PENDAHULUAN
Kebijakan akuntansi
Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip tertentu, basis, konvensi, peraturan dan
praktik yang diterapkan oleh entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Ketika sebuah IFRS secara khusus berlaku untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya,
kebijakan akuntansi atau kebijakan diterapkan untuk item yang akan ditentukan dengan
menerapkan IFRS dan mempertimbangkan setiap Pedoman Pelaksanaan relevan yang
dikeluarkan oleh IASB untuk IFRS.
Dengan tidak adanya Standar atau Interpretasi yang secara khusus berlaku untuk
transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya, manajemen harus menggunakan penilaian dalam
mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi
yang relevan dan dapat diandalkan. Dalam membuat manajemen penilaian mengacu pada,
sebuah mempertimbangkan penerapan, sumber-sumber berikut dalam urutan menurun:
a. persyaratan dan bimbingan dalam SAK berurusan dengan masalah yang sama dan
terkait; dan
b. definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset, kewajiban,
pendapatan dan beban di Kerangka konseptual.
Entitas harus memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten untuk
transaksi yang sama, peristiwa dan kondisi lain, kecuali sebuah IFRS secara khusus
membutuhkan atau memungkinkan kategorisasi barang yang kebijakan yang berbeda
mungkin tepat. Jika IFRS membutuhkan atau memungkinkan kategorisasi tersebut,
kebijakan akuntansi yang sesuai harus dipilih dan diterapkan secara konsisten untuk setiap
kategori.
Suatu entitas harus mengubah kebijakan akuntansi hanya jika perubahan:
a. diperlukan oleh IFRS; atau
b. hasil dalam laporan keuangan memberikan informasi yang handal dan lebih
relevan
tentang efek dari transaksi, kejadian-kejadian atau kondisi pada posisi keuangan
entitas, kinerja keuangan atau arus kas.
Entitas harus memperhitungkan perubahan kebijakan akuntansi yang dihasilkan dari
penerapan awal suatu IFRS sesuai dengan ketentuan transisi yang spesifik, jika ada, dalam
IFRS itu. Ketika suatu entitas perubahan kebijakan akuntansi atas penerapan awal dari IFRS
yang tidak termasuk ketentuan peralihan khusus yang berlaku untuk perubahan itu, atau
perubahan kebijakan akuntansi secara sukarela, itu akan berlaku perubahan secara
retrospektif. Namun, perubahan kebijakan akuntansi harus diterapkan secara retrospektif
kecuali sejauh bahwa tidak praktis untuk menentukan baik efek-periode tertentu atau efek
kumulatif dari perubahan.
Perubahan dalam Estimasi Akuntansi
Penggunaan estimasi yang memadai merupakan bagian penting dari penyusunan
laporan keuangan dan tidak melemahkan kehandalan mereka. Perubahan estimasi
akuntansi adalah penyesuaian nilai tercatat aset atau kewajiban, atau jumlah konsumsi
periodik aset, yang dihasilkan dari penilaian status sekarang, dan manfaat masa depan yang
diharapkan dan kewajiban terkait dengan, aset dan kewajiban. Perubahan estimasi
akuntansi hasil dari informasi baru atau perkembangan baru dan sesuai, tidak koreksi
kesalahan. Pengaruh perubahan estimasi akuntansi, harus diakui secara prospektif oleh
termasuk dalam laporan laba rugi di:
a. periode perubahan, jika perubahan mempengaruhi periode saja; atau
b. periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan mempengaruhi kedua.
Bilamana suatu entitas mengubah kebijakan akuntansi atas dasar suatu standar atau
interpretasi yang baru atau yang sudah diubah, maka provisi peralihan tertentu harus diikuti
dalam mengadopsi perubahan.Namun, bilamana tidak ada provisi peralihan ditetapkan,
atau apabila entitas mengubah kebijakan akuntansinya secara sukarela, maka perubahan
tersebut harus diterapkan berlaku surut (seolah-olah kebijakan tersebut telah selalu
diterapkan).
