Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS KRONIS

MAKALAH

oleh

Kelompok 2

Dosen Pembimbing: Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GASTRITIS KRONIS
MAKALAH
Makalah Ini dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
oleh

Kelompok 2
Desi Trisari NIM 152310101116
Ekfatil Mardiyah NIM 152310101120
Nury Palupi DW NIM 152310101122
Intan Maulidia Y NIM 152310101125
Andrita Asida NIM 152310101127
Rifatus Syarifah NIM 152310101129
Bella Fitra M NIM 152310101131
Iin Dwi Puji L NIM 152310101227
Muhammad Cholilurrohman H NIM 152310101229
Nisa Tsabita NIM 152310101231
Selasih Ilmi Nafiah NIM 152310101237
Iham Rega Ekananda NIM 152310101322
Ajib Dwi Santoso NIM 152310101342
Erik Verawati NIM 172310101222
Ilham Febriyanto NIM 172310101223
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017

ii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gastritis Kronis ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB., selaku Dosen Penanggung Jawab Mata
Kuliah Keperawatan Medikal yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian
dalam penulisan makalah ini;
2. Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB., selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian untuk membimbing penulis dalam
penulisan makalah ini;
3. keluarga besar penulis yang telah senantiasa memberikan dorongan dan doanya
demi terselesaikannya makalah ini;
4. semua pihak yang tidak dapat disebutkan sau per satu.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Jember, 25 September 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN SAMPUL LUAR ........................................................................................ i

HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................................... ii

PRAKATA ..................................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iiv

DAFTAR GAMBAR ......................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................. Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang....................................... Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ................................. Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................................... 4

1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................... 4

1.4 Manfaat ................................................................................................... 4

1.4.1 Bagi Mahasiswa .................................................................................. 4

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan .................................................................... 4

1.4.3 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan .................................................... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................... Error! Bookmark not defined.

2.1 Anatomi Lambung ................................. Error! Bookmark not defined.

2.2 Pengertian Gastritis ............................................................................... 5

2.3 Epidemiologi Gastritis ............................................................................ 5

2.4 Etiologi Gastritis ..................................................................................... 6

2.5 Klasifikasi Gastritis ................................................................................ 8

2.6 Patofisiologi Gastritis ............................ Error! Bookmark not defined.

2.7 Pathway Gastritis ................................... Error! Bookmark not defined.

iv
2.8 Manifestasi Klinis Gastritis ................... Error! Bookmark not defined.

2.9 Pemeriksaan Penunjang Gastritis .......... Error! Bookmark not defined.

2.10 Penatalaksanaan Medis Gastritis ........... Error! Bookmark not defined.

BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS KRONIS ................ 17

3.1 Pengkajian ............................................. Error! Bookmark not defined.

3.2 Diagnosa Keperawatan (NANDA) ........ Error! Bookmark not defined.

3.3 Intervensi Keperawatan ......................... Error! Bookmark not defined.

3.4 Implementasi Keperawatan .................................................................. 24

3.5 Evaluasi Keperawatan (SOAP) ............................................................ 26

BAB 4 APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................... 28

4.1 Contoh Kasus........................................................................................ 28

4.2 Pengkajian ............................................................................................ 28

4.3 Diagnosa Keperawatan ......................................................................... 36

4.4 Intervensi Keperawatan ........................................................................ 37

4.5 Implementasi Keperawatan .................................................................. 40

4.6 Evaluasi Keperawatan .......................................................................... 42

BAB 5. PENUTUP ........................................................................................................ 44

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 44

5.2 Saran ..................................................................................................... 44

5.1.1 Bagi Mahasiswa ................................................................................ 44

5.1.2 Bagi Petugas Kesehatan .................................................................... 44

5.1.3 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan .................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 45

