Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang


Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.1
Banyak ahli membuat pembagian dan klasifikasi otitis media. Secara
mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non
supuratif (otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis
media efusi/OME).1
Otitis media non supuratif nama lain adalah otitis media musinosa, otitis
media efusi, otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media mukoid (glue
ear).Otitis media efusi (OME) adalah keadaan terdapatnya sekret yang
nonpurulen di telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda
infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut
otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis
media mukoid (glue ear).1
OME adalah salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada anak.
Pada populasi anak, OME dapat timbul sebagai suatu kelainan short-term
menyertai suatu infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), ataupun sebagai proses
kronis yang disertai gangguan dengar berat, keterlambatan perkembangan bicara
dan bahasa, gangguan keseimbangan, hingga perubahan struktur membrana
timpani dan tulang pendengaran.1
Dari data statistik menunjukkan 80-90% anak prasekolah pernah
menderita OME. Kasus OME berulang (OME rekuren) pun menunjukkan
prevalensi yang cukup tinggi terutama pada anak usia prasekolah, sekitar 28-
38%.1
Dari beberapa kepustakaan insidens OME berbeda-beda dibeberapa
tempat, disimpulkan rata-rata 14-62%. Di Malaysia negara yang mempunyai iklim
yang sama dengan Indonesia, Sani melaporkan prevalensi OME pada anak
prasekolah usia 5-6 tahun sebesar 13,6%. Di Indonesia telah dilaporkan penelitian

1
di Jakarta yang dilakukan di TK dan SD Al-Azhar pada anak usia 4-12 tahun
didapatkan prevalensi OME sebesar 23,71%.2
Diagnosis OME pada anak lebih sukar ditegakkan oleh karena keluhan
yang tidak jelas. Kecurigaan dapat dimulai adanya gangguan pendengaran pada
anak yang bisa sertai dengan kemunduran dalam pelajaran sekolah. Sedangkan
pemeriksaan telinga seringkali ditemukan secara tidak sengaja adanya kelainan
pada saat skrining pemeriksaan telinga dan pendengaran disekolah-sekolah.2

1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan referat ini adalah:
1. Untuk menambah pengetahuan tentang otitis media efusi sebagai salah
satu penyakit dibidang ilmu Telinga, Hidung dan Tenggorok, sehingga
dapat melakukan diagnosis dini untuk menetukan terapi yang adekuat bagi
pasien.
2. Sebagai salah satu syarat akademis stase pada bagian ilmu Telinga,
Hidung dan Tenggorok.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga


Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara
yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui/mengidentifikasi apayang
terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita sendiri.3,4
Telinga manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu5
1. Telinga luar, yang menerima gelombang suara.
2. Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke tulang dan
oleh tulang ke telinga dalam.
3. Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang
berjalan melalui nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga dalam juga
mengandung organ vestibuler yang berfungsi untuk mempertahankan
keseimbangan.

Gambar 1. Anatomi Telinga

3
2.1.1 Telinga Luar
Telinga luar terdiri atas aurikula dan meatus akustikus eksternus.Aurikula
mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran udara,
aurikula terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi kulit.
Aurikula juga mempunyai otot intrinsik dan ekstrinsik, yang keduanyadipersarafi
oleh N.Fasialis.5,6
Aurikula atau lebih dikenal dengan daun telinga membentuk suatu bentuk
unik yang terdiri dari antiheliks yang membentuk huruf Y, dengan bagian krus
superior di sebelah kiri dari fosa triangularis, krus inferior padasebelah kanan dari
fosa triangularis, antitragus yang berada di bawah tragus, sulcus auricularis yang
merupakan sebuah struktur depresif di belakang telinga di dekat kepala, konka
berada di dekat saluran pendengaran, angulus konkalis yang merupakan sudut di
belakang konka dengan sisi kepala, krusheliks yang berada di atas tragus, cimba
konka merupakan ujung terdekatdari konka, meatus akustikus eksternus yang
merupakan pintu masuk dari saluran pendengaran, fosa triangularis yang
merupakan struktur depresif didekat antiheliks, heliks yang merupakan bagian
terluar dari daun telinga, incisuraanterior yang berada di antara tragus dan
antitragus, serta lobus yang berada dibagian paling bawah dari daun telinga, dan
tragus yang berada di depan meatus akustikus eksternus.3, 4, 6

Gambar 2.Bagian-bagian dari aurikula telinga luar.

4
Yang kedua adalah meatus akustikus eksternus atau dikenal juga dengan
liang telinga luar. Meatus akustikus eksternus merupakan sebuah tabung berkelok
yang menghubungkan aurikula dengan membran timpani. Pada orang dewasa
panjangnya lebih kurang 1 inchi atau kurang lebih 2,5 cm,dan dapat diluruskan
untuk memasukkan otoskop dengan cara menarik aurikula ke atas dan belakang.
Pada anak kecil aurikula ditarik lurus kebelakang, atau ke bawah dan belakang.
Bagian meatus yang paling sempit adalah kira-kira 5 mm dari membran timpani.3,
4, 5

Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah kartilago elastis, dan dua
pertiga bagian dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng timpani.Meatus
dilapisi oleh kulit dan sepertiga luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebasea, dan
glandula seruminosa.Glandula seruminosa ini adalah modifikasi kelenjar keringat
yang menghasilkan sekret lilin berwarna coklat kekuningan yang dinamakan
serumenatau minyak telinga. Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah
infeksi.3,4,5
Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari n.
aurikulotemporalis dan ramus aurikularis N. Vagus. Sedangkan aliran limfe
menuju kelenjar parotis superfisialis, mastoid, dan servikalis superfialis.6

