Anda di halaman 1dari 21

GASTROENTERITIS PADA ANAK

I. Definisi

Menurut WHO (1998) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih

dari tiga kali sehari

Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan

gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai

peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-

kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan bentuk feses yang cair, dapat

disertai dengan darah atau lendir (Suratun, 2010. Hal 136).

Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan

konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya;

dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu

Jenis - jenis diare secara klinik di bedakan tiga (3) yang masig-masing

mencerminkan pathogenesis yang berbeda dan memerlukan pendekatan yang

berlainan dalam pengobatannya.

Diare cair akut adalah diare yang terjadi secara akut dan berlangsung

kurang dari 7 hari dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering

tanpa darah. Mungkin disertai muntah atau panas. Diare cair akut dapat

menyebabkan dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang, juga

mengakibatkan kurang gizi. Kematian terjadi karena diare. Peyebab diare cair

akut di Negara berkembang adalah : Eschericia coli enterotoxogenik, Shigella,

Campylobacter Jejuni, dan Crystoporidium . di beberapa tempat Vibrio cholera,

1
Salmonella, dan E.coli enteropatogenik. Diare melanjut adalah diare yang yang

berlangsung antara 7 sampai 14 hari.

Diare Persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Episode

ini dapat di mulai sebagai diare cair atau disentri. penyebab diare pada diare

persisiten E.coli, Shigella, dan Criptosporidium.

Diare kronik adalah diare yang diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

dan bukan disebabkan oleh non bakterial seperti penyakit sensitive terhadap

glutein dan gangguan metabolism yang menurun.

Disentri adalah diare yang disertai darah pada tinja. Akibat terpenting

disentri adalah anoreksi , penurunan berat badan dengan cepat , dan kerusakan

mukosa usus karena bakteri invasi. Penyebab utama disentri adalah Shigella, dan

Campilobacter jejuni. Yang jarang adalah E.coli enteroinvasiv atau Salmonella.

Entamoeba Histolytica dapat menyebabkan disentri yang serius pada orang

dewasa muda tapi jarang pada anak-anak.

II. Etiologi

Menurut Harry Ganna (2008) dan Budiarso (2010) ada beberapa

penyebab diare yaitu sebagai berikut :

Faktor infeksi

a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan

makanan yang merupakan penyebab utama diare)

i. Infeksi bakteri : vibrio, E. coli,

salmonela, shigella, campylobacter, yersinia, aeromonas, dan

sebagainya

2
ii. Infeksi virus : enterovirus, adenovirus,

rotavirus, astrovirus, daii lain-lain

iii. Infeksi parasite : cacing (ascaris),

protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, tricomonas

hominis dan jamur (candida albicans)

b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis

Media Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, brankopneumoma, ensefalitis,

dan sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)

Faktor Malabsorpsi

 Malabsorbsi karbohidrat

 Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa

 Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa

 Molabsorbsi lemak

 Molabsorbsi protein

Faktor makanan

 Makanan beracun

 alergi terhadap makanan

Lain-lain

 Imunodefisiensi

 Gangguan psikologis (cemas dan takut)

 Faktor-faktor langsung:

o KEP (Kurang Energi Protein)

o Kesehatan pribadi dan lingkungan

o Sosioekonomi

3
III. Patofisiologi

Diare adalah kehilangan banyak cairan elektrolit melalui tinja. Bayi kecil

mengeluarkan tinja kira-kira 5g /kgbb/hari. Jumlah ini meningkat 200 gr /kgbb/

hari pada orang dewasa. Penyerapan air terbanyak terjadi di usus, kolon

memekatkan isi usus pada keadaan pada keadaan osmotik tinggi.kelainan yang

menggangu usus cenderung menyebabkan diare yang lebih banyak. Sedangkan

kelainan yang terjadi di kolon cenderung menyebabkan diare yang lebih sedikit.

Disentri dengan volume sedikit dan sering , tenesmus, rasa ingin buang air besar,

dan tinja betrdarah adalah gejala utama kolitis.

Dasar semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, perpindahan

air melalui membran usus berlangsung secara pasif dan ini di tentukan oleh aliran

larutan secara aktif maupun pasif terutama natrium dan klorida dan glukosa.

Patomekanisme diare kebanyakan dapat di jelaskan dari kelainan sekretorik,

osmotik, motilitas, kombinasi dari hal tersebut. Ada 3 prinsip mekanisme

terjadinya diare cair sekretorik dan osmotik. Infeksi usus dapat menyebabkan

diare dengan 3 mekanisme tersebut. Diare sekretori lebih sering terjadi dan

keduanya dapat terjadi pada satu pasien .

Gangguan sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit kedalam

usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh villi gagal sedangkan sekresi

klorida oleh sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah

sekresi cairan yang mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh

sebagai tinja cair. Hali ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada infeksi

4
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toxin

bakteri seperti toxin Eschericia coli dan Vibrio colera atau rotavirus

Gangguan osmotik , mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat

dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik

antara isi usus dengan cairan ekstrasellular. Dalam keadaaan ini diare dapat terjadi

apabila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan tidak dapat diserap. Jika bahan

semacam itu berupa larutan isotonik, air, dan bahan yang larut didalamnya akan

lewat tanpa diabsorsi sehingga terjadilah diare .

Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan menyebabkan

berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare-

Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh

berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula (Behrman, 2010).

Sebagai akibat diare akan terjadi:

1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan

gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)

2. Gangguan gizi bisa mengakibatkan penurunan berat badan dalam waktu

yang singkat oleh karena makanan sering dihentikan oleh orangtua

karena takut diare/muntah bertambah hebat. Walaupun susu diteruskan

sering diencerkan dalam waktu yang lama. Makanan yang diberikan sering

tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena adanya

hiperperistaltik

3. Gangguan sirkulasi darah akibat diare dengan/tanpa muntah-muntah dapat

terjadi syok hipovolemik. Hal ini menyebabkan perfusi jaringan berkurang

dan dapat menyebabkan hipoksi (Budiarso, 2010)

5
IV. Manifestasi Klinis

Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan

berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna

tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan, Daerah anus dan

sekitarnya timbul luka lecet karena sering deflkasi dan tinja yang asam akibat

laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul

sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang

atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan

cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi mulai

tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung

(bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila berdasarkan terus

berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut

jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien

tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang

(oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas

cepat dan dalam (pernafasan kusmaul) (Depkes,2008).

6
V. Derajat Dehidrasi

Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :



Kehilangan BB

1. Dehidrasi ringan ; menurun BB 0 - 5%

7
2. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%

3. Dehidrasi berat : menurun BB > 10%

PENILAIAN A B C
Lihat
Keadaan Umum Baik, sadar *Gelisah, rewel
*Lesu,lunglai, tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air Mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa Haus Minum Biasa, Tidak *Haus ingin minum *Malas minum atau
haus banyak tidak bias minum
Periksa Turgor Kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat
lambat
Derajat Dehidrasi TANPA DEHIDRASI DEHIDRASI DEHIDRASI BERAT
RINGAN SEDANG Bila ada 1 tanda* + 1
Bila ada 1 tanda* + atau lebih tanda lain
1 atau lebih tanda
lain
Terapi Rencana Terapi A Rencana terapi B Rencana C

VI. Pemeriksaan Penunjang



Feses  makroskopik (warna, konsistensi, darah(-/+), lendir (-/+) )

 Mikrokopik (leukosit, kista, telur cacing, )



Darah (darah rutin, GDS, elektrolit.) 5

VII. Diagnosis banding

 Diare Akut

 Diare Persisten

 Diare Kronik

 Disentri

VIII. Kriteria Diagnosis

Anamnesis

Buang air besar lebih cair/ encer dari biasanya, frekuensi > 3 x / hari

8

Dapat disertai darah (disentri)


Dapat terjadi muntah , nyeri perut atau panas

Pemeriksaan fisik

Tanda dan gejala tanpa dehidrasi atau,


Tanda dan gejala dehidrasi ringan sedang atau,


Tanda dan gejala dehidrasi berat dengan atau tanpa syok


Dapat disertai atau tidak tanda dan gejala gangguan keseimbangan

elektrolit dan atau gangguan keseimbangan asam basa.

Laboratorium

Feses : dapat disertai darah atau lender

PH asam  diare osmotic

Leukosit > 5 / LPB - disentri

ELISA (bila memungkinkan untuk etiologi virus)



Darah : Dapat terjadi gangguan elektrolit dan gangguan asam basa. 5

IX. Komplikasi

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)

2. Renjatan hipovolemik

3. Hipokalemia/ dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

takikardia

1. Hipoglikemi

2. Kejang, yang biasanya disebabkan oleh hipogloikemik, hiponatremi,

hipernatremia.

9
3. Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik) 2

X. Tatalaksana

a. Mencegah terjadinya dehidrasi

Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah

dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang

dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup. Bila tidak mungkin

memberikan cairan rumah tangga yang dianjukan , berikan air matang.

Macam Cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada :

 Kebiasaan setempat dalam mengobati diare

 Tersedianya cairan sari makanan yang cocok

 Jangkauan pelayanan Kesehatan

 Tersedianya oralit

b. Mengobati dehidrasi

Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera

dibawa ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan

yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat,

penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat

sebelum dilanjutkan terapi oral

c. Memberi makanan

Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan

sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering

10
diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari

biasanya. Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat

makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit

sedikit tetapi sering Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra

diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.

d. Mengobati masalah lain

Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain,

maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan

rehidrasi. Tidak ada Obat yang aman dan efektif untuk menghentikan

diare.2

Tentukan Derajat Dehidrasi


RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH
PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI

GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU :


 Teruskan mengobati anak diare dirumah
 Berikan terapi awal bila terkena diare lagi

1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk

mencegah dehidrasi

Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan

oralit,makanan yang cair (seperti sup, air tajin ) dan kalau tidak ada air

matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak

dibawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan

makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang dari pada makanan

11
yang cair ). Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah larutan

oralit seperti dibawah. Teruskan pemberian larutan ini hingga diare

berhenti 5

2. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi

Teruskan ASI, Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa

diberikan, untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan

padat , dapat diberikan susu,

Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat:

o Berikan bubur bila mungkin dicampur dengan kacanf-kacangan,

sayur, daging atau ikan , tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak

sayur tiap porsi

o Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menanbahkan

kalium

o Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau tumbuk

makanan dengan baik

o Bujuk anak untuk makan , berikan makanan sedikitnya 6 kali

sehari

o Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan

diberikan porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu

3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam

3 hari atau menderita sebagai berikut :



Buang Air besar cair lebih sering


Muntah berulang-ulang


Rasa haus yang nyata

12

Makan atau Minum sedikit


Demam


Tinja berdarah 5

Usia Jumlah Oralit yang diberikan Jumlah Oralit yang di sediakan


tiap BAB (ml) di rumah ((ml/hari)
<1 50 – 100 400 (2 bungkus)
1–4 100-200 600-800 (3-4 bungkus)
> 5 200-300 800- 1.000 (4-5 bungkus)
Dewasa 300-400 1.200- 2600

Tunjukan kepada ibu cara mencampur oralit


 Berikan sesendok the tiap 1-2 menit untuk usia < 2 tahun
 Berikanlah beberapa gelas untuk anak yang lebih tua
 Bila anak muntah tunggulah 20 menit. Kemudian berikan caiaran lain
untuk mendapatkankan tambahan oralit.
Komposisi Formula WHO (200 ml)
Na Klorida (garam ) : 0,7 g
Glukosa :4g
Atau
Sukrosa (gula biasa) :8g
Trisodium sitrat dihidrat :0,5 g
K Klorida : 0,3 g