Bilamana perubahan yang diterapkan berlaku surut, maka angka-angka komparatif
(periode pelaporan sebelumnya) yang disajikan di dalam laporan keuangan harus
dinyatakan kembali seolah-olah kebijakan baru telah selalu diterapkan.Dampak dari
kebijakan baru atas laba ditahan (retained earnings) sebelum periode terawal disajikan
harus disesuaikan terhadap saldo awal daripada laba ditahan.Apabila tidak dapat
dipraktekkan untuk menentukan efek periode spesifik atau efek kumulatif dari perubahan,
maka entitas harus menerapkan perubahan secara prospektif dari mulai periode terawal
yang praktis memungkinkan.
Pengungkapan atas Perubahan Kebijakan Akuntansi
Penerapan awal suatu standar atau intrepretasi. Bilamana suatu standar atau
interpretasi yang baru diterapkan, maka entitas harus mengungkapkan perubahan bilamana
mempunyai efek atas periode berjalan atau periode sebelumnya atau mempunyai efek atas
periode masa datang, akan tetapi tidak dapat dipraktikkan untuk menentukan jumlah
penyesuaian yang diperlukan di dalam periode berjalan atau periode sebelumnya atau yang
diharuskan di dalam periode masa datang. Entitas harus mengungkapkan:
Judul standar atau interpretasi;
Bilamana dapat diterapkan, bahwa perubahan yang dilakukan sesuai dengan
persyaratan peralihan;
Sifat perubahan kebijakan akuntansi;
Bilamana dapat diterapkan, suatu keterangan mengenai persyaratan peralihan;
Bilamana dapat diterapkan, persyaratan peralihan harus mempunyai dampak atas
periode masa datang; .
Untuk periode berjalan dan setiap periode sebelumnya yang disajikan hingga sebatas
yang dapat dipraktikkan, maka jumlah penyesuaian untuk setiap pos lini laporan
keuangan;
Bilamana dapat diterapkan, pendapatan persaham dasar dan dilusian untuk periode
berjalan dan setiap periode sebelumnya yang disajikan sebatas yang dapat
dipraktekkan; dan
Bilamana penerapan retrospektif tidak dapat dipraktekkan, maka keadaanlah yang
menyebabkan penerapan tidak dapat dipraktekkan dan tanggal dari mana kebijakan
akuntansi telah diterapkan.
Perubahan Kebijakan Akuntansi Secara Sukarela. Dalam hal perubahan kebijakan akuntansi
secara sukarela, bilamana perubahan sebelumnya mempunyai dampak pada periode
berjalan atau periode sebelumnya atau mempunyai dampak pada periode masa datang,
akan tetapi tidak dapat dipraktekkan guna menentukan jumlah penyesuaian yang
dipersyaratkan di dalam periode berjalan atau periode sebelumnya atau yang
dipersyaratkan di dalam periode masa datang, maka entitas harus membuat pengungkapan:
Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
Alasan atas kebijakan baru yang memberikan informasi yang andal dan yang lebih
relevan;
Untuk periode berjalan dan setiap periode sebelumnya disajikan, hingga sebatas
yang dapat dipraktekkan, maka jumlah penyesuaian untuk setiap pos lini laporan
keuangan;
Bilamana dapat diterapkan, pendapatan per saham dasar dan dilusian untuk periode
berjalan dan setiap periode sebelumnya yang disajikan sebatas yang dapat
dipraktekkan; dan
Jumlah penyesuaian yang terkait dengan periode sebelum hal tersebut disajikan,
hingga sebatas yang dapat dipraktekkan; dan
Bilamana penerapan berlaku surut tidak dapat dipraktikkan, maka keadaanlah yang
menyebabkan penerapan tidak dapat dipraktekkan dan tanggal dari mana kebijakan
akuntansi telah diterapkan.
Bilamana standar atau interpretasi telah diterbitkan tetapi belum efektif, maka
entitas harus mengungkapkan fakta bahwa standar-standar atau interpretasi tersebut telah
diterbitkan pada tanggal otorisasi laporan keuangan tetapi tidak efektif.
Setiap informasi yang diketahui atau yang dapat diestimasi berkaitan dengan
penilaian terhadap dampak kemungkinan dari standar atau interpretasi baru harus juga
diungkapkan.Laporan keuangan periode berikutnya tidak perIu mengulang pengungkapan
tersebut.
Estimasi Akuntansi
Estimasi akuntansi merupakan estimasi entitas yang dapat mempengaruhi elemen-elemen
dalam LK.
i. Estimasi harus melibatkan pertimbangan entitas berdasarkan informasi terkini yang
tersedia dan dapat diandalkan.
ii. Banyak hal yang mempengaruhi elemen LK yang tidak dapat diukur secara akurat
namun hanya dapat diestimasi karena ketidakpastian yang melekat pada aktivitas
bisnis.
iii. Penggunaan estimasi yang reasonable adalah yang terpenting dalam penyusunan LK
tanpa menyesampingkan keandalannya.
Perubahan Estimasi Akuntansi.
i. Penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas, atau jumlah pemakaian periodik
aset, yang berasal dari penilaian status kini, dan ekspektasi manfaat masa depan dan
kewajiban yang terkait dengan, aset dan liabilitas.
ii. Perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan
baru dan,
iii. Oleh karena itu, bukan dari koreksi kesalahan.
Entitas harus mengakui efek dari perubahan estimasi secara prospektif sebagai berikut:
i. Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan
laibilitas, atau terkait dengan suatu item ekuitas, perubahan estimasi akuntansi
tersebut diakui dengan menyesuaikan jumlah tercatat item aset, laibilitas, atau
ekuitas yang terkait pada periode perubahan.
ii. Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan penerapan di atas, diakui
secara prospektif dalam laporan laba rugi pada:
a) Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
b) Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada
keduanya.
Atas catatan mengenai ketidakpastian yang inheren dalam aktivitas bisnis, banyak
pos yang ada di dalam laporan keuangan yang diestimasi karena tidak dapat diukur dengan
akurat.Estimasi akuntansi mungkin dapat mengubah catatan lingkungan bisnis, atau ketika
manajemen memperoleh lebih banyak pengalaman.Perubahan semacam ini tidak perlu
untuk menyatakan kembali atas laporan keuangan periode sebelumnya, karena tidak
menyatakan kepada suatu koreksi dari suatu kesalahan.
Sebagai akibat ketidakpastian yang melekat dalam aktivitas bisnis, banyak unsur dalam
laporan keuangan tidak dapat diukur dengan tepat tetapi hanya dapat diestimasi.Estimasi
melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi terkini yang tersedia dan andal. Misalnya,
estimasi mungkin diperlukan untuk:
i. Piutang tidak tertagih;
ii. Persediaan yang rusak;
iii. Nilai wajar aset keuangan atau laibilitas keuangan;
iv. Umur manfaat, atau ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa mendatang
yang melekat pada, aset yang didepresiasikan; dan
v. Kewajiban garansi penggunaan estimasi rasional adalah bagian mendasar untuk
penyiapan laporan keuangan dan tidak mengurangi keandalannya.
Estimasi mungkin perlu direvisi jika terjadi perubahan keadaan yang menjadi dasar
estimasi atau akibat informasi baru atau tambahan pengalaman.Sesuai sifatnya, revisi
estimasi tidak terkait dengan periode lalu dan bukan koreksi suatu kesalahan.Suatu
perubahan dalam dasar pengukuran yang digunakan adalah perubahan kebijakan akuntansi,
dan bukan perubahan estimasi akuntansi.Ketika sulit untuk membedakan suatu perubahan
kebijakan akuntansi dengan perubahan estimasi akuntansi, maka perubahan tersebut
diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi.
Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan penerapan paragraf 37, diakui
secara prospektif dalam laporan laba rugi pada:
i. Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
ii. Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada
keduanya.
Kesalahan
Kesalahan di dalam laporan keuangan dapat menimbulkan catatan mengenai
pengakuan, pengukuran, penyajian yang salah, atau pengungkapan pos di dalam laporan
keuangan.Bilamana laporan keuangan berisi kesalahan-kesalahan yang material, maka tidak
dapat dianggap mematuhi IFRS.
Tiga analisis kesalahan:
1. Jenis kesalahan yang terlibat
2. Jurnal yang diperlukan untuk membetulkan kesalahan
3. Cara penyajian ulang laporan keuangan setelah kesalahan ditemukan
Kesalahan diperlakukan sebagai penyesuaian periode sebelumnya dan dilaporkan pada
pertiode berjalan sebagai penyesuaian terhadap neraca awal saldo laba.
1. Kesalahan Laporan Posisi Keuangan merupakan kesalahan yang hanya
mempengaruhi penyajian aset, liabilitas, dan ekuitas.
a) Kesalahan di periode berjalan: reklasifikasi item ke posisi seharusnya
b) Kesalahan periode sebelumnya: menyajikan ulang laporan posisi keuangan
periode sebelumnya untuk tujuan perbandingan.
2. Kesalahan laporan posisi keuangan hanya mempengaruhi penyajian aset, liabilitas,
dan ekuitas.
3. Kesalahan laporan laba rugi yang diakibatkan klasifikasi pendapatan dan beban yang
tidak sesuai tidak mempengaruhi laporan posisi keuangan dan laba bersih.
Entitas harus mengoreksi kesalahan material yang terkait dengan periode sebelumnya,
berlaku surut di dalam perangkat laporan keuangan pertama yang diotorisasikan untuk
diterbitkan setelah penemuannya dengan;
1. Menyatakan kembali jumlah komparatif untuk periode-periode yang disajikan
bilamana kesalahan itu terjadi; atau
2. Apabila kesalahan yang terjadi sebelum periode sebelumnya yang terawal disajikan,
maka pernyataan kembali saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode
sebelumnya terawal disajikan.
Entitas mengoreksi kesalahan material periode lalu secara retrospektif pada laporan
keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya dengan:
Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu sajian dimana kesalahan
terjadi; atau
Jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, menyajikan kembali
saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode lalu sajian paling
awalketerbatasan penyajian kembali retrospektif .
Ketika tidak praktis untuk menentukan dampak kumulatif, pada awal periode berjalan,
dari kesalahan pada semua periode lalu, maka entitas menyajikan-kembali informasi
komparatif untuk mengoreksi kesalahan secara prospektif dari tanggal paling praktis.Koreksi
kesalahan periode lalu tidak termasuk dari laporan laba rugi pada periode dimana kesalahan
ditemukan. Informasi sajian atas periode lalu, termasuk ringkasan data keuangan historis,
disajikan kembali sejauh mungkin adalah praktisKetika tidak praktis untuk menentukan
jumlah kesalahan (misalnya kesalahan penerapan kebijakan akuntansi) untuk semua periode
lalu, maka entitas, sesuai dengan paragraf 45, menyajikan-kembali informasi komparatif
secara prospektif sejak tanggal paling awal adalah praktis.
Hal ini mengabaikan porsi kumulatif penyajian-kembali aset, laibilitas, dan ekuitas yang
timbul sebelum tanggal itu.Paragraf 50-53 memberikan panduan kapan adalah tidakpraktis
untuk mengoreksi kesalahan untuk satu atau lebih periode lalu.
Koreksi kesalahan berbeda dengan perubahan estimasi akuntansi.Estimasi akuntansi
sesuai dengan sifatnya merupakan perkiraan yang perlu direvisi akibat tambahan informasi
yang diketahui kemudian.Misalnya, laba atau rugi yang diakui akibat hasil suatu kontinjensi
adalah bukan koreksi kesalahan.
