Diajukan oleh:
ELDA
NIM : 141271110008
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Elda
Tempat, Tanggal Lahir : Bungo Tanjung, 19 Maret 1997
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Nama Orang Tua : Ayah : Rodi Hartono
Ibu : Ida Royani
Alamat : Desa Bungo Tanjung Kecamatan Pangkalan Jambu
Kabupaten Merangin.
B. Riwayat Pendidikan
Tahun 2001-2002 : TK Dharma Wanita Sungai Manau
Tahun 2003-2008 : SD Negeri No. 13/VI Kampung Tengah
Tahun 2009-2011 : Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Bangko
Tahun 2012-2014 : Sekolah Menengah Kejuruan Negeri ( SMKN) 1
Merangin
Tahun 2014-2017 : STIKes Merangin Program Studi Diploma III
Kebidanan.
iv
KATA PERSEMBAHAN
Bismillahirohmaanirohiim
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas
dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya KTI ini dapat
dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa
bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada
Allah SWT:
Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka KTI ini
dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada
Tuhan penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.
v
agar dipermudahkan segala urusan ku
tetap sehat ya neknu dan nektan ku yang selalu sayang
kepada ku selama ini, tetap sayang ya kepada cucu nya,
dan bauat makngah M. Kholik tersayang yang selalu
memberi masukan dan dukungan mu sehingga ponaan mu ini
dapat menyelesaikan studi nya dengan tepat waktu,
jasa mu takkan terbalas dengan apa pun
special for u my family ku tersayang
vi
Sahabat ku Tersayang Perentak City,
Maria susanti, Am.Keb, Yukpe Lindra Gusriani,Am.Keb,
Naiza Amalia,Am.Keb, dan Nola Arnovia,Am.Keb
yang nyasar masuk ke group perentak city,
dukungan dan bantuan kalian semua
tak kan mungkin aku sampai disini,
terimakasih untuk canda tawa, tangis,
dan perjuangan yang kita lewati bersama dan
terimakasih untuk kenangan manis
yang telah mengukir selama ini.
Serta terima kasih kepada teman-teman Angkatan XIII
semua yang telah mendukung satu sama lain dan saling
mendo’akan dari awal hingga akhir
yang tidak bisa disebutkan satu-persatu Dengan
perjuangan dan kebersamaan kita pasti bisa!
Semangat!!
Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya
persembahkan KTI ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan
semoga KTI ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan
di masa yang akan datang,
Amiinnn….
Buat yang special bng Tar yang selalu mendo’a kan dan
dukungan, motivasi terimakasih ya selama 1 tahun
blakangan ini
By : Elda
vii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah. ............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian. ............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian. ........................................................................... 4
viii
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian…………………………………………………… 35
B. Pembahasan………………………………………………………. 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………………. 40
B. Saran……………………………………………………………… 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
PERNYATAAN PENELITIAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam KTI ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan disuatu
perguruan tinggi dan sepenjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara
tertulis menjadi acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Elda
xiii
xiiix
KATA PENGANTAR
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan
berbagai pihak yang peneliti rasakan sangat besar artinya. Sebagai rasa hormat
dengan setulus hati peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kapada :
xiv
xiv
9. Ayah, Ibu dan Kakak tersayang yang telah mencurahkan perhatian dan banyak
memberikan dukungan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan
10. Rekan-rekan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah banyak memberikan dorongan serta bantuan sehingga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat diselesaikan.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangatlah peneliti harapkan, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya.
Peneliti
xv
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MERANGIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
Karya Tulis Ilmiah, Oktober 2017
Elda
Pembimbing I : Deffi Uprianti Bakri, SST
Pembimbing II : Astari Seto, S,SiT
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu yang Memiliki Balita tentang Status
Gizi Balita di Desa Sido Lego Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Panjang
Tahun 2017
xvi + 41 halaman, 5 tabel, 2 bagan, 6 lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang :Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013)
Angka kematian pada balita menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2012 yaitu sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup pertahunnya, di
Indonesia angka kematian balita sebanyak 43% sedangkan di Provinsi Jambi
sebesar 36%. Sedangkan data prevalensi gizi buruk di Indonesia yaitu 19,6%, di
Provinsi Jambi lebih besar dari persentase nasional yaitu sebesar 19,7%. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan dan Sikap ibu
yang Memiliki Balita tentang Status Gizi Balita di Desa Sido Lego Wilayah Kerja
Puskesmas Rantau Panjang Tahun 2017.
Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, populasi adalah
semua ibu yang memiliki balita di Desa Sido Lego, jumlah 100 responden.
Pengumpulan data bersumber dari data primer yang diperoleh dengan
menggunakan kuesioner yang dilakukan pada bulan September tahun 2017.
xvi
xvi
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
anak balita, dimana sebanyak 170.000 anak (60%) diantaranya akibat gizi buruk.
Seluruh anak usia 4-24 bulan yang berjumlah 4,9 juta di Indonesia, sekitar
seperlimanya sekarang berada dalam kondisi kurang gizi (Riskedas, 2010).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) Angka
kematian pada balita menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012 yaitu sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup pertahunnya, di Indonesia
angka kematian balita sebanyak 43% sedangkan di Provinsi Jambi sebesar 36%.
Sedangkan data prevalensi gizi buruk di Indonesia yaitu 19,6%, di Provinsi
Jambi lebih besar dari persentase nasional yaitu sebesar 19,7%.
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap
orang tua yang memerlukan perhatian untuk tumbuh kembangnya, karena
kekurangan gizi pada periode emas ini bersifat Irreversibel (tidak dapat pulih).
Data tahun 2010 memperlihatkan 5 juta balita Indonesia kekurangan gizi,
diantaranya 4,9% mengalami gizi buruk. Kekurangan gizi dapat mempengaruhi
perkembangan otak anak (Depkes RI, 2010).
Status gizi pada balita dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung
dan faktor tidak langsung. Sebab langsung adalah kurangnya asupan gizi dari
makanan dan akibat terjadinya penyakit bawaan yang mengakibatkan mudah
terinfeksi penyakit. Sedangkan kemiskinan diduga menjadi penyebab utama
terjadinya gizi buruk. Selain kemiskinan, faktor lingkungan dan budaya turut
andil dalam kasus gizi buruk (Yogiswara, 2011).
Faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi balita adalah faktor
pengetahuan ibu mengenai gizi. Ibu adalah seseorang yang paling dekat dengan
anak haruslah memiliki pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan minimal yang
harus diketahui ialah pentingnya makanan bagi pertumbuhan atau kesehatan
balita, pemilihan bahan makanan dan usia menyusui bayi sampai usia
penyapihan. Pengetahuan tersebut diharapkan akan menjamin balita dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal. Kurangnya pengetahuan gizi dan
kesehatan orang tua, khususnya ibu merupakan salah satu penyebab kekurangan
gizi pada balita (Suhardjo, 1996 dalam Wahyani 2015).
3
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran status gizi pada balita di Desa Sido Lego
Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Panjang Tahun 2017.
b. Untuk Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang status gizi balita di
Desa Sido Lego Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Panjang Tahun 2017.
c. Mengetahui gambaran sikap dengan status gizi balita di Desa Sido Lego
Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Panjang Tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Rantau Panjang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan
masukan bagi puskesmas Rantau Panjang untuk meningkatkan kualitas dari
kinerja petugas kesehatan khususnya para bidan desa dengan cara
memberikan penyuluhan tentang masalah kebutuhan gizi pada balita
sehingga kejadian gizi buruk pada balita dapat berkurang.
6
2. Zat Gizi
Balita dalam proses tumbuh kembang, sehingga makanan sehari-hari
harus mencukupi kebutuhan gizi. Zat gizi atau zat makanan merupakan
bahan dasar penyusun bahan makanan zat gizi terdiri dari :
a. Karbohidrat
Susunan kimia karbohidrat dari atom karbon (C), Hidrogen (H)
dan oksigen (O). Jenis karbohidrat dalam makanan dikelompokkan
menjadi monosakarida, disakarida, Dan polisakarida. Fungsi karbohidrat
dalam tubuh antara lain :
1) Sebagai sumber energi
2) Memberi volume pada isi usus dan melancarkan gerak peristaltik
usus sehingga memudahkan pembuangan feses.
3) Bagian struktur sel dalam glikoprotein yang merupakan reseptor
hormon.
4) Memberi rasa manis pada makanan (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2009).
b. Protein
Protein sama halnya seperti karbohidrat dan lemak dibangun oleh
unsur karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O), tetapi juga
mengandung Nitrogen (N). Protein nabati dapat diperoleh dari tumbuh-
tumbuhan, sedangkan protein hewani didapat dari hewan. Protein
berfungsi :
1) Protein mempunyai fungsi yaitu bagian kunci dari semua
pembentukan jaringan tubuh, yaitu dengan mensintesisnya dari
makanan.
2) Pertumbuhan dan pertahanan hidup terjadi bila protein intake
cukup.
3) Cairan tubuh pengatur keseimbangan (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2009).
7
c. Lemak
Lemak adalah senyawa organik yang terdiri dari atom karbon
(C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Lemak bersifat larut dalam pelarut
lemak, seperti benzene, eter dan sebagainya. Fungsi lemak antara lain :
1) Sumber energi menghasilkan kalori 9 kkal dalam setiap gram
lemak.
2) Lemak sebagai pelarut vitamin juga membantu transportasi dan
absorpsi vitamin A,D,E,K.
3) Lemak menghemat penggunaan protein untuk sintesa protein dan
sebagainya (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2009).
d. Vitamin
Vitamin pertama kali digunakan Cashimir Fink (Polandia) tahun
1912. Penemuan zat dalam dedak beras dapat menyembuhkan beri-beri.
Zat tersebut dibutuhkan oleh tubuh untuk hidup “vita” dan mengandung
N (amine), sehingga diberi istilah vitamin. Fungsi vitamin adalah :
1) Vitamin A : untuk penglihatan, pertumbuhan dan perkembangan,
diferensiasi sel, reproduksi dan kekebalan.
2) Vitamin D : dapat menyembuhkan dan mencegah riketsia.
3) Vitamin E : sebagai antidioksidan, merangsang reaksi kekebalan,
mencegah penyakit jantung koroner, mencegah keguguran dan
strelisasi (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2009).
e. Mineral
Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam
jumlah yang sedikit. Fungsi mineral sebagai berikut :
1) Sebagai bahan pembentuk bermacam-macam jaringan tubuh,
seperti tulang dan gigi.
2) Mengatasi reaksi yang bertalian dengan pemecahan karbohidrat,
lemak dan protein
3) Merupakan komponen dari enzim.
8
4) Mengatur proses pembekuan darah (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2009).
B. Status Gizi Balita
1. Pengertian
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004). Sedangkan menurut Idrus
dan Kunanto dalam Supariasa (2002) Status Gizi adalah suatu keadaan
keseimbangan konsumsi pangan sehingga dapat diekspresikan. Masa kritis
dalam rangka mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah
pada saat masa balita, terlebih pada perieode dua tahun pertama yang
merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan otak yang
optimal, oleh karena itu pada masa ini perlu perhatian yang serius (Azwar,
2004).
2. Status Gizi Balita
Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi anak balita merupakan
kelompok yang rentan gizi yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah
menderita kelainan gizi, karena saat ini mereka sedang mengalami proses
pertumbuhan yang sangat pesat, sehingga memerlukan zat makanan yang
relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih tinggi yang digunakan untuk
proses pertumbuhan manusia, pertumbuhan otak yang menentukan tingkat
kecerdasan seseorang sangat bergantung dari kondisi gizi dan kesehatan
sewaktu masa balita (Achmad Djaelani S, 2000, dalam Khayati, 2010).
Anak balita masih belum bisa mengurus dirinya sendiri dengan baik,
sehingga perlu perhatian dari orang tua, belum dapat berusaha mendapatkan
sendiri apa yang diperlukannya untuk makan. Sedangkan berbagai
pantangan dan tabu mengenai makanan banyak dikenakan kepada anak
balita. Selain itu anak balita mulai turun ke tanah dan mulai berkenalan
dengan berbagai kondisi yang dpat menimbulkan infeksi atau penyakit lain
(Achmad Djaelani S, 2000, dalam Khayati, 2010)
9
3. Status Gizi Balita
Masa balita merupakan proses pertumbuhan yang pesat dimana
memerlukan perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan lingkungannya.
Disamping itu balita membutuhkan zat gizi yang seimbang agar status
gizinya baik, serta proses pertumbuhan tidak terhambat, karena balita
merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan
gizi (santoso, 2004).
a. Pengertian Status Gizi Balita
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan zat-zat gizi yang dibedakan dalam empat kategori yaitu status
gizi buruk, status gizi kurang, status gizi baik dan status gizi lebih
(Almatsier, 2001).
4. Gizi Seimbang Pada Balita
Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang mengandung
zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh,
dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan,
aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal (Koalisi Fortifikasi
Indonesia, 2011). Bahan makanan yang dikonsumsi anak sejak usia dini
merupakan fondasi penting bagi kesehatan dan kesejahteraannya di masa
depan. Dengan kata lain, kualitas sumber daya manusia (SDM) hanya akan
optimal, jika gizi dan kesehatan pada beberapa tahun kehidupannya di masa
balita baik dan seimbang. SDM berkualitas inilah yang akan mendukung
keberhasilan pembangunan nasional di suatu negeri. Secara global,
tercapainya keadaan gizi dan kesehatan yang baik serta seimbang ini
merupakan salah satu tujuan utama Millennium Develpoment Goals (MDGs)
2015 yang dicanangkan oleh UNICEF (Soekirman, 2006 dalam Jafar, 2010).
10
Menurut Koalisi Fortifikasi Indonesia dalam Wahyuningsih 2011, PGS
memperhatikan 4 prinsip, yaitu:
a. Variasi makanan;
b. Pedoman pola hidup sehat;
c. Pentingnya pola hidup aktif dan olahraga;
d. Memantau berat badan ideal.
Prinsip Gizi Seimbang adalah kebutuhan jumlah gizi disesuaikan dengan
golongan usia, jenis kelamin, kesehatan, serta aktivitas fisik. Tak hanya itu,
perlu diperhatikan variasi jenis makanan. Bahan makanan dalam konsep gizi
seimbang ternbagi atas tiga kelompok, yaitu:
a. Sumber energi/tenaga (Karbohidrat) : Padi-padian, umbi-umbian,
tepung-tepungan, sagu, jagung, dan lain-lain.
b. Sumber zat Pengatur: Sayur dan buah-buahan
c. Sumber zat pembangun (Protein): Ikan, ayam, telur, daging, susu,
kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu, oncom,susu
kedelai (Candra, 2013).
5. Penilaian Status Gizi
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
1) Antropometri
Dalam antropometri dapat dilakukan beberapa macam
pengukuran.Pengukuran terhadap berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas, dansebagainya. Dari beberapa pengukuran tersebut, berat
badan, tinggibadan, dan lingkar lengan sesuai dengan usia adalah
paling seringdilakukan dalam survei gizi.
a) Indikator Berat Badan Dibagi Umur (BB/U)
Indikator Berat Badan Dibagi Umur (BB/U) dapat
normal, lebih rendah,atau lebih tinggi setelah dibandingkan
dengan standar WHO. ApabilaBerat Badan Dibagi Umur (BB/U)
normal, digolongkan pada status gizibaik. Berat Badan Dibagi
11
Umur (BB/U) rendah dapat berarti berstatusgizi kurang atau
buruk.
b) Indikator Tinggi Badan Dibagi Umur (TB/U)
Mereka yang diukur dengan indikator Tinggi Badan
Dibagi Umur(TB/U) dapat dinyatakan Tinggi Badannya normal,
kurang, dan tinggi,menurut standar WHO. Hasil pengukuran
Tinggi Badan Dibagi Umur(TB/U) menggambarkan status gizi
masa lalu.
c) Indikator Berat Badan Dibagi Tinggi Badan (BB/TB)
Pengukuran antropometri yang terbaik adalah
menggunakanindikator Berat Badan Dibagi Tinggi Badan
(BB/TB). Ukuran inidapat menggambarkan status gizi saat ini
dengan lebih sensitif danspesifik. Artinya, mereka yang Berat
Badan Dibagi Tinggi Badan(BB/TB) kurang, dikategorikan
sebagai “kurus”(Soekirman, 2000).
2) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yangdiuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai
macam jaringan tubuh.Jaringan tubuh yang digunakan antara lain
darah, urien, tinja, dan juga berbagaijaringan tubuh seperti hati dan
otot. Metode ini digunakan suatu peringatan bahwakemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi
(Supariasa,2002).
3) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai statusgizi masyarakat. Penggunaan metode ini umumnya
untuk survei klinis secaracepat (rapid clinical surveys). Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepattanda-tanda klinis umum
dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2002).
12
4) Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizidengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan)
dan melihat perubahanstruktur dan jaringan. Umumnya digunakan
dalam situasi seperti kejadian butasenja epidemik (epidemic of night
blindnes) (Supariasa, 2002).
b. Pengukuran Status Gizi Secara Tidak Langsung
1) Survei Konsumsi Makanan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentangkonsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,
keluarga, dan individu. Survei inidapat mengidentifikasi kelebihan
dan kekurangan zat gizi.
2) Statistik Vital Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan menganalisis data beberapa
statistik kesehatanseperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan, dan kematian akibatpenyebab tertentu dan data lainya
yang berhubungan dengan gizi.
3) Faktor Ekologi
Pengukuran faktor ekologi dipandang penting untuk mengetahui
penyebabmalnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensigizi
6. Klasifikasi Status Gizi
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang
seringdisebut reference. Baku antropometri yang digunakan di Indonesia
adalah WHONCS.Berdasarkan semi loka antropometri, Ciloto, 1991 telah
direkomendasikanpenggunaan baku rujukan WHO-NCS, Untuk menentukan
klasifikasi status gizidiperlukan adanya batasan-batasannya. Batasan ini di
setiap negara relatifberbeda, hal ini tergantung dari kesepatan ahli gizi
dinegara tersebut.Berikut ini adalah penggolongan keadaan gizi menurut
indeks antropometri.
13
a. Gizi lebih (Over weight)
Gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam
jumlah berlebihan sehingga menimbulkan efek toksis atau
membahayakan (Almatsier, 2005). Kelebihan berat badan pada balita
terjadi karena ketidakmampuan antara energi yang masuk dengan keluar,
terlalu banyak makan, terlalu sedikit olahraga atau keduanya. Kelebihan
berat badan anak tidak boleh diturunkan, karena penyusutan berat akan
sekaligus menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan
(Arisman, 2007).
b. Gizi baik (well nourished)
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin
(Almatsier, 2005).
c. Gizi kurang (under weight)
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu
atau lebih zat-zat esensial (Almatsier, 2005).
d. Gizi buruk (severe PCM)
14
7. Cara Mengukur (Status Gizi)
Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan
dalamsatuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat
(Gibson, 2005).
IMT =
15
Salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan fisik anak adalah dengan
melihat status gizi anak dalam hal ini balita. Sebagai alat ukur untuk
mengetahui tingkat perkembangan seorang anak dengan menggunakan Kartu
Menuju Sehat (KMS) (Soetjiningsih, 2002).
Semua kejadian yang berhubungan dengan kesehatan anak sejak
lahir sampai berumur lima tahun, perlu dicatat dalam KMS, misalnya
identitas anak, tanggal lahir dan tanggal pendaftaran, serta penyakit yang
pernah dideritanya. KMS berisi pesan-pesan penyuluhan tentang
penanggulangan diare, makanan anak. Sehingga ibu senantiasa membawa
KMS pada semua kegiatan kesehatan dan cenderung ingin kontak dengan
petugas kesehatan untuk merujuk anaknya. Hal ini dapat digunakan sebagai
pengamatan status gizi anak, disamping mempunyai kelebihan maupun
kekurangannya (Soetjiningsih, 2002).
Untuk mengetahui apakah berat badan dan tinggi badannormal, lebih
rendah atau lebih tinggi dari yang seharusnya, dilakukanperbandingan dengan
suatu standard internasional yang ditetapkan oleh WHO (Soekirman,
2000).Di dalam ilmu gizi status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur
BB atau TB sesuai dengan umur (U) secara sendiri-sendiri, tetapi juga dalam
bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi antara ketiganya, sebagai
berikut :
16
pakaian anak yang tidak dilepas/ dikoreksi dan anak bergerak terus;
masalah social budaya setempat yang mempengaruhi orangtua untuk
tidak mau menimbang anaknya karena dianggap seperti barang dagangan
(Soekirman, 2000).
17
gambaran apakah anak tersebut pendek, normal dan jangkung
(Soekirman, 2000).
10. Pengukuran Status Gizi Balita Berdasarkan Z-Score
Batas Pengelompokan Sebutan status gizi
18
yang baik dan optimal, maka akanmenghasilkan pertumbuhan yang
optimal pula. Faktor genetik ditentukan olehpembawa faktor keturunan
yang terdapat dalam sel tubuh, yang akan diwariskanorang tua kepada
anaknya. Salah satu faktor yang menentukan mudah tidaknyaseseorang
menjadi gemuk adalah faktor genetik atau keturunan (Mary
Courtney,1997).
b. Penyakit Infeksi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan
penyebabutama kematian pada balita (Sjahmien Moehdji B.Sc).
Scrimshaw et al (1959)dalam I Dewa Nyoman Supariasa (2002)
menyatakan bahwa ada hubunganyang sangat erat antara infeksi (bakteri,
virus, dan parasit) dengan kejadianmalnutrisi. Penyakit yang umumnya
terkait dengan masalah gizi antara lain diare,campak, dan batuk rejan
(Supariasa, 2002).
Menurut Sjahmien Moehdji (2002), memburuknya keadaan gizi
balitaakibat penyakit infeksi dikarenakan oleh beberapa hal antara lain :
1) Turunnya nafsu makan anak akibat rasa tidak nyaman yang
dialaminya,sehingga masukan zat gizi berkurang padahal anak justru
memerlukanzat gizi lebih banyak terutama untuk menggantikan
jaringan tubuhnyayang rusak akibat bibit penyakit.
2) Penyakit infeksi sering dibarengi oleh diare dan muntah
yangmenyebabkan penderita kehilangan cairan dan sejumlah zat gizi
sepertiberbagai mineral dan sebagainya. Adanya diare
menyebabkanpenyerapan zat gizi dari makanan juga terganggu,
sehingga keseluruhanmendorong terjadinya zat buruk.
Naiknya metabolisme basal akibat demam
menyebabkantermobilitasnya cadangan energi dalam tubuh.
Penghancuran jaringantubuh oleh bibit penyakit juga akan semakin
banyak, dan untukmenggantikannya diperlukan masukan protein
yang lebih banyak.Kaitan penyakit infeksi dengan kejadian gizi
19
kurang merupakanhubungan timbal – balik, yaitu sebab-akibat.
Penyakit infeksi dapat memperburukkeadaan gizi dan gizi yang jelek
dapat memudahkan terkena infeksi.
c. Pendidikan Ibu
Wanita yang berpendidikan lebih rendah atau tidak
berpendidikanbiasanya mempunyai anak lebih banyak dibandingkan
yang berpendidikan lebihtinggi. Mereka yang berpendidikan rendah
umumnya tidak dapat/sulit diajakmemahami dampak negatif dari
mempunyai banyak anak (Yayuk Farida Baliwatidkk, 2004).
Keluarga dengan tingkat pendidikan rendah biasanya sulit
menerimaarahan dalam pemenuhan gizi dan sulit diyakinkan mengenai
pentingnyapemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya kesehatan lain
yang menunjang gizianak (A.Aziz Alimul Hidayat, 2006).
d. Pekerjaan Ibu
Ketergantungan wanita bekerja yang sangat besar adalah
padapenerimaan upah (Pandji Anoraga, 2001:120). Pendapatan yang
menunjang akanmemenuhi tumbuh kembang anak, karena orang tua
dapat menyediakan semuakebutuhan anak baik primer maupun sekunder
(Soetjiningsih, 1995).
e. Konsumsi Makanan
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi.
Tingkatkonsumsi ditentukan kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas
hidanganmenunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di
dalam susunanhidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang
lain.
Kualitasmenunjukkan masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan
tubuh, baik dari sudutkualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan
mendapat kondisi kesehatan giziyang sebaik-baiknya yang disebut
konsumsi adekuat. Jika konsumsi baik kualitasmaupun kuantitasnya
dalam jumlah yang melebihi kebutuhan tubuh dinamakankonsumsi
20
berlebih, maka akan terjadi keadaan gizi lebih. Sebaliknya, jikakonsumsi
yang kurang baik kualitas maupun kuantitas, maka akan memberikondisi
gizi yang kurang atau defisit (Achmad Djaeni, 2000).
f. Jumlah Anak
Laju kelahiran yang tinggi berkaitan dengan kejadian kurang gizi,
karenajumlah pangan yang tersedia untuk suatu keluarga yang besar
mungkin cukupuntuk keluarga yang besarnya setengah dari keluarga
tersebut, akan tetapi tidakcukup untuk mencegah gangguan gizi pada
keluarga yang besar tersebut. Anakanakyang tumbuh dalam suatu
keluarga miskin adalah paling rawan terhadapkurang gizi diantara
seluruh anggota keluarga, dan anak yang paling kecilbiasanya
terpengaruh oleh kekurangan pangan. Bila besar keluarga
bertambah,maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang
tua tidak menyadariakan hal itu, sehingga status gizi anak terabaikan
(Suharjo, 2003).
g. Pendapatan Keluarga
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan
seseorangadalah tingkat pendapatan keluarga, dalam hal ini adalah daya
beli keluarga.Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan
antara lain tergantung padabesar kecilnya pendapatan keluarga, harga
bahan makanan itu sendiri, sertatingkat pengolahan sumber daya lahan
dan pekarangan. Keluarga kurang mampukemungkinan besar akan
kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya,terutama untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya
(Apriadji,1986).Pendapatan keluarga dapat menentukan pola makan.
Orang dengan tingkatpendapatan rendah biasanya akan membelanjakan
sebagian pendapatannya untukmakanan, sedangkan orang dengan tingkat
ekonomi tinggi akan berkurang belanjamakanan, karena sudah merasa
tercukupi kebutuhan makanan sehingga lebihbanyak dialihkan untuk
keperluan selain membeli makanan.
21
12. Gizi Kurang Pada Balita
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup
zat-zat gizi yangdigunakan secara efisien, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik,perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan
secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Gizi kurang merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat
tidakterpenuhinya asupan makanan. Gizi kurang dapat terjadi
karenaseseorang mengalami kekurangan salah satu zat gizi atau lebih di
dalam tubuh(Almatsier, 2001).Akibat yang terjadi apabila kekurangan gizi
antara lain menurunnyakekebalan tubuh (mudah terkena penyakit infeksi),
terjadinya gangguan dalam prosespertumbuhan dan perkembangan,
kekurangan energi yang dapat menurunkanproduktivitas tenaga kerja, dan
sulitnya seseorang dalam menerima pendidikan danpengetahuan mengenai
gizi. Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi yang banyak dihadapi
olehnegara-negara yang sedang berkembang. Hal ini dapat terjadi karena
tingkatpendidikan yang rendah, pengetahuan yang kurang mengenai gizi dan
perilaku belumsadar akan status gizi. Contoh masalah kekurangan gizi,
antara lain KEP(Kekurangan Energi Protein), GAKI (Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium),Anemia Gizi Besi (AGB) (Apriadji, 1986).
13. Dampak Kekurangan Gizi Pada Balita
Dampak kekurangan gizi sangatlah kompleks. Pada anak, hal ini dapat
menyebabkan gangguan pada perkembangan mental, sosial, kognitif,
pertumbuhan dan keluarga.
a. Perkembangan Mental dan Kognitif
Anak dapat mengalami gangguan pada perkembangan mental
sejak dalam kandungan ataupun setelah kelahiran akibat kekurangan
nutrisi yang dibutuhkan otak untuk dapat bekerja dengan baik.
Kekurangan gizi yang parah dapat menghambat perkembangan anak
22
pada fase oral hingga fase laten. Untuk gangguan kognitif anak dapat
mengalami penurunan IQ.
b. Perkembangan Sosial
Kekurangan gizi dapat membatasi aktivitas anak untuk dapat
bermain dengan teman sebaya, sehingga secara langsung ataupun tidak
langsung tidak akan mempengaruhi intraksi sosial anak tersebut.
c. Gangguan Pertumbuhan
Yaitu berupa ketidakmatangan fungsi organ dimana
manifestasinya dapat berupa kekebalan tubuh yang rendah yang
menyebabkan kerentanan terhadap penyakit-penyakit seperti infeksi
saluran pernafasan, diare, demam dan lain-lain, dengan bentuk terparah
menyebabkan marasmus, kwashiorkor, marasmik-kwashiokor dan
kematian.
d. Keluarga
Pada keluarga, bentuk terparah akibat kekurangan gizi dapat
menghambat produktivitas keluarga dalam mencukupi kebutuhan
kelaurga, bentuk perhatian akan terfokus pada perawatan anak sakit
akibat kekurangan gizi dan hal itu dapat mengganggu keseimbangan
pemenuhan kebutuhan keluarga (Supartini, 2004; Feinstorm, Uauy &
Arroyo. 2001; World Food Program of UK, 2007).
C. Determinan yang Mempengaruhi Ibu yang Memiliki Balita dengan Status
Gizi Balita
1. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indra
pendengaran dan penglihatan (Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan penelitian Wahyani (2015) menunjukan ada hubungan
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan status gizi balita di
23
wilayah kerja Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta. Hubungan tersebut
merupakan hubungan positif, artinya semakin baik tingkat pengetahuan ibu
tentang gizi balita maka akan semakin baik status gizi balita. Hal tersebut
disebabkan semakin baik tingkat pengetahuan tentang gizi balita, maka ibu
akan semakin dapat memberikan makanan dengan kandungan gizi yang
dibutuhkan balita. Asupan makanan yang bergizi pada balita akan sangat
berpengaruh terhadap malnutrisi dan kejadian kurang gizi atau gizi buruk
(Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian didapatkan p value 0,000 < 0,05 maka
dapat disimpulkan hasil perhitungan ini menunjukan bahwa hipotesis yang
menyatakan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita
dengan status gizi balita.
Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan dan Dewi (2010)pengetahuan
seseorang dapat dikategorikan dan diinterprestasikan dengan skala yang
bersifat kualitatif. Dalam penelitian biasanya dituliskan dalam bentuk
persentase yaitu :
membagi kategori pengetahuan menjadi 3 tingkatan :
a. Pengetahuan baik, jika jawaban benar skor 76%-100%
b. Pengetahuan cukup, jika jawaban benar skor 56-75%
c. Pengetahuan kurang, jika jawaban benar<56%
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Newcomb, salah
seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan
motif tertentu. Fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku tindakan atau rekasi
tertutup. Untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala
atau masalah yang ada dimasyarakat atau dialaminya dapat menggunakan
24
skala Likert. Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang
masuk dalam kategori skala Likert adalah sebagai berikut :
PernyataanPositif
1. SangatSetuju : (SS)
2. Setuju : (S)
3. Tidak Setuju : (TS)
4. SangatTidakSetuju : (STS)
PernyataanNegatif
1.SangatSetuju : (SS)
2.Setuju : (S)
3. Tidak Setuju : (TS)
4. SangatTidakSetuju : (STS)
Sikap positif : Jika ( ≥ mean/median)
Sikap negatif : Jika (< mean/median)
(Nasir dkk, 2011)
Menurut hasil penelitian Suhendri (2009) menunjukkan adanya
hubungan sikap dengan status gizi pada balita, yaitu p value 0,002 <p value
0,05 hubungan tersebut merupakan semakin positif sikap yang ditunjukkan
ibu balita maka semakin baik status gizi pada balita, ibuyang bersikappositif
terhadapstatus gizi balitakarenaia sudah sadar dan mengerti tentang
kebutuhan gizi pada balita sehingga balita tidak mengalami gizi
kurangsebaliknya semakin negatif sikap ibu balita terhadap status gizi balita
semakin beresiko balita mengalami gizi kurang karena ibu tidak
menanggapi dan mengerti kebutuhan gizi pada balita.
25
D. Kerangka Teori
(Predisposing Factors)
1. pengetahuan
2. sikap
3. Kepercayaan
4. Keyakinan
5. Nilai-nilai
(Enabling Factors)
1. Ketersediaan
Fasilitas atau sarana-
sarana kesehatan
seperti Puskesmas,
obat-obatan,
peralatan kesehatan
Perilaku
2. ketersediaan
Kesehatan
makanan
(Renforcing Factors)
1. Budaya
2. Pendidikan Ibu
3. Pekerjaan Ibu
4. Pendapatan
Keluarga
5. Dukungan
Petugas
Kesehatan
26
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada teori Notoatmodjo
(2010) status gizi balita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
predisposisi yaitu pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, persepsi ibu.
Faktor pendukung yaitu pendapatan keluarga dan faktor pendorong yaitu sikap
dan perilaku petugas serta media promosi. Pada penelitian ini penulis hanya
memasukkan bebrapa variabel yaitu hanya pengetahuan dan sikap ibu mengingat
karena keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti maka peneliti hanya
memasukan pengetahuan dan sikap ibu tentang status gizi pada
balita.Berdasarkan hal tersebut maka kerangka konsep peneliti ini secara
skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
27
28
BAB III
METODE PENELITIAN
I. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain (Hidayat, 2011:93):
1. Informed consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden
dan diberikan sebelum penelitian dilakukan
2. Anonimity (Tanpa nama)
Jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencatumkan nama responden. Dalam penelitian ini
ditulis hanya inisial saja.Hal ini dilakukan untuk menjaga kerahasiaan
responden.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan kemudian dijamin
kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil penelitian
J. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti hanya mandeskripsikan atau
menggambarkan variabel independent tidak sampai mengetahui apakah
ada atau tidak hubungan antara variabel independent dan variabel
dependent.
K. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan langkah dan posedur sebagai beikut:
1. Tahapan pesiapan
Adapun hal-hal yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah:
33
L. Jadwal Penelitian
3. Ujian Proposal
4. Perbaikan Proposal
5. Penelitian KTI
7. Ujian KTI
8 Pengumpula KTI
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 ibu yang
mempunyai balita di Desa Sidelego Wilayah Kerja dilakukan penelitian tentang
pengetahuan dan Sikap ibu tentang status gizi anak balita di Desa Sidelego
Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Panjang Tahun 2017 :
1. Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi pada Balita di Desa
Sido lego Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Panjang tahun 2017 :
Distribusi frekuensi pengetahuan ibu menurut Tingkat
Pengetahuan dikategorikan menjadi 3, yaitu Baik, Cukup dan Kurang
dapat dilihat pada tabel 4.1 :
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi Pada
Balita di Desa Sido Lego Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Panjang
Tahun 2017
No Pengetahuan Jumlah
f %
1 Baik 19 19
2 Cukup 53 53
3 Kurang 28 28
2. Gambaran Sikap Ibu tentang Status Gizi Pada Balita di Desa Sido
Lego Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Panjang Tahun 2017 :
Distribusi Frekuensi responden berdasarkan sikap tentang status
gizi pada Balita di Desa Sido lego Wilayah Kerja Puskesmas Rantau
Panjang Tahun 2017.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu tentang Status Gizi pada Anak
Balita di Desa Sido Lego Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Panjang
tahun
2017
No Sikap Jumlah
f %
1 Positif 64 64
2 Negatif 36 36
tidak terjadi gizi kurang pada balita, sebaliknya semakin rendah pengetahuan
ibu tentang status gizi balita semakin sedikit pengetahuan yang didapat oleh
ibu sehingga ibu kurang memahami bagaimana cara memenuhi kebutuhan
gizi balita dan balita beresiko mengalami gizi kurang pada balita.
pengetahuan yang baik tentang gizi balita menjadikan lebih memahami
kebutuhan gizi balita dibandingkan ibu dengan pengetahuan yang kurang.
Ibu dapat memberikan menu yang bervariasi sehingga balita tidak bosan
dengan menu yang disediakan dan tercukupinya kebutuhan akan gizi
seimbang bagi balita.
Dengan pengetahuan yang baik maka ibu mempunyai dasar untuk
bertindak dalam memilih dan memberikan asupan gizi yang sesuai dengan
usia bayi, pemberian makanan bergizi seperti memberikan sayur mayur dan
buah yang sangat dibutuhkan oleh bayi dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan sesuai usia balita.
Notoatdmojo (2010) berpendapat bahwa pengetahuan seseorang dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku. Pengetahuan yang tinggi dapat
mempengaruhi sikap positif dan perilaku yang baik termasuk dalam
memberikan asupan gizi balita dengan baik. Seperti halnya sesuai dengan
pendapat dari Fatimah (2008), dimana pengetahuan orang tua terutama ibu
tentang gizi sangat berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi yang
diperoleh oleh balita. Orang tua perlu memahami pengetahuan tentang gizi,
terutama yang berkaitan dengan zat-zat yang dikandung dalam makanan,
cara mengolah makanan, menjaga kebersihan makanan, waktu pemberian
makan dan lain-lain, sehingga pengetahuan yang baik akan membantu ibu
atau irang tua dalam menentukan pilihan kualitas dan kuantitas makanan.
Menurut Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan
adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
pengetahuan dapat berhubungan dengan status gizi balita, karena
pengetahuan kurang atau baik akan sangat berpengaruh pada perilaku ibu
dalam memperhatikan asupan makanan bergizi bagi balita.
38
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan data penelitian tentang gambaran pengetahuan dan
sikap ibu tentang status gizi pada anak balita di Desa Sidelego Wilayah Kerja
Puskesmas Rantau Panjang Tahun 2017.
1. Berdasarkan gambaran pengetahuan ibu diketahui dari 100 responden
sebagian besar berpengetahuan cukup 53 (53%) tentang status gizi balita di
Desa Sido Lego Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Panjang tahun 2017.
2. Berdasarkan gambaran sikap ibu Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui dari
100 responden sebagian besar dengan sikap positif 64 (64%) tentang status
gizi balita di Desa Sido Lego Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Panjang
tahun 2017.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas Rantau Panjang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan
masukan bagi puskesmas Rantau Panjang untuk meningkatkan kualitas dari
kinerja petugas kesehatan khususnya para bidan desa dengan cara
memberikan penyuluhan tentang masalah kebutuhan gizi pada balita
sehingga kejadian gizi buruk pada balita dapat berkurang.
2. Bagi STIKes Merangin
Penelitian ini diharapakan dapat ddipergunakan sebagai bahan informasi
bagi STIKes Merangin untuk dapat menambah referensi di perpustakaan
sehingga dapat mempermudah mahasiswa dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
40
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil Penelitian ini dapat dibergunakan sebagai bahan masukan bagi
peneliti lainnya untuk melakukan penelitian ini dengan penelitian analitik
yaitu gambaran pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita tentang
status gizi balita.
41
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. Sunita. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta
Cipta
Nainggolan, (2011). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Gizi Ibu dengan
Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah Kelurahan
Rajabasa Raya Bandar Lampung tahun 2011.
LEMBAR PERSETUJUAN
No. Responden :
Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia untuk menjadi responden
dari penelitian yang berjudul“Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibutentang Status
Gizi pada Balita di Desa Sido lego Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Panjang
Tahun 2017” oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Merangin.
Nama : Elda
Nim : 141271110008
Bangko, Agustus
2017
Responden
(
)
KUESIONER TENTANG GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
IBU YANG MEMILIKI BALITA TENTANG STATUS GIZI BALITA
DI DESA SIDO LEGO WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RANTAU PANJANG
TAHUN 2017
Identitas Balita
a. Nama :
b. Umur :
c. Berat Badan Anak :
d. Jenis kelamin :
Pertanyaan Tentang Pengetahuan Gizi Anak Balita
1. Sebutkan jenis-jenis status gizi yang ibu ketahui?
a. Status gizi baik
b. Status gizi kurang
c. Status gizi lebih
2. Menurut ibu makanan apa yang bagus untuk dikonsumsi oleh balita?
a. Makanan yang sehat
b. Makanan yang beragam dan bergizi
c. Makanan yang banyak mengandung zat gizi untuk pertumbuhan balita
3. Sebutkan jenis-jenis vitamin yang anda ketahui?
a. Vitamin A
b. Vitamin D
c. Vitamin E
d. Vitamin C
e. Vitamin B
4. Sumber protein banyak terdapat pada?
a. Ikan
b. Tempe, tahu
c. Kedelai
5. Apa yang dimaksud dengan gizi kurang pada balita?
a. Keadaan tubuh balita yang mengalami penurunan berat badan dari
batas normal
b. Balita yang kurus
6. Menurut ibu apa saja tanda-tanda anak yang mengalami gizi kurang?
a. Sering menangis, berat badan berkurang
b. Mudah terserang penyakit
c. Badan melemah
d. Tenaga berkurang
7. Makanan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan balita adalah?
a. Makanan yang banyak mengandung gizi
b. Makanan seimbang 4 sehat 5 sempurna
8. Apa dampak yang terjadi apabila balita mengalami gizi kurang?
a. Balita sangat kurus dan mudah terserang penyakit
b. Perkembangan mental anak terganggu
c. Bisa menyebab gizi buruk
d. Mengakibatkan kematian pada balita
e. Mengurangi kecerdasan anak
f. Pertumbuhan anak terganggu
9. Penyakit yang sering terjadi dengan balita yang mengalami gizi kurang
adalah?
a. Diare
b. Campak
c. Batuk rejan
10. Apabila anak ibu menderita gizi kurang apa yang harus ibu lakukan?
a. Mengontrol berat badan balita setiap bulan
b. Memberikan asupan makanan yang bergizi untuk balita
Pernyataan Sikap
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya akan memberikan balita makanan yang
bergizi agar dapat mengurangi resiko balita gizi
buruk maupun gizi kurang
2 Saya membatasi anak saya untuk makan
makanan cepat saji karena dapat menyebabkan
gizi lebih
3 Saya memberikan buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin pada anak saya untuk
perkembangan anak
4 Saya mendidik anak saya untuk mengenali
makanan yang bergizi
5 Saya menyusun menu makanan untuk anak
mengikuti pola menu keluarga
6 Saya memberikan makanan cepat saji kepada
anak saya karena mudah dan praktis
7 Saya tidak menyajikan makanan yang beragam
untuk anak saya karena butuh biaya yang besar
8 Saya tidak pernah menimbang balita saya karena
saya yakin anak saya sehat
9 Saya tidak membatasi anak saya untuk makan-
makanan jajanan
10 Saya menimbang berat badan anak saya ketika
saya mau saja
MASTER TABEL PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI PADA
ANAK BALITA DI DESA SIDELEGO WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RANTAU PANJANG TAHUN 2017
No Nama
Responden Pengetahuan jumlah Persentase baik cukup kurang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ny. R 2 2 2 2 2 3 1 3 1 1 19 57,57% √
2 Ny. E 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 16 48,48% √
3 Ny. R 3 2 3 2 2 3 2 4 1 1 23 69,69% √
4 Ny. I 2 1 4 2 1 2 1 3 2 2 20 60,60% √
5 Ny. M 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 15 45,45% √
6 Ny. L 3 2 3 1 2 2 2 4 2 1 22 66,66% √
7 Ny. M 3 2 3 3 1 2 1 3 2 1 21 63,63% √
8 Ny. E 2 1 2 2 1 2 1 3 1 1 16 48,48% √
9 Ny. Y 2 2 3 2 1 4 1 4 3 1 23 69,69% √
10 Ny. A 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 13 39,40% √
11 Ny. R 3 3 4 2 1 3 1 5 1 2 25 75,75% √
12 Ny. U 2 1 1 1 1 2 1 3 1 1 14 42,42% √
13 Ny. R 3 2 4 2 1 3 1 5 2 1 24 72,72% √
14 Ny. A 2 3 2 1 1 3 1 4 1 2 20 60,60% √
15 Ny. W 1 2 3 2 1 1 1 2 2 2 17 51,51% √
16 Ny. D 3 3 2 3 2 4 1 1 2 1 22 66,66% √
17 Ny. S 2 2 2 2 1 3 2 5 1 1 19 57,57% √
18 Ny. S 3 2 1 2 1 4 2 5 1 2 23 69,69% √
19 Ny. D 1 1 1 2 2 1 1 4 1 1 15 45,45% √
20 Ny. M 3 2 5 1 2 1 2 2 1 1 20 60,60% √
21 Ny. A 2 3 4 2 1 2 2 1 2 2 21 63,63% √
22 Ny. L 1 2 1 2 1 3 2 1 1 1 15 45,45% √
23 Ny. R 2 2 2 1 2 1 2 3 2 1 19 57,57% √
24 Ny. P 3 3 2 3 2 4 2 5 2 2 28 84,84% √
25 Ny. M 2 2 2 3 2 4 1 2 2 1 21 63,63% √
26 Ny. F 3 2 3 3 2 2 2 1 1 1 20 60,60% √
27 Ny. L 2 2 3 3 1 4 1 4 2 1 23 69,69% √
28 Ny. F 3 1 2 2 2 3 2 3 2 2 22 66,66% √
29 Ny. C 1 2 1 1 2 2 2 1 3 1 16 48,48% √
30 Ny. N 3 2 5 3 1 4 2 3 1 2 28 84,84% √
31 Ny. E 2 2 3 1 2 4 1 3 2 1 21 63,63% √
32 Ny. N 3 1 4 3 1 2 2 3 1 1 21 63,63% √
33 Ny. K 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 15 45,45% √
34 Ny. I 1 1 1 3 2 2 1 3 2 1 15 45,45% √
35 Ny. R 3 2 3 2 1 2 2 3 3 2 23 69,69% √
36 Ny. N 2 3 3 2 2 4 2 5 2 1 26 78,78% √
37 Ny. L 2 3 1 3 2 3 2 3 2 2 23 69,69% √
38 Ny. I 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 15 45,45% √
39 Ny. P 3 2 3 3 1 4 2 4 1 1 24 72,72% √
40 Ny. L 3 3 3 3 2 2 1 2 2 1 22 66,66% √
41 Ny. F 2 3 1 2 2 4 2 3 2 2 23 69,69% √
42 Ny. E 3 3 3 3 2 4 2 4 2 1 27 81,81% √
43 Ny. R 3 3 4 3 2 4 2 5 2 1 29 87,87% √
44 Ny. P 2 3 4 2 2 3 2 3 2 2 26 78,78% √
45 Ny. N 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 16 48,48% √
46 Ny. B 2 2 1 3 2 4 1 4 2 1 22 66,66% √
47 Ny. R 3 3 4 2 2 4 2 3 2 2 27 81,81% √
48 Ny. F 2 2 2 2 1 2 1 3 1 1 19 57,57% √
49 Ny. J 1 1 2 3 2 1 2 1 2 2 17 51,51% √
50 Ny. F 2 2 4 3 2 3 2 5 1 2 26 78,78% √
51 Ny. S 1 1 2 2 1 2 1 4 1 1 16 48,48% √
52 Ny. D 3 2 4 3 2 3 2 3 1 1 24 72,72% √
53 Ny. N 2 3 3 2 1 3 2 2 2 1 21 63,63% √
54 Ny. S 1 2 1 3 1 4 2 3 1 2 19 57,57% √
55 Ny. H 2 1 2 2 2 4 2 3 1 1 21 63,63% √
56 Ny. M 1 3 1 2 2 2 2 1 2 2 18 54,54% √
57 Ny. H 2 2 4 3 2 3 2 3 2 1 24 72,72% √
58 Ny. I 3 2 2 3 1 2 2 3 1 2 22 66,66% √
59 Ny. E 2 1 2 2 2 4 2 5 2 2 25 75,75% √
60 Ny. M 2 3 2 2 2 4 1 2 2 1 21 63,63% √
61 Ny. H 1 2 2 3 1 2 2 3 2 2 20 60,60% √
62 Ny. I 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 17 51,51% √
63 Ny. M 1 3 1 1 2 4 1 3 1 1 18 54,54% √
64 Ny. N 1 2 4 3 2 2 2 2 1 2 21 63,60% √
65 Ny. I 3 2 3 1 2 4 2 2 3 1 23 69,69% √
66 Ny. W 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 15 45,45% √
67 Ny. S 1 2 1 3 1 2 1 2 2 1 16 48,48% √
68 Ny. N 3 3 3 3 2 3 2 2 2 1 24 72,72% √
69 Ny. J 2 2 3 3 2 4 1 5 1 1 24 72,72% √
70 Ny. A 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 16 48,48% √
71 Ny. F 3 3 2 2 1 4 1 4 2 1 22 66,66% √
72 Ny. T 2 3 2 3 2 1 1 5 2 1 22 66,66% √
73 Ny. C 1 2 4 1 1 2 2 3 1 1 18 54,54% √
74 Ny. W 3 2 2 3 2 3 1 2 3 2 23 69,69% √
75 Ny. L 3 3 5 1 2 4 2 5 2 1 29 87,87% √
76 Ny. E 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 17 51,51% √
77 Ny. S 2 3 4 3 2 4 2 3 1 1 25 75,75% √
78 Ny. H 2 3 2 2 2 4 1 3 2 1 23 69,69% √
79 Ny. V 2 1 2 3 2 2 2 3 1 2 20 60,60% √
80 Ny. L 3 2 2 3 1 3 2 3 1 2 22 66,66% √
81 Ny. N 2 2 3 2 2 4 2 5 2 2 26 78,78% √
82 Ny. H 1 1 1 1 2 3 1 3 1 1 15 45,45% √
83 Ny. S 2 1 3 2 2 3 1 5 2 1 22 66,66% √
84 Ny. J 3 3 2 3 2 4 2 4 1 1 25 75,75% √
85 Ny. E 2 2 2 1 2 3 1 4 2 2 21 63,63% √
86 Ny. S 1 2 3 2 2 4 2 4 1 2 21 63,63% √
87 Ny. S 2 3 3 2 1 3 1 3 2 2 22 66,66% √
88 Ny. S 2 2 1 1 1 3 1 3 2 2 18 54,54% √
89 Ny. F 3 1 2 2 1 2 2 2 1 2 18 54,54% √
90 Ny. T 2 3 4 3 2 1 2 1 1 1 20 60,60% √
91 Ny. M 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 23 69,69% √
92 Ny. L 2 3 5 1 2 3 1 4 2 1 24 72,72% √
93 Ny. E 3 3 3 2 2 4 1 5 1 1 25 75,75% √
94 Ny. Z 1 1 4 2 2 4 2 3 1 2 22 66,66% √
95 Ny. Z 2 3 3 3 1 3 2 4 2 1 25 75,75% √
96 Ny. L 1 2 3 1 2 2 1 5 1 2 20 60,60% √
97 Ny. S 3 2 4 2 2 1 1 3 2 2 22 66,66% √
98 Ny. S 3 3 5 3 2 2 1 4 1 2 26 78,78% √
99 Ny. I 2 2 5 3 2 3 2 5 2 1 28 84,84% √
100 Ny. r 3 2 2 1 1 3 1 2 1 2 18 54,54% √
MASTER TABEL SIKAP IBU TENTANG STATUS GIZI PADA ANAK
BALITA DI DESA SIDELEGO WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RANTAU PANJANG TAHUN 2017
19,20,20,20,21,22,22,23,23,23,23,23,24,24,25,25,25,25,26,26,26,26,26,26,27,27,2
7,
28,28,28,29,29,29,29,29,30,31,31,31,32,32,32,32,32,32,32,32,32,32,32,32,32,32,3
2,
32,33,33,33,33,33,33,33,33,33,33,33,33,33,33,33,34.34.34.34,34,34,34,34,34,34,3
4,
34,34,34,35,35,35,35,35,35,36,36,36,36,36,36,36,36,36,37
MEAN = 312 = 31,12 MEDIAN = n+1 = 100+1 = 50,5
100 2 2