Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN
Teknologi bioproses merupakan suatu teknologi yang mempelajari
mengenai operasi, proses dan berbagai hal berkenaan dengan mikroorganisme dan
memanfaatkan mikroorganisme tersebut untuk memproduksi suatu produk yang
diinginkan. Didalam bioproses seringkali kita mendengar alat yang bernama
bioreaktor. Bioreaktor merupakan sebuah media yang digunakan untuk melakukan
proses kimia yang melibatkan organisme seperti bakteri, mikroba, ataupun jamur
sehingga nantinya didapatkan zat atau produk yang diinginkan. Bioreaktor pada
umumnya memanfaatkan mikroba sebagai agen dalam memproduksi produk yang
diinginkan. Didalamnya terdapat berbagai proses serta kondisi – kondisi operasi
yang dapat menunjang kelangsungan hidup mikroba. Salah satu aspek yang paling
berpengaruh dalam bioreaktor ialah mengenai laju pertumbuhan mikroba. Aspek
ini nantinya akan menentukan kualitas serta kuantitas produk yang akan
dihasilkan.

Laju pertumbuhan mikroba merupakan suatu kinetika mikroba untuk dapat


tumbuh dan berkembang sehingga akan mengalami peningkatan baik secara
kualitas maupun kuantitas. Banyak faktor – faktor yang dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan sel mikroba, yaitu faktor eksternal dan faktor dari dalam diri
mikroba tersebut atau faktor internal. Dalam pengaplikasiannya laju pertumbuhan
mikroba dalam bioreaktor perlu diperhitungkan, karena dengan memperhitungkan
laju pertumbuhan mikroba, kita dapat memperkirakan waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan reaksi dan proses sehingga nantinya ketika diperoleh produk
maka yang waktu digunakan telah dapat diperkirakan sehingga penggunaan
sumber-sumber penunjang proses tersebut dapat digunakan secara efektif dan
efisien.

Dengan mempelajari laju pertumbuhan mikroba, kita akan dapat


menentukan berapa banyak mikroba yang harus digunakan serta waktu yang
diperlukan mikroba tersebut, sehingga akan didapatkan hasil yang lebih
maksimal. Semua tujuan tersebut tak lebih hanyalah untuk meningkatkan nilai

1
efektifitas dari proses. Apabila tidak ada pembahasan mengenai laju pertumbuhan
mikroba dalam bioreaktor, maka dapat dipastikan hasil yang didapatkan akan
kurang maksimal, sehingga produk yang didapatkan akan kurang bagus. Oleh
karenanya diperlukan kajian mengenai laju pertumbuhan mikroba dalam
bioreaktor untuk mendapatkan hasil yang bagus dan maksimal.

Didalam bacaan ini, akan dipaparkan mengenai laju pertumbuhan mikroba


didalam bioreaktor, faktor – faktor yang mempengaruhinya, persamaan-
persamaan mengenai perhitungan laju pertumbuhan mikroba.

2
BAB II
KEPUSTAKAAN
2.1 Pengertian Sel dan Mikroba
2.1.1 Sel
Sel adalah unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam
arti. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah,
sel dapat berfungsi secara asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi
(Sasrawan,2012).
Sel merupakan kesatuan struktural dan fungsional makhluk hidup, yang
mengandung pengertian sebagai penyusun makhluk hidup dan melaksanakan
semua fungsi kehidupan (faal tubuh). Berdasar jumlah sel penyusunnya makhluk
hidup dapat digolongkan menjadi makhluk hidup uniseluler dan multiseluler.
Makhluk hidup multiseluler berasal dari satu sel (zigot) yang kemudian
mengalami spesialisasi dan diferensiasi. Struktur sel terdiri dari nukleus (inti sel),
sitoplasma beserta organelnya, membran sel dan dinding sel. Sel yang
mempunyai fungsi khusus biasanya dilengkapi dengan organel khusus yang tidak
ditemukan pada sel lain (Sasrawan,2012).
Teori mengenai sel mengatakan bahwa :
- Semua barang yang hidup disusun oleh atau dari sel
- Semua sel tumbuh dari sel yang lain
- Semua reaksi metabolism dari organisme hidup berlangsung didalam sel
- Sel membawa sifat keturunan dari induk ke anaknya (Yudiarti,2004).
Sel memiliki ukuran sangat kecil dan berbeda-beda. secara umum sel
berukuran antara 5-15 mikron, tetapi juga ada yang menyatakan 10-50 mikron. sel
darah merah memiliki ukuran 7-5mikron dan yang paling besar adalah sel
yolk(kuning telur), memiliki ukuran garis tengah sampai 10 milimeter, sedangkan
yang paling kecil adalah sel bakteri. karena ukuran selsangat kecil, maka tidak
dapat dilihat dengan menggunakan mata tanpa alat baru seperti lup atau
mikroskop cahaya,maupun mikroskop electron (Saputra,2013).

3
Sel terdiri dari Membran sel, dinding sel, sitoplasma, inti sel atau nukleus dan
organel-organel sel seperti Badan Golgi, Retikulum Endoplasma, Lisosom,
Ribosom, dan Lain-lain (Yudiarti,2004).
Sel memiliki bentuk bermacam-macam menyesuaikan fungsi dan letaknya di
bagian tubuh makhluk hidup berbagai bentuk-bentuk sel seperti:
1. Berbentuk tabung, cintih sel epiter usus
2. Berbentuk bola,contoh sel telur
3. Berbentuk bintang, contoh sel yang membentuk jaringan ikat
4. Berbentuk seperti labah-labah, contoh sel saraf
5. Berbentuk amoeboid(nentuknya selalu berubah-ubah), contoh sel daraah
putih dan sel padajaringan ikat
6. Berbentukgelendong(cakram), contohselotot polos
7. Berbentuk segi empat, contoh sel bawang merah
8. Berbentuk silinder, contoh sel epitel penyusun dinding lambung
9. Berbentuk bulat pipih, bikonkaf(cekung dua sisi), contoh sel darah merah
(eritrosit)
10. Berbentuk pipih,contoh sel epitel penyusun alveolus(gelembung paru-
paru) (Saputra,2013).