Jika ditemukan kesalahan, maka akan dilakukan reklasifikasi atas pos-pos tersebut ke
posisi yang benar.
2. Kesalahan Dalam Laporan Laba-Rugi
Hanya akan mempengaruhi penyajian akun-akun nominal dalam laporan laba-rugi.
Contoh:
Mencatat pendapatan bunga sebagai bagian dari penjualan
Mencatat pembelian sebagai beban piutang ragu-ragu
Beban penyusutan sebagai beban bunga
Tidak berpengaruh terhadap neraca dan laba bersih.Ayat jurnal reklasifikasi
diperlukan jika kesalahan ditemukan pada tahun laporan itu dibuat.
3. Pengaruh Neraca dan Laporan Laba-Rugi
Mempengaruhi penyajian neraca maupun laba-rugi. Diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1) Kesalahan yang saling menyeimbangkan
Apakah dalam kondisi pembukuan sudah ditutup atau belum..?
Jika pembukuan sudah ditutup :
Jika kesalahan telah saling diseimbangkan, maka tidak ada ayat jurnal yang
diperlukan.
Jika kesalahan belum saling diseimbangkan, maka diperlukan ayat jurnal
untuk menyesuaikan penyajian saldo laba ditahan.
5. Pembelian persediaan
Tanggal 31 Desember 2012, PT A mencatat pembelian persediaan sebesar Rp
90.000.000 yang seharusnya diakui tahun 2013.Persediaan fisik tahun 2012 tercatat
dengan benar, dan perusahaan menggunakan metode persediaan periodik.
a. PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai
berikut:
Dr. Pembelian Rp 90.000.000
Cr. Laba ditahan Rp 90.000.000
➢ PT A sudah tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai berikut.
Dr. Mesin Rp 40.000.000
Cr. Laba ditahan Rp 20.000.000 (40jt–2 x 10jt)
Cr. Akumulasi depresiasi Rp 20.000.000
Jika pembukuan telah ditutup untuk tahun 2002, maka ayat jurnalnya adalah:
Dr. Mesin $ 10.000
Cr. Laba Ditahan $ 6.000
Cr. Akumulasi Penyusutan $ 4.000
Sebagai contoh:
PT. B menggunakan periode buku tahunan.Di periode 2011 perusahaan salah
melakukan pencatatan; transaksi pembayaran listrik sebesar Rp 5.000.000 terlanjur dicatat
sebagai pembayaran telepon. Andai kesalahan tersebut diketahui di tahun 2011 (periode
yang sama), maka perusahaan perlu membuat jurnal koreksi sebagai berikut:
Dr. Biaya Listrik Rp 5.000.000
Cr. Biaya Telepon Rp 5.000.000
Tetapi jika kesalahan tersebut baru diketahui di periode 2012, maka atas kesalahan tersebut
TIDAK PERLU dibuatkan jurnal koreksi, dengan pertimbangan:
Memang, untuk periode 2011, pengeluaran telepon diakui Rp 5.000.000 lebih besar
dari yang seharusnya, sementara di sisi lainnya pengeluaran listrik kurang diakui sejumlah
yang sama. Akan tetapi, itu tidak mempengaruhi saldo akhir kas (di Neraca), juga tidak
mempengaruhi laba/rugi bersih di penutupan buku 2011.
Kesalahan Yang Berpengaruh Terhadap Akun Neraca dan Akun Laba Rugi
Dilihat dari efeknya terhadap buku di tahun berikutnya, ada 2 macam kesalahan di sini:
a. Kesalahan yang akan terkoreksi dengan sendirinya setelah dua tahun; dan
b. Kesalahan yang akan terkoreksi dengan sendirinya setelah lebih dari dua tahun atau
bahkan tidak pernah terkoreksi selamanya—untuk kasus yang sangat khusus.