BAB 1. PENDAHULUAN

v
1.1 Latar Belakang

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub-mukosa lambung.
Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanyain filtrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di
klinik penyakit dalam (Hirlandalam Sudoyo,2006).
Penyakit gastritis yang dikenal dengan gastritis saluran pencernaan bagian atas
yang banyak dikeluhkan masyarakat dan paling banyak dibagian gastroenterologi
(Mustakim, 2009). Hirlan (2006), menyatakan gastritis bukanlah penyakit tunggal,
tetapi beberapa kondisi yang mengacu pada peradangan lambung. Biasanya peradangan
tersebut merupakan akibat dari infeksi bakteri yang dapat mengakibatkan borok
lambung yaitu Helicobacter Pylory.
Budiana (2006), mengatakan bahwa gastritis ini tersebar di seluruh dunia dan
bahkan diperkirakan diderita lebih dari 1,7 milyar. Pada negara yang sedang
berkembang infeksi diperoleh pada usia dini dan pada negara maju sebagian besar
dijumpai pada usia tua. Angka kejadian infeksi gastritis Helicobacter pylory pada
beberapa daerah di Indonesia menunjukkan data yang cukup tinggi. Menurut
Maulidiyah dan Unun (2006), di Kota Surabaya angka kejadian gastritis sebesar 31,2%,
Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi Helicobacter pylory cukup
tinggi sebesar 91,6%. Adanya penemuan infeksi Helicobacter pylory ini mungkin
berdampak pada tingginya kejadian gastritis. Faktor etiologi gastritis lainnya adalah
asupan alcohol berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-
obatan (18%) danteraphyradiasi (2%) (Herlan, 2001).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di salahsatu rumah sakitswasta
di Jawa Tengah pada tahun 2010, penyakit gastritis berada di peringkat ke-6 dari
sepuluh besar penyakit dalam, pada pasien rawat jalan. Dalam tahun 2010 jumlah
penderita gastritis sebanyak 507 orang pada pasien rawat jalan, sedangkan pada pasien
rawat inap sebanyak 225 orang. Rata – rata perbulannya penderita gastritis selama tahun
2010 adalah 61 orang, dari jumlah pasien rawat jalan maupun rawat inap.

2
Keluhan gastritis merupakan suatu keadaan yang sering dan banyak dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita jumpai penderita gastritis kronis selama
bertahun-tahun pindah dari satu dokter ke dokter yang lain untuk mengobati keluhan
gastritis tersebut. Berbagai obat-obatan penekan asam lambung sudah pernah diminum
sepertiantasid, namun keluhan selalu datang silih berganti. Keluhan yang
berkepanjangan dalam menyembuhkan gastritis ini, dapat menimbulkan stress. Sekitar
10% penderita gastritis mengalami stress danpengobatannyamengeluarkanbiaya yang
tidaksedikit. Bagipenderita gastritis, stress ini bukan tidak mungkin justru menambah
berat gastritis penderita yang sudah ada (Budiana, 2006).
Gastritis adalah penyakit yang dapat kambuhs ewaktu-waktu, dan biasanya
gastritis kambuh karena beberapa faktor sebagai berikut, yakni: Konsumsi alcohol
secara berlebihan karena dapat mengikis dan mengiritasi mukosa lambung sehingga
dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung bahkan dalam keadaan normal.
Penggunaan kokain juga merusak lambung dan dapat menyebabkan perdarahan.
Merokok, dan mengkonsumsi kafein berlebihan juga bisa menjadi penyebab kambuhnya
gastritis. Kurangnya olah raga, stress psikologis dan pola makan yang tidak teratur.
Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan, edukator, advokat,
konselor, manajer, koordinator, penelitian. Sebagai educator perawat membantu klien
dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan mengenai penyakit gastritis,
sehingga klien dapat melakukan pencegahan gastritis tidak kambuh berulang dan
melakukan pencegahan komplikasi – komplikasi yang dapat tejadi akibat dari gastritis.
Perawat juga berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan secara komprehensif yang
sesuai dengan standar operasional prosedur.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diambil adalah bagaimana konsep dan aplikasi
asuhan keperawatan pada pasien gastritis kronis.

3
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah mahasiswa dapat mengatahui
bagaimana Asuhan Keperawatan pasien dengan Gastritis Kronis dan untuk masyarakat
umum dapat mengatahui bahayanya penyakit Gastritis Kronis.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep penyakit gastritis kronis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan gastritis
kronis.
3. Mahasiswa dapat mengetahui aplikasi asuhan keperawatan dengan gastritis kronis.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui dan belajar tentang konsep Gastritis Kronis pada
manusia. Mahasiswa juga diharapkan dapat memperluas wawasannya tentang cara
pencegahan, penyebab dan dapat menganalisa suatu masalah keperawatan yang
berhubungan dengan Gastritis Kronis.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan kemajuan kepada Program Studi Ilmu Keperawatan UNEJ
karena dengan pembuatan makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa
keperawatan Universitas Jember bahkan se-Indonesia tentang asuhan keperawatan
kepada pasien Gastritis Kronis.
1.4.3 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Tenaga Kesehatan/Pelayan Kesehatan dapat mengetahui dan mengoreksi
mengenai konsep, pencegahan, penyebab, beserta masalah keperawatannya yang
berhubungan dengan Gastritis Kronis.