2.1.2 Mikroba
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat
kecil (biasanya kurang dari 1 mm) sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat
bantuan. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniselular) meskipun
beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada
beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Ilmu yang mempelajari
mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini disebut
mikrobiologi (Rajman,2013).
Mikroba masuk ke dalam lima kategori: Archaea; bakteri; jamur; protista;
virus dan prion. Dua jenis terakhir bukan merupakan sel-sel hidup. Mereka
disertakan dengan mikroba karena mereka hanya dapat dilihat dengan mikroskop,
dan memiliki kemampuan untuk mereplikasi diri

4
2.1.2.1 Archaea
Archaea mungkin kerabat terdekat untuk organisme pertama di bumi.
Organisme primitif ini cenderung hidup di lingkungan yang ekstrim,
seperti daerah dengan suhu tinggi, konsentrasi garam atau pH (mirip
dengan apa yang mungkin telah ditemukan di Bumi miliaran tahun yang
lalu). Dalam beberapa hal, Archaea menyerupai bakteri. Mereka hidup
sebagian besar sebagai sel tunggal dan memiliki dinding sel. Mereka juga
tidak memiliki inti sel (yang membuat mereka prokariota). Seperti
bakteri, mereka memiliki DNA (Budisma,2015).
Dalam kata lain, Archaea lebih seperti eukariota. Beberapa spesies
Archaea hidup di air sangat asin seperti Laut Mati, atau Danau Madrid di
Kenya, yang sangat asin dan memiliki pH tinggi. Jenis lain lebih suka
tinggal di suhu tinggi dan dapat ditemukan di sumber air panas, atau
bahkan di dalam air limbah dari pembangkit listrik panas bumi.
Kemampuan Archaea untuk hidup di lingkungan yang ekstrim telah
memungkinkan para ilmuwan untuk menggunakan mikroba ini untuk
keperluan lain, seperti dalam pengembangan deterjen suhu tinggi
(Budisma,2015).

2.1.2.2 Bakteri
Bakteri adalah mikroba yang bersel tunggal, seperti Archaea, bakteri
adalah prokariota tanpa inti sel. Tidak seperti eukariota, yang memiliki
helai materi genetik, bakteri memiliki DNA.Bakteri tumbuh di berbagai
jenis habitat, serta hidup di dalam hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat
hidup 1,7 mil di bawah permukaan bumi, dan di lokasi dengan suhu
hingga 167 derajat Fahrenheit. Sementara bakteri bersel tunggal, mereka
sering tumbuh di rumpun sel yang disebut koloni (Budisma,2015).
Bakteri sangat bervariasi dalam habitatnya, serta bagaimana mereka
mendapatkan makanan atau energi. Beberapa bakteri membutuhkan
oksigen untuk hidup, sementara yang lain berkembang dalam lingkungan
rendah oksigen. Beberapa bakteri (mirip tanaman) menggunakan cahaya

5
sebagai sumber energi, sementara yang lain menggunakan bahan kimia
yang ditemukan di habitatnya. Para ilmuwan telah belajar banyak tentang
genetika dengan mempelajari bakteri. Informasi ini juga telah diterapkan
ke daerah lain. Misalnya, para ilmuwan telah mampu menciptakan
mikroba yang menghasilkan senyawa untuk keperluan seperti insulin
(Budisma,2015).

2.1.2.3 Jamur
Jamur dapat didefinisikan sebagai organisme eukariotik yang
mempunyai inti dan organel. Jamur tersusun dari hifa yang merupakan
benang-benang sel tunggal panjang, sedangkan kumpulan hifa disebut
dengan miselium. Miselium merupakan massa benang yang cukup besar
dibentuk dari hifa yang saling membelit pada saat jamur tumbuh.Jamur
mudah dikenal dengan melihat warna miseliumnya (Syamsuri,2007).

2.1.2.4 Protista
Ciri-ciri umum Protista adalah sebagai berikut :
a. Umumnya hidup bebas di perairan, beberapa ada yang bersimbiosis
dengan organisme lain.
b. Eukariotik (memiliki membran inti), organel telah dikelilingi oleh
membran.
c. Sel atau jaringannya belum terdiferensiasi.
d. Respirasi secara aerobik.
e. Umumnya uniseluler, beberapa berkoloni, ada yang multiseluler
sederhana.
f. Reproduksi secara aseksual atau seksual.
g. Protista dibedakan menjadi protista mirip jamur, protista mirip
tumbuhan (alga/ganggang, dapat berfotosintesis), dan protista mirip
hewan (protozoa) (Syamsuri,2007).

2.1.2.5 Virus dan Prion

6
Virus adalah mikroba yang tidak benar-benar sel hidup. Virus tidak
dapat mereplikasi diri tanpa sel inang. Ketika mereka berada di luar sel,
mereka tidak aktif. Virus dapat menginfeksi banyak organisme, termasuk
sel-sel bakteri tunggal dan sel-sel manusia. Dibandingkan dengan bakteri,
virus sangat kecil. Satu juta virus dapat muat di dalam bakteri tunggal.
Virus juga spesifik untuk sel-sel tertentu. Sebuah virus yang menginfeksi
satu jenis bakteri tidak akan menulari bakteri lain(Budisma,2015).
Seperti virus, prion bukan sel hidup. Mereka adalah protein yang
kadang-kadang diklasifikasikan dalam mikroba karena mereka dapat
menyebabkan penyakit. Prion, tidak memiliki materi genetik seperti yang
dimiliki organisme dan virus lainnya. Sifat dari bagaimana prion
menyebabkan infeksi tidak jelas. Prion dipelajari sejauh ini termasuk
mikroba yang menyebabkan penyakit degeneratif otak. Tidak seperti
kebanyakan mikroba penyebab penyakit, prion terjadi secara alami dalam
otak mamalia seperti manusia dan lainnya (Budisma,2015).

2.2 Pengertian Bioreaktor


Bioreaktor adalah sebuah wadah untuk melakukan proses kimia yang
melibatkan organisme atau substansi biokimia aktif yang diambil dari makhluk
hidup. Biasanya bioreaktor berbentuk silinder, berkisar dari beberapa liter sampai
meter kubik, dan dibuat dari bahan stainless steel (Maggie,2016).
Fungsi utama bioreaktor adalah memberikan lingkungan terkontrol bagi
pertumbuhanmikroorganisme atau campuran tertentu mikroorganisme untuk
memperoleh produk yang diinginkan. Bioreaktor hendaknya mencegah
kontaminasi produksi dr lingkungan pd kultur sambilmencegah pelepasan kultur
ke lingkungan. Bioreaktor sebaiknya memiliki instrumentasi untuk pemeriksaan
agar terjadi pengawasan proses optimum (Azhar,2013)
Merancang bioreaktor adalah perkara rekayasa yang lumayan rumit.
Mikroba atau sel hanya mau bereproduksi dengan baik bila kondisi lingkungan
optimal. Untuk mencapainya, gas dalam bioreaktor, seperti oksigen, nitrogen, dan
karbon dioksida; aliran; temperatur; pH; serta kecepatan adukan harus terkendali.