Tetapi sebagian besar akan terkoreksi dengan sendirinya, meskipun mungkin perlu waktu
beberapa periode. Sebagai contoh untuk jenis kesalahan yang akan terkoreksi dengan
sendirinya:
PT. B menggunakan periode tahun buku. Pada tanggal 31 Desember 2011, PT. B lupa
mengakrualkan upah buruh untuk bulan tersebut yang baru dibayarkan pada tanggal 1
Januari 2012 sebesar Rp 25.000.000. Sehingga jurnal berikut ini BELUM di masukan:
Dr. Upah Buruh Rp 25.000.000
Cr. Utang – Upah Buruh Rp 25.000.000
Akibatnya, tanggal 1 Januari 2012 (pada saat gaji upah dibayarkan-saat mana di sisi lainnya
buku periode 2011 telah ditutup) PT. B baru membuat jurnal sebagai berikut:
Ini adalah bentuk kesalahan, sebab sesungguhnya upah yang dibayarkan pada 1
Januari tersebut adalah upah untuk bulan Desember 2011, artinya itu pengeluaran yang
seharusnya dibebankan di 2011.
Dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Di Periode 2011:
a. “Biaya” dibebankan terlalu rendah,
b. Sehingga pengakuan “Laba” menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya,
c. Akibat berikutnya, saat penutupan buku 2011 “Laba Ditahan” pada Neraca menjadi
lebih tinggi dari yang seharusnya,
d. “Utang-Upah Buruh” diakui lebih rendah dari seharusnya.
Di Periode 2012:
a. “Biaya” lebih tinggi dari yang seharusnya,
b. sehingga “Laba” juga menjadi lebih rendah dari yang seharusnya.
Apa yang terjadi pada “Utang-Upah buruh”? Dan apa yang terjadi pada “Laba Ditahan”
? Ada 2 kemungkinan:
Jika kesalahan tersebut disadari sebelum penutupan buku periode 2012 lalu buku
dilihat, maka “Utang-Upah Buruh” dan “Laba Ditahan” akan nampak salah, sehingga PERLU
dibuatkan jurnal koreksi, sebagai berikut:
Dr. Laba Ditahan Rp 25.000.000
Cr. Biaya Upah Buruh Rp 25.000.000
Tetapi Jika kesalahan tersebut disadari setelah penutupan buku 2012, maka “Utang-
Upah Buruh” dan “Laba Ditahan” akan menjadi BETUL dengan sendirinya, sehingga
TIDAKPERLU dibuatkan jurnal koreksi.
Penyebabnya adalah: Laba Ditahan 2011 diakui terlalu tinggi karena Laba diakui
terlalu tinggi karena beban upah buruh bulan Desember 2011 lupa diakui. Sehingga di tahun
2012 upah buruh menjadi terlalu tinggi, dan Laba menjadi terlalu rendah yang
mengakibatkan Laba Ditahan juga menjadi terlalu rendah. Dengan kata lain, kelebihan dan
kekurangan pengakuan diantara kedua tahun ini menjadi saling menutupi, sehingga Laba
Ditahan setelah penutupan 2012 telah menjadi betul (terkoreksi) dengan sendirinya.
Demikian juga Utang Upah Buruh.
Ada beberapa jenis kesalahan yang juga akan terkoreksi dengan sendirinya di periode
berikutnya, diantaranya:
a. “Biaya Telepon” yang lupa diakrualkan
b. “Biaya Dibayar Di Muka (Prepaid)” yang seharusnya dibebankan secara bertahap
(melalui jurnal penyesuaian) tetapi dibebankan sekaligus
c. “Pendapatan Bunga” yang lupa diakrualkan
d. “Pendapatan Diterima Di Muka (Deposit)” yang seharusnya diakui sebagai
pendapatan secara bertahap (melalui jurnal penyesuaian) tetapi diakui sekaligus.
e. “Pengunaan Persediaan” yang terlalu rendah/tinggi diakui.
f. “Pembelian Persediaan” yang belum diterima, tetapi sudah diakui sebagai penambah
barang persediaan.
Seperti disampaikan sebelumnya, ada juga jenis kesalahan khusus yang butuh waktu
lama (mungkin 5, 7, 10, atau bahkan 30 tahun) untuk terkoreksi dengan sendirinya. Jenis
kesalahan ini biasanya transaksi terkait dengan aktiva tetap (baik yang berwujud atau tidak
berwujud) antara lain adalah pengeluaran perbaikan bangunan yang harusnya dikapitalisasi
tetapi dibebankanPengeluaran penggantian sparepart mesin yang seharusnya dikapitalisasi
tetapi dibebankanKesalahan perhitungan beban penyusutan. Semua jenis kesalahan ini
butuh waktu lama untuk menjadi terkoreksi dengan sendirinya-seiring dengan lamanya
waktu penyusutan/amortisasi yang dibutuhkan hingga aktiva tersebut habis umur
ekonosmisnya atau dijual.Untuk itu HARUS DIBUATKAN JURNAL KOREKSI begitu kesalahan
diketahui.
Jurnal koreksi diperlukan untuk memperbaiki kesalahan pencatatan transaksi (baik
yang diketahui di periode yang sama maupun yang yang berbeda). Penggunaanistilah
jurnal koreksi (pembetulan) sering ditukar atau dicampuradukan dengan jurnal
penyesuaian.Padahal sudah jelas, secara harfiah yang namanya koreksi ya untuk
memperbaikikesalahan. Sedangkan jurnal penyesuaian diperlukan hanya untuk
menyesuaikan pencatatan akibat penggunaan metode akrual, pengalokasian beban secara
gradual, atau akibat adanya perubahan kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh
perusahaan (misal:perubahan estimasi atau metode penghitungan). Bukan untuk melakukan
koreksi terhadap kesalahan pencatatan! Pada dasarnya, semua jenis kesalahan-jika
memungkinkan, seharusnya dikoreksi. Namun ada beberapa kondisi yang membuat tidak
semua kesalahan memerlukan jurnal koreksi-karena akan betul dengan sendirinya di
periode (bulan/tahun) berikutnya. Kesalahan pencatatan bisa saja diketehaui di periode
yang sama (misal: transaksi periode 2011 kesalahannya diketahui di tahun 2011) atau di
periode yang berbeda (transaksi tahun 2011 baru diketahui di tahun 2012).
Kesalahan bisa berupa kesalahan klasifikasi atau kesalahan jumlah (salah hitung atau
salah input):
1. Kesalahan Klasifikasi
Untuk kesalahan klasifikasi, tinggal dibuatkan jurnal reklasifikasi. Misalnya: PT. JAK
menggunakan periode buku tahunan. Tanggal 25 Agustus 2011 diketahui terjadi kesalahan
pencatatan atas transaksi tanggal 10 Juli 2011 berupa pembelian mesin senilai Rp
20.000.000 yang dimasukan ke dalam kelompok ‘Aktiva Tetap Bangunan’. Karena kesalahan
diketahui di periode yang sama, dimana penyusutan atas aktiva tetap tersebut belum
dicatat, maka yang di reklasifikasi hanya nilai perolehannya, sehingga jurnal reklasifikasinya
adalah:
Dr. Aktiva Tetap – Mesin Rp 20.000.000
Cr. Aktiva Tetap – Bangunan Rp 20.000.000
2. Kesalahan Jumlah
Misalnya: Pada tanggal 25 Agustus diketahui telah terjadi kesalahan pencatatan atas
pembayaran listrik tanggal 15 Agustus 2011 yang sebesar Rp 15.000.000 dimasukkan hanya
Rp 1.500.000. Koreksi atas kesalahan jumlah bisa dilakukan dengan cara memasukan jumlah
selisihnya:
Dr. Biaya Listrik Rp 13.500.000
Cr. Kas/Utang PLN Rp 13.500.000
(Rp 15,000,000 – Rp 1,500,000 = Rp 13.500.000)