4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Lambung (Gaster)

(Gambar 2.1 Anatomi Lambung)

Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Kardia.
2. Fundus.
3. Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :

5
1. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2. Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.
3. Prekursor pepsim, enzim yang memecahkan protein.

2.2 Definisi Gastritis

Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut
kronik, difus atau local (Soepaman, 1998). Gastritis adalah inflamasi dari mukosa
lambung (Arif Mansjoer, 1999). Gastritis adalah radang mukosa lambung
(Sjamsuhidajat, R, 1998). Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau
perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau lokal
(Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422).

Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa gastritis


merupakan inflamasi mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.

2.3 Epidemiologi

Adanya kasus gastritis di masyarakat :

1. Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit Hospital pada
tahun 2010 ditemukan jumlah pasien yang dirawat dengan penyakit infeksi pada
saluran pencernaan adalah 55% dengan diare, 34.5% dengan gastritis, 4%
dengan infeksi usus, 3.5% dengan peritonitis16, dan 3% dengan penyakit infeksi
lainnya.

6
2. Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia menjaga kesehatan lambungnya,
menyebabkan jumlah penderita gastritis mengalami grafik kenaikan. Di penjuru
dunia saat ini penderita gastritis mencapai 1.7 miliar. Hasil penelitian riset Brain
& Co dengan PT. Kalbe Farma tahun 2010, terhadap 1.645 responden di Medan,
Jakarta, Surabaya dan Denpasar mengungkapkan 60% dari jumlah responden
menderita gastritis.
3. Menurut Dr.Ari Fahrial Syam Sp PD-KGEH MMB dari Divisi Gastroenterologi-
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSUPN Cipto Mangunkusumo, dari
hasil penelitian yang dilakukan RSCM pada sekitar 100 pasien dengan keluhan
dispepsia17, didapatkan 20% penderita yang mengalami kelainan organik.
Kelainan ini ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan
menggunakan endoskopi18. Suatu penelitian lain dengan junlah pasien yang
cukup besar dan melibatkan pusat endoskopi pada beberapa kota di Indonesia
juga menunjukkan tingginya penderita gastritis kronis. Dari 7.092 kasus
dispepsia yang dilakukan endoskopi, ditemukan 86.41% pemderita mengalami
dispepsia fungsional. Data-data penelitian dari luar negeri juga menunjukkan
angka yang tidak terlalu berbeda.

2.4 Etiologi

Gastritis kronik penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui,
tetapi ada dua predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik,
yaitu infeksi dan non infeksi (Muttaqin, 2011).

a) Gastritis infeksi
Beberapa peneliti menyebutkan bakteri Helicobacter pylori merupakan
penyebab utama dari gastritis kronik (Anderson, 2007).
Infeksi Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Saat ini Infeksi
Helicobacter pylori diketahui sebagai penyebab tersering terjadinya gastritis
(Wibowo, 2007; Price dan Wilson, 2005). Infeksi lain yang dapat menyebabkan

7
gastritis kronis yaitu Helycobacter heilmannii, Mycobacteriosis, Syphilis,infeksi
parasit dan infeksi virus (Wehbi, 2008).
b) Gastritis non-infeksi
1. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding
lambung, 15 menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung
dan mengganggu produksi faktor intrinsik yaitu sebuah zat yang
membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12. Kekurangan vitamin B-12
akhirnya dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah kondisi serius
yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh.
Autoimmue atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua (Jackson,
2006).
2. Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam
empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau Aspirin (Mukherjee,
2009).
3. Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang menyebabkan
ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung dan gastritis
sekunder dari terapi obat-obatan (Wehbi, 2008).
4. Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan
berbagai penyakit, meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener
granulomatus, penggunaan kokain, Isolated granulomatous gastritis,
penyakit granulomatus kronik pada masa anak-anak, Eosinophilic
granuloma, Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma cell
granulomas, Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis, dan granulomas
yang berhubungan dengan kanker lambung (Wibowo,2007).
5. Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis dan injuri
radiasi pada lambung (Sepulveda, 2004).

8
Menurut Muttaqin (2011) Penyebab dari gastritis antara lain :

1. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS (indometasin,


ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi
(mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi
mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol ; seperti : whisky,vodka, