3. Masuknya islam di indonesia,, bukti/sumber sejarah dlm dan luar negeri yang membuktikan masuknya islam di Indonesia, saluran islamisasi.
4. BUKTI MASUKNYA HINDU-BUDDHA DI INDONESIA Pengaruh Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia Masuknya pengaruh kebudayaan dan agama Hindu-Budha ke Indonesia memberikan warna tersendiri bagi perkembangan tradisi masyarakat ke depannya. Sikap bangsa Indonesia terhadap bangsa luar aktif selektif. Artinya kebudayaan asing diseleksi dan disesuaikan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Berbagai pengaruh yang didapatkan dari masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia antara lain : 1. 1. Pengaruh di Bidang Seni a. Seni Bangunan Akulturasi seni bangunan terlihat pada bangunan candi, seperti Candi Borobudur yang merupakan perpaduan kebudayaan Budha yang berupa patung dan stupa dengan kebudayaan asli Indonesia yakni Punden berundak-undak ( Budaya Megalithikum ).
Gambar 01 : Candi Borobudur Sumber : Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2.
b. Seni Ukir Akulturasi dibidang seni ukir terlihat pada Candi Borobudur yang berupa relief sang Buddha Gautama ( pengaruh Budha) dan relief perahu bercadik,perahu lesung dan rumah panggung yang atapnya ada burung bertengger( asli Indonesia ). Perpaduan antara seni India dan Indonesia juga ada pada ragam hias lain di candi-candi Hindu-Budha serta motif-motif batik.
Gambar 02 : Relief perahu bercadik di Candi Borobudur. Sumber : Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2.
c. Aksara dan Seni Sastra 1. Dari budaya Hindu-Budha, bangsa Indonesia memperoleh kepandaian membaca dan menulis aksara, yaitu huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Kepandaian baca tulis akhirnya membawa perkembangan dalam seni sastra. Kitab Mahabrata dan Ramayana digubah menjadi Hikayat Perang Pandawa dan Hikayat Sri Rama. Cerita Mahabrata dan Ramayana berakulturasi menjadi cerita wayang purwa karena wayang merupakan kebudayaan asli Indonesia. 2. Dalam pertunjukan perwayangan, isi ceritanya bersumber dari kitab Mahabrata dan Ramayana.munculnya punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk dan Bagong adalah penambahan tokoh oleh bangsa Indonesia itu sendiri.
Gambar 03 : Wayang Punakawan Sumber : Http://wikipedia.co.id//gambar-gambar 3. Filsafat Akulturasi filsafat Hindu-Indonesia menimbulkan filsafat Hindu Jawa. Misalnya tempat yang makin tinggi makin suci, sebab merupakan tempat para dewa. Itulah sebab Raja-raja Jawa ( Surakarta dan Yogyakarta ) setelah meninggal dimakamkan di tempat-tempat yang tinggi seperti Giri Bangun, Giri Layu ( Surakarta) dan Imogiri ( Yogyakarta ).
1. 2 Pengaruh di Bidang Politik a. Sistem Pemerintahan Pada mulanya masyarakat Indonesia dipimpin oleh kepala suku yang dianggap mempunyai kelebihan ( primus interpares ). Dengan masuknya pengaruh Hindu-Budha, pemerintahan dipegang oleh raja. Raja tidak lagi sebagai wakil dari nenek moyang akan tetapi sebagai penjelmaan dewa di dunia, sehingga muncul kultus dewa raja
Gambar 04 : Raja bersama pengikutnya Sumber : Http://wikipedia.co.id//gambar-gambar 1. 3. Pengaruh di Bidang IPTEK a. Sistem Kalender Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha, masyarakat Indonesia telah mengenal astronomi, pada waktu itu astronomi dipergunakan untuk kepentingan praktis, misalnya menentukan letak bintang sehingga tahu arah angin pada waktu berlayar dan tahu kapan harus melakukan aktivitas pertanian. Dengan melihat letak bintang dapat diketahui pula kapan akan musim kemarau itu datang begitu juga kapan akan datangnya musim hujan. Namun dengan masuknya kebudayaan Hindu-Budha yang masuk ke Indonesia telah memiliki perhitungan kalender, yang disebut Kalender Saka, dengan perhitungan 1 Saka ada 365 hari.
Gambar 05 : Kalender Saka Sumber : Http://wikipedia.co.id//gambar-gambar
1. 4. Pengaruh di Bidang Agama a. Sistem Kepercayaan Sebelum datangnya budaya Hindu-Budha, nenek moyang bangsa Indonesia mempunyai kepercayaan animisme ( penyembahan terhadap roh nenek moyang). Setelah pengaruh Hindu-Budha masuk terjadilah akulturasi sistem kepercayaan, sehingga muncul agama Hindu-Budha yang bersifat Indonesia.
1. Proses Persembahyangan Umat Hindu Indonesia 2. Proses Persembahyangan Umat Budha Indonesia Sumber : Http://wikipedia.co.id//gambar-gambar
5. JALUR PERDAGANGAN INDIA CINA - Jalur perdagangan India-Cina melalui Indonesia. 1) Jalur darat/jalur sutra 2) Jalur laut
6. KERAJAAN KUTAI 1. Lokasi Kerajaan Kutai Berdasarkan sumber-sumber berita yang berhasil di temukan menunjukkan bahwa Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur, yaitu di Hulu Sungai Mahakam. Nama kerajaan ini di sesuaikan dengan nama daerah tempat penemuan prasasti, yaitu di daerah Kutai. Hal ini di sebabkan karena setiap prasasti yang di temukan tidak ada yang menyebutkan nama dari kerajaan tersebut. Oleh karena itu, para ahli memberi nama kerajaan itu Kutai. Wilayah Kerajaan Kutai mencakup wilayah yang cukup luas, yaitu hampir menguasai seluruh Kalimantan Timur. Bahkan pada masa kejayaannya, Kerajaaan Kutai memiliki wilayah yang sangat luas, yaitu hampir sebagian wilayah Kalimantan.
Gambar 2.1 Peta wilayah Kerajaan Kutai (Sumber: Adang Rahmat, 2004)
2. Sumber Sejarah Kerajaan Kutai Sumber yang menyatakan di Kalimantan Timur telah berdiri dan berkembang kerajaan yang mendapat pengaruh Hindu (India), yaitu di temukannya beberapa peninggalan berupa tulisan (prasasti). Tulisan itu di temukan pada tujuh tiang batu yang di sebut dengan nama yupa yaitu tiang batu yang di gunakan untuk mengikat hewan korban yang merupakan persembahan rakyat Kutai kepada para dewa yang di pujanya. Tulisan yang terdapat pada yupa itu mempergunakan huruf pallawa dan bahasa sangsekerta. Sejak muncul dan berkembangnya pengaruh Hindu Budha (India) di Kalimantan Timur, terjadi perubahan dalam tata pemerintah, kepala suku menjadi pemerintahan kerajaan dengan seorang raja sebagai kepala pemerintah. Kedudukan raja Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu Ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya menjadi raja, sehingga pergantian raja di lakukan secara turun-temurun.
3. Perkembangan Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi dan Budaya Kerajaan Kutai a. Kehidupan Politik Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Kutai adalah sebagai berikut. Raja Aswawarman Prasasti yupa menyatakan pula bahwa Raja Aswawarman merupakan seorang raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai di perluas lagi. Hal ini di buktikan dengan pelaksanaan upacara Aswawedha. Upacara-upacara ini pernah di lakukan di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta ketika ingin memperluas wilayahnya. Dalam upacara itu di laksanakan pelepasan kuda dengan tujuan untuk menentukan batas kekuaaaan kerajaan Kutai. Dengan kata lain, sampai di mana di temukan tapak kaki kuda, maka sampai di situlah batas kerajaan Kutai. Pelepasan kuda-kuda itu di ikuti oleh parajurit Kerajaan Kutai.
