PENDAHULUAN
Pilihan paduan baku OAT untuk pasien TB dengan MDR saat ini
adalahpaduan standar (standardized treatment)yaitu:
Paduan ini diberikan pada pasien yang sudah terkonfirmasi TB MDR secara
laboratoris dan dapat disesuaikan bila:
Etambutol tidak diberikan bila terbukti telah resisten atau riwayat penggunaan
sebelumnya menunjukkan kemungkinan besar terjadinya resistensi terhadap
etambutol.
Panduan OAT disesuaikan paduan atau dosis pada :
o Pasien TB MDR yang diagnosis awal menggunakan Rapid test,
kemudian hasil konfirmasi DST menunjukkan hasil resistensi yang
berbeda.
o Bila ada riwayat penggunaan salah satu obat tersebut diatas
sebelumnya sehingga dicurigai telah ada resistensi.
o Terjadi efek samping yang berat akibat salah satu obat yang dapat
diidentifikasi penyebabnya.
o Terjadi perburukan klinis.
Ting- Obat Dosis Aktiviti Rasio kadar
katan
Harian antibakteri Puncak
Serum
terhadap MIC
atau amikasin
c. Kapreomisin 10-15
(etionamid
Protinamid)
2.10 Pencegahan
3.2. Anamnesis
Keluhan utama: Sesak napas.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Awalnya os mengeluhkan adanya batuk berdahak yang hilang timbul disertai
sesak napas yang dirasakan sejak setahun yang lalu. Sebelum menjalani pengobatan,
os sering mengeluhkan batuk berdahak yang diserai dengan sesak napas hingga
pasien mengaku sering menjalani perawatan di rumah sakit. Batuk berdahak tidak
pernah disertai pengeluaran darahh. Os juga mengaku sering berkeringat pada malam
hari dan kada disertai dengan demam serta sulit tidur. Nafsu makan pasien dirasakan
sangat menurun sehingga berat badan pasien juga diakui turun drastis sejak setahun
terakhir. Os sedang menjalani pengobatan TB MDR yang sudah berlangsung selama
kurang lebih 1 bulan.
Status Generalis
Kepala-Leher
Kepala : Deformitas (-)
Rambut : Hitam, lurus
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung (-)
Telinga : Liang telinga lapang, serumen (+)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Paru
Inspeksi:
Bentuk & ukuran: bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-),
pergerakan dinding dada simetris.
Permukaan dada: papula (-), petechiae (-), purpura (-), ekimosis (-), spider
naevi (-), vena kolateral (-), massa (-).
Penggunaan otot bantu nafas: SCM aktif, tidak tampak hipertrofi SCM, otot
bantu abdomen aktif dan hipertrofi (-).
Iga dan sela iga: pelebaran ICS (+).
Fossa supraclavicularis, fossa infraclavicularis: cekung, simetris kiri dan
kanan
Fossa jugularis: tak tampak deviasi
Tipe pernapasan: torako-abdominal.
Palpasi:
Trakea: tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V linea parasternal
sinistra.
Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
Gerakan dinding dada: simetris kiri dan kanan.
Fremitus vocal: simetris kiri dan kanan.
Perkusi:
Sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi:
Cor: S1 S2 tunggal regular, mur-mur (-), gallop (-).
Pulmo:
Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru .
Rhonki (+/+).
Wheezing (-/-).
Abdomen
Inspeksi:
Bentuk: simetris
Umbilicus: masuk merata
Permukaan kulit: tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-), ikterik (-
), massa (-), vena kolateral (-), caput meducae (-), papula (-), petekie (-),
purpura (-), ekimosis (-), spider nevy (-)
Distensi (-)
Ascites (-)
Auskultasi:
Bising usus (+) normal
Metallic sound (-)
Bising aorta (-)
Perkusi:
Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
Nyeri ketok (-)
Palpasi:
Nyeri tekan epigastrium (-)
Massa (-)
Hepatomegali (-)
Spleenomegali (-)
Tes Undulasi (-)
Shifting dullness (-)
3.4. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan sputum hasil BTA (di RS Anutapura)
Sewaktu (-)
Pagi (+1)
Sewaktu (-)
- Pemeriksaan Rontge thoraks: KP duplex lama aktif, Pleuritis bilateral, pleural
reaction sinistra.
3.5. Diagnosis Kerja
Tuberkulosis paru resisten ganda.
3.6. Penatalaksanaan
Medikamentosa
Terapi OAT FDC Kategori 2 tahap intensif setiap hari selama:
Rifampicin 150 mg/ Isoniazid 75 mg/ Pyranzinamid 400 mg/
Ethambutol HCl 275 mg Kaplet (selama 3 bulan)
Streptomycin injeksi 325 mg (selama 2 bulan)
Terapi OAT FDC Kategori 2 tahap lanjutan 3 kali seminggu:
Rifampicin 150 mg/ Isoniazid 150 mg Tablet (selama 5 bulan)\
Ethambutol 400 mg Tablet(selama 5 bulan)
Non Medikamentosa
Edukasi:
Penyakit yang diderita adalah penyakit TB yang menular dan bisa
menyerang siapa saja.
Menjelaskan kepada os tentang gejala-gejala pada penyakit TB dan cara
penularannya.
Membuang dahak pada wadah tertutup yang berisi pasir dan air sabun,
diganti minimal 1x sehari, kemudian menguburnya di tempat yang
jarang dilewati orang serta menggunakan masker.
Menjelaskan kepada anggota keluarga os yang tinggal serumah dengan
os untuk memeriksakan dahaknya di laboratorium, untuk memastikan
adanya anggota keluarga yang lain yang mengidap penyakit TB seperti
os atau tidak.
Menjelaskan kepada os agar tekun meminum obat dan suntik serta rutin
memeriksakan dirinya sampai dinyatakan sembuh untuk evaluasi
perkembangan penyakit TB di Puskemas, meskipun os sudah merasa
sehat sebelum dinyatakan sembuh.
Jagalah kebersihan rumah dan pencahayaan di dalamnya, buka jendela
setiap hari pagi dan siang hari.
Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
3.7. Prognosis
Dubia
3.8. Anjuran
Skrining terhadap anggota keluarga yang tinggal serumah dengan pasien.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Faktor Genetik/Biologis.
Pada kasus ini, os adalah seorang perempuan 40 tahun dengan status gizi
kurang. Penyakit TB paru cenderung lebih tinggi pada usia muda atau usia produktif,
15–50 tahun. Keadaan malnutrisi, gizi kurang, atau kekurangan kalori, protein,
vitamin, zat besi dan lain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga
sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB paru.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan memegang peranan yang sangat penting dalam terjadinya sebuah
penyakit, apalagi penyakit tersebut adalah penyakit berbasis lingkungan. Hal ini tentu
saja dapat menyebabkan mudahnya terjadi infeksi apabila tidak ada keseimbangan
dalam lingkungan. Dalam kasus ini, lingkungan tempat tinggal mendukung terjadinya
penyakit TB yang dialaminya tersebut. Lingkungan rumah merupakan salah satu
faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya.
Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran
kuman tuberkulosis. Kuman tuberkulosis dapat hidup selama 1-2 jam bahkan sampai
beberapa hari hingga berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah dan kepadatan penghuni
rumah.
Pencahayaan Rumah
Keadaan rumah os pada kasus ini tergolong lembab dan kurang cahaya.
Rumah os hanya memiliki satu buah jendela dan satu buah pintu untuk semua
ruangan. Bahkan ada ruangan yang tidak memiliki jendela sama sekali. Os dan
keluarga mengaku jarang membuka jendela dan gorden. Cahaya yang masuk ke
dalam rumah os sangat kurang. Hal ini menyebabkan mikroorganisme dapat
berkembang dengan pesat, termasuk kuman dan bakteri penyebab TB.