7
Komponen utama bioreaktor terdiri atas tangki, sparger, impeller, saringan
halus atau baffle dan sensor untuk mengontrol parameter. Tanki berfungsi untuk
menampung campuran substrat, sel mikroorganisme, serta produk. Volume tanki
skala laboratorium berkisar antara 1 – 30 L, sedangkan untuk skala industri dapat
mencapai lebih dari 1 000 L. Sparger terletak di bagian bawah bioreaktor dan
berperan untuk memompa udara, dan mencegah pembentukan gelembung
oksigen. Impeller berperan dalam agitasi dengan mengaduk campuran substrat
dan sel. Impeller digerakkan oleh rotor. Baffle juga berperan untuk mencegah
terjadinya efek pusaran air akibat agitasi yang dapat mengganggu agitasi yang
seharusnya. Sensor berperan untuk mengontrol lingkungan dalam bioreaktor.
Kontrol fisika meliputi sensor suhu, tekanan, agitasi, foam, dan kecepatan aliran.
Sedangkan, kontrol kimia meliputi sensor pH, kadar oksigen, dan perubahan
komposisi medium (Maggie,2016).

2.3 Pertumbuhan Mikroba dan Tahap- Tahap Pertumbuhannya


Pertumbuhan mikrobia adalah peningkatan semua komponen sel, sehingga
menghasilkan peningkatan ukuran sel dan jumlah sel (kecuali mikrobia yang
berbentuk filamen) akan menyebabkan peningkatan jumlah individu di dalam
populasi (Elisa,2013).
Pertumbuhan mikrobia dalam bioreaktor terjadi secara pertumbuhan
individu sel dan pertumbuhan populasi pertumbuhan individu sel meliputi
peningkatan substansi dan komponen sel, peningkatan ukuran sel serta
pembelahan sel. Sedang pertumbuhan populasi meliputi peningkatan jumlah
akibat pembelahan sel dan peningkatan aktivitas sel yang melibatkan sintesa
enzim (Elisa,2013).
Dalam pertumbuhan mikrobia juga terlibat proses metabolik yaitu mulai
dari transport nutrien dari medium ke dalam sel, konversi bahan nutrient menjadi
energi dan konstituen sel, replikasi kromosom, peningkatan ukuran, dan massa sel
serta pembelahan sel secara biner yang terjadi pula pewarisan genetik (genom
turunan) ke sel anakan (Elisa,2013).

8
Kinetika pertumbuhan mikrobia dalam sistem diskontinu, kontinu, dan
semikontinu, studi kinetika pertumbuhan dan fermentasi diperlukan sebagai dasar
untuk memahami setiap proses fermentasi. Kinetika pertumbuhan mikrobia
terutama menguraikan tentang kecepatan produksi sel (biomassa) dan pengaruh
lingkungan terhadap kecepatannya. Pengamatan pertumbuhan mikrobia tidak
cukup untuk mengetahui apakah biakan tumbuh atau tidak (Pengamatan
kuantitatif) tetapi juga diperlukan pengamatan yang bersifat kualitatif dari studi
kinetika pertumbuhan (Elisa,2013).
Pengukuran pertumbuhan secara kuantitatif disajikan dalam bentuk kurva
yang menunjukkan hubungan antara waktu dan jumlah biomassa. Data
pengamatan pertumbuhan mikrobia perlu diamati parameter-parameter seperti:
b. Kecepatan pertumbuhan (specific growth rate)
c. Waktu mengganda (doubling time)
d. Hasil pertumbuhan (growth yield)
e. Kemampuan metabolisme (metabolik quosient)
f. Affinitas substrat
g. Jumlah maksimum biomassa
Kinetika untuk pertumbuhan mikrobia pembentuk koloni, filament
maupun imobilisasi sel memiliki kinetika pertumbuhan yang lebih kompleks.
Pertumbuhan untuk mikrobia yaitu peningkatan semua komponen di
dalam sel sehingga menghasilkan suatu peningkatan ukuran sel dan pembelahan
sel (kecuali mikrobia yang membentuk filamen) sehingga terjadi peningkatan
jumlah individu di dalam populasi (Nafiun,2012).
Pertumbuhan mikrobia di dalam bioreaktor:
1. Pertumbuhan individu sel;
a. Peningkatan substansi dan komponen sel
b. Peningkatan ukuran sel
c. Pembelahan sel
2. Pertumbuhan populasi
a. Peningkatan jumlah akibat pembelahan sel

9
b. Peningkatan aktivitas sel yang melibatkan sintesis enzim
(Nafiun,2012).
Reproduksi sel bakteri:
- Pembelahan biner : proses pembelahan sel menjadi dua sel anakan yang
mempunyai ukuran hampir sama.
- Melibatkan 3 proses:
o Peningkatan ukuran sel (pemanjangan sel): memerlukan
pertumbuhan dinding sel, yaitu untuk menutup permukaan pada
sisi tertentu.
o Replika DNA, indikasi pertumbuhan awal pada sel bakteri
o Pembelahan sel, diawali dengan invaginasi lapisan dibagian tengah
sel.
Penumbuhan mikroba dalam sistem batch culture merupakan sistem
kultur tertutup (menggunakan tabung reaksi atau flask) tanpa adanya
penambahan medium baru ke dalam kultur. Mikrobia dalam sistem tertutup
mengalami 4 fase pertumbuhan, secara berurutan meliputi fase lag, fase
eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pertumbuhan mikrobia
dalam sistem tertutup menyebabkan fase eksponensial mikrobia sangat
terbatas. Tipe pertumbuhan mikrobia dalam batch culture dapat dilihat
pada Gambar dibawah ini.

10
Pada Gambar diatas digambarkan jumlah berat kering sel mikroba (dalam
bentuk log) yang ditumbuhkan dalam periode inkubasi (waktu) tertentu. Mikroba
akan mengalami fase pertumbuhan populasi berdasarkan laju peningkatan jumlah
individu mikroba selama waktu tertentu (Nafiun,2012).
Pertumbuhan mikroba terjadi dalam beberapa fase yaitu :
- Fase Lag
- Fase Ekponensial
- Fase Stasioner
- Fase Kematian

1. Fase Lag atau Adaptasi


Merupakan periode penyesuaian diri bakteri terhadap lingkungan dan lamanya
mulai dari satu jam hingga beberapa hari. Lama waktu ini tergantung pada macam
bakteri, umur biakan, dan nutrien yang terdapat dalam medium yang disediakan.
Pada fase ini bakteri beradaptasi dengan lingkungan, belum mampu mengadakan
pembiakan, terapi metabolisme sel bakteri meningkat dan terjadi perbesaran
ukuran sel bakteri (Handayani,2012).
2. Fase Eksponensial

11
Pada fase eksponensial, populasi mikrobia mengalami pembelahan paling
tinggi dan konstan dalam waktu generasi yang pendek. Waktu generasi mikrobia
merupakan waktu yang dibutuhkan sel mikrobia untuk membelah menjadi 2 sel.
Setiap sel mikrobia akan membelah 2x lipat sehingga peningkatan jumlah
populasi selalu 2n, n adalah jumlah generasi. Pertambahan jumlah sel dalam
populasi disebut sebagai pertumbuhan mikrobia (Nafiun,2012).

3. Fase Stasioner
Fase ini merupakan suatu keadaan seimbang antara laju peryumbuhan dengan
laju kematian, sehingga jumlah keseluruah bakteri yang hidup akan tetap.
Beberapa bakteri biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder seperti
antibiotika dan polimer pada fase ini (Handayani,2012).
Pada fase ini, sel mikroba tetap aktif melakukan metabolisme energi dan
proses biosintesis lainnya. Metabolit sekunder banyak dihasilkan mikrobia pada
fase ini. Fase stasioner terjadi karena beberapa alasan yaitu:
- Terbatasnya nutrisi essensial dalam kultur yang mulai berkurang,
- Bagi organisme aerobik, ketersediaan O2 dalam medium mulai berkurang,
- Banyaknya sisa metabolisme yang tertimbun dalam medium kultur
sehingga pertumbuhan mikroba terhambat (Nafiun,2012).

4. Fase Kematian
Fase kematian terjadi jika terjadi perubahan lingkungan menjadi tidak
menguntungkan, seperti berkurangnya nutrisi essensial dalam medium dan
meningkatnya akumulasi zat toksik dalam medium. Grafik fase kematian seperti
grafik fase eksponensial yaitu logaritmik (kematian sel tiap jam adalah konstan).
Sel mikrobia yang mati akan mengalami lisis (Nafiun,2012).
Laju kematian bakteri melampaui laju pembiakan bakteri. Hal ini disebakan
karena habisnya jumlah makanan dalam medium sehingga pembiakan bakteri
terhenti dan keadaan lingkungan yang jelek karena semakin banyaknya hasil
metabolit yang tidak berguna dan mengganggu pertumbuhan bakteri
(Handayani,2012).

12
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba
Masing-masing jenis mikroba mempunyai suhu optimum untuk pertumbuhan.
Mikroba membutuhkan nutrisi untuk kehidupan dan pertumbuhannya yang
meliputi sumber karbon, sumber nitrogen, sumber energi dan vitamin dan mineral.
Nutrisi tersebut digunakan untuk membentuk energi dan menyusun komponen sel.
pH medium merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi aktivitas
dari mikroba dan kematian dari mikroorganisme.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba terdiri dari, Air ,
Oksigen, Suhu, pH, Suplai Nutrisi, Lingkungan, Ukuran Sel, Konsentrasi
Substrat, Tekanan Osmosis, Buffer, Getaran, Tegangan Muka, Tekanan, Radiasi,
Listrik, dan lain-lain
Berikut adalah pemaparan faktor-faktor diatas :
a. Air
Pengaruh air terhadap pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan sebagai
aktivitas air (Aw), yaitu jumlah air bebas yang tersedia dan dapat
digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan makanan.
Jenis mikroorganisme yang berbeda membutuhkan jumlah air yang
berbeda untuk pertumbuhannya. Kebanyakan bakteri dapat hidup pada
Aw >0.90, sedangkan kebanyakan kapang dan khamir berturut-turut dapat
hidup pada Aw>0.70 dan Aw>0.80. Pada Aw yang rendah,
mikroorganisme akan mati karena sel-sel di mikroorganisme akan
berdifusi ke luar sebagai akibat terjadinya proses kesetimbangan osmotik.
Dengan kata lain, selama konsentrasi solut di luar sel lebih besar
dibanding di dalam sel, maka migrasi air akan terjadi untuk
menyeimbangkan konsentrasi. Migrasi air dari dalam sel menyebabkan
sel mati disebabkan oleh dehidrasi (Rahmaningsih,2011).

b. Oksigen
Beberapa mikroorganisme memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya,
yang disebut mikroorganisme aerobik. Contoh mikroorganisme aerobik

13
adalah kapang. Untuk beberapa mikroorganisme lainnya, oksigen bersifat
racun. Mikroorganisme ini dinamakan anaerob, seperti Clostridium
botulinum. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh pada kondisi
tanpa dan dengan adanya oksigen. Kelompok ini disebut fakultatif
anaerobik, contohnya Bacillus, kebanyakan khamir dan bakteri lainnya
(Lya,2010).

c. Suhu
Suhu adalah salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi
pertumbuhan dan kehidupan mikroorganisme. Berdasarkan suhu optimum
pertumbuhannya, mikroorganisme dapat dibedakan atas tiga grup, yaitu:
- Psikrotropik: suhu optimum 14-200C, tetapi dapat tumbuh lambat pada
suhu refrigerator (40C). Kelompok mikroorganisme ini yang penting pada
makanan kaleng adalah Clostridium botulinum tipe E dan strain non-
proteolitik tipe B dan F.
- Mesofilik: suhu optimum 30-370C. Suhu ini merupakan suhu normal
gudang. Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh
mikroorganisme kelompok ini.
- Termofilik: suhu optimum kebanyakan termofilik pada suhu 45-600C. Jika
spora bakteri tidak dapat bergerminasi dan tidak tumbuh di bawah suhu
500C, bakteri tersebut disebut obligat termofil. Jika tumbuh pada kisaran
suhu 50-660C atau pada suhu yang lebih rendah (380C), bakteri ini disebut
fakultatif termofilik. Beberapa obligat termofil dapat tumbuh pada suhu
770C dan bakteri ini sangat resisten terhadap pemanasan (1210C selama 60
menit). Bakteri termofilik tidak memproduksi toksin selama
pertumbuhannya pada makanan. Contoh bakteri dari kelompok ini adalah
Bacillus stearothermophilus (Robinson,2015).

d. pH
Setiap organisme mempunyai kisaran nilai pH dimana pertumbuhan
masih memungkinkan dan masing-masing biasanya mempunyai pH

14
optimum. Kebanyakan organisme tumbuh pada pH sekitar 7.0 (6.6-7.5),
dan hanya beberapa yang dapat tumbuh di bawah pH 4.0. Bakteri
mempunyai kisaran pH pertumbuhan lebih sempit dibandingkan dengan
kapang dan khamir. Sebagai contoh, kebanyakan bakteri tidak dapat
tumbuh pada pH di bawah 4.0 dan di atas 8.0, sedangkan kapang
mempunyai kisaran pH pertumbuhan 1.5-11.0, khamir mempunyai
kisaran pH pertumbuhan 1.5-8.5. Oleh karena itu, makanan yang
mempunyai pH lebih rendah akan semakin awet karena semakin sedikit
jenis mikroorganisme yang dapat tumbuh.

e. Inhibitor
Kehadiran inhibitor bisa menghambat pertumbuhan atau membunuh
bakteri. Diantaranya adalah antibiotik, detergen, sanitizer, violet Kristal,
dan lain-lain (Lya,2010).

f. Nutrisi
Pada dasarnya, mikroba hampir sama dengan makhluk lainnya. Mikroba
juga memerlukan energi dan nutrisi untuk menjaga selnya tetap tumbuh.
Nutrisi yang diperlukan oleh mikroba meliputi logam, zat besi, sulfur,
fosfor, hidrgen, nitrogen, oksigen. Kekurangan sejumlah nutrisi yang
diperlukan akan menghambat dan dapat menyebabkan kematian mikroba
(Lya,2010).

g. Konsentrasi Substrat
Monod adalah orang pertama yang mengkaji pengaruh konsentrasi
substrat tehadap laju pertumbuhan. Beliau menemukan bahwa ketika
medium segar, yang mengandung glukosa sebagai sumber karbon
sekaligus sebagai sumber energi dan dengan semua nutrien yang
terkandung di dalamnya, diinokulasikan, siklus pertumbuhan kembali
berjalan.Hubungan antara laju pertumbuhan spesifik (μ) dan konsentrasi
substrat (S) dapat digambarkan dengan kurva yang mirip dengan yang

15
penggambaran kinetika enzim model Michaelis-Menten. Monod
mengajukan suatu aturan yang dikenal sebagai rumus Monod, untuk
menggambarkan kurva tersebut.

h. Lingkungan
Beberapa jenis mikroba bahkan sangat sensitive terhadap lingkungan,
terutama karena ketersediaan bahan makanan yang bersifat asam
(Rahmaningsih,2011).

h. Tekanan Osmosis
Pada umumnya mikrobia terhambat pertumbuhannya di dalam larutan
yang hipertonis. Karena sel-sel mikrobia dapat mengalami plasmolisa.
Didalam larutan yang hipotonis sel mengalami plasmoptisa yang dapat di
ikuti pecahnya sel. Beberapa mikrobia dapat menyesuaikan diri terhadap
tekanan osmose yang tinggi; tergantung pada larutanya dapat dibedakan
jasad osmofil dan halofil atau halodurik. Medium yang paling cocok bagi
kehidupan bakteri ialah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri.
Jika bakteri di tempatkan di dalam suatu larutan yang hipertonik terhadap
isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis. Larutan garam atau
larutan gula yang agak pekat mudah benar menyebabkan terjadinya
plasmolisis ini. Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air suling
akan kemasukan air sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri,
dengan kata lain, bakteri dapat mengalami plasmoptisis. Berdasarkan
inilah maka pembuatan suspense bakteri dengan menggunakan air murni
itu tidak kena, yang digunakan seharusnyalah medium cair.Jika
perubahan nilai osmosis larutan medium tidak terjadi sekonyongkonyong,
akan tetapi perlahan-lahan sebagai akibat dari penguapan air, maka
bakteri dapat menyesuaikan diri, sehingga tidak terjadi plasmolisis secara
mendadak (Robinson,2015)

16
i. Tegangan Muka
Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaannya akan
menyerupai membran yang elastis, sehingga dapat mempengaruhi
kehidupan mikroorganisme. Protoplasma mikroorganisme terdapat
didalam sel yang dilindungi dinding sel. Dengan adanya perubahan bahan
pada tegangan muka dinding sel, akan mempengaruhi permukaan
protoplasma, yang akibatnya dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perubahan bentuk morfologinya. Bakteri yang hidup didalam alat
pencernaan dapat berkembangbiak didalam medium yang mempunyai
tegangan permukaan relatif rendah. Tetapi kebanyakan lebih menyukai
tegangan permukaan yang relatif tinggi (Robinson,2015).

j. Tekanan Hidrostatik
Beberapa jenis mikroorganisme dapat hidup didalam samudra pasifik
dengan tekanan lebih dari 1208 kg tiap cm persegi, dan kelompok ini
disebut barofilik. Selain itu tekanan yang tinggi akan menyebabkan
meningkatnya beberapa reaksi kimia, sedang tekanan diatas 7500 kg tiap
cm persegi dapat menyebabkan denaturasi protein. Perubahan-perubahan
ini mempengaruhi proses biologi sel jasad hidup (Robinson,2015).

17
BAB III
CONTENTS
3.1 Pertumbuhan Mikroba dalam Bioreaktor

Pertumbuhan mikroba dalam bioreaktor merupakan peningkatan seluruh


komponen sel, sehingga menghasilkan peningkatan ukuran sel dan jumlah sel,
dimana hal ini akan menyebabkan peningkatan jumlah individu di dalam populasi
yang terdapat dalam bioreaktor. Secara umum pertumbuhan mikroba didalam
bioreaktor dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu yang pertama pertumbuhan dalam
lingkup individu sel tersebut dan yang kedua pertumbuhan dalam skala populasi

1. Pertumbuhan Individu Sel


Didalam pertumbuhan individu sel, terjadi perkembangan dan
pertumbuhan dalam lingkup individu sel tersebut. Hal ini hanya berkaitan
dengan individu sel yang tumbuh, tidak ada kaitannya dengan sel individu
yang lain. Banyak aspek – aspek yang dapat menyatakan terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan pada individu sel, dan adapun aspek –
aspek tersebut ialah
a) Peningkatan Substansi dan Komponen Sel
Substansi merupakan bagian – bagian penting yang
menyusun sel sehingga membentuk sel tersebut menjadi sebuah
individu. Salah satu aspek dari pertumbuhan sel ialah dengan
meningkatnya seubstansi – substansi tersebut, sehingga sel tersebut
akan tumbuh menjadi sel yang lebih kompleks dibandingkan
dengan sebelumnya.
b) Peningkatan Ukuran Sel
Selain dari peningkatan substansi di dalam sel, peningkatan
ukuran sel juga termasuk dalam aspek pertumbuhan individu sel.
Hal ini dapat diperhatikan dengan bertambah besarnya ukuran sel
baik itu panjangnya maupun lebarnya. Peningkatan ukuran sel
suatu individu sangat dipengaruhi oleh peningkatan substansi dan
komponen sel individu tersebut, karena kedua hal ini sangatlah
berkaitan. Karena pada dasarnya sel tidak akan mengalami
peningkatan ukuran jika tidak mengalami peningkatan substansi

18
serta komponen didalam sel tersebut. Jadi bisa dikatakan terjadi
peningkatan substansi terlebih dahulu barulah akan terjadi
peningkatan ukuran sel.
c) Pembelahan Sel
Pembelahan sel merupakan suatu cara sel untuk berkembang
biak yaitu dengan cara membelah dirinya dari yang awalnya hanya
satu sel menjadi dua sel dan dua sel itu akan membelah lagi dan
begitu seterusnya. Secara umum pembelahan sel dibagi atas dua
cara, yaitu yang pertama secara mitosis dan kedua secara meosis.
Khusus untuk sel uniseluler seperti mikroba, pembelahan sel
terjadi melalui proses pembelahan secara langsung, yaitu dari satu
sel akan membelah menjadi dua sel yang sama besar dan
mengandung materi genetik yang sama. Pembelahan sel seperti ini
disebut pembelahan biner. Pembelahan biner tidak mengalami
tahapan-tahapan pembelahan, seperti pembelahan sel secara
mitosis dan meiosis. Laju pembelahan sel terjadi dalam waktu yang
relatif singkat, hal ini tergantung dari kondisi lingkungan serta
nutrisi yang ada disekitar sel tersebut. Dalam periode yang
pendek, seringkali selama 20 menit, suatu bakteri dapat
membentuk duplikatnya yang lengkap, yang kemudian disebut
kemampuan berduplikasi (Kusnadi, 2003).
2. Pertumbuhan Populasi
Pertumbuhan populasi sel merupakan dampak dari pertumbuhan
sel secara individu, dimana individu sel bertambah banyak dengan
membelah diri, seiring dengan berjalannya waktu jumlah sel tersebut akan
semakin banyak dan membanyak sehingga apabila dilihat melalui
mikroskop akan terlihat spot – spot yang mana spot tersebut merupakan
sebuah populasi dari sel bakteri maupun mikroba. Terdapat dua aspek
dalam pertumpuhan populasi sel yaitu peningkatan jumlah sel akibat
pembelahan dan peningkatan aktivitas sel yang melibatkan sintesis enzim.
a) Peningkatan jumlah sel akibat pembelahan
Pertumbuhan populasi merupakan pengaruh dari peningkatan
jumlah sel akibat pembelahan. Suatu bakteri yang dimasukkan ke

19
dalam medium baru yang sesuai akan tumbuh memperbanyak diri,
tak terkecuali bioreaktor. Jika pada waktu-waktu tertentu jumlah
bakteri dihitung dan dibuat grafik hubungan antara jumlah bakteri
dengan waktu maka akan diperoleh suatu grafik atau kurva
pertumbuhan. Pengamatan jumlah sel dalam waktu yang cukup
lama akan memberikan gambaran berdasarkan kurva pertumbuhan
bahwa terdapat fase-fase pertumbuhan. Fase pertumbuhan bakteri
dapat dipisahkan menjadi empat fase utama; fase lag (fase lamban),
fase pertumbuhan eksponensial (fase pertumbuhan cepat), fase
stasioner( fase stasis), dan fase penurunan populasi (fase
pematian). Fase-fase tersebut menunjukkan keadaan bakteri dalam
biakan pada waktu tertentu. Di antara setiap fase terdapat suatu
periode peralihan dimana waktu dapat berlalu sebelum semua sel
memasuki fase yang baru (Kusnadi, 2003).
b) Peningkatan aktivitas sel yang melibatkan sintesis enzim
Peningkatan aktivitas sel yang melibatkan sintesis enzim
merupakan merupakan tujuan dari dikembangkan sel atau mikroba
tersebut. Enzim yang dihasilkan akan dapat mengubah suatu bahan
atau zat menjadi produk yang diinginkan. Jadi peningkatan
aktivitas sel yang melibatkan sintesis enzim merupakan tujuan
akhir dari pertumbuhan sel mikroba.

3.2 Hal-Hal Penting pada Laju Pertumbuhan Mikroba dalam Bioreaktor

Laju pertumbuhan sel atau mikroba sangat dipengaruhi oleh faktor


lingkungan serta nutrisi – nutrisi yang terdapat di sekelilingnya. Karena pada
dasarnya faktor – faktor tersebut akan mempengaruhi laju tumbuh kembangnya
mikroba didalam bioreaktor. Kondisi didalam bioreaktor harus dikondisikan
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kriteria – kriteria yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan kondisi optimum untuk tumbuh kembang mikroba. Oleh
karenanya kondisi lingkungan didalam bioreaktor harus diatur serta asupan nutrisi
harus disuplai sesuai dengan kebutuhan mikroba.

20
Banyak faktor – faktor yang dapat mempengaruhi laju tumbuh
kembangnya mikroba dalam bioreaktor, seperti yang telah dibahas sebelumnya
dalam bagian kepustakaan. Faktor – faktor tersebut secara mendasar memiliki
pengaruh dalam tumbuh kembangnya mikroba dalam bioreaktor, baik itu memiliki
pengaruh yang besar maupun hanya memiliki pengaruh yang kecil, tetapi secara
umum semua faktor tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinetika
pertumbuhan sel ataupun mikroba didalam bioreaktor.

Faktor terpenting yang dapat mempengaruhi laju tumbuh kembangnya


mikroba dalam bioreaktor ialah suplai nutrisi yang diberikan pada mikroba.
Nutrisi yang diberikan harus sesuai dengan kriteria – kriteria untuk mendapatkan
kondisi optimum dimana mikroba dapat tumbuh kembang dengan baik. Apabila
asupan nutrisi tak dipenuhi dengan baik, maka tumbuh kembang mikroba akan
terganggu karena kebutuhan nutrisinya tak terpenuhi. Secara umum nutrisi yang
dibutuhkan oleh mikroba dibagi menjadi dua, yang pertama makronutrien dan
yang kedua mikronutrien. Makronutrien merupakan nutrisi yang dibutuhkan
dalam jumlah yang banyak oleh mikroba untuk dapat tumbuh dan berkembang.
Contoh dari makronutrien ialah karbohidrat, oksigen, hydrogen. Sedangkan
mikronutrien ialah nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba dalam jumlah yang
sedikit saja. Contohnya ialah ammonium klorida, kalsium klorida, kalium
permanganate, kalium bikarbonat. Kedua jenis nutrisi itu dibutuhkan oleh bakteri
untuk pertumbuhannya, baik itu dalam jumlah besar maupun hanya dalam jumlah
kecil.

Air termasuk salah satu faktor yang berpengaruh dalam laju pertumbuhan
mikroba dalam bioreaktor. Air merupakan substansi terpenting dalam kehidupan
makhluk hidup, karena tanpa air makhluk hidup tidak akan dapat untuk
melanjutkan kehidupan, seperti halnya makhluk hidup yang lain, air merupakan
kebutuhan mutlak yang harus ada selama kehidupan. Didalam air terdapat unsur
hidrogen dan oksigen, dimana kedua unsur trsebut merupakan unsur terpenting
untuk pertumbuhan serta perkembangan mikroba. Jadi keberadaan air dalam

21
pertumbuhan mikroba sangatlah penting, apabila diberikan dalam jumlah dan
skala yang benar, maka laju pertumbuhan mikroba dapat mencapai nilai optimum.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, oksigen juga termasuk dalam


faktor yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan mikroba dalam bioreaktor.
Tetapi hal ini hanya berlaku pada bakteri aerob atau bakteri yang membutuhkan
oksigen untuk proses metabolisme. Apabila asupan oksigen tidak diberikan, maka
sistem metabolisme mikroba akan terganggu sehingga hal ini juga akan
mempengaruhi laju pertumbuhannya. Sehingga sedapatnya suplai oksigen harus
diberikan dengan baik untuk mendapatkan laju pertumbuhan yang optimum.
Tetapi hal ini tidak berlaku bagi bakteri anaerob, dimana bakteri ini tidak
membutuhkan oksigen dalam sistem metabolismenya. Sehingga apabila diberikan
oksigen, maka pertumbuhannya tidak akan sebaik apbila tidak diberikan oksigen.

Terlepas dari nutrisi yang diberikan, faktor lain yang paling berpengaruh
dalam laju pertumbuhan mikroba ialah faktor lingkungan. Jadi kondisi didalam
bioreaktor harus di atur sedemikian rupa sehingga cocok untuk pertumbuhan
mikroba untuk memperoleh laju pertumbuhan yang optimum. Temperatur dan
keasamaan merupakan dua hal yang paling berpengaruh dalam mempengaruhi
kondisi lingkungan didalam bioreaktor. Faktor temperatur merupakan faktor
lingkungan terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan mikroba
karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap temperatur.
Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan maksimum yang dimiliki
mikroba digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu mikrobia psikofil, mikrobia
mesofilik, dan mikrobia termofilik.

Setiap mikroba memiliki temperatur optimal dimana meraka dapat tumbuh


sangat cepat dan memiliki rentangan temperatur dimana mereka dapat tumbuh.
Rentangan itu adalah temperatur minimum dan maksimum, sedangkan temperatur
yang baik untuk aktivitas kehidupan disebut temperatur optimum. Berdasar hal
tersebut bakteri dikelompokkan menjadi tiga yaitu psikofil -5oC – 30oC dengan
temperatur optimum 10-20oC, mesofilik 10-45oC dengan temperatur optimum 20-
40oC, termofilik 25-80oC dengan temperatur optimum 50-60oC. Pada umumnya

22
temperatur minimum yang dapat ditolerir oleh fungi adalah antar 2-5oC dan
temperatur maksimum yang dapat ditolerir fungi adalah 35-40oC (Dewi, 2015).

Selain temperatur, faktor keasamaan juga sangat mempengaruhi laju


pertumbuhan mikroba. Karena pada dasarnya mikroba hanya dapat hidup dalam
keadaan keasaman tertentu. Ada beberapa mikroba yang dapat hidup dalam
lingkungan yang memiliki tingkat keasaman tinggi tapi tak dapat hidup dalam
lingkungan yang memiliki tingkat keasaman yang rendah. Dan adapun sebaliknya,
ada mikroba yang dapat hidup dalam lingkungan yang memiliki tingkat keasaman
yang rendah tetapi tidak dapat hidup dalam lingkungan yang memiliki tingkat
keasaman yang tinggi. Oleh karenanya, faktor keasaman sangatlah berpengaruh
dalam laju pertumbuhan mikroba.

pH medium biakan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan. Untuk


mikrobia juga terdapat rentangan pH dan pH optimal. Pada fungi secara umum pH
optimum bagi fungi adalah antara 3.8-5.6 (Dewi, 2015). Jadi kondisi didalam
bioreaktor harus disesuaikan dengan tipe bakteri yang akan digunakan.

Semua faktor yang telah dibahas sebelumnya ialah merupakan faktor


eksternal. Faktor eksternal memang merupakan faktor yang sangat berpengaruh
dalam laju pertumbuhan mikroba, tapi tak bisa dilepaskan dari pengaruh internal
dari mikroba itu sendiri. Faktor genetik serta ukuran dari mikroba juga sangat
mempengaruhi laju pertumbuhan mikroba. Pada umumnya, sel prokariot lebih
cepat tumbuh apabila dibandingkan dengan sel eukariot. Hal ini karena faktor
genetik dari sel mikroba tersebut. Prokariotik tidak memiliki membran inti sel
sehingga dalam transfer nutrisinya lebih cepat apabila dibandingkan dengan
eukariotik yang memiliki membran inti sel. Pertumbuhan yang lebih cepat pada
prokariotik akan menyebabkan waktu generasinya lebih pendek dibandingkan
eukariotik. Lalu dalam sel eukariotik, sel yang berukuran lebih kecil akan
memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan sel eukariotik
yang memiliki ukuran yang lebih besar. Hal ini karena sel yang memiliki ukuran
yang lebih kecil memiliki kapasitas penyerapan nutrisi dan pembuangan sisa
metabolisme yang lebih besar daripada sel yang memiliki ukuran yang lebih besar.

23
Kondisi tersebut akan mempengaruhi proses metabolisme yang akan
mempengaruhi laju pertumbuhan mikroba.

Konsentrasi mikroba di dalam bioreaktor merupakan faktor penting yang


menentukan kemampuan mikroba dalam mendegradasi limbah. Pada BRM,
konsentrasi mikroba 10.000-30.000 mg/l umum dijumpai, demikian pula
konsentrasi mikroba di atas 35.000 mg/l masih dapat diterapkan pada Bioreaktor
(Adyasari,2010).

Selain dari faktor – faktor yang dijelaskan diatas, masih banyak faktor –
faktor lain yang berpengaruh dalam mempengaruhi laju pertumbuhan mikoba
seperti yang telah dijelaskan dalam bagian kepustakaan.

3.3 Perhitungan Kinetika Laju Pertumbuhan Mikroba

1. Sel prokariotik membelah secara biner yaitu 1→ 2→ 4→ 8→ 16→ 32→


64→ n
2. Pembelahan sel dinyatakan sebagai fungsi 2 yaitu 2122232425262n
3. Apabila jumlah sel setlah waktu tertentu = Nt maka Nt = 1 x 2n
Jumlah total sel tergantung pada jumlah generasi (pembelahan yang terjadi
didalam waktu tertentu
4. Aapabila jumah sel awal = N0, jumlah sel dalam populasi dapat dinyataka
sebagai Nt = N0 x 2n
5. Jumlah total sel dalam populasi = Nt yang merupakan fungsi dari 2, dapat
lebih mudah diplot dengan nilai logaritmiknya, sehingga diperoleh garis
eksponensial. Didalam praktek digunakan angka dasar 10 sehingga

6. Waktu generasi (g) adalah waktu yang diperlukan sel didalam suatu
populasi untuk membelah diri. Pada umumnya berlangsung konstan dan
relative singkat (menit).

24
3.3.1. Cara Menentukan Pertumbuhan Mikroba
Cara-cara penentuan Pertumbuhan adalah sebagai berikut :

a. Menentukan jumlah dalam suatu populasi


i. Dengan plating menggunakan medium yang sesuai, diperoleh
Jumlah x ml-1
ii. Menghitung secara langsung dengan pengecatan sederhana, diperoleh
Jumlah x ml-1
b. Mengukur kerapatan/densitas
i. Kerapatan optik dengan spektrofotometer (Absorbansi 450-660 nm)
ii. Berat kering melalui flitrasi kultur dengan filter (0.20 mm),
mg berat kering x ml-1

3.3.2. Parameter yang dibutuhkan pada pengukuran laju


pertumbuhan Mikroba
Beberapa parameter yang harus ditentukan didalam penentuan
pertumbuhan kultur :

a) Jumlah generasi (n)


b) Kecepatan membelah sel (jumlah jam-1)
c) Waktu generasi rata-rata (jam)

3.3.3. Laju Pertumbuhan Mikroba

Laju pertumbuhan akan meningkat hingga dapat mencapai nilai


maksimumnya. Adapun persamaan dasar untuk laju pertumbuhan
mikroba ialah;

X = massa dari mikroba (sel) didalam sistem

25
Sr = massa subtrat yang terlarut

t = waktu

S = konsentrasi subtrat, mg/L

Ks = nilai konsentrasi subtrat dimana

= kecepatan pertumbuhan

= nilai maksimum dari

26
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa laju pertumbuhan


mikroba merupakan kecepatan suatu sel mikroba untuk dapat tumbuh dan
berkembang sehingga akan mengalami peningkatan jumlah individu. Secara
umum pertumbuhan mikroba dapat dibagi menjadi dua yaitu pertumbuhan
individu dan pertumbuhan populasi. Pertumbuhan individu meliputi peningkatan
substansi dan komponen sel, peningkatan ukuran sel, dan pembelahan sel.
Sedangkan pertumbuhan individu meliputi peningkatan jum;ah sel akibat
pembelahan dan peningkatan aktivitas sel yang melibatkan sintesis enzim.

Banyak hal – hal yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan mikroba


didalam bioreaktor. Faktor yang terpenting ialah faktor lingkungan sekitar
mikroba serta suplai nutrisi yang diberikan pada mikroba. Jadi kondisi didalam
bioreaktor harus disetting sedemikian rupa sesuai dengan kriteria – kriteria untuk
mendapatkan laju pertumbuhan yang optimum. Temperatur serta keasamaan
merupakan faktor yang paling penting dalam mempengaruhi keadaan lingkungan.

Oleh karena itu kedua hal ini harus diatur sebaik mungkin untuk
pertumbuhan mikroba. Nutrisi yang diberikan terhadap mikroba harus
diperhatikan, karena setiap mikroba memerlukan nutrisi yang cukup untuk dapat
tumbuh dan berkembang.faktor internal seperti genetik dan ukuran sel juga sangat
mempengaruhi laju pertumbuhan mikroba dalam bioreaktor.

4.2 Saran
Sebaiknya ketika melakukan proses menggunakan bioreaktor dan mikroba
perhatikan faktor-faktor yang berpengaruh penting dalam proses. Penggunaan
bibit mikroba yang secukupnya juga sebaiknya diperhatikan ketika melakukan
proses menggunakan bioreaktor. Sehingga proses pun dapat berlangsung secara
efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

27
Azhar,Hanif.2013.Sistem Bioreaktor.(online).https://id.scribd.com/doc/14287074

7/Sistem-Bioreaktor. (Diakses pada 13 Juni 2017).

Adyasari.2010.Pengaruh Perubahan Konsentrasi Ko-Substrat terhadap populasi

mikroorganisme pemutus zat warna azo di Bioreaktor Membran.Jurnal

Teknik Lingkungan Vol 16 No 1.Program Studi Teknik Lingkungan

Institut Teknologi Bandung.

Budisma.2015.Jenis-Jenis Mikroba. (online). http://budisma.net/2015/07/jenis

jenis-mikroba.html. (Diakses pada 12 Juni 2017).

Elisa.2013.Pertumbuhan Mikroba Dalam Bioreaktor.Kumpulan Materi Mikrobiol

ogi.Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.

Maggie.2016.Makalah Bioreaktor atau Fermentor.(online).http://maggiedarlenel

autama88.blogspot.co.id/2016/01/makalah-bioreaktor-atau-fermentor.html.

(Diakses pada 12 Juni 2013).

Nafiun.2012. Pertumbuhan Mikroba, Kinetika, Perhitungan, Populasi, Kultur,

Rumus, Fase, Metode,Faktor.


(online)http://www.nafiun.com/2012/11/per

tumbuhan-mikroba-kurva-laju-lag-eksponensial-stasioner-bakteri

pengaruh-kecepatan.html. (Diakses pada 12 Juni 2017).

Rajman.2013.Mikroba Bagian I Pengertian Mikroba. (online).http://atomgreen.bl

28
ogspot.co.id/2013/05/mikroba-bag-i-pengertian-mikroba_1878.html.

(Diakses pada 12 Juni 2017).

Robinson,David Gultom.2015.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Mikroorganisme.Makalah Mikrobiologi.Program Studi Agroteknologi

Universitas Tidar.

Saputra,Anton.2013.Bentuk dan Ukuran Sel.(online).http://antonsaputra11.blogsp

ot.co.id/2013/09/bentuk-dan-ukuran-sel.html. (Diakses pada 12 Juni

2017).

Sasrawan,Hedi.2012.Sel Artikel Lengkap Biologi.(online).http://hedisasrawan.bl

ogspot.co.id/2012/12/sel-artikel-lengkap-biologi.html. (Diakses pada 12

Juni 2017).

Sumardi & Aditya Marianti.2007.Biologi Sel.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Sumardi.2012. Kultivasi Mikroalga Chlamydomonas Reinhardtii sebagai

Produsen protein sel tunggal dalam bioreactor kolam lintasan terbuka

(raceway open pond bioreactor.Makalah Pendamping

(PARALELE).Teknik Kimia. Universitas Setia Budi.

Syamsuri,Istaman.2007.Biologi SMA Jilid 1A.Ciracas:Erlangga.

Yudiarti,Turrini dkk.2004.Bahan Ajar Biologi.Buku Pegangan.Program Studi

Manajemen Usaha Peternakan Fakultas Peternakan Undip

29

Anda mungkin juga menyukai