RENCANA TERAPI B

13
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA

Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan
berikan oralit sesuai tabel dibawah ini
Umur Umur < 1 Tahun 1 – 4 Tahun > 5 Tahun Dewasa
Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah
Bujuk ibu untuk meneruskan ASI
Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100 200 ml air masak
selama masa ini

Setelah 3-4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian kemudian
pilih rencana terapi a , b atau c untuk melanjutkan terapi
 Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi A, Bila dehidras telah hilang
anak biasanya kemudian mengantuk dan tidur
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang Rencana terap B ,
tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi A
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi C
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
 Tunjukkan jumlah orait yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
 Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam
rencana terapi A
 Tunjukkan cara melarutkan oralit
 Jelaskan 3 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati anak dirumah
 Memberikan oralit atau cairanlain hingga diare berhenti
 Memberi makan anak sebagaimana biasanya
 Membawa anak ke petugas kesehatan.

14
RENCANA TERAPI C
UNTUK DEHIDRASI BERAT

Mulai diberikan cairan IV bila penderita bisa minum segera berikan oralit.
Sewaktu cairan IV di mulai beri 100 ml/kgBB

Umur Pemberian 30 Pemberian 70 ml / kgBB


ml/kgBB (jam )
(jam)
< 1 tahun 1 jam 5 jam

1 tahun ½ jam 2 ½ jam

Di ulangi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba


 Nilai lagi penderita 1-2 jam bila nadi belum teraba percepat tetesan intravena
 Berikan oralit 5ml/kgBB. Kemudian nilai kembali. Dan pilih rencana terapi yang
sesuai.

XI. Pencegahan

Air minum yang bersih dari sumber air yang terjaga kebersihannya dan

dimasak. Pengelolaan makanan yang dimasak dengan baik, untuk menghindari

kontaminasi. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, sebelum makan dan

sebelum menyiapkan makanan. Buang cepat tinja dengan cara memasukannya

kedalam jamban atau menguburkan. Berikan hanya ASI selama 4-6 bulan pertama,

teruskan pemberian ASI paling sedikit 1 tahun pertama. Berikan makanan sapihan

yang bersih dan bergizi mulai usia 4-6 bulan. Anak usia > 9 bulan yang tidak

menderita campak untuk imunisasi campak.

XII. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Aktivitas/ istirahat

15
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, tidak tidur semalam

karena diare, merasa gelisah dan ansietas, pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan

dengan efek proses penyakit

b. Sirkulasi

Tanda : Takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan

nyeri), kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K), TD : hipotensi, termasuk

postural, kulit/ membran mukosa (turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah

(dehidrasi/ malnutrisi)

c. Integritas Ego

Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tak berdaya/ tak ada harapan, stress

Tanda : Menolak, perhatian menyempit, depresi.

d. Eliminasi

Gejala : Tekstur feses bevariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair, episode

diare berdarah tak dapat diperkirakan, perdarahan per rectal, riwayat batu ginjal

(dehidrasi).

Tanda : Menurunnya bising usus, tak ada peristaltik atau adanya peristaltik yang

dapat dilihat, oliguria

e. Makanan/ Cairan

Gejala : Anoreksia, mual/ muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap

diet/ sensitif (buah, sayur, susu, dll)

Tanda : Penurunan lemak subkutan/ massa otot, kelemahan, tonus otot dan turgor

kulit buruk, membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut.

16
f. Higiene

Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis kekurangan

vitamin, bau badan.

g. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi).

Tanda : Nyeri tekan abdomen/ distensi.\

h. Keamanan

Gejala : Lesi kulit (nyeri tekan, kemerahan, dan membengkak).

Tanda : Riwayat lupus eritematosus, anemia metabolik, vaskulitis, peningkatan suhu

39,6-40, alergi terhadap makanan/ produk susu(mengeluarkan histamin kedalam

usus dan mempunyai efek inflamasi).

i. Seksualitas

Gejala : Frekuensi menurun/ menghindari aktivitas seksual.

j. Interaksi social

Gejala : Masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi, ketidakmampuan

aktif dalam sosial.

k. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : riwayat keluarga berpenyakit inflamasi usus, pertimbangan: DRG

menunjukan rerata lama dirawat : 7,1 hari, rencana pemulangan: bantuan dengan

program diet, obat dan dukungan psikologis

2. Diagnosa Keperawatan

a) Diare berhubungan dengan inflamasi, atau malabsorbsi usus

17
b) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan banyak

cairan (diare berat dan muntah).

c) Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi

d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

gangguan absorbsi nutrient.

e) Ansietas berhubungan dengan factor psikologis / rangsang simpatis (proses

inflamasi).

f) Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit,

akskoreasi fisura oerirektal.

g) Koping indivudu tidak efektif berhubungan dengan proses penyakit yang

tidak diduga.

h) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengingat informasi atau

tidak mengenal sumber

3. Rencana intervensi keperawatan

a. Diare berhubungan dengan inflamasi, atau malabsorbsi usus.

Tujuan: Melaporkan penurunan frekuensi defekasi,konsistensi kembali

normal

Intervensi :

1) Kaji faktor penyebab diare

2) Observasi dan catat frekwensi devekasi, karakteristi, jumlah dan factor

pencetus

3) Tingkatkan tirah baring

4) Identifikasi makanan dan cairan yang menyebabkan diare

5) Berikan larutan oralit atau LGG

18
6) Kolaborasi pemberian obat antikolinergi

7) Kolaborasi pemberian terapi antibiotik

b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

banyak cairan (diare berat dan muntah)

Tujuan : Mempertahankan volume cairan adekuat.

Intervensi :

1) Awasi masukan dan haluan, karakter dan jumlah feses

2) Kaji tanda vital

3) Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa, penurunan

turgor Kulit, pengisapan kapiler lambat.

4) Berikan cairan parenteral sesuai indikasi

5) Berikan obat sesuai indikasi antidiare

c. Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi

Tujuan: tubuh pasien kembali normal dengan kriteria hasil :

- Tanda-tanda vital stabil

- Membran mukosa lembab.

- Turgor kulit baik, kulit tidak kemerahan

Intervensi :

1) Observasi tanda-tanda vital

2) Kolaborasi pemberian antipiretik

19
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan

absorbsi nutrient.

Tujuan : Menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan

sesuai sasaran

Intervensi :

1) Timbang berat badan tiap hari

2) Dorong tirah baring dan/atau pembatasan aktifitas selama fase sakit

akut.

3) Anjurkan untuk menghindari makanan yang merangsang

4) Dorong pasien untuk menyatakan Permasalahaan mulai makan diet

5) Pertahankan puasa sesuai indikasi

6) Berikan nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi

e. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis / rangsang simpatis

(proses inflamasi)

Tujuan : Menurunkan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai

tingkat yang dapat ditangani

Intervensi :

1) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan, berikan umpan balik

2) Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan

orang lain

3) Bantu klien belajar mekanisme koping baru misalnya tekhnik

mengatasi stress, keterampilan organisasi

4) Berikan lingkungan tenang dan istirahat

20
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliagman: Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol2 Jakarta 2010

Budiarso, Aswita.dkk. Pendidikan Medik Pembatasan Diare Buku Ajar Diare

Pegangan Mahasiswa . Jakarta: Departement Kesehatan R.I PPM & PLP.

2010

Depatemen Kesehatan. Diare Pada Anak . Senin, 8 Januari. 2018.

www.depkes.go.id

Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan

Terapi. Edisi 3. Bandung : 2008

Gsianturi. Probiotik dan Prebiotik untuk Kesehatan. Senin , 8 Januari, 2018.

www.gizinet.com

Suratun. 2010. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC 2007

Putra, Sanjaya. Suraatmaja, Sudaryat. Dkk. Effect of probiotics supplementation

on acute diarrhea in infants: a randomized double blind clinical trial.

Paediatrica Indonesiana, Vol. 47, No. 4, July 2009

21

Anda mungkin juga menyukai