2.1.2 Telinga Tengah


Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis
temporalis yang dilapisi oleh membrana mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang
pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membran timpani (gendang
telinga) ke perilympha telinga dalam.Kavum timpani berbentuk celah sempit yang
miring, dengan sumbu panjang terletak lebih kurang sejajar dengan bidang
membran timpani. Di depan, ruang ini berhubungan dengan nasofaring melalui
tuba auditiva dan di belakang dengan antrum mastoid.6
Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dindingposterior,
dinding lateral, dan dinding medial, yaitu:
- Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, yang disebut tegmen timpani,
yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng

5
ini memisahkan kavum timpani dan meningen dan lobus temporalis
otak di dalam fosa kranii media.
- Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin
tidak lengkap dan mungkin sebagian diganti oleh jaringan fibrosa.
Lempeng ini memisahkan kavum timpani dari bulbus superior V.
Jugularis interna.
- Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang
yang memisahkan kavumtimpani dari A. Carotis interna.
- Pada bagian atas dinding anterior terdapat muara dari dua buah
saluran. Saluran yang lebih besar dan terletak lebih bawah menuju tuba
auditiva, dan yang terletak lebih atas dan lebih kecil masuk ke dalam
saluran untuk m. tensor timpani. Septum tulang tipis, yang
memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada
dindingmedial, yang akan membentuk tonjolan mirip selat.
- Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang
tidak beraturan, yaitu auditus antrum. Di bawah ini terdapat
penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit,kecil, disebut pyramis.
Dari puncak pyramis ini keluar tendon m. stapedius.
- Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membran timpani.3, 4, 5, 6

A. Membran Timpani
Membran timpani adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu
mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral.
Permukaannya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil,
yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena
cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan "reflekscahaya", yang memancar
ke anterior dan inferior dari umbo.4, 5, 6
Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm.
Pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang.Alur itu, yaitu sulkus
timpanikus, di bagian atasnya berbentuk incisura.Dari sisi-sisi incisura ini berjalan
dua plika, yaitu plika mallearis anterior dan posterior, yang menuju ke processus
lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membran timpani yang dibatasi oleh

6
plika-plika tersebut lemas dan disebut pars flaccida. Bagian lainnya tegang
disebut pars tensa. Manubrium mallei dilekatkan di bawah pada permukaan dalam
membran timpani oleh membran mukosa.Membran timpani sangat peka terhadap
nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh n.aurikulotemporalis dan ramus
aurikularis N. Vagus.6
Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian
terbesar dari dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium,
yang disebabkan oleh lengkung pertama koklea yang ada dibawahnya.Di atas dan
belakang promontorium terdapat fenestra vestibuli yang berbentuk lonjong dan
ditutupi oleh basis stapedis.Pada sisi medial fenestra terdapat perilympha skala
vestibuli telinga dalam.Di bawah ujung posterior promontorium terdapat fenestra
koklea, yang berbentuk bulat dan ditutupi oleh membran timpani sekunder. Pada
sisi medial dari fenestra ini terdapat perilympha ujung buntu skala timpani.6
Tonjolan tulang berkembang dari dinding anterior yang meluas
kebelakang pada dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra
vestibuli.Tonjolan ini menyokong m. tensor timpani. Ujung posteriornya
melengkung ke atas dan membentuk takik, disebut processus cochleariformis.Di
sekeliling takik ini tendo m. tensor timpani membelok ke lateral untuk sampai ke
tempat insersionya yaitu manubrium mallei.3,4,6
Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas
promontorium dan fenestra vestibuli dan dikenal sebagai prominentia
canalisnerviFacialis. Sesampainya di dinding posterior, prominentia ini
melengkungke bawah di belakang pyramis.6

7
Gambar 3. Membran Timpani

B. Tulang-Tulang Pendengaran
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu
tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang
kompak tanpa rongga sumsum tulang.6
Maleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan terdiri atas caput, collum,
processus longum atau manubrium, sebuah processus anterior danprocessus
lateralis.Caput mallei berbentuk bulat dan bersendi di posterior dengan
incus.Collum mallei adalah bagian sempit di bawah caput.Manubrium mallei
berjalan ke bawah dan belakang dan melekat dengan erat pada permukaan medial
membran timpani.Manubrium ini dapat dilihat melalui membran timpani pada
pemeriksaan dengan otoskop.Processus anterior adalah tonjolan tulang kecil yang
dihubungkan dengan dindinganterior kavum timpani oleh sebuah
ligamen.Processus lateralis menonjol kelateral dan melekat pada plica mallearis
anterior dan posterior membran timpani.4,6
Incus mempunyai corpus yang besar dan dua crus.Corpus incudis
berbentuk bulat dan bersendi di anterior dengan caput mallei.Crus longumberjalan
ke bawah di belakang dan sejajar dengan manubrium mallei. Ujung bawahnya
melengkung ke medial dan bersendi dengan caput stapedis.Bayangannya pada
membrana timpani kadang-kadang dapat dilihat pada pemeriksaan dengan
otoskop.Crus brevismenonjol ke belakang dan dilekatkan pada dinding posterior
kavum timpani oleh sebuah ligamen.6,7

8
Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis.Caput
stapedis kecil dan bersendi dengan crus longum incudis.Collum berukuran sempit
dan merupakan tempat insersio m. stapedius.Kedua lengan berjalan divergen dari
collum dan melekat pada basis yang lonjong.Pinggir basis dilekatkan pada pinggir
fenestra vestibuli oleh sebuah cincin fibrosa, yang disebut ligamentum
annulare.3,4,6

Gambar 4.Tulang-Tulang Pendengaran.

C. Otot-Otot Telinga Tengah


Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran.m.
tensor timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonnya berjalan
mula-mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang
kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral
untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo m. stapedius berjalan dari
tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior
untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan
cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.2,6

9
D. Tuba Eustachius
Tuba Eustachius merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani
dengan nasofaring. Panjang tuba eustachius adalah 37 mm. Tuba Eustachius
terbentang dari dinding anterior kavum timpani kebawah, depan, dan medial
sampai ke nasofaring. Sepertiga bagian posterior-nya adalah tulang dan dua
pertiga bagian anteriornya adalah kartilago.Tuba berhubungan dengan nasofaring
dengan berjalan melalui pinggir atas m. constrictor pharynges superior.6,8
Anatomi tuba Eeustachius dibagi menjadi dua bagian yaitu:8
1. Pars osseus
2. Pars kartilagines
Pertemuan antara pars osseus dan pars kartilagines merupakan daerah
yang paling sempit yang disebut isthmus. pars osseus bermuara pada kavum
timpani pada dinding anterior, bagian ini selalu terbuka. Pars osseus merupakan
1/3 panjang dari tuba Eustachius.
Pars kartilagines merupakan 2/3 panjang tuba Eustachius. Berbentuk
seperti terompet. Bagian ini bermuara nasofaring dan selalu dalam keadaan
tertutup. Baru terbuka apabila ada kontraksi muskulus levator veli palatini (pada
saat menguap atau menelan).
Perbedaan tuba Eustachius pada anak dan dewasa yang menyebabkan
meningkatnya insiden otitis media pada anak-anak.Panjang tuba pada anak
setengah panjang tuba dewasa, sehingga sekret nasofaring lebih mudah refluks ke
dalam telinga tengah melalui tuba yang pendek. Arah tuba bervariasi pada anak,
sudut antara tuba dengan bidang horizontal adalah 10°. Sedangkan pada dewasa
45°. Sudut antara tensor veli palatini dengan kartilago bervariasi pada anak-anak
tetapi relatif stabil pada dewasa. Perbedaan ini dapat membantu menjelaskan
pembukaan lumen tuba (kontraksi tensor veli palatini) yang tidak efisien pada
anak-anak. Masa kartilago bertambah dari bayi sampai dewasa. Densitas elastin
pada kartilago lebih sedikit pada bayi tetapi densitas kartilago lebih besar. Pada
anak-anak banyak lipatan mukosa di lumen tuba Eustachius, hal ini dapat
menjelaskan peningkatan compliance tuba pada anak-anak.9,10

10
Gambar 5.Perbedaan tuba Eustachius pada anak dan dewasa

Fungsi tuba Eustachius adalah:


 Menjaga tekanan di dalam kavum timpani sama dengan tekanan
dunia luar (1 atm)
 Menjaga ventilasi udara di dalam kavum timpani (suplai 02)
 Drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring
ke kavum timpani
E. Antrum Mastoid
Antrum mastoid terletak di belakang kavum timpani di dalam pars petrosa
ossis temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melaluiauditus ad
antrum, diameter auditus ad antrum lebih kurang 1 cm.11
Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi auditus ad
antrum, dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan
cerebellum. Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum
suprameatus. Dinding medial berhubungan dengan kanalis semisirkularis
posterior.Dinding superior merupakan lempeng tipis tulang, yaitu tegmen timpani,
yang berhubungan dengan meningen pada fosa kranii media dan lobus temporalis
cerebri. Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan antrum dengan
cellulae mastoideae.11

11
2.1.3 Telinga Dalam
Telinga dalam terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial
terhadap telinga tengah dan terdiri atas (1) telinga dalam osseus, tersusun
darisejumlah rongga di dalam tulang; dan (2) telinga dalam membranaceus,
tersusun dari sejumlah sakus dan duktus membranosa di dalam telinga dalam
osseus.6,11

Gambar 6. Telinga Dalam

A. Telinga Dalam Osseus


Telinga dalam osseus terdiri atas tiga bagian: vestibulum, canalis
semisirkularis, dan koklea. Ketiganya merupakan rongga-rongga yang terletak di
dalam substantia kompakta tulang, dan dilapisi oleh endosteum serta berisi cairan
bening, yaitu perilympha, yang di dalamnya terdapat labyrinthus
membranaceus.6,11
Vestibulum, merupakan bagian tengah telinga dalam osseus,
terletak posterior terhadap koklea dan anterior terhadap kanalis
semisirkularis.Pada dinding lateralnya terdapat fenestra vestibuli yang ditutupi
oleh basis stapedis dan ligamentum annularenya, dan fenestra koklea yang
ditutupi olehmembran timpani sekunder.Di dalam vestibulum terdapat sacculus
dan utriculus telinga dalam membranaceus.11

12
Ketiga canalis semisirkularis, yaitu canalis semisirkularis
superior,posterior, dan lateral bermuara ke bagian posterior vetibulum. Setiap
kanalis mempunyai sebuah pelebaran di ujungnya disebut ampulla.Kanalis
bermuarake dalam vestibulum melalui lima lubang, salah satunya
dipergunakanbersama oleh dua kanalis. Di dalam kanalis terdapat duktus
semisirkularis.11
Kanalis semisirkularis superior terletak vertikal dan terletak tegak lurus
terhadap sumbu panjang os petrosa. Kanalis semisirkularis posterior juga vertikal,
tetapi terletak sejajar dengan sumbu panjang os petrosa. Kanalis semisirkularis
lateralis terletak horizontal pada dinding medial aditus dan antrum, di atas kanalis
N.Fasialis.11
Koklea berbentuk seperti rumah siput, dan bermuara ke dalam bagian
anterior vestibulum. Umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus cochleae,
dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak dua setengah
putaran.Setiap putaran berikutnya mempunyai radius yang lebihkecil sehingga
bangunan keseluruhannya berbentuk kerucut.Apeks menghadap anterolateral dan
basisnya ke posteromedial. Putaran basal pertama dari koklea inilah yang tampak
sebagai promontorium pada dinding medial telinga tengah.11
Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus
akustikus internus.Modiolus ditembus oleh cabang-cabang n. koklearis.Pinggir
spiral, yaitu lamina spiralis, mengelilingi modiolus dan menonjol kedalam kanalis
dan membagi kanalis ini.Membran basilaris terbentang dari pinggir bebas lamina
spiralis sampai ke dinding luar tulang, sehingga membelah kanalis koklearis
menjadi skala vestibuli di sebelah atas dan scala timpani di sebelah
bawah.Perilympha di dalam skala vestibuli dipisahkan dari kavum timpani oleh
basis stapedis dan ligamentum annulare pada fenestra vestibuli.Perilympha di
dalam skala timpani dipisahkan dari cavum timpani oleh membrana timpani
sekunder pada fenestra koklea.11

B. Telinga Dalam Membranaceus


Telinga dalam membranoceus terletak di dalam telinga dalam osseus,dan
berisi endolympha dan dikelilingi oleh perilympha. Telinga dalam membranaceus

13
terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat di dalam vestibulum osseus; tiga
duktus semisirkularis, yang terletak di dalam kanalis semisirkularis osseus; dan
duktus koklearis yang terletak di dalam koklea. Struktur-struktur ini saling
berhubungan dengan bebas.11
Utriculus adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada,dan
dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dan ductus endolymphaticus oleh
ductus utriculosaccularis.11
Sacculus berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus, seperti sudah
dijelaskan di atas.Ductus endolymphaticus, setelah bergabung denganductus
utriculo saccularisakan berakhir di dalam kantung buntu kecil, yaitu saccus
endolymphaticus. Saccus ini terletak di bawah duramater pada permukaan
posterior pars petrosa ossis temporalis.11
Pada dinding utriculus dan sacculus terdapat reseptor sensorik khususyang
peka terhadap orientasi kepala akibat gaya berat.11
Duktus semisirkularis meskipun diameternya jauh lebih kecil dari kanalis
semisirkularis, mempunyai konfigurasi yang sama. Ketiganya tersusuntegak lurus
satu terhadap lainnya, sehingga ketiga bidang terwakili. Setiap kali kepala mulai
atau berhenti bergerak, atau bila kecepatan gerak kepala bertambah atau
berkurang, kecepatan gerak endolympha di dalam duktus semisirkularis akan
berubah sehubungan dengan hal tersebut terhadap dinding duktus semisirkularis.
Perubahan ini dideteksi oleh reseptor sensorik di dalam ampulla ductus
semicircularis.11
Duktus koklearis berbentuk segitiga pada potongan melintang dan
berhubungan dengan sacculus melalui ductus reuniens. Epitel sangat khusus yang
terletak di atas membrana basilaris membentuk organ Corti (organspiralis) dan
mengandung reseptor-reseptor sensorik untuk pendengaran.11

2.2 Otitis Media Efusi


2.2.1 Definisi
Otitis media dengan efusi (selanjutnya disebut OME) adalah suatu proses
pada inflamasi pada mukosa telinga tengah yang tandai dengan adanya cairan non
purulen (serous atau mukus) di dalam telinga tengah, tanpa tanda-tanda infeksi

14
akut. Penyakit ini mempunyai banyak sinonim antara lain glue ear, allergic otitis
media, mucoid ear, otitis media sekretoria, non suppurative otitis media dan otitis
media serosa.8,13
Apabila efusi tersebut encer otitis media serosa dan apabila efusi tersebut
kental seperti lem otitis media mukoid (glue ear). Otitis media serosa terjadi
terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah
ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan
hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid cairan yang ada di telinga tengah
timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat didalam mukosa
telinga tengah dan tuba Eustachius. Faktor yang berperan utama dalam keadaan
ini adalah terganggunya fungsi tuba Eustachius. Faktor lain yang dapat berperan
sebagai penyebab adalah adenoid, hipertrofi, adenoitis, sumbing palatum (cleft-
palate), tumor di nasofaring, barotrauma, sinusitis, rhinitis. Keadaan alergik
sering berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan ditelinga tengah
(efusi di telinga tengah). 13
Beberapa ahli memberi batasan yaitu otitis media efusi adalah keadaan
terdapat cairan di telinga tengah baik berbentuk nanah, sekret encer, ataupun
sekret yang kental (mucoid glue ear). Dengan kata lain otitis media efusi dapat
berupa otitis media serosa/otitis media sekretoria/otitis media mukoid/otitis media
efusi terbatas pada keadaan dimana terdapat efusi dalam kavum timpani dengan
membran timpani utuh tanpa tanda-tanda radang. Bila efusi tersebut berbentuk
pus, membran timpani utuh dan disertai tanda-tanda radangmaka disebut otitis
media akut (OMA).13
Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu:13
1. Otitis media serosa akut
Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga
secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Kadaan akut ini
dapat disebabkan antara lain oleh:
- Sumbatan tuba, dimana terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh
tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotrauma.
- Virus. Terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan
infeksi virus pada jalan nafas atas

15
- Alergi terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan
keadaan alergi pada jalan nafas atas
- Idiopatik

Gambar 7. Otitis media serosa akut

2. Otitis media serosa kronik


Batasan antara kondisi otitis media kronik hanya pada cara terbentuknya
sekret. Pada otitis media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga
tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis
sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga
yang berlangsung lama.
Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan
otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa.Otitis media serosa
unilateral pada orang dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu dipikirkan
kemungkinan adanya karsinoma nasofaring.
Sekret pada otitismedia serosa kronik dapat kental seperti lem, maka
disebut glue ear.Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa
dari otitis media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna.

16
Gambar 8. Otitis media serosa kronik
2.2.2 Etiologi16
1. Kegagalan fungsi tuba Eustachius. Disebabkan oleh:
a. Hiperplasia adenoid
b. Rhinitis kronik dan sinusitis
c. Tonsilitis kronik. pembesaran tonsil akan menyebabkan
obstruksi mekanik pada pergerakan palatum molle dan
menghalangi membukanya tuba Eustachius.
d. Tumor nasofaring yang jinak dan ganas. Kondisi ini selalu
menyebabkan timbulnya otitis media unilateral pada orang dewasa.
e. Defek palatum, misalnya celah pada palatum atau paralisis
palatum.
2. Alergi
Alergi inhalans atau ingestan sering terjadi pada anak-anak. Ini
tidak hanya menyebabkan tersumbatnya tuba Eustachius oleh karena udem
tetapi juga dapat mengarah kepada peningkatan produksi sekret pada
mukosa telinga tengah.
3. Otitis media yang belum sembuh sempurna
Terapi antibiotik yang tidak adekuat pada OMSA dapat
menonaktifkan infeksi tetapi tidak dapat menyembuhkan secara sempurna.
Akan menyisakan infeksi dengan grade yang rendah. Proses ini dapat
merangsang mukosa untuk menghasilkan cairan dalam jumlah banyak.
Jumlah sel goblet dan kelenjar mukus juga bertambah.

17
4. Infeksi virus
Berbagai virus seperti adeno virus dan rino virus pada saluran
pernapasan atas dapat menginvasi telinga tengah dan merangsang
peningkatan produksi sekret.

2.2.3 Patofisiologis
Dalam kondisi normal, mukosa telinga bagian dalam secara konstan
mengeluarkan sekret, yang akan dipindahkan oleh mukosiliar ke dalam nasofaring
melalui tuba Eustachius. Sebagai konsekuensi, faktor yang mempengaruhi
produksi sekret yang berlebihan, klirens sekret yang optimal, atau kedua-duanya
dapat mengakibatkan pembentukan suatu cairan di telinga tengah.15
Infeksi (peradangan) yang disebabkan bakteri dan virus dapat mendorong
peningkatan produksi dan kekentalan sekret di dalam mukosa telinga tengah.
Infeksi yang mengarah kepada peradangan mukosa yang edema dapat
menyebabkan obstruksi tuba Eustachius. Kelumpuhan silia yang sementara yang
disebabkan oleh eksotoksin bakteri akan menghambat proses penyembuhan dari
OME.15
Ada dua mekanisme utama yang menyebabkan OME:
1. Kegagalan fungsi tuba Eustachius.
Kegagalan fungsi tuba Eustachius untuk pertukaran udara pada telinga
tengah dan juga tidak dapat mengalirkan cairan.
2. Peningkatan produksi sekret dalam telinga tengah.
Dari hasil biopsi mukosa telinga tengah pada kasus OME di dapatkan
peningkatan jumlah sel yang menghasilkan mukus atau serosa.16
Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas
menjaga kesterilan telinga tengah. Otitis media sering diawali dengan infeksi pada
saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga
tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka
dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di
sekitar saluran, tersumbatnya saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-
sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh
bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah

18
nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran
Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul di belakang gendang telinga.16
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu
karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga
dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas.
Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 dB (bisikan halus).
Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran
hingga 45 dB (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa
nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat
merobek gendang telinga karena tekanannya.16
Saat lahir tuba Eustchius berada pada bidang paralel dengan dasar
tengkorak, sekitar 10° dari bidang horisontal, dan memiliki lumen yang pendek
dan sempit. Semakin bertambah usia, terjadi perubahan bermakna, terutama saat
mencapai usia 7 tahun, di mana lumen tuba Eustchius lebih panjang dan lebar,
serta ujung proksimal tuba Eustchius di nasofaring terletak 2-2.5 cm di bawah
orifisium tuba Eustchius di telinga tengah atau membentuk sudut 45°terhadap
bidang horisontal telinga. Dengan struktur yang demikian, pada anak usia
dibawah 7 tahun lebih mudah mengalami OME. Selain itu terdapat pula beberapa
faktor resiko pada anak, antara lain:16
a. Faktor resiko anatomi: anomali kraniofasial, down syndrome, celah
palatum, hipertrofi adenoid, dan GERD.
b. Faktor resiko fungsional: cerebral palsy, down syndrome, kelainan
neurologis lainnya, dan imunodefisiensi.
c. Faktor resiko lingkungan: bottle feeding, menyandarkan botol di mulut
pada posisi tengadah (supine position), rokok pasif, status ekonomi
rendah, banyaknya anak yang dititipkan di fasilitas penitipan anak.16
Terjadi penurunan yang tajam dari prevalensi terjadinya OME pada anak-
anak dengan usia diatas 7 tahun, yang menandakan meningkatnya fungsi tuba
Eustachius dan matangnya sistem imun.16
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang
tiba-tiba diluar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau penyelam, yang

19
menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90
cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada
keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga cairan
keluar dari pembuluh kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai ruptur
pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengahdan rongga mastoid tercampur
darah.

2.2.4 Diagnosis
Diagnosis OME seringkali sulit ditegakkan karana prosesnya sendiri yang
kerap tidak bergejala (asimptomatik), atau dikenal dengan silent otitis media.
Dengan absennya gejala seperti nyeri telinga, demam, ataupun telinga berair,
OME sering tidak terdeteksi baik oleh orang tuanya, guru, bahkan oleh anaknya
sendiri.15
1. Anamnesis (gejala klinik) meliputi:
a) Berkurangnya fungsi pendengaran. Keadaan ini sering ditemukan
dan kadang-kadang satu-satunya gejala. Onsetnya tersembunyi dan
jarang melebihi 40 dB. Ketulian bisa saja tidak terdeteksi oleh
orang tua dan mungkin ditemukan secara tidak sengaja pada saat
dilakukan skrining tes audiometri.
b) Sakit pada telinga tengah. Hal ini mungkin disebabkan adanya
infeksi pada saluran pernapasan atas.16
2. Pemeriksaan fisik
Lazimnya diagnosis OME dibuat berdasarkan pemeriksaan fisik telinga
dengan menemukan cairan di belakang membran timpani yang normalnya
translusen.
Pemeriksaan otoskopik dapat memperlihatkan:
o Membran timpani yang retraksi (tertarik ke dalam), nyeri tumpul,
dan oapk yang ditandai dengan hilangnya refleks cahaya.
o Warna membran timpani bisa merah muda cerah hingga biru gelap.
o Processus brevis malleus terlihat sangat menonjol dan processus
longus tertarik medial dari membran timpani.

20
o Adanya level udara-cairan (air fluid level) membuat diagnosis
lebih nyata.15
3. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa instrumen penunjang juga membantu menegakkan diagnosis
OME, antara lain:
o Otoskop pneumatik
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa
liang dan gendang telinga dengan jelas). Dengan otoskop dapat dilihat adanya
gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga
menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.
Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi
pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang
telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil untuk menilai respon
gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara). Gerakan gendang telinga
yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan
ini.13
o Audiometri impedans (timpanometri)
Digunakan untuk mengukur perubahan impedans akustik
sistemmembran timpani telinga tengah melalui perubahan tekanan udara di
telinga luar.13
Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis
(penusukan terhadap gendang telinga).Namun timpanosentesis tidak dilakukan
pada sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis antara lain adalah
OMA pada bayi di bawah usia enam minggu dengan riwayat perawatan
intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang
tidak memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau dengan gejala
sangat berat dan komplikasi.3
o Pure tone Audiometry
Banyak digunakan, terutama menilai dari sisi gangguan dengar atau tuli
konduktif yang mungkin berasosiasi dengan OME. Meski teknik ini
memerlukan waktu yang lama dan membutuhkan peralatan yang mahal, tetap

21
digunakan sebagai skrining, dimana tuli konduktif berkisar antara derajat
ringan hingga sedang.15

2.2.5 Penatalaksanaan
A. Medikamentosa
Pengobatan OME langsung diarahkan untuk memperbaiki ventilasi normal
telinga tengah. Untuk kebanyakan penderita, kondisi ini diperoleh secara alamiah,
terutama jika berasosiasi dengan ISPA yang berhasil disembuhkan. Artinya
banyak OME yang tidak membutuhkan pengobatan medis. Akan lebih baik
menangani faktor predisposisinya, misalnya: jika dikarenakan barotrauma, maka
aktivitas yang berpotensi untuk memperoleh barotrauma berikutnya, seperti:
penerbangan atau menyelam, sebaiknya dihindarkan. Strategi lainnya adalah
menghilangkan atau menjauhkan dari pengaruh asap rokok, menghindarkan anak
dari fasilitas penitipan anak, menghindarkan berbagai alergen makanan atau
lingkungan jika anak diduga kuat alergi atau sensitif terhadap bahan-bahan
tersebut.16
Pengobatan pada barotrauma biasanya cukup dengan cara konservatif saja,
yaitu dengan memberikan dekongestan lokal atau dengan melakukan perasat
Valsava selama tidak terdapat infeksidi jalan napas atas. Apabila cairan atau
cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai beberapa minggu,
maka dianjurkanuntuk tindakan miringotomi dan bila perlu memasang pipa
ventilasi (Grommet).13
Usaha pereventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu
mengunyah permen karet atau melakukan perasat Valsalva, terutama sewaktu
pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.13
Jika OME ternyata menetap dan mulai bergejala, maka pengobatan medis
mulai diindikasikan, seperti:
1. Antihistamin atau dekongestan
Rasionalisasi kedua obat ini adalah sebagai hasil komparasi antara sistem telinga
tengah dan mastoid terhadap sinus paranasalis. Karena antihistamin dan
dekongestan terbukti membantu membersihkan dan menghilangkan sekresi dan
sumbatan di sinonasal, maka tampaknya logis bahwa keduanya dapat memberikan

22
efek yang sama untuk OME. Jika ternyata alergi adalah faktor etiologi OME,
maka kedua obat ini seharusnya memberikan efek yang menguntungkan terhadap
OME.15
2. Mukolitik
Dimaksudkan untuk merubah viskoelastisitas mukus telinga tengah untuk
memperbaiki transport mukus dari telinga tengah melalui tuba Eustachius ke
nasofaring. Namun demikian mukolitik ini tidak memegang peranan penting
dalam pengobatan OME.15
3. Antibiotik
Pemberian obat ini harus dipertimbangkan secara hati-hati, karena OME bukanlah
infeksi sebenarnya. Meskipun demikian OME seringkali diikuti oleh OMA, di
samping itu isolat bakteri juga banyak ditemukan pada sampel cairan OME.
Organisme tersering ditemukan adalah S. pneumoniae, H. influenzae non typable,
M. catarrhalis, dan grup A streptococci, serta S.aureus. Studi terkontrol
menunjukkan antibiotika golongan amoksisilin, amoksisilin-asam klavulanat,
sefalosporin, eritromisin, trimetropim-sulfametoksazol, atau eritromisin-
sulfisoksazole, dapat memperbaiki klirens efusi dalam 1 bulan. Pemberian
antibiotika juga meliputi dosis profilaksis yaitu ½ dosis yang digunakan pada
infeksi akut. Namun demikian perlu dipertimbangkan pula hubungan antara
antibiotika profilaksis dengan tingginya prevalensi dan meningkatnya spesies
bakteri yang resisten.15
Antibiotik yang digunakan15 :
- Lini pertama : Amoksisilin 500 mg p.o 7-10 hari atau jikaalergi,
Eritromycin 333 mg p.o7-10 hari
- Lini kedua : Amoksisilin dan asam klavulanat 875 mg 7-10 hari
atau Sefalosporin generasi ke 3.

23
Gambar 9. Skema Terapi Pada Otitis Media Serosa

4. Kortikosteroid.
Beberapa klinisi mengusulkan pemberian kortikosteroid untuk mengurangi
respon inflamasi di kompleks nasofaring-tuba Eustachius dan menstimulasi agent-
aktif di permukaan tuba Eustachius dalam memfasilitasi pergerakan udara dan
cairan melalui tuba Eustachius. Pemberian dapat berupa kortikosteroid oral atau
topikal (nasal), ataupun kombinasi. Berdasarkan clinical guidance 1994,
pemberian steroid bersama-sama antibiotika pada anak usia 1-3 tahun mampu
memperbaiki klirens OME dalam 1 bulan sebesar 25%. Namun demikian karena
hanya memberikan hasil jangka pendek dengan kejadian OME rekuren yang
tinggi, serta resiko gejala sisa maka kortikosteroid tidak lagi direkomendasikan.15

B. Pembedahan
Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan
lamanya penyakit. Derajat gangguan pendengaran dan frekuensi serta parahnya
gangguan pendahulu yang juga perlu dipertimbangkan. Gangguan seringkali
bilateral, namun anak dengan cairan yang sedikit, gangguan pendengaran
minimal, atau dengan gangguan unilateral dapat diobati lebih lama dengan
pendekatan yang lebih konservatif. Sebaliknya, penipisan membran timpani,

24
retraksi yang dalam, gangguan pendengaran yang bermakna dapat merupakan
indikasi untuk miringotomi segera. Tuba ventilasi dibiarkan pada tempatnya
sampai terlepas sendiri dalam jangka waktu enam bulan hingga satu tahun.
Sayangnya karena cairan sering kali berulang, beberapa anak memerlukan tuba
yang dirancang khusus sehingga dapat bertahan lebih dari satu tahun. Keburukan
tuba yang tahan lama ini adalah menetapnya perforasi setelah tuba terlepas.
Pemasangan tuba ventilasi dapat memulihkan pendengaran dan memperbaiki
membran timpani yang mengalami retraksi berat terutama bila ada tekanan negatif
yang menetap.3
1. Myringotomy
Anak-anak yang tidak dapat di terapi dengan antibiotik profilaksis atau
dalam masa infeksi/peradangan dapat disarankan untuk dilakukan operasi
myringotomy. Prosedur ini dilakukan di bawah anestesi umum.15
Operasi yang disebut myringotomy meliputi pembukaan kecil (small
surgical incision: melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan yang
menumpuk di belakangnya) ke dalam gendang telinga untuk mengeluarkan cairan
dan menghilangkan rasa sakit. Bukaan (potongan/insisi) ini akan sembuh dalam
beberapa hari tanpa tanda atau luka pada gendang telinga.15,16
2. Pemasangan Tuba Ventilasi (Grommet's Tube)
Tube ventilasi ini dipasang sifatnya sementara, berlangsung 6 hingga 12
bulan di dalam telinga hingga infeksi telinga bagian tengah membaik dan sampai
tuba Eustachius kembali normal. Selama masa penyembuhan ini, harus dijaga
agar air tidak masuk kedalam telinga karena akan menyebabkan infeksi lagi.
Selain daripada itu, tuba tidak akan menyebabkan masalah lagi, dan akan terlihat
perkembangan yang sangat baik pada pendengaran dan penurunan pada frekuensi
infeksi telinga.15
Terapi pembedahan (operatif) untuk faktor predisposisi, mungkin
dibutuhkan adenoidektomi, tonsilektomi dan membersihkansinus maksillaris. Hal
ini biasanya dilakukan pada waktu dilakukannya myringotomi.12

25
Gambar 10. Miringotomi Dan Pemasangan Tuba

Keburukan utama dari tuba ventilasi adalah telinga tengah perlu dijaga
agar tetap kering.Untuk tujuan ini telah dikembangkan berbagai macam sumbat
telinga.Insisi miringotomi dan pemasangan tuba telah dikaitkan dengan
pembentukan kolesteatoma pada beberapa kasus (jarang).Drainase melalui tuba
bukannya tidak sering terjadi, dan dapat dikaitkan dengan infeksi saluran napas
atas, atau memungkinkan air masuk ke dalam telinga tengah, dan pada kasus-
kasus tertentu dapat merupakan masalah menetap yang tidak bisa dijelaskan. Pada
kasus-kasus demikian, penanganan medis dengan antibiotik sistemik atau tetes
telinga harus diteruskan untuk waktu yang lebih lama bahkan saat tuba masih
terpasang.3
2.2.6 Diagnosis banding
Terdapat beberapa hal yang tumpang tindih antara otitis media akut
(OMA) dan Otitis media efusi, sangat sulit membedakan keduanya pada
pemeriksaan kecuali terdapat otalgia dan demam. 15
OMA dapat dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat
menyerupai OMA. Efusi telinga tengah (middle ear effusion) merupakan tanda

26
yang ada pada OMA dan otitis media dengan efusi.Untuk membedakannya dapat
diperhatikan hal-hal berikut: 17

2.2.7 Prognosis
Otitis media dengan efusi biasanya hilang dengan sendirinya selama
beberapa minggu atau bulan. Pengobatan dapat mempercepat proses
penyembuhan. OME biasanya tidak mengancam nyawa. Kebanyakan anak tidak
mengalami kerusakan pada pendengaran jangka panjangatau kemampuan
berbicara, bahkan ketika cairan menetap selama berbulan-bulan. 17

27
BAB III
PENUTUP

3.1. Ringkasan
Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non
supuratif.Otitis media non supuratif nama lain adalah otitis media musinosa, otitis
media efusi, otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media mukoid (glue
ear).
Otitis media dengan efusi (OME) adalah suatu proses inflamasi pada
mukosa telinga tengah yang ditandai dengan adanya cairan non purulen (serous
atau mukus) di dalam telinga tengah, tanpa tanda-tanda infeksi akut. Apabila efusi
tersebut encer otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem
otitis media mukoid (glue ear).
Diagnosis OME seringkali sulit ditegakkan karena prosesnya sering
asimptomatik. OME dibuat berdasarkan pemeriksaan fisik telinga dengan
menemukan cairan di belakang membran timpani yang normalnya
translusen.Beberapa instrumen penunjang juga membantu menegakkan diagnosis
OME antara lain Otoskop pneumatik, Audiometri impedans (timpanometri) dan
Pure tone Audiometry.
Penatalaksanaan OME meliputi Medikamentosa serta pembedahan.OME
biasanya hilang dengan sendirinya selama beberapa minggu atau bulan namun
dengan pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan OME.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Marewa, R. 2011. Otitis Media Efusi. (online),


(http://twitter.com/#!/DokterMuda/status/25759915125510144,
diakses tanggal 7 April 2012)
2. Yusuf, K. 2000. Hasil Otoskopi. Audiogram dan Timpahogram Pada
Pasien Usia 6-12 tahun yang Dicurigai Menderita Otitis Media Efusi
di Seksi Audiologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 1990. Media
Perhati Vol. 6 No. 4 Oktober – Desember 2000. Jakarta
3. Boies, Adams. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC: Jakarta .
4. Ballantyne J, Govers J, Scott B. 2002. Disease of the Ear, Nose,and
Throat. Publisher: Butthworth Co.Ltd. : 1987, vol. 52Moore,keith L.
5. Jide. 2008. Indera Pendengaran dan Keseimbangan. (online),
(from:http://iqbalali.com/2008/11/12/indera-pendengaran-dan-
keseimbangan, diakses tanggal 7 April 2012)
6. Snell, R. 2006.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.
EGC: Jakarta
7. Anil, K. 2007. Current Diagnosis and Treatment in Otolaryngology:
Head and Neck Surgery. Publisher: McGraw-Hill Medical
8. Rukmini S, Herawati S. Tekhnik Pemeriksaan Telinga Hidung Dan
Tenggorok. EGC:Jakarta
9. Rosenfeld RM and Bluestone CD. 1999. Evidence based media
Stephen Berman, MD eds. Canada BC Decker Inc
10. Bluestone CD, Klien JO. 1995. Otitis media in infant and children In
Bluestone et al eds. Pediatrics Otolaryngology 2 ed Philadelphia WB
Saunders Co.
11. Hotimah, Mahyunie E. 2011. Otitis Media Serosa. Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang: Malang
12. Sherwood L. 2006. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2.
EGC: Jakarta
13. Soepardi EA,dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam. FKUI:Jakarta

29
14. Harmadji S, Soepriyadi, Wisnubroto. 2005. Pedoman Diagnosis dan
Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok. Edisi
III. Penerbit FK UNAIR. Surabaya.
15. Lalwani K, Anil. 2007. Current Diagnosis and Treatment
Otolaryngology Head and Neck Surgery , Ed.2. New York: McGraw
Hill Lange
16. Rauch, Daniel. 2009. Otitis Media With Effusion. (online),
(from:http://www.midlineplus/healthtopics.html, diakses tanggal 7
April 2012)
17. Jhon F. 2007. Otitis Media Acute. (online),
(from:http://www.prodigy.nhs.uk/guidance.asp?gt=otitis%20media%2
0-%20acute, diakses tanggal 7 April 2012)

30

Anda mungkin juga menyukai