Anda di halaman 1dari 8

OFFSHORE STRUCTURE ANALYSIS

2.5 Analisis In-Place


Dalam mengecek kestabilan dari struktur jaket perlu dilakukan analisis in-place yang merupakan analisis
statik terhadap struktur jaket. Analisis perlu dilakukan dengan asumsi bahwa struktur dan tiang memiliki
kekakuan liner sedangkan tanah memiliki kekakuan non-liier.

Biasanya dalam melakukan analisis in-place, terdapat dua kondisi perhitungan. Kondisi pertama adalah
kondisi operating yaitu kondisi dengan menggunakan beban lingkungan dengan periode ulang 1 tahunan.
Pada kondisi ini load factor untuk beban hidup adalah sebesar 1.00 dan nilai faktor untuk tegangan izin
adalah sebesar 1.00

Kondisi yang kedua adalah kondisi badai atau storm menggunakan beban lingkungan denganp periode ulang
100 tahunan. Pada kondisi ini faktor pengali untuk beban hidup adalah sebesar 0.75 sedangkan untuk faktor
pengali tegangan izin yang berlaku adalah sebesar 1.333.

Pada zaman modern sekarang ini analisis in-place dapat dilkukan dengan menggunakan bantuan computer,
yaitu dengan menggunakan perangkat lunak SACS. Pada analisis ini nantinya akan didapatkan output
berupa:

1. Pile Safety Factor (SF) untuk kondisi analisis operating dan storm
2. Unity Check (UC) pada member dan pile below mudline check pada kondisi analisis operating dan
storm. Nilai UC adalah hasil bagi dari tegangan aktual dengan teganan izin.
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑈𝐶 = (2.3)
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑧𝑖𝑛

3. Joint punching shear check pada member tubular dalam kondisi analisis operating dan storm.

2.6 Analisis Seismik


Dalam analisis seismik biasanya terdapat dua bagian analisis. Analisis yang pertama adalah analisis strength
dan yang keua adalah analisis ductility. Analisis strength dilakukan untuk memastikan struktur memiliki
kekuatan dan kekakuan untuk menghindari terjadinya kerusakan struktur. Sedangkan analisis ductility
dilakukan untuk memastikan struktur masih memiliki kapasitas kekuatan yang cukup besar supaya tidak
terjadi failure ketika gempa dengan frekuensi yang besar yang jarang terjadi mengenai struktur, walaupun
akibat gempa tersebut struktur jmengalami kerusakan.

Pada analisis yang dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SACS akan didapatkan parameter output
berupa:

1. Pile Safety Factor


2. Unity Check
3. Joint Punching Shear Check

Dalam analisis seismik diperlukan adanya input data gempa. Data gempa dapat berupa nilai PGA atau Peak
Ground Acceleraton yang merupakan percepatan batuan dasar yang timbul akibat gempa. Nilai PGA dapat
dihitung dengan periode ulang 500 tahun dengan perhitungan berdasarkan SNI Gempa 03-1726-2010
seperti pada gambar berikut:

Gambar tersebut digunakan untuk menentukan zona gempa yang digunakan untuk mencari nilai koefisien
PGA melalui grafik nilai koefisien PGA seperti pada gambar berikut:

Nilai PGA dapat ditentukan dengan melakukan pendekatan logaritmik pada periode ulang 100 tahun untuk
analisis strength dan 800 untuk analisis ductility. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

log(𝑇𝑆𝐿𝐸 )
𝑃𝐺𝐴𝑆𝐿𝐸 (100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛) = 𝐶 (2.4)
log(500)

log(𝑇𝐷𝐿𝐸 )
𝑃𝐺𝐴𝐷𝐿𝐸 (800 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛) = 𝐶 (2.5)
log(500)

Dimana:

𝐶 adalah koefisien PGA (dilihat dari grafik)

𝑃𝐺𝐴𝑆𝐿𝐸 adalah nilai PGA untuk strength level

𝑇𝑆𝐿𝐸 adalah periode ulang (tahun) untuk strength level (100 tahun)

𝑃𝐺𝐴𝐷𝐿𝐸 adalah nilai PGA untuk ductility level

𝑇𝐷𝐿𝐸 adalah periode ulang (tahun) untuk ductility level (800 tahun)
Input data gempa lain yang dimasukkan ke dalam perhitungan analisis seismik adalah spektrum kecepatan.
Data spektrum ini terdiri dari spektrum percepatan, spektrum percepatan, dan spektrum perpindahan
(berurutan SA, SV, SD).

2.7 Analisis Fatigue


Analisis Fatigue dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu metode deterministik dan spektral.
Analisis fatigue deterministik dilakukan untuk struktur yang tidak peka terhadap gaya dinamik dan untuk
kondisi dimana semua gelombang yang menyebabkan fatigue memiliki periode gelombang yang panjang.

Metode analisis fatigue yang yang akan digunakan pada pemodelan dalam tugas akhir ini adalah
menggunakan analisis fatigue spektral. Analisis fatigue spektral melakukan pendkatan secara statistik untuk
menghitung kerusakan fatigue untuk struktur yang mengalami pembebanan dinamik yang memiliki sifat tetap
secara statistic untuk jumlah siklus tegangan yang banyak, misalnya gaya angin dan gelombang. Metode ini
memanfaatkan spektrum gelombang dan transfer function. Dengan begitu menunjukkan hubungan antara
rasio respon struktur terhadap ketinggian gelombang sebagai fungsi dari frekuensi gelombang untuk suatu
kisaran frekuensi gelombang. Dengan demikian analisis fatigue spektral ini memperhitungkan distribusi nyata
dari energi untuk seluruh kisaran frekuensi gelombang.

Dalam melakukan analisis fatigue, diperlukan adanya parameter-parameter yang digunakan.


Parameter-parameter tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kurva S-N
Kurva S-N merupakan karakteristik fatigue yang digunakan dari suatu bahan yang mengalami
tegangan berulang dengan besar yang sama. Kurva ini didapatkan dari tes spesimen baja yang
diberi beban berulang dengan jumlah N siklus hingga terjadi failure. Besarnya jumlah N
berbanding terbalik dengan rentang tegangan S (selisih dari tegangan maksimum dikurangi
tegangan minimum). Kurva S-B tersebut merepresentasikan informasi karakteristik fatigue
dengan amplitudo pembebanan konstan. Berikut merupakan gambar kurva S-N menurut API-
RP2A untuk tubular joint:
Gambar 2.15 Kurva S-N
Kurva S-N dapat dinyatakan dalam persamaan matematis sebagai berikut:
∆σ
𝑁 = 2𝑥106 ( ) (2.6)
∆𝜎𝑟𝑒𝑓

Dimana:
𝑁 adalah jumlah banyaknya siklus beban sampai member mengalami failure.
∆σ adalah rentang tegangan (teganan maksimum – tegangan minimum).
∆𝜎𝑟𝑒𝑓 adalah rentang pada siklus sebanyak 2 x 106 kali
M adalah kemiringan (gradient) pada kurva S-N

2. Aturan Miner-Palmgren
Untuk menentukan seberapa dekat nilai siklus dari rentang tegangan yang menyebabkan failure
yang kemudian disebut dengan kerusakan fatigue dapat menggunakan aturan Miner-Palmgren
sebagai berikut:
𝑁𝑎𝑝𝑝𝑙𝑖𝑒𝑑
𝐷 = ∑𝑁
𝑖=1 𝑁𝑟𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑑
𝑖
(2.7)
𝑖

Dimana:
𝐷 adalah besar kerusakan dalam 1 tahun.
𝑁𝑎𝑝𝑝𝑙𝑖𝑒𝑑𝑖 adalah jumlah siklus pada rentang tegangan yang bekerja pada grup ke-i.
𝑁𝑟𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑑𝑖 adalah jumlah siklus pada rentang tegangan yang diijinkan pada grup ke-i.
𝑁 adalah jumlah pembagian grup rentang tegangan .

3. Stress Concentration Factor


Untuk memeriksa kerusakan fatigue dari suatu batang seragam terhadap suatu tegangan aksial
adalah sangat mudah. Namun ketika bentuk struktur kompleks akan sulit untuk menentukan
variasi tegangan karena terdapat konsentrasi-konsentrasi tegangan, khususnya ketika aliran
tegangan berubah arah secara tiba-tiba.
Terdapat tiga cara umum untuk menuntaskan permasalahan tersebut, yakni:
1. Memodelkan dengan elemen hingga.
2. S-N Curves dengan Built-in SCFs.
3. Menggunakan faktor konsentrasi tegangan atau stress concentration factor.
Pendekatan dengan cara ini umum digunakan pada tubular joints, dimana persamaan
parametrik telah dikembangkan oleh beberapa insinyur berdasarkan analisis elemen
hingga. Persamaan-persamaan tersebut tidak hanya dengan geometri join tetapi juga
bergantung pada bagaimana beban diaplikasikan. Itu artinya tipe join hanya dapat
ditentukan setelah distribusi beban pada struktur ditentukan. Pada kasus ini rentang
tegangan dapat didefinisikan sebagai rentang tegangan nominal dikalikan stress
concentration factor, seperti pada persamaan di bawah ini.
𝑆 = 𝑆𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑥 𝑆𝐶𝐹 (2.8)
Dimana:
𝑆 adalah rentang tegangan.
𝑆𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 adalah rentang tegangan nominal.
𝑆𝐶𝐹 adalah stress concentration factor.

2.8 Analisis Upending


Analisis upending disini termasuk analisis lifting dan floating. Acuan gerakan floating adalah sumbu z dimana
floating bergerak vertikal ke atas dan ke bawah. Proses lifting yang dianalisis menggunakan bantuan crane
barge. Pada analisis ini kondisi kesetimbangan yang terjadi pada struktur hanya melibatkan dua gaya yang
saling berkaitan, yakni gaya apung dan gaya berat benda itu sendiri dan satu gaya tambahan yakni gaya
angkat dari tali sling.

Kondisi kesetimbangan pada analisis ini akan berlaku apabila memenuhi persamaan berikut:

Σ𝐹𝑍 → 𝐹𝑏𝑢𝑜𝑦𝑎𝑛𝑐𝑦 + 𝐹𝑠𝑙𝑖𝑛𝑔 = 𝑊 (2.9)

Σ𝑀𝑋 → 𝐹𝑏𝑢𝑜𝑦𝑎𝑛𝑐𝑦 ∙ 𝑥𝑏𝑢𝑜𝑦𝑎𝑛𝑐𝑦 + 𝐹𝑠𝑙𝑖𝑛𝑔 ∙ 𝑥𝑠𝑙𝑖𝑛𝑔 − 𝑊 ∙ 𝑥𝐺 = 0 (2.10)

Σ𝑀𝑍 → 𝐹𝑏𝑢𝑜𝑦𝑎𝑛𝑐𝑦 ∙ 𝑧𝑏𝑢𝑜𝑦𝑎𝑛𝑐𝑦 + 𝐹𝑠𝑙𝑖𝑛𝑔 ∙ 𝑧𝑠𝑙𝑖𝑛𝑔 − 𝑊 ∙ 𝑧𝐺 = 0 (2.11)

Pada analisis upending, struktur memiliki enam derajat kebebasan sebagai respon gerak. Enam gerakan
respon tersebut terdiri dari gerak translasi dan rotasi. Gerakan tersebut adalah gerak angkat (heave), gerak
angguk (pitch), gerak oleng (roll), gerak geser (sway), gerak luncur (surge), dan gerak geleng (yaw). Namun
karena proses upending biasanya dilakukan pada kondisi laut tenang, maka seringnya tiga gerak akibat arus
seperti sway, surge, dan yaw diabaikan.

2.9 Kriteria Pemodelan Untuk Analisis Upending


Berdarkan Nobel Denton: Guidelines For The Transportation & Installation of Steel Jackets, terdapat
beberapa kriteria pemodelan seperti reserve buoyancy, seabed clearance, dan minimum stability.

2.9.1 Reserve Buoyancy


Reserve Buoyancy yang digunakan pada analisis upending tidak kurang dari nilai yang ditunjukkan pada
Tabel 2.4 berikut:

Tabel 2.4 Reserve Buoyancy

Case Intact Damaged


Launched jacket after launch 15% 5%
During upend by ballasting,
Sufficient to maintain required seabed clearance
without crane assistance
Lifted jacket, if required to be
10% 5%
re-rigged prior to upend
2.9.2 Seabed Clearence
Clearance selama proses launching dan upending, antara member jaket yang paling bawah dan seabed
ditunjukkan dengan perhitungan dan/ atau tes model tidak kurang dari yang ditunjukkan pada table berikut.
Pasang surut terendah yang diperkirakan selama instalasi dipertimbangkan. Kombinasi dari berat jaket,
kontingensi berat, posisi pusat gravitasi, buoyancy, dan scenario kerusakan juga dipergunakan pada analisis.

Tabel 2.5 Seabed Clearence

Clearance after allowing for all tolerances (including weight,


Case tide, CoG & site survey)
Intact Damaged
During launch Greater of 10% of water
> 0m
depth or 5m
During upend by controlled
ballasting, with or without 5m > 0m
crane assist
Self-upending jacket during Greater of 10% of water
> 0m
upend depth or 5m

2.9.3 Minimum Stability


Kestabilan benda terapung dapat diketahui dengan melihat letak titik metasentrik dan hubungannya dengan
titik lain. Kondisi kestabilan dapat dipenuhi apabila titik metasentrik (M) berada di atas titik berat benda (G).
Dengan demikian jarak garis GM bernilai prositif dan benda akan mendapatkan efek dari righting moment
yang cenderung membalikkan benda ke posisi semula.

Tinggi metasentis minimum setelah launching dan selama upending sebaiknya tidak kurang dari nilai yang
ditunjukkan pada tabel .. berikut.

Tabel 2.6 Minimum GM

Case Intact GM Damaged GM


After launch, transerve, and 0.5 m 0.2 m
longitudinal
During upend, transverse 0.5 m 0.2 m
During upend, longitudinal > 0.0 m* > 0.0 m*
After upending, before final 0.5 m 0.2 m
positioning, both direction

Anda mungkin juga menyukai