Raja Mulawarman Raja Mulawarman di gantikan oleh putranya yang bernama Raja Mulawarman. Ia adalah raja terbesar dari Kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Kutai mengalami masa yang gemilang. Rakyat hidup tentram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti itulah akhirnya Raja Mulawarman mengadakan upacara kurban emas yang amat banyak. b. Kehidupan Sosial Berdasarkan isi prasasti-prasasti Kutai dapat di ketahui bahwa pada abad ke-4 M masyarakat di daerah Kutai telah banyak menerima pengaruh Hindu. Masyarakat tersebut mendirikan suatu kerajaan yang teratur rapi menurut pola pemerintahan di India. Informasi ini penting, karena menunjukkan bahwa berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia pada saat itu telah berkembang mengikuti pola perkembangan zaman. Masyarakat Indonesia menerima unsur-unsur yang datang dari luar (India) dan mengembangkannya sesuai dengan tradisi Bangsa Indonesia.
c. Kehidupan Ekonomi Tentang kehidupan perekonomian masyarakat Kutai tidak banyak yang bisa di ketahui dari prasasti-prasasti Kutai. Namun melihat letaknya, Kutai sangat strategis, yaitu terletak pada jalur aktivitas pelayaran dan perdagangan antara dunia Barat dan dunia Timur. Di tambah lagi, letak Kutai yang jauh kearah pedalaman, sangat baik sebagai tempat peristirahatan bagi para pelayar yang melakukan perjalanan jauh. Secara langsung hal ini berpengaruh besar terhadap perkembangan perekonomian masyarakat, di mana perdagangan juga di jadikan mata pencaharian utama.
d. Kehidupan Budaya Yupa merupakan salah satu hasil budaya masyarakat Kutai. Yupa merupakan sebuah tugu batu untuk mengikat kurban yang di persembahkan kepada para dewa. Namun sebenarnya tugu batu itu merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu kebudayaan Menhir.
Gambar 2.2 Prasasti Muarakaman yangberbentuk Yupa (Sumber: R. Soekmono, 1981,Pengantar Sejarah KebudayaanIndonesia Jilid 2, halaman 35)
Salah satu yupa menyebutkan tempat suci dengan kata vaprakecvara. Seorang ahli bernama Ny. Sulaiman mengatakan bahwa kata vaprakecvara di artikan sebagai sebuah lapangan luas tempat pemujaan. Kata vaprakecvara itu di hubungkan dengan Dewa Siwa. Dengan demikian, dapat di pastikan bahwa masyarakat Kutai memeluk agama Siwa. Hal ini di dukung beberpa faktor berikut : Besarnya pengaruh kerajaan pallawa yang beragama Siwa menyebabkan agama Siwa terkenal di Kutai. Pentingnya peranan para Brahmana di Kutai menunjukkan besarnya pengaruh brahmana dalam agama Siwa terutama mengenai upacara korban.
7. KERAJAAN SRIWIJAYA A. Latar Belakang Munculnya Kerajaan Sriwijaya Sriwijaya secara etimologis berasal dari dua kata, yakni Sri dan Wijaya. Sri dalam bahasa Sansekerta artinya bercahaya atau gemilang dan Wijaya dalam bahasa Sansekerta artinya kemenangan atau kejayaan. Jika kedua kata ini digabungkan maka bisa diartikan sebagai kemenangan yang gilang gemilang atau kemenangan yang luar biasa. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah membawa kejayaan bangsa Indonesia di masa lampau. Kerajaan Sriwijaya bukan saja dikenal di wilayah Indonesia tetapi dikenal hampir setiap bangsa atau negara yang berada jauh di luar Indonesia. Hal ini disebabkan letak kerajaan Sriwijaya yang sangat strategis dan dekat dengan Selat Malaka pada saat ini merupakan jalur perdagangan yang sangat ramai dan dapt menghubungkan antara pedagang- pedagang dari Cina dengan India maupun Romawi. Dari tepian Sungai Musi di Sumatera Selatan, pengaruh Kerajaan Sriwijaya terus meluas yang mencakup Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Bangka, Laut Jawa bagian barat, Bangka, Jambi Hulu dan mungkin juga Jawa Barat (Tarumanegara), Semenanjung Malaya hingga ke Tanah Genting Kra. Luasnya wilayah laut yang dikuasai Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim yang besar pada zamannya. 1. Sumber Sejarah Sumber-sumber sejarah yang mendukung keberadaan Kerajaan Sriwijaya berasal dari berita asing dan prasasti- prasasti. a. Berita Asing Mengingat kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim dengan letak yang sangat strategis, banya pedagang- pedagang asing yang dating untuk melakukan aktivitas di Kerajaan Sriwijaya. Berita asing tersebut antara lain sebagai berikut : 1) Berita Arab Dari berita Arab dapat diketahui bahwa banyak pedagang Arab yang melakukan kegiatan perdagangan di Kerajaan Sriwijaya. Bahkan di pusat kerajaan Sriwijaya ditemukan perkampungan-perkampungan orang-orang Arab sebagai tempat tinggal sementara. Keberadaan Kerajaan Sriwijaya juga diketahui dari sebuta orang-orang Arab terhadap Kerajaan Sriwijaya seperti Zabaq, Sabay atau Sribusa. 2) Berita India Dari Berita India dapat diketahui bahwa raja dari kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan yang ada di India seperti Kerajaan Nalanda dan Kerajaan Chola. 3) Berita Cina Dari berita Cina, dapat diketahui bahwa pedagang-pedagang Kerajaan Sriwijaya telah menjalin hubungan perdagangan dengan pedagang-pedagang Cina yang sering singgah di Kerajaan Sriwijaya untuk selanjutnya meneruskan perjalanannya ke India maupun Romawi. b. Berita Dalam Negeri Berita-berita dalam negeri berasal dari prasasti-prasasti yang dibuat oleh raja-raja dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti tersebut sebagian besar menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti itu antara lain sebagai berikut. 1) Prasasti Kedudukan Bukit Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan bahwa Raja Sriwijaya dan bernama Dapunta Hyang membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil menundukkan Minangatamwan (jambi). 2) Prasasti Telaga Batu Prasasi itu menyebutkan tentang kutukan raja terhadap siapa saja yang tidak taat terhadap Raja Sriwijaya dan juga melakukan tindakan kejahatan. 3) Prasasti Talang Tuwo Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang pembuatan Taman Srikesetra atas perintah Raja Dapunta Hyang. 4) Prasasti Kota Kapur Prasasti berangka 686 M itu menyebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya berusah untuk menaklukkan Bumi Jawa yang tidak setia pada Kerajaan Sriwijaya. Prasasti tersebut ditemukan di Pulau Bangka. 5) Prasasti Karang Berahi Prasasti berangka tahun 686 M itu ditemukan di daerah pedalaman Jambi, yang menunjukkan penguasaan Kerajaan Sriwijaya atas daerah itu. 6) Prasasti Ligor Prasasti berangka tahun 775 M itu menyebutkan tentang ibukota Ligor dengan tujuan untuk mengawasi pelayaran dan perdagan di Selat Malaka. 7) Prasasti Nalanda Prasasti ini menyebutkan Raja Bala Putra Dewa sebagai raja terakhir dari Dinasti Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya melawan Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Bala Putra Dewa meminta kepada Raja Nalanda agar mengakui haknya atas Dinasti Syailendra. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan 5 desa dari pajak untuk membiayai para mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda.
B. Sistem Pemerintahan 1. Sistem Kerajaan Dalam perkembangan sejarah Indonesia, Kerajaan Swiwijaya merupakan kerajaan besar yang pernah membawa kemegahan dan kejayaan bangsa Indonesia di masa lampau. Namun, tidak semua raja yang pernah memerintah meninggalkan prasasti. Raja-raja yang berhasil diketahui pernah memerintah Kerajaan Sriwijaya adalah sebagai berikut. a. Raja Dapunta Hyang Berita mengenai raja ini diketahui melalui Prasasti Kedudukan Bukit (684 M). Pada masa pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah berhasi memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke wilayah Jambi, yaitu dengan menduduki wilayah Minangatamwan. Sejak awal pemerintahannya, Raja Dapunta Hyang telah mencita-citakan agar Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim. b. Raja Balaputra Dewa Pada masa pemerintahan Balaputra Dewa, Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kejayaannya. Pada awalnya, Raja Balaputra Dewa adalah raja dari Kerajaan Syailendra (di Jawa Tengah). Ketika terjadi perang saudara di Dinasti Syailendra antara Balaputra Dewa dan Pramodhawardani (kakaknya) yang dibantu oleh Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya), Balaputra Dewa mengalami kekalahan. Akibat kekalahan itu, Raja Balaputra Dewa lari ke Sriwijaya. Di kerajaaan Sriwijaya berkuasa Raja Dharma Setru (kakak dari ibu Raja Balaputra Dewa) yang tidak memiliki keturunan, sehingga kedatangan Raja Balaputra Dewa di Kerajaan Sriwijaya disambut baik kemudian, ia diangkat menjadi raja. Pada masa pemerintahan Raja Balaputra Dewa, Kerajaan Sriwijaya berkembang pesat. Raja Balaputra Dewa meningkatkan kegiatan pelayaran dan perdagangan rakyat Sriwijaya. Di samping itu, Raja Balaputra Dewa menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di India, seperti Kerajaan Benggala (Nalanda) juga dengan Kerajaan Chola. Bahkan pada masa pemerintahannya, kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Budha di Asia Tenggara. c. Raja Sangrama Wijayatunggawarman Pada masa pemerintahannya Kerajaan Sriwijaya mengalami ancaman dari Kerajaan Chola. Di bawah Raja Rajendra Chola, Kerajaan Chola melakukan serangan dan berhasil merebut Kerajaan Sriwijaya. Sanggrana Wijayatunggawarman berhasil ditawan namun, pada masa pemerintahan Raja Kulotangga I di kerajaan Chola, Raja Sanggrama Wijayatunggawarman dibebaskan kembali. 1. Wilayah Kekuasaan Pada awal pertumbuhannya, kerajaan Sriwijaya mengadakan perluasan wilayah ke kekuasaan ke daerah- daerah sekitarnya. Setelah berhasil menguasai Palembang, ibukota Kerajaan Sriwijaya dipindah dari Muara Takus ke Palembang. Dari Palembang, Kerajaan Sriwijaya dengan mudah dapat menguasai daerah-daerah disekitarnya seperti Bangka, Jambi Hulu dan mungkin juga Jawa Barat (Tarumanegara). Maka dalam abad ke-7 M, Kerajaan Sriwijaya telah menguasai kuncu-kunci jalan perdagangan yang penting seperti Selat Sunda, Selat Bangka, Selat Malaka, dan Laut Jawa bagian barat. Pada abad ke-8 M, perluasan Kerajaan Sriwijaya ditujukan kearah utara, yaitu menduduki Semenanjung Malaya dan Tanah Genting Kra. Pendudukan terhadap daerah Semenanjung Melaya bertujuan untuk menguasai daerah penghasil lada dan timah. Sedangkan pendudukan terhadap tanah Genting Kra bertujuan untuk menguasai jalur perdagangan antara Cina dan India. Tanah Genting Kra sering digunakan oleh para pedagang untuk menyeberang dari perairan Lautan Hindia ke Laut Cina Selatan, untuk menghindari persinggahan di pusat Kerajaan Sriwijaya. Pada akhir abad ke-8 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara, baik yang melalui Selat Sunda maupun Selat Malaka, Selat Karimata dan Tanah Genting Kra. Dengan Wilayah kekuasaan itu, Kerajayaan Sriwijaya menjadi Kerajaan Laut terbesar di Asia Tenggara.
Gambar : Peta Wilayah Kekuasaan Sriwijaya Sumber : Google
C. Sistem Ekonomi Secara geografis, wilayah Kerajaan Sriwijaya mempunyai letak yang strategis, yaitu ditengah-tengah jalur pelayaran perdagangan antara India dan Cina. Disamping itu, letak Kerajaan Sriwijaya dekat dengan Selat Malaka yang merupakan urat nadi perhubungan bagi daerah-daerah di Asia Tenggara. Setelah runtuhnya Kerajaan Funan, Kerajaan Sriwijaya berusaha untuk menguasai daerah bekas-bekas kekuaasaan Kerajaan Funan, termasuk menguasai Kerajaan Funan, dan menguasai jalur pelayaran perdagangan Selat Malaka. Penguasaan di Selat Malaka itu mempunyai arti penting terhadap Kerajaan Sriwijaya di dunia maritim, karena banyak kapal-kapal asing yang singgah untuk menambah air minum, perbekalan makanan, beristirahat bahkan melakukan aktivitas perdagangan. Bertambah ramainya aktivitas perdagangan di Selat Malaka, sangat menguntungkan Kerajaan Sriwijaya oleh karena itu, Kerajaan Sriwijaya membangun ibukota baru di Semenanjung Malaka yaitu Ligor yang dibuktikan dengan Prasasti Ligor (755 M). pendirian ibukota Ligor tersebut bukan berarti meninggalkan ibukota di Sumatera Selatan, melainkan hanya untuk melakukan pengawasan lebih dekat terhadap aktivitas perdagangan di Selat Malaka atau menghindari penyeberangan yang dilakukan oleh para pedagang melalui Tanah Genting Kra. Disamping itu, menurut Abu Zaid Hasan (Persia) yang mendapat keterangan dari Sulaiman (Pedagang Arab) menyatakan bahwa wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya di laut sangat luas, sehingga Kerajaan Sriwijaya disebut sebagai Kerajaan Maritim.
D. Sistem Sosial Salah satu faktor yang menjadikan Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan besar adalah kehidupan sosial masyarakatnya meningkat dengan pesat terutama dalam bidang pendidikan dan hasilnya Sriwijaya terbukti menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agam Buddha di Asia Tenggara. Hal ini sesuai dengan berita I Thsing pada abad ke 8 bahwa di Sriwijaya terdapat seribu orang pendeta yang belajar agama Buddha dibawah bimbingan pendeta Buddha terkenal yaitu Sakyakirti. Disamping itu juga pemuda-pemuda Sriwijaya juga mempelajari agama Buddha dan ilmu lainnya di India, hal ini ternyata tertera dalam prasasti Nalanda dari prasasti ini pula diketahui Raja Sriwijaya yaitu Balaputra Dewa mempunyai hubungan erat dengan Raja Dewa Paladewa (India). Raja ini member sebidang tanah untuk asrama pelajar dari Sriwijaya. Sebagai penganut agama yang taat maka Raja Sriwijaya juga meperhatikan kelestarian lingkungannya (seperti yang tertera dalam Prasasti Talang Tuo) dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya. dengan demikian kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Sriwijaya sangat baik dan makmur, dalam hal ini tentunya juga diikuti oleh kemajuan dalam bidang kebudayaan
Arca Ken Dedes sebagai Dewi Prajnaparamita
E. Sistem Kebudayaan Masalah kebudayaan bukan merupakan masalah utama dalam kehidupan masyarakat di Kerajaan Sriwijaya. Bahkan hampir tidak pernah ditemukan peninggalan-peninggalan kebudayaan yang berharga dari Kerajaan Sriwijaya. Dalam perkembangan agama Buddha penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha yang berkembang di Kerajaan Sriwijaya adalah agama Buddha Mahayana. Menurut berita dari Tibet, seorang pendeta yang bernama Atica datang dan tinggal di Sriwijaya (1011 - 1023M) dalam rangka belajar agama Buddha dari seorang guru yang bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya merupakan pusat agama Buddha di luar India. Tetapi walaupun Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai pusat agama Buddha, tidak banyak peninggalan seperti candi-candi atau arca-arca (patung-patung) sebagai tanda kebesaran Kerajaan Sriwijaya dalam bidang kebudayaan (di kota Palembang terdapat sebuah museum yang disebut Rumah Bari, tempat menyimpan arca-arca Buddha yang ditemukan disekitar daerah Palembang, namun jumlahnya sedikit). Bukti kemajuan dalam bidang budaya sampai sekarang dapat diketahui melalui peninggalan-peninggaln suci seperti stupa, candi atau patung/arca Budha seperti ditemukan di Jambi, Muara Takus dan gunung Tua (Padang Lawas) serta Bukit Siguntang di (Palembang).
F. Faktor-Faktor Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya Pada akhir abad ke-13 M kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh faktor politik dan ekonomi. a. Faktor Politik Kedudukan Kerajaan Sriwijaya makin terdesak, karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalam dunia perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara. Kerajaan Siam memperluas kekuasaannya kea rah Selatan dengan menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam mengakibatkan kegiatan pelayaran perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang. Dari daerah timur, Kerajaan Sriwijaya terdesak oleh perkembangan Kerajaan Singasari, yang pada waktu itu diperintah oleh Raja Kertanegara. Kerajaan Singasari yang bercita-cita menguasai seluruh wilayah Nusantara mulai mengirim ekspedisi ke arah barat yang dikenal dengan istilah ekspedisi Pamalayu. Dalam ekspedisi ini, Kerajaan Singasari mengadakan pendudukan terhadap Kerajaan Melayu, Pahang dan Kalimantan, sehingga mengakibatkan kedudukan Kerajaan Sriwijaya makin terdesak. b. Faktor Ekonomi Para pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang, karena daerah-daerah strategis yang pernah dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya telah jatuh ke kekuasaan raja-raja sekitarnya. Akibatnya, para pedagang yang melakukan penyeberangan ke Tanah Genting Kra atas melakukan kegiatan ke daerah Melayu (sudah dikuasai Kerajaan Singasari) tidak lagi melewati wilayah kekuasaan Sriwijaya. Keadaan seperti itu tentu mengurangi sumber pendapatan kerajaan. Dengan alasan faktor politis dan ekonomi, maka sejak akhir abad ke-13 M Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil dan lemah akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan Majapahit tahun 1377 M.
8. KERAJAAN SINGASARI 1. Lokasi Kerajaan Singasari Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang. Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel. Menurut Nagarakertagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222 M, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja. Pada tahun 1254 M, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai Yuvaraja (raja muda) dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama Kerajaan Singhasari.
Gambar 01 : Peta lokasi Kerajaan Singasari Sumber : Gunkarta dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Singhasari_Kingdom_id.svg 2. Sumber Sejarah 1) Sumber-sumber sejarah Kerajaan Singasari berasal dari dalam negeri: a. Kitab Pararaton, menceritakan tentang raja-raja Singasari. b. Kitab Negarakertagama, berisi silsilah raja-raja Majapahit yang memiliki hubungan erat dengan raja-raja Singasari. c. Prasasti Kudadu, berisi tentang nama resmi Kerajaan Singasari yang sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel. d. Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanegara tahun 1255 M, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. e. Peninggalan-peninggalan purbakala berupa bangunan-bangunan arca dan candi yang menjadi makam dari raja-raja Singasari seperti Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singasari, Arca Kertajayan dan Arca Prajnaparamita. 2) Sumber-sumber sejarah Kerajaan Singasari berasal dari luar negeri : a. Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan. b. Berita dari Cina menyatakan bahwa Kaisar Khubilai Khan mengirim pasukkannya untuk menyerang Kerajaan Singasari.
3. Perkembangan Kerajaan Singasari a. Politik Kerajaan Singasari yang pernah mengalami kejayaan dalam perkembangan sejarah Hindu di Indonesia dan bahkan menjadi cikal bakal Kerajaan Majapahit, pernah diperintah oleh raja-raja sebagai berikut: 1) Ken Arok Ken Arok sebagai raja Singasari pertama bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi dan dinastinya bernama Dinasti Girindrawangsa (Dinasti Keturunan Siwa). Raja Ken Arok memerintah antara tahun 1222 M-1227 M. Masa pemerintahan Ken Arok di akhiri secara tragis pada tahun 1227 M. Ia mati terbunuh oleh kaki tangan Anusapati, yang merupakan anak tirinya (anak Ken Dedes dari suami pertamanya Tunggul Ametung). 2) Raja Kertanegara Raja Kertanegara (1268-1292 M) merupakan raja terkemuka dan raja terakhir dari Kerajaan Singasari. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Singasari mencapai masa kejayaannya. Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri. a. Politik Dalam Negeri Dalam rangka mewujudkan stabilisasi politik dalam negeri, Raja Kertanegara menempuh jalan sebagai berikut: 1. Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya. 2. Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya. 3. Memperkuat angkatan perang. b. Politik Luar Negeri Untuk mencapai cita-cita politiknya itu, Raja Kertanegara menempuh cara-cara sebagai berikut: 1. Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu (1275 dan 1286 M) untuk menguasai Kerajaan Melayu serta melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka. 2. Menguasai Bali (1284 M). 3. Menguasai Jawa Barat (1289 M). 4. Menguasai Pahang (Malaka) dan Tanjung Pura (Kalimantan). 5. Kertanegara membendung ekspansi Khubilai Khan dengan cara : a) Menjalin kerja sama dengan negeri Champa b) Memberantas setiap usaha pemberontakan c) Mengganti pejabat yang tidak mendukung gagasannya d) Berusaha menyatukan Nusantara di bawah Singasari.
b. Sosial Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Banyak daerah- daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada masa pemerintahan Anusapati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian, karena ia larut dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Selanjutnya pada masa Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya.
c. Ekonomi Kehidupan ekonomi semenjak berdirinya Kerajaan Singasari tidak jelas diketahui. Akan tetapi, mengingat Kerajaan Singasari berpusat di Jawa timur yaitu di tepi sungai Brantas, kemungkinan masalah perekonomian tidak jauh berbeda dengan kerajaan-kerajaan terdahulu, yaitu secara langsung maupun tidak langsung rakyatnya ikut mengambil bagian dalam dunia pelayaran. Keadaan ini juga di dukung oleh hasil-hasil bumi yang sangat besar hasilnya bagi rakyat Jawa Timur. Raja Kertanegara berusaha untuk menguasai jalur perdagangan di selat Malaka. Penguasaan jalur pelayaran perdagangan atas selat Malaka itu, bertujuan untuk membangun dan mengembangkan aktivitas perekonomian kerajaannya. Dengan kata lain, Raja Kertanegara berusaha menarik perhatian para pedagang untuk melakukan kegiatannya di wilayah Kerajaan Singasari. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekonomi penduduk Kerajaan Singasari secara garis besar yakni : pertanian, perdagangan internasional, kerajinan tangan, buruh dan nelayan.
d. Budaya Kehidupan kebudayaan masyarakat Singasari dapat diketahui dari peninggalan candi-candi dan arca atau patung- patung yang berhasil dibangunnya. Candi hasil peninggalan Singasari, di antaranya adalah Candi Kidal, Candi Jago, dan Candi Singasari. Adapun arca atau patung hasil peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain arca Ken Dedes sebagai perwujudan dari Prajnyaparamita lambang kesempurnaan ilmu dan arca Kertanegara dalam wujud Patung Joko Dolog di temukan di dekat Surabaya, dan arca Amoghapasa juga merupakan perwujudan Raja Kertanegara yang dikirim ke Dharmacarya ibukota Kerajaan Melayu. Kedua perwujudan arca Raja Kertanegara baik patung Joko Dolog maupun arca Amoghapasa menyatakan bahwa Raja Kertanegara menganut agama Budha beraliran Tantrayana ( Tantriisme ).
Gambar 02 : Candi Singasari Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Singhasari
9. KERAJAAN MAJAPAHIT 1. Letak Geografis Kerajaan Majapahit Dalam sejarah Indonesia Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang besar dan disegani oleh banyak bangsa asing. Kerajaan Majapahit terletak di sekitar Sungai Brantas dengan pusatnya di daerah Hutan Tarik di Desa Trowulan, Mojokerto, Bagan 01 : Silsilah Raja Singasari Sumber : http://endless722.wordpress.com/2010/02/18/kerajaan-singasari/
Jawa Timur. Majapahit merupakan puncak kerjayaan kerajaan-kerajaan di Jawa Timur dan merupakan kerajaan Hindu terbesar di Indonesia. Kerajaan Majapahit disebut sebagai kerajaan nasional Indonesia yang ke dua.
2. Perkembangan Kehidupan Sosial Budaya, Politik dan Ekonomi Kerajaan Majapahit
Peta Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit dapat di katakan sebagai kelanjutan Kerajaan Singasari. Alasannya Raden wijaya sebagai pendiri Kerajaan Majapahit merupakan salah seorang pangeran dari Kerajaan Singasari yang berhasil meloloskan diri ketika Jayakatwang dari Kediri menghancurkan Singasari. Raden Wijaya melarikan diri ke Sumenep (Madura) untuk meminta perlindungan kepada Arya Wiraraja. Setelah berada di Madura, Raden Wijaya mulai menyusun taktik dan strategi untuk merebut kembali takhta kerajaan Singasari. Atas nasehat Arya Wiraraja, Raden Wijaya menyerah dan berpura-pura bersedia menghambakan diri kepada Jayakatwang agar dapat mengatur siasat menggulingkannya. Atas jaminan Arya Wiraraja, Raden Wijaya di terima mengabdi di Kediri oleh Jayakatwang. Raden Wijaya sangat rajin bekerja. Setelah memperoleh kepercayaan raja, Raden Wijaya di anjurkan oleh Arya Wiraraja agar memohon kepada Raja untuk menempati daerah Liar di utara Pegunungan Arjuna guna membuka pemukiman baru disana. Permohonan pun di kabulkan oleh Jayakatwang. Daerah Liar yang di sebut hutan Tarik segera di buka dengan bantuan Prajurit dari Madura. Dalam waktu singkat hutan Tarik cepat berkembang. Penduduk dari daerah sekitar hutan Tarik mulai berdatangan. Raden Wijaya mulai menghimpun penduduk, terutama kaum muda. Mereka dilatih menjadi prajurit yang gagah berani dan persenjataannya pun di lengkapi. Hutan Tarik kemudian terenal dengan nama Majapahit di Madura, Arya Wiraraja pun sudah bersiap-siap dengan prajuritnya untuk membantu Majapahit menyerang Kediri. Bertepatan dengan selesainya persiapan untuk melawan Raja Jayakatwang, tentara Mongol yang di kirim oleh Kubhila Khan untuk menghukum Kartanegara telah tiba di Jawa. Mereka di pimpin oleh Shihpi, Ka-Hsing, Lheh-mi- shih. Tentara Mongol sebagian mendarat di Tuban dan lainnya mendarat di Sedayu (Sugalu ), Gresik. Tentara mongol setelah mendarat segera berkuda bergerak cepat menuju Kediri. Ketika bertemu ratusan tentara Mongol, Raden Wijaya berpura-pura bersediah mengakui kekuasaan Kubhilai Khan dan membantu menghukum Raja Jawa di Kediri. Jayakatwang tidak kuasa membendung serbuan tentara gabungan Mongol Majapahit yang datang secara mendadak. Akibatnya hanjurlah pertahanan Kediri. Raja Jayakatwang tertangkap dan di bawah ke benteng pertahanan tentara Mongol di Ujung Galuh. Disana Jawakatwang di bunuh oleh tentara mongol. Dengan takatik dan strategi yang jitu, Raden Wijaya dan Arya Wiraraja berbalik menyerbu tentara Mongol dari berbagai jurusan. Tentara Mongol tidak menyangka adanya serangan balik sehinggaa tidak dapat bertahan. Akibatnya lebih dari 3000 ribu tentara Mongol dapat di binasakan, sedangkan sisanya lari tungang langgang menuju ke kapal untuk pulang ke negerinya. a. Kehidupan Sosial Budaya Di bidang sosial-budaya, Hayam Wuruk berhasil membangun candi, anatara lain Candi Panataran, Candi Tegalwangi, Candi Sumber Jati, dan bangunan lainnya di daerah Trowulan (Mojokerto) yang menjadi pusat pemerintahan Majapahit. Selain membangun Candi, di hasilkan juga pada masa kekuasaannya beberapahasil karya kesusastraan seperti naskah Negarakertagama. Sutasoma, Arjuna Wijaya dan sebagainya. Dalam naskah Sutasoma terdapat istilah Bhinneka Tunggal Ika yang sekarang menjadi motto Negara Indonesia Untuk Menyatukan Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Dibawah ini adalah gambar Candi kerajaan majapahit:
Gambar 1. Candi Panataran, selesai dibangun pada masa Raja Hayam Wuruk Majapahit Sumber: Indonesian Heritage
Gambar 2. Candi Jawi adalah sisa Kejayaan Kerajaan Majapahit. Sumber: www.eastjava.com
Gambar 3. Lukisan Candi Bajang Ratu peninggalan Majapahit Sumber: Indonesian Heritage 6 b. Kehidupan Politik Kerajaan Majapahit lahir dalam suasana perubahan besar dalam waktu yang singkat. Pada tahun 1292. Pada tahun 1293- 1309 Raden Wijaya menjadi Raja pertama di Majaphit. Ada beberapa usaha yang di lakukan oleh Kertarajasa Jayawardhana untuk mewujudkan pemerintahan Majapahit yang kuat. Selain membangun Majapahit sebagai pusat pemerintahan dan mengawini keempat putri Kertanegara.pemberontakan pada masa Kertarajasa, jayanegara, maupun Tribuana Tunggadewi. Salah satu pemberontakan terbesar adalah Pemberontaka Kuti yang terjadi pada tahun 1319. Pemberontakan ini akhirnya bias di padamkan oleh Gaja Mada oleh pasukan Bhayangkari. Puncak kegemilangan Kerajaan Majapahit terjadi Hayam Wuruk menjadi raja dengan gelar Rajasanegara dan Hayam Wuruk menjadi mahapatih. . Gambar 4 Patung Raden Wijaya Sumber: www.eastjava.com b. Kehidupan ekonomi Kerajaan Majapahit bercorak agraris, karena aktivitas sebagian besar penduduknya bertumpu pada sektor pertanian. Komoditas utama yang di hasilkan antara lain beras, dan rempah-rempah. Selain pertanian, kehidupan perekonomian Kerajaan Majapahit juga menjalankan aktivitas perdagangan. Pelabuhan yang di gunakan antara lain Tuban, Gresik, dan Surabaya dengan komoditas garam, lada, intan, cengkih, pala, kayu, cendana dan gading.
Gambar 5. Relief pada candi yang menggambarkan kegiatan menumbuk padi pada masa Majapahit 10. BUKTI MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA BUKTI-BUKTI AWAL PENYEBARAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Proses penyebaran Islam di Indonesia datangnya bersamaan dengan kegiatan perdagangan yang dilakukan oleh para pedagang muslim dari Asia Barat dan Asia Selatan menuju Asia Timur. Para pedagang muslim itu antara lain datang dari Arab, Persia, dan Gujarat. Karena letak Indonesia yang sangat strategis dalam jalur perdagangan internasional, menyebabkan para pedagang itu singgah sementara di Indonesia. Awalnya singgah sebentar, lama-kelamaan ada juga yang tinggal menetap dan berdirilah pemukiman-pemukiman muslim di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Dari sinilah timbul kontak dan sosialisasi dengan penduduk pribumi, sehingga mulailah proses penyebaran Islam. Daerah di Indonesia yang pertama mendapat pengaruh Islam adalah daerah Indonesia bagian Barat. Daerah ini merupakan jalur perdagangan internasional, sehingga pengaruh dapat dengan cepat tumbuh di sana.
A. Sumber Sejarah dari Berita Bangsa Asing yang Menunjukkan Awal Islamisasi di Indonesia Bukti-bukti awal proses penyebaran agama Islam dapat kita temukan dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk tulisan, catatan perjalanan dari bangsa asing, maupun bukti-bukti fisik berupa batu nisan. Beberapa sumber sejarah dari berita bangsa asing yang menunjukkan awal Islamisasi di Indonesia antara lain: 1. Hikayat Dinasti Tang di Cina. Hikayat ini mencatat, terdapat orang-orang Ta Shih yang mengurungkan niatnya untuk menyerang kerajaan Ho Ling yang diperintah oleh Ratu Sima (675 M) Ta Shih ditafsirkan oleh para ahli yaitu bangsa Arab. Berdasarkan hikayat ini dapat disimpulkan bahwa Islam datang ke Indonesia bukan pada abad ke-12 M, melainkan pada abad ke-7 M dan berasal dari Arab langsung, bukan dari Gujarat India. 2. Ajaib Al Hind , yaitu sebuah kitab yang ditulis oleh Buzurg bin Shahriyar sekitar tahun 390 H/1000 M berbahasa Persia. Mencatat adanya kunjungan pedagang muslim ke kerajaan Zabaj. Setiap orang muslim, baik pendatang maupun lokal, ketika datang ke kerajaan ini harus bersila. Kitab ini mengisyaratkan adanya komunitas muslim lokal pada masa kerajaan Sriwijaya. 3. Marcopolo seorang pedagang dari Venesia Italia, ketika melakukan perjalanan pulang dari Cina menuju Persia, sempat singgah di Perlak pada tahun 1292. Menurutnya, Perlak merupakan kota Islam, sedangkan dua tempat di dekatnya, yang disebutnya Basma dan Samara bukanlah kota Islam. Di Perlak (Peureula) ia menjumpai penduduk yang memeluk Islam, dan juga banyak pedagang Islam dari India yang giat menyebarkan Islam. 4. Ibn Batutah seorang musafir dari Maroko, dalam perjalanannya ke dan dari India pada tahun 1345 dan 1346, singgah di Samudera Pasai. Di sini ia mendapati bahwa penguasanya adalah seorang pengikut ma hab Syafi i. Hal ini menegaskan bahwa keberadaan ma hab ini sudah berlangsung sejak lama, yang kelak akan mendominasi Indonesia, walaupun ada kemungkinan bahwa ketiga ma hab Sunni lainnya (Hanafi, Maliki, dan Hambali) juga sudah ada pada masa-masa awal berkembangnya Islam.
B. Saluran penyiaran agama Islam di Indonesia. Proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia berlangsung secara bertahap dan dilakukan secara damai sehingga tidak menimbulkan ketegangan sosial. Cara penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia melalui berbagai saluran berikut ini. a. Saluran perdagangan b. Saluran perkawinan c. Saluran tasawuf d. Saluran pendidikan e Saluran dakwah
a. Saluran Perdagangan Saluran yang digunakan dalam proses Islamisasi di Indonesia pada awalnya melalui perdagangan. Para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat memegang peranan penting sebab di samping berdagang, mereka juga menyebarkan agama Islam. Mereka mendirikan perkampungan sendiri (perkampungan pedagang muslim di negeri asing ) yang disebut Pekojan. Melalui perdagangan inilah Islam berkembang pesat. Hal ini didukung oleh situasi politik saat itu, ketika para bupati pesisir berusaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan pusat yang sedang mengalami kekacauan atau perpecahan.
Gambar 1 : Pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat Sumber : Triyono
b. Saluran Perkawinan Perkawinan antara pedagang muslim dengan penduduk setempat dilakukan secara Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat (Perkawinan antara pihak Islam dengan pihak yang belum Islam). Perkawinan merupakan saluran Islamisasi yang paling mudah. Dari perkawinan itu pula akan membentuk ikatan kekerabatan antara pihak keluarga laki-laki dan perempuan selanjutnya membentuk kemlompok-kelompok kecil kemudian menjadi kerajaan-kerajaan Islam. Saluran perkawinan antara pedagang, ulama, ataupun golongan lain dengan anak bangsawan, bupati ataupun raja akan lebih menguntungkan. Status sosial ekonomi ataupun politik para bangsawan, bupati, atau raja akan mempercepat proses Islamisasi. Banyak contoh yang dapat dikemukakan mengenai proses Islamisasi melalui perkawinan, antara lain sebagai berikut. 1. Perkawinan Putri Campa dengan Raja Brawijaya yang melahirkan Raden Patah 2. Perkawinan Rara Santang (Putri Prabu Siliwangi) dengan Syarif Abdullah melahirkan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). 3. Perkawinan Putri Blambangan dengan Maulana Ishak mempunyai seorang putra bernama Raden Paku (Sunan Giri). Perkawinan Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Gede Manila melahirkan Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) dan Sunan Drajat (Syarifudin).
Gambar 2: Perkawinan dalam Islam Sumber : Triyono
c. Saluran Dakwah Proses Islamisasi di Jawa melalui dakwah dilakukan oleh kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Wali Songa. Para Wali Songa yang berjuang dalam penyebaran agama Islam di berbagai daerah di Pulau Jawa adalah sebagai berikut 1. Sunan Ampel (Raden Rahmat) di Surabaya (Jawa Timur). 2. Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim) di Tuban (Jawa Timur). 3. Sunan Drajat ( Raden Syarifuddin) atau Raden Qosim di Lawongan, Jawa Timur. 4. Sunan Giri (Raden Paku) di Gresik, Jawa Timur. 5. Syeh Maulana Malik Ibrahim, di Gresik, Jawa Timur. 6. Sunan Kalijaga (Raden Said) di Kadilangu, Semarang, Jawa Tengah. 7. Sunan Kudus (Raden Jafar Shodiq) di Kudus, Jawa Tengah. 8. Sunan Muria (Raden Umar Said) di Muria, Jawa Tengah. 9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) di Cirebon, Jawa Barat.
Gambar 3: Wali songo Sumber : Aji raksa Penyebaran agama Islam di luar Jawa, khususnya di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk ri Bandang dan Datuk ri Sulaiman. Di Kalimantan Timur dilakukan oleh Datuk ri Bandang dan Tuan Tunggang ri Parangan. Sedangkan Islam di Maluku, Ternate, dan Tidore disebarkan oleh Sultan Ternate, Zainal Abidin, setelah belajar ke Giri, Jawa Timur. Golongan lain yang mempercepat proses Islamisasi ialah mereka yang telah menunaikan ibadah haji.
Gaambar 4: Datuk ri Bandang Gambar 5: Tuan Tunggang ri Parangan Sumber : Triyono Sumber : Triyono
d. Saluran Pendidikan Para ulama, dan mubaligh memiliki fungsi yang cukup penting dalam penyebaran Islam. Mereka banyak mendirikan pondok-pondok pesantren sebagai sarana penyebaran agama Islam. Di pondok pesantren, santri yang berdatangan dari berbagai tempat dan dari berbagai kalangan mendapat pendidikan tentang Islam. Mereka tinggal di pondok pesantren beberapa lama dan mendalami Islam. Setelah mereka memperoleh pemahaman Islam, mereka kembali ke daerah asalnya untuk menyebarkan ajaran ajaran Islam. Dengan cara cara seperti ini Islam berkembang dengan lebih cepat bahkan sampai ke tempat-tempat yang terpencil
Gambar 6 : Pendidikan di pondok pesantren Sumber : Aji Raksa
e. Saluran Tasawuf Ajaran tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistis atau unsur-unsur magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persaman dengan alam pikiran Indonesia pra- Islam itu adalah Hamzah Fansuri, Syamsuddin as Samatrani, dan Nuruddin ar Raniri di Aceh, Syeikh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19 bahkan di abad ke-20 M ini.
Gambar 7: Syamsuddin as Samatrani Sumber : shalattas
11. MASUKNYA BANGSA ASING A. Latar Belakang Masuknya Bangsa Eropa ke Indonesia. Kolonialisme dan imperialisme memiliki arti yaitu penjajahan atau penguasaan terhadap suatu daerah dan suatu bangsa oleh bangsa lainnya. Kata koloni berasal dari bahasa Latin Colonia yang artinya tanah, tanah permukiman atau jajahan. Kolonialisme merupakan suatu system dimana suatu Negara menguasai rakyat dan sumber daya Negara lain. Negara yang dikuasai biasa disebut koloni. Kata imperialisme berasal dari kata imperator yang artinya memerintah. Imperialisme merupakan suatu penjajahan langsung suatu Negara terhadap Negara lain. Penjajahan dilakukan dengan membentuk pemerintah jajahan atau dengan menanamkan oengaruh pada semua bidang kehidupan di daerah jajahan. Kekuasaan Kerajaan Romawi Timur berakhir setelah jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani. Hal tersebut berakibat tutupnya perdagangan di Laut Tengah bagi orang-Orang Eropa. Dengan keadaan tersebut menyebabkan perdagangan antara dunia Timur dan Eropa menjadi mundur, sehingga barang-barang yang dibutuhkan orang-orang Eropa menjadi berkurang di pasaran Eropa. Barang-barang ini terutama rempah-rempah. Pelaut-pelaut Bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 M dan pada awal abad ke-16 M berhasil menjelajahi samudra. Faktor-faktor yang mendorong Bangsa Eropa mengadakan penjelajahan samudra adalah :
Gambar 1 : Lukisan pengepungan Konstantinopel Sumber : Triyono. 2009. Sejarah Untuk SMA/MA kelas XI program IPS 1. Jatuhnya Konstantinopel tahun 1453 ke tangan Sultan Muhammad II penguasa Turki Usmani. 2. Kisah perjalanannya Marcopolo ke dunia Timur, yaitu kembalinya Marcopolo dari negeri Cina melalui pelayaran. 3. Penemuan kompas oleh Copernicus yang didukung oleh Galileo yang menyatakan bahwa bumi ini bulat. 4. Adanya semangat penaklukan (reconquista) terhadap orang-orang yang beragama Islam. 5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rempah-rempah dari daerah asal. 6. Adanya semangat 3G (Gold, Glory, Gospel) yakni Gold atau semangat mencari kekayaan ekomoni (emas), Glory atau kejayaan politik dan Gospel atau menyebarkan agama Kristen. Indonesia dikenal sebagai sumber penghasil rempah-rempah yang sangat dibutuhkan oleh orang Eropa sebagai obat, pengawet makanan, dan bumbu masakan. Orang Eropa biasa membelinya dari pedagang Asia Barat. Namun karena membelinya dari pedagang perantara maka harga rempah-rempah menjadi mahal, sehingga mendorong orang Eropa untuk mencari rempah-rempah langsung ke daerah sumbernya. Pada awal kedatangan bangsa Eropa hanya ingin mendapatkan rempah-rempah namun tujuan itu berubah menjadi ingin menguasai Indonesia. Tujuan bangsa Eropa menguasai Indonesia adalah : 1. Agar dapat menguasai perdagangan rempah-rempah langsung dari daerah sumbernya. Cara tersebut dilakukan dengan cara monopoli perdagangan (VOC oleh Belanda dan EIC oleh Inggris). 2. Menguasai wilayah strategis untuk perdagangan dan basis militer. 3. Mengeruk sebanyak mungkin kekayaan SDA suatu wilayah. 4. Ikut campur tangan dalam urusan politik suatu wilayah.
B. Masuknya kekuatan Asing di Indonesia. 1. Bangsa Portugis Memasuki Indonesia Pada 1487, Bartolomeus Dias menyusuri Pantai Barat Afrika dan mencapai ujung selatan Afrika Selatan (Tanjung Harapan). Penjelajahan ini kemudian diteruskan oleh Vasco da Gama. (1497-1499). Dalam ekspedisi ini Vasco da Gama mencapai pelabuhan-pelabuhan India. Sekembalinya di Lisabon dia membawah barang-barang yang sangat berharga di pasaran Eropa. Melalui penjelajahan samudra, bangsa Portugis berhasil mencapai India (Kalikut) pada tahun 1498. Bangsa Portugis berhasil mendirikan kantor dagangnya di Goa (1509). Pada tahun 1511 Portugis berhasil menguasai Malaka. Selanjutnya, Portugis mengadakan hubungan dagang dengan Maluku yang merupakan daerah sumber utama rempah-rempah di Indonesia. Pada saat itu, Kesultanan Ternate di Maluku diperintah oleh Kaicil Darus. Sultan Ternate itu meminta bantuan Portugis untuk mendirikan benteng di Ternate. Pendirian benteng tersebut bertujuan agar Ternate terhindar dari kemungkinan serangan dari daerah lain. Pada tahun 1522, Portugis mengabulkan permintaan Sultan Ternate dengan mendirikan Benteng Saint John. Pendirian benteng tersebut harus dibayar mahal oleh Ternate karena Portugis menuntut imbalan berupa hak monopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate. Sultan Ternate terpaksa harus menandatangani perjanjian monopoli perdagangan dengan Portugis. Perjanjian monopoli perdagangan rempah-rempah tersebut ternyata menimbulkan kesengsaraan. Rakyat tidak dapat menjual rempah-rempah secara bebas. Portugis telah menetapkan harga rempah-rempah yang dimiliki rakyat dengan harga yang murah. Di samping itu, rakyat Ternate harus menjual rempah-rempah kepada Portugis. Hal itu merugikan rakyat Ternate, tetapi memberikan keuntungan yang sangat besar bagi Portugis. Oleh karena itu, terjadi permusuhan antara rakyat Ternate dan Portugis. Selain mengadakan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku, Portugis juga aktif menyebarkan agama Katolik. Salah seorang tokoh Portugis yang giat menyebarkan agama Katolik yaitu Fransiscus Xaverius.
2. Bangsa Spanyol Memasuki Indonesia Bangsa Spanyol menyusul bangsa Portugis melakukan penjelajahan dunia dan menjadi pelopor kolonialisme. Christhoporus Colombus (1451-1506) adalah seorang marinir Genoa, Italia yang mengabdi pada Raja Spanyol. Dia mengajukan permohonan bantuan kepada Raja Spanyol untuk mencari sumber rempah-rempah di dunia timur. Permintaan itu dipenuhi dengan memberikan tiga buah kapal yang bernama St. Maria, Pinta dan Nina beserta 88 orang pelaut. Ketika Colombus sampai di Kepulauan Bahama, Colombus merasa dirinya telah sampai di kepulauan Hindia yang merupakan sumber rempah-rempah. Pada tahun 1521 bangsa Spanyol (Ferdinan Magelhaens) berhasil untuk pertama kali mendarat di Tidore (Maluku) kemudian singgah di Bacan dan Jailolo. Mereka tergabung dalam Ekspedisi MagelhaensDel Cano. Kedatangan bangsa Spanyol disambut baik oleh masyarakat setempat karena pada saat itu rakyat Maluku sedang bersengketa dengan Portugis. Kedatangan Spanyol di Maluku merupakan keberhasilan bangsa Spanyol dalam mencapai daerah yang diidam- idamkan, yaitu daerah sumber penghasil rempah-rempah. Orang-orang Spanyol senang berdagang di Maluku sehingga jumlahnya makin banyak. Bagi Portugis, kehadiran Spanyol merupakan pelanggaran atas hak monopolinya. Akibatnya, timbul persaingan antara Portugis dan pedagang Spanyol. Persaingan tersebut sejalan dengan pertentangan antara Sultan Ternate dan Sultan Tidore. Sultan Ternate bersekutu dengan Portugis, sedangkan Sultan Tidore bersekutu dengan Spanyol. Puncaknya, Portugis dan Spanyol menempuh jalan perundingan yang dilaksanakan di Saragosa (Spanyol) pada tahun 1529. Perundingan itu menghasilkan kesepakatan yang disebut Perjanjian Saragosa. Isi Perjanjian Saragosa 1529, antara lain sebagai berikut. a. Spanyol harus meninggalkan Maluku dan melakukan perdagangan di Filipina. b. Portugis tetap melakukan kegiatan perdagangan di Kepulauan Maluku. Dengan perjanjian tersebut, Spanyol segera meninggalkan Maluku. Bangsa Portugis berusaha keras menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku dengan praktek monopoli.
3. Masuknya Bangsa Belanda Pada April 1595 Belanda memulai pelayarannya menuju Nusantara dengan empat buah kapal di bawah pimpinan Cornelis de Houtman dan De Keyzer. Pelayaran menuju timur menempuh rute BelandaPantai Barat AfrikaTanjung HarapanSamudra HindiaSelat SundaBanten. Pada saat itu Banten dibawah pemerintahan Maulana Muhammad (1580- 1605). Pelayaran bangsa Belanda ke Indonesia selalu menjauhi jalur pelayaran Portugis. Pelayaran de Houtman memasuki wilayah Nusantara melalui Selat Sunda. Pada bulan Juni 1596 Belanda datang ke Indonesia dan berhasil mendarat di Banten dipimpin oleh Cornelius da Houtman dan Pieter Keyzer. Pada awal kedatangannya, Belanda mendapat sambutan yang baik dari masyarakat Banten. Belanda mendapat izin untuk berdagang di Banten. Akan tetapi, Belanda melakukan penekanan sehingga rakyat Banten berbalik memusuhi dan mengusirnya. Beberapa orang Belanda ditangkap dan barang dagangannya disita. Armada Belanda yang belum mendapat barang dagangan harus mundur dari Banten menuju ke kepulauan Maluku. Pada tanggal 2 Oktober 1596 Belanda kembali lagi ke Banten untuk mengadakan perjanjian persahabatan. Suasana damai ini pun tidak berlangsung lama karena sejak tanggal 28 Oktober 1596 sudah terjadi ketegangan antara Belanda dan Portugis. Keduanya saling berebut pengaruh terhadap Sultan Banten. Portugis berhasil mendekati Banten dan merusak hubungan Banten dengan Belanda. Dengan demikian, terjadilah perang Belanda melawan Banten dan Portugis. Belanda diusir dari Banten, kemudian berlayar ke arah timur. Sesampainya di Bali mereka berlabuh dan melakukan perdagangan. Pada saat itu, masyarakat Bali tidak mengadakan pengusiran karena Belanda telah mengubah sikap sombongnya. Pada tanggal 28 November 1598, rombongan baru dari Negeri Belanda di bawah pimpinan Jacob van Neck dan van waerwyck dengan delapan buahkapal tiba di Banten. Pada saat itu hubungan Banten dengan Portugis memburuksehingga kedatangan Belanda diterima dengan baik. Sikap Van Neck sangat hati-hati dan pandai mengambil hati para pembesar Banten. Pengaruhnya, ketiga buah kapalnya penuh dengan muatan rempah-rempah ketika pulang ke Negeri Belanda. Lima kapalnya yang lain menuju ke Maluku. Keberhasilannya dalam perdagangan rempah-rempah mendorong orang-orang Belanda datang ke Indonesia. Akibatnya, makin banyak bangsa Belanda yang datang ke Indonesia sehingga terjadi persaingan di antara pedagang- pedagang Belanda sendiri. Di Negeri Belanda, banyak berdiri persekutuan dagang dan pelayaran. Setiap persekutuan dagang saling bersaing secara ketat. Di samping itu, mereka masih harus menghadapi persaingan dagang dengan Portugis, Spanyol, dan Inggris. Akibatnya, mereka saling merugi dan berarti tujuan semula dari persekutuan dagang Belanda itu tidak tercapai. Atas prakarsa pembesar Belanda yang bernama Olden Barneveldt, semua persekutuan dagang Belanda yang ada di Hindia (Indonesia) disatukan menjadi sebuah persekutuan besar. Persekutuan dagang besar di Hindia tersebut disebut Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). VOC berdiri secara resmi pada tahun 1602 dan membuka kantor pertama di Banten (1602) yang dikepalai oleh Francois Wittert. Tujuan dibentuknya VOC, antara lain sebagai berikut: a. Menghindari persaingan yang tidak sehat sesama pedagang Belanda sehingga keuntungan dapat diperoleh secara maksimal. b. Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dengan bangsa Eropa ataupun bangsa Asia lainnya. c. Membantu pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol yang ingin menguasai wilayah Belanda. d. Mendapatkan monopoli perdagangan, baik impor maupun ekspor. Pada tahap permulaan, VOC belum mempunyai kelebihan apa pun dibandingkan dengan persekutuan dagang bangsa lain, baik dari segi modal, kapal, personalia, maupun persenjataannya. Pada saat itu VOC hanya memiliki satu kelebihan, yaitu memiliki tata kerja yang teratur, rapi, dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat. Kelebihan itu sangat menentukan keberhasilan setiap gerak langkah VOC. Belanda mengakui VOC terus bergerak maju. Tindakannya makin mantap dan pengaruhnya makin besar sehingga setapak demi setapak dapat mendesak bangsa-bangsa Eropa lainnya ke luar Indonesia. VOC juga berhasil mematahkan rantai perdagangan bangsa Indonesia yang sebenarnya besar, tetapi tanpa organisasi.
