Bus kota datang, tumini berusaha naik lewat pintu belakang, tapi kakinya kok tidak sampai di
tangga bus. Menyadari keketatan roknya, tangan kiri menjulur ke belakang untuk menurunkan
sedikit resleting roknya supaya agak longgar.
Tapi, ough, masih juga belum bisa naik. Ia mengulangi untuk menurunkan lagi resleting roknya.
Belum bisa naik juga ke tangga bus. Untuk usaha yang ketiga kalinya, belum sampai dia
menurunkan lagi resleting roknya, tiba-tiba ada tangan kuat mendorong pantatnya dari belakang
sampai Marini terloncat dan masuk ke dalam bus.
Tumini melihat ke belakang ingin tahu siapa yang mendorongnya, ternyata ada pemuda gondrong
yang cengar-cengir melihat Tumini.
“Hei, kurang ajar kau. Berani-beraninya nggak sopan pegang-pegang pantat orang!”
Si pemuda menjawab kalem, “Yang nggak sopan itu situ, Mbak. Masak belum kenal aja berani-
beraninya nurunin resleting celana gue.”
Si Jono
Iteung baru saja di terima sebagai guru bimbingan konseling di sebuah sekolah.
Suatu hari dia melihat si Jono berdiri sendirian di pinggir lapangan belakang sekolah, sementara
ada murid yang lain sedang asyik bermain bola di tengah lapangan.
Karena merasa kasihan, Item mendekat dan menyapa dengan ramah. "Hai Jono, bolehkah Bu
Guru menemani kamu?"
"Iya, boleh Bu", Jono menjawab. Tapi pandangan mata anak itu masih tertuju pada teman-
temannya di tengah lapangan.
"Ah, anak ini kasihan sekali.. Pasti dia ingin ikut bermain", pikir Iteung.
Sebagai guru bimbingan konseling yang baik, Iteung ingin tahu masalah apa yang membuat Jono
menyendiri seperti itu.
Iteung.... @#$%?_&^(/???)^_^