Dedi Adha*
ABSTRAK
Semua pasien post operasi akan mengalami nyeri setelah efek anastesi hilang. Operasi mayor
menimbulkan trauma fisik yang luas dan menyebabkan nyeri yang lebih, apabila tidak ditangani
dengan benar mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pernafasan, suhu tubuh, bahkan dapat
meningkatkan kolaps kardiovaskuler dan syok.Berdasarkan data medical record RSUP. Dr. M.Djamil
Padang tahun 2012 pasien post operasi mayor yang berada dirawat inap Irna bedah berjumlah 513
orang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan respon
terhadap nyeri pasient post operasi mayor di Irna bedah RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Penelitian ini menggunakan desain Deskiptif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional, yang
telah dilakukan di Irna Bedah RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 22 Mei -7 Juni 2014. Sampel
diambil dengan teknik accidental samplingdan didapatkan 30 orang responden. Data dikumpulkan
dengan menggunakan kuesioner dan lembar ceklis, kemudian diolah secara komputerisasi
menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji Chi-square
Hasil penelitian ini didapatkan 36,7% mengalami nyeri sedang, 56,7% berumur dewasa, 56,7%
perempuan, 40% mengalami cemas sedang, ada hubungan umur (p value = 0,014), jenis kelamin (p
value = 0,011), kecemasan (p value = 0,020) dengan respon nyeri pasien post operasi mayor di Irna
Bedah RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Diharapkan pada perawat yang bertugas di bangsal bedah untuk dapat memberikan
penyuluhan pre operasi agar pasien lebih tergambar tentang tindakan yang akan dilakukan serta efek
yang ditimbulkan, serta mengajarkan pasien teknik dasar dalam penanganan nyeri. Apabila pasien
mengalami masalah psikologis anjurkan pasien untuk mengungkapkan dengan orang yang dapat
dipercaya .
Alamat Korespondensi :
*Dedi Adha
Staf Pengajar Program Studi D III Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Jln. Jamal Jamil Pondok Kopi - Siteba
PENDAHULUAN Jenis kelamin merupakan perbedaan
Definisi nyeri dari McCaffery merupakan yang telah dikodratkan Tuhan. Perbedaan antara
pedoman awal yang sangat berguna untuk laki-laki dan perempuan tidak sekadar bersifat
mengkaji nyeri. Nyeri adalah apapun yang biologis, akan tetapi juga dalam aspek sosial
menyakitkan tubuh yang dikatakan individu kultural ini merupakan dampak dari sebuah
yang mengalaminya, yang ada kapanpun proses yang membentuk berbagai karakter sifat
individu mengatakannya. Peraturan utama gender. Karakteristik jenis kelamin dan
dalam merawat pasien dengan nyeri adalah hubungannya dengan sifat keterpaparan dan
bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun tingkat kerentanan memegang peranan
penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu tersendiri,(ex: tidak pantas kalau laki-laki
keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri). (
pada laporan pasien bahwa itu ada. (Smeltzer, Syamsuhidayat, 2008)
Bare, 2002). Kecemasan adalah ketegangan, rasa
Berdasarkan waktu kejadian, nyeri dapat tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena
dikelompokan sebagai nyeri akut dan nyeri dirasakan terjadi sesuatu yang tidak
kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi menyenangkan tetapi sumbernya sebagian
dalam waktu 1 detik sampai dengan <6 bulan, besar tidak diketahui dan berasal dari dalam.
biasanya terjadi pada penyakit akut, pada Kecemasan selalu ada ketika nyeri diantisipasi
pembedahan dengan awitan yang cepat dan atau dialami secara langsung dan meningkatkan
tingkat keparahan yang bervariasi. Sedangkan intensitas nyeri yang dialami. Nyeri menjadi
nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam >6 lebih buruk ketika kecemasan, ketegangan, dan
bulan. (Tamsuri,2012). kelemahan muncul (Tamsuri 2007).
Menurut Potter dan Perry (1993); Umumnya diyakini bahwa kecemasan yang
Torrance dan Sergison (1997) secara umum relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat
respon pasien terhadap intensitas nyeri terbagi meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri.
atas respon perilaku dan respon yang Ditinjau dari aspek fisiologis, kecemasan yang
dimanifestasikan oleh otot dan kelenjar otonom. berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan
Banyak faktor yang mempengaruhi nyeri persepsi pasien terhadap nyeri. Secara klinik,
diantaranya adalah Umur, Jenis kelamin, kecemasan pasien menyebabkan menurunnya
Kecemasan, kultur, makna nyeri, perhatian, kadar serotonin. Serotonin merupakan
pengalaman masa lalu, pola koping, support neurotransmitter yang memiliki andil dalam
keluarga dan sosial. Toleransi terhadap nyeri memodulasi nyeri pada susunan saraf pusat. Hal
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia inilah yang mengakibatkan peningkatan sensasi
seseorang. Makin bertambahnya usia seseorang nyeri. (Smeltzer, Bare, 2002).
makin bertambah pula pemahaman terhadap Rasa nyeri timbul hampir setelah tiap
nyeri dan usaha untuk mengatasinya (Tamsuri jenis operasi, karena terjadi torehan, tarikan,
2007). manipulasi jaringan dan organ. Dapat juga
Pada orang dewasa kadang melaporkan terjadi akibat stimulasi ujung saraf oleh bahan
nyeri jika sudah patologis dan mengalami kimia yang dilepaskan pada saat operasi atau
kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung karena iskhemi jaringan akibat gangguan suplay
memendam nyeri yang dialami, karena mereka darah ke salah satu bagian, seperti karena
menganggap nyeri adalah hal yang alamiah spasmus otot, atau odema. Setelah operasi
yang harus dijalani. Cara lansia bereaksi faktor lain yang menambah rasa nyeri seperti
terhadap nyeri dapat berbeda dengan cara infeksi, distensi, spasmus otot diseputar daerah
bereaksi orang yang lebih muda. Karena individu torehan, pembalut yang ketat atau gips
lansia mempunyai metabolisme yang lebih (Morison, 2004).
lambat dan rasio lemak tubuh terhadap massa Berdasarkan data medical record RSUP. Dr.
otot lebih besar dibanding individu berusia lebih M.Djamil Padang sejak 1 Januari - 31 Desember
muda, oleh karenanya analgesik dosis kecil 2012 pasien post operasi mayor yang berada
mungkin cukup untuk menghilangkan nyeri dirawat inap Irna bedah berjumlah 513 orang,
pada lansia. (Retnopurwandi, 2008) yang terdiri dari 308 perempuan dan 205 laki-
laki. Serta 128 lansia, 227 dewasa, 158 remaja
dengan tingkat kecemasan yang berbeda-beda. untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan
Dapat dirata-ratakan pasien post operasi mayor dengan intensitas nyeri pasien post operasi
berjumlah 43 setiap bulannya. mayor di instalasi rawat inap bangsal bedah
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh RSUP. Dr.M. Djamil Padang.
Nahrul hayat tahun 2010 tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan intensitas nyeri Populasi penelitian yang digunakan dalam
pasien post op mayor di Irna bedah penelitian ini adalah sekitar 43 orang pasien
RSUP.DR.M.Djamil Padang tahun 2010, post operasi mayor di instalasi rawat inap
didapatkan hasil ada pengaruh usia,jenis bangsal bedah RSUP. Dr.M. Djamil
kelamin,dan kecemasan terhadap intensitas Padang.Sampel dalam penelitian ini adalah
nyeri pasien post mayor di Irna bedah seluruh pasien post operasi mayor yang ditemui
RSUP.DR.M.Djamil padang. di Bangsal Bedah RSUP DR M.Djamil Padang dan
memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan kriteria
METODE PENELITIAN diatas, sehingga pasien yang memenuhi syarat
untuk menjadi reponden pada penelitian ini
Penelitian ini menggunakan desain Deskiptif berjumlah 30 orang.
Analitik dengan pendekatan Cross Sectional,
Tabel 1. Distribusi Frekwensi Respon Nyeri Pasien Post Operasi Mayor Di Irna Bedah
RSUP. Dr. M.Djamil Padang Tahun 2014
2. Umur
Tabel 2. Distribusi Frekwensi Umur Pasien Post Operasi Mayor Di Irna Bedah
RSUP. Dr. M.Djamil Padang Tahun 2014
2. Dewasa 17 56,7
Jumlah 30 100
3. Jenis kelamin
4. Kecemasan
Jumlah 30 100
F % F % f % f % f %
Lansia 1 7,7 2 15,4 7 53,8 3 23,1 13 100
Dewasa 5 29,4 9 52,9 2 11,8 1 5,9 17 100
Total 6 11 9 4 30
Tabel 6 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Respon Nyeri Pasien Post Operasi Mayor di
Irna Bedah RSUP. Dr. M.Djamil Padang.Tahun 2014