik, hemiparesis/plegia, gangguan gerak
volunter, ROM (Range Of Motion), kekuatan otot.
17. Kemampuan komunikasi : kerusakan pada hemisfer dominan, disfagia atau afasia akibat
kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.
18. Psikososial : ini penting untuk mengetahui dukungan yang didapat pasien dari keluarga.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, biologis : trauma; peningkatan asam laktat
di otak.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema
serebral/penyumbatan aliran darah
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi atau kognitif. Penurunan
kekuatan/tahanan. Terapi pembatasan /kewaspadaan keamanan, misal: tirah baring,
imobilisasi.
5. Ansietas berhubungan dengan transisi dan krisis situasional. Ketidakpastian tentang
hasil/harapan

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, biologis : trauma; peningkatan asam laktat
di otak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri pada
klien teratas
KriteriaHasil :
1. ketidak berdayaan 5
2. gangguan pada aktifitas sehari-hari 5
3. gangguan aktifita fisik 5
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
2. manajemen lingkungan 2. manajemen lingkungan
a. berikan sumber-sumber edukasi yang a. pemahaman klien terhadap
relevan dan berguna mengenai penyakitnya perlu mendukung untuk
manajemen meningkatkan kesembuhan.
b. tentukan tujuan klien dan keluarga b. mempermudah klien, keluarga dan
sediakan lingkungan yang aman dan perawat dalam penyembuhan
bersih
3. manajemen nyeri 3. manajemen nyeri
a. berikan informasi seperti penyebab a. Pemahaman klien tentang penyebab
nyeri berapa lama nyeri akan dirasakan nyeri yang terjadi akan mengurangi
ketegangan klien untuk diajak kerjasam
b. ajarkan prinsip b. mempermudah klien untuk mendeteksi
-prinsip manajemen nyeri nyeri, seperti sakala dan seperti apa
nyerinya
c. observasi adanya petunjuk nonverbal c. petunjuk nonverbal menentukan
mengenai ketidaknyamanan ketidaknyamanan yang dirasakan klien
4. terapi relaksasi 4. terapi relaksasi dapat mengurangi nyeri
5. monitor TTV 5. TTv untuk mengetahui perkembangan
kondisi klien

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nutrisi klien
adekuat
KriteriaHasil :
1. hasrat untuk makan 5
2. energi untuk makan 5
3. intake makan 5
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
1. manajemen nutrisi 1. manajemen nutrisi
a. identifikasi adanya alergi atau a. mengidentifikasi adanya alergi
intoleransi makanan yang dimiliki klien terhadap makanan untuk mencegah
munculnya masalahkeperawatan baru
b. tentukan status gizi kliendan b. menghindari adanya kelebihan atau
kemampuan klien untuk memenuhi kekurangan gizi pada klien
kebutuhan gizi
c. ciptakan lingkungan yang optimal c. lingkungan yang optimal dapat
pada saat mengkonsumsi makanan meningkatkan nafsu makan klien.
d. tentukan jumlah kalori dan jumlah d. menghindari kesalahan dalam
nutrisi yang dibutuhkan pemberian makanan pada klien
e. beri obat-obatan sebelum makan e. menghindari mual muntah atau
sesuatu yang dapat menurunkan
keinginan untuk makan
f. monitor kalori dan asupan makanan f. mempercepat penyembuhan
2. pengaturan posisi 2. menghindari ketidaknyamanan

3. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema


serebral/penyumbatan aliran darah
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral kembali normal
Kriteria Hasil :
1. Tidak ada peningkatan TIK atau TIK dalam batas normal
2. Tingkat kesadaran pasien composmentis/ sadar penuh
3. Tekanan darah pasien dalam batas normal (120/80 mmHg)
4. Nyeri pada kepala berkurang (skala 1 dari 0-10 yang diberikan )
5. Pasien tidak gelisah
6. Pasien tidak mual dan muntah
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
Monitor neurologi:
1. Monitor tingkat kesadaran pasien 1. Memantau tingkat kesadaran klien
dan GCS
2. Monitor refleks pupil, ukuran, 2. Mengetahui keadaan umum klien
bentuk pasien
3. Monitor tanda-tanda vital 3. Sebagai indikator status kesehatan
klien
4. Monitor status respirasi pasien 4. Mengetahui status pernapasan klien
5. Pantau tanda-tanda adanya 5. Memantau adanya perubahan pada
peningkatan TIK status kesehatan klien
6. Monitor kekuatan otot pasien 6. Untuk menilai kekuatan oto klien
7. Berikan posisi nyaman atau head up 7. Posisi yang tepat dapat memberikan
30º kenyamanan bagi klien
8. Delegasi pemberian obat untuk 8. Kolaborasi untuk tindakan selanjutnya
melancarkan aliran darah dalam pada klien
otak

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan persepsi atau kognitif. Penurunan
kekuatan/tahanan. Terapi pembatasan /kewaspadaan keamanan, misal: tirah baring,
imobilisasi.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .... × 24 jam diharapkan
mobilitas fisik klien maksimal
KriteriaHasil :
1. Keseimbangan (5)
2. Gerakan otot (5)
3. Gerakan sendi (5)
4. Berjalan (5)
5. Bergerak dengan mudah (5)
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
A. Perawatan tirah baring
1. Posisikan sesuai body alignment 1. Memberikan posisi yang tepat agar
yang tepat pasien merasa nyaman
2. Gunakan alat tempat tidur yang 2. Melindungi pasien agar tidak jatuh
melindungi pasien
3. Monitor kondisi kulit pasien 3. Menghindari adanya ulkus dekubitus

B. Manajemen energi
1. Kaji status fisiologis pasien yang 1. Mengetahui adanya kelelahan pada
menyebabkan kelelahan sesuai pasien
dengan konteks usia dan
perkembangan
2. Monitor intake/asupan nutrisi 2. Memantau adanya ketidakseimbangan
untuk mengetahui sumber energi nutrisi yang menyebabkan pasien
yang adekuat kurang dalam aktivitas
3. Lakukan ROM aktif/pasif untuk 3. Untuk mengetahui kekuatan otot
menghilangkan ketegangan otot pasien
5.Ansietas berhubungan dengan transisi dan krisis situasional. Ketidakpastian tentang
hasil/harapan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan klien tidak
mengalami kecemasan
Kriteria hasil :
1. Perasaan gelisah (5)
2. Peningkatan tekanan darah (5)
3. Peningkatan frekuensi nadi (5)
4. Peningkatan frekuensi pernapasan (5)
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
A. Pengurangan kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang tenang 1. Meyakinkan klien agar klien merasa
dan meyakinkan percaya dan mau dilakukan tindakan
keperawatan
2. Dengarkan klien 2. Klien dapat mengungkapkan
penyebab kecemasannya sehingga
perawat dapat menentukan tingkat
kecemasan klien dan menentukan
intervensi untuk klien selanjutnya.
3. Instrusikan klien untuk 3. Teknik relaksasi dapat merelakskan
menggunakan teknik relaksasi klien, dan klien merasa nyaman
B. Terapi trauma : anak
1. Ajarkan teknik manajemen stress 1. Mengurangi stress dan ketakutan pada
tertentu sebelum explorasi trauma anak saat di rumah sakit
untuk mengembalikan kontrol
atas pikiran dan perasaan
2. Libatkan orang tua dengan tepat 2. Mempermudah tindakan pada anak
dalam terapi dengan melibatkan orang tuanya
C. Monitor tanda-tanda vital Sebagai indikator status kesehatan klien
5. REFERENSI
TH Herdman S. kamitsuru 2015. Diagnosis keperawatan; Definisi, Dan klasifikasi 2015-2017/
Editor, T, Heath Herman: Alih bahasa, Made Suwarti, Dan Nike Budhi Subekti :Editor
Edisi Bahasa Indonesia , Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani, Jakarta; EGC
Amin Huda Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan keperawatan praktis. Jogjakarta.
Mediaction
Rahmi Ria. 2013. analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada
pasien cedera kepala di rsup fatmawati. Depok. https://id.scribd.com/ document/
350606304/Jurnal-cedera-kepala-pdf. Diakses pada tanggal 28 Januari 2018, jam 4.30
WIB

Anda mungkin juga menyukai