4. Masuknya Bangsa Inggris Pemerintahan Inggris di Indonesia dikendalikan oleh letnan gubernur jenderal Thomas Stamford Raffles. Ia memerintah di Indonesia dari tahun 1811-1816. Tindakan yang dilakuakan oleh Raffles pada masa pemerintahannya di Indonesia adalah membagi daerah Jawa menjadi 16 karesidenan, membentuk susunan baru dalam pengadilan yang didasarkan pada pengadilan Inggris. Di samping sebagai kepala pemerintahan jajahan Inggris atas wilayah Indonesia, Raffles juga sangat tertarik pada sejarah kebudayaan dan kesenian dan kesusasteraan Jawa. Salah satu karanganny berjudul History of Java yang berisi tentng sejarah Java. Setelah Napoleon Bonaparte dikalahkan di Leipzig dan kemudian tertangkap, maka tahun 1814 melalui Konvensi London, Inggris mengembalikan daerah kekuasaan Belanda yang pernah dikuasai oleh Inggris. Tahun 1816 John Fendal menyerahkan wilayah jajahan di Indonesia kepada Belanda
12. PERKEMBANGAN KEKUASAAN BARAT DI INDONESIA C. Masa Kekuasaan Bangsa Portugis di Indonesia (1511-1641). Pada tahun 1511, Malaka berhasil direbut oleh Portugis di bawah pimpinan Alfonso d Albuquerque. Sejak saat itu Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis. Dengan demikian Bangsa Portugis dapat mengadakan perdagangan langsung dengan daerah-daerah yang ada di Indonesia, seperti Ternate, Ambon, Banda, dan Timor. Bangsa Portugis berusaha menanamkan kekuasaannya di daerah Maluku. Hal ini dilakukan agar dapat memonopoli perdagangan rempah-rempah. Namun tindakan-tindakan Bangsa Portugis yang semakin sewenang-wenang dan bertindak kejam terhadap rakyat telah menimbulkan pertentangan antara rakyat Maluku dengan bangsa Portugis. Semboyan dari penjelajahan Bangsa Portugis, yaitu berusaha untuk menyebarkan agama Katolik pada daerah-daerah yang dikuasainya. Fransiscus Xaverius, seorang misionaris, telah menyebarluaskan agama Katolik di Ambon, dan membawah pengaruh terhadap bangsa Indonesia seperti bahasa Portugis yang turut memperkaya jumlah kata dalam bahasa Indonesia antara lain gereja, mentega, San Dominggo, dan sebagainya. Adapun seni musik yang digemari oleh masyarakat Indonesia adalah seni musik keroncong yang berasal dari seni musik Portugis.
D. Masa Kekuasaan Bangsa Belanda dan Inggris di Indonesia. 2. Bangsa Belanda a. Kekuasaan VOC (Kompeni Belanda) di Indonesia Pada tahun 1602 Olden Barneveldt memprakarsai pedagang-pedagang Belanda untuk mendirikan perkumpulan dagang yang disebut Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) atau dalam bahasa Indonesia disebut Kompeni Belanda. VOC diberi hak istimewa (hak oktori) sehingga menjadi badan yang berdaulat. Hak istimewah VOC antara lain : 1) Hak monopoli untuk berdagang antara Amerika Selatan dengan Afrika. 2) Hak untuk memelihara angkatan perang, berperang, mendirikan benteng-benteng dan menjajah, 3) Hak untuk mengangkat pegawai-pegawainya. 4) Hak untuk memberi pengadilan, 5) Hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri. Sebalinya VOC mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi terhadap pemerintah Belanda, yaitu : 1) Bertanggung jawab kepada Staten General (Badan Perwakilan), 2) Pada waktu perang harus membantu pemerintah Belanda dengan uang dan angkatan perang. Dalam waktu singkat VOC berkembang dengan pesat dan menguasai pusat-pusat perdagangan.seperti di Maluku VOC berusaha menguasai perdagangan dan melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan VOC dalam melaksanakan monopoli perdagangan antara lain : 1) Monopoli perdagangan yang sangat merugikan rakyat. 2) Ekstirpasi, yaitu menebang tanaman rempah-rempah milik penduduk supaya produksi rempah-rempah tidak berlebihan. 3) Hongi tochten (pelayaran hongi), menyususri pantai yang dilengkapi dengan angkatan perang untuk mengawasi para pedagang Maluku agar tidak menjual rempah-rempah kepada pedagang lain. 4) Verplichte leverantie, rakyat wajib menyerahkan pajak berupa hasil bumi di daerah yang tidak dikuasai VOC. 5) Preanger stelsel, kewajiban bagi rakyat untuk menanam kopi didaerah Priangan. 6) Contingenten, rakyat diwajibkan membayar pajak berupa hasil bumi. Pada akhir abad ke-18, VOC mengalami kemunduran akibat kerugian yang sangat besar dan memiliki utang yang sangar besar. Hal ini diakibatkan oleh : 1) Banyaknya korupsi yang dilakukan oleh para pegawai VOC. 2) Persaingan dagang dari bangsa Prancis dan Inggris. 3) Penduduk di Indonesia, terutama Jawa telah menjadi miskin, sehingga tidak mampu membeli barang-barang yang dijual oleh VOC. 4) Anggaran pegawai terlalu besar akibat semakin luasnya wilayah kekuasaan VOC. 5) Biaya perang sangat besar. Akibat kerugian yang diderita VOC, maka pada tahun 1799 VOC dibubarkan.
b. Pemerintahan Daendels di Indonesia Pada tahun 1808, Daendels diangkat menjadi gubernur jendral atas wilayah Indonesia. Tugas utamanya adalah untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan pasukan Inggris. Dalam upaya tersebut, perhatian Daendels hanyalah terhadap pertahanan dan ketentaraan. Untuk memperkuat angkatan perangnya, Daendels melatih orang-orang Indonesia, karena tidak mungkin ia menambah tentaranya dengan orang-orang yang didatangkan dari negeri Belanda. Disamping itu, atas dasar pertimbangan pertahanan, Daendels memerintahkan pembuatan jembatan pos dari Anyer di Jawa Barat sampai Panarukan di Jawa Timur. Pembuatan jalan ini menggunakan tenaga rakyat dengan sistem kerja rodi atau kerja paksa. Setelah pembuatan jalan selesai, Daendels memerintahkan pembuatan perahu-perahu kecil, karena perahu-perahu perang Belanda tidak mungkin dikirim dari negeri Belanda ke Indonesia. Selanjutnya membuat pelabuhan-pelabuhan tempat bersandarnya perahu-perahu perang itu.
2. Bangsa Inggris Pada tahun 1811, tentara Inggris mengadakan serangan terhadap wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Belanda. Pasukan Inggris tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi pasukan Belanda. Sejak tahun 1811 itu juga wilayah Indonesia menjadi daerah jajahan East India Company (EIC) badan perdagangan Inggris yang berpusat di Kalkuta India, yang dipimpin oleh Gub. Jend. Lord Minto. Untuk wilayah Indonesia di angkat Thomas Raffles sebagai pemegang pemerintahan dengan pangkat Letnan Gubernur Jendral. Tindakan yang dilakukan oleh Raffles pada masa pemerintahannya adalah membagi daerah Jawa atas 16 daerah keresidenan, dengan tujuan untuk mempermudah pemerintah melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah yang dikuasainya.
3. Pemerintahan Kolonial Belanda a. Komisaris Jendral Setelah dilakukan perjanjian antara Inggris dengan Belanda pada Konvensi London (1814), daerah jajahan di Indonesia dikembalikan kepada Belanda. Untuk mengurus pengembalian itu, dikirim komisi jendral yang terdiri atas Van der Capellen, Elout dan Buyskes (1816). Tugas komisi jendral itu sangat berat, yaitu memperbaiki system pemerintahan dan perekonomian. Perbaikan ekonomi ini bertujuan agar dapat mengembalikan utang-utang Belanda yang cukup besar akibat perang-perang yang dilakukan dalam menghadapi Napoleon maupun perang-perang yang dilakukan dalam menghadapi kerajaan-kerajaan di Indonesia.
b. Sistem Tanam Paksa (cultuurstelsel) Rakyat pribumi mengartikan cultuurstelsel dengan sebutan tanam paksa, karena dalam pelaksanaannya proyek penanaman dilakukan dengan cara-cara paksa dan bagi yang melanggar dihukum fisik. Adapun sebab-sebab dilaksanakan tanam paksa di Indonesia antara lain : 1) Pemerintah Belanda dililit utang luar negeri. 2) Pemerintah Belanda banyak mengeluarkan biaya untuk perang. 3) Pemasukan uang dari penanaman kopi tidak banyak. 4) Terjadinya perang kemerdekaan Belgia yang diakhiri dengan pemisahan Belgia dari Belanda tahun 1830.
c. Politik Etis Latar belakang munculnya politik etis adalah : 1) Adanya pelaksanaaan tanam paksa yang mendatangkan keuntungan melimpah bagi Belanda dan kerugian serta penderitaan rakyat Indonesia. 2) Upaya pemerintah Belanda untuk memperkuat pertahanan negeri jajahan yang dilakukan dengan cara penekanan dan penindasan terhadap rakyat. 3) Eksploitasi terhadap tanah dan penduduk Indonesia. 4) Rakyat kehilangan hak miliknya yang utama yaitu tanah. 5) Adanya kritik dari kaum intelektual Belanda seperti Van Kol, Van Deventer, dan De Waal