Kepadatan Hunian Rumah
Rumah tempat tinggal pasien dalam kasus ini memiliki jarak yang sangat
dekat dengan rumah tetangga-tetangga sekitarnya. Bahkan sebagian besar rumah
di lingkungan tempat tinggal pasien ini tidak memiliki halaman. Jarak antar rumah
satu dan lainnya ± 0,5-1 meter. Hal ini tentu saja dapat menjadi faktor pendukung
untuk tersebarnya penyakit TB dengan mudah.
Selain itu, luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di
dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan
jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota
keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga
yang lain.
Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan
dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung dari kualitas
bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya minimum 9
m2/orang. Untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 8 m2/orang. Untuk
mencegah penularan penyakit pernapasan, jarak antara tepi tempat tidur yang satu
dengan yang lainnya minimum 90 cm. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih
dari dua orang, kecuali untuk suami istri dan anak di bawah 2 tahun. Untuk
menjamin volume udara yang cukup, di syaratkan juga langit-langit minimum
tingginya 2,8 m.
Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap
individu. Bila seseorang bekerja di lingkungan yang berdebu dengan paparan
partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada
saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan
morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya
TB paru. Pasien dalam kasus ini tidak bekerja lagi, dan hampir selalu berada di
lingkungan rumah sepanjang hari.
Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga
yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi
makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap
kepemilikan rumah (kontruksi rumah).
Riwayat Kontak
Adanya riwayat kontak dengan suami os yang tidak menuntaskan pengobatan
bisa menjadi salah satu faktor terjadinya resistensi obat terhadap kuman penyebab.
Akibatnya anak kedua os juga harus menjalani pengobatan OAT.
3. Faktor Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan
penderita TB paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan
akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sebagai orang sakit dan akhinya
berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya.
Pengetahuan Yang Kurang Tentang TB
Os dan keluarga sebelumnya tidak mengetahui tentang TB, pengertian, faktor
resiko, penularan, akibat dsb. Pengetahuan yang rendah ini mempengaruhi
tindakanya yang menjadi kurang tepat. Pasien dan keluarga mengaku jarang
membuka jendela rumah, dan tidak segera memeriksakan diri ketika sudah ada
gejala sakit yang mengarah ke TB.
Kebiasaan Merokok
Os dalam kasus ini termasuk perokok pasif karena didalam rumah terdapat
anggota keluarga yang merokok. Dengan adanya paparan asap rokok akan
mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.
Memelihara Hewan Didalam Rumah
Pada kasus ini terdapat hewan peliharaan berupa unggas yang dipelihara
didalam rumah. Hal tersebut bisa menjadi sumber penularan dan perkembang
biakan bakteri.
Lampiran:
Foto Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah Ny. A:
DAFTAR PUSTAKA
1. Guidelines for the programmatic management of drug-resistant tuberculosis:
emergency update 2008. Geneva, World Health Organization, 2008
(WHO/HTM/TB/2008.402)
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. 2011.
3. UPTD Puskesmas Mabelopura, 2013. Profil Kesehatan Puskesmas
Mabelopura. Depkes RI, Palu.
4. Dalimunthe NN, Keliat EN, dan Abidin A. Penatalaksanaan Tuberkulosis
dengan Resistensi Obat Anti Tuberkulosis. Divisi Pulmonologi Alergi
Imunologi FK Universitas Sumatra Utara. Available from
http://www.ikaapda.com/resources/PAI/Reading/PENATALAKSANAAN-
TUBERCULOSIS-DENGAN-RESISTENSI-OBAT-ANTI-
TUBERCULOSIS.pdf
5. Kementrian Kesehatan RI. Rencana Aksi Nasional: Programmatic
Management of Drug Resistance Tuberculosis. 2011.
6. Global Tuberculosis Report 2012. World Health Organization
(WHO/HTM/TB/2012.6). available from
http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/
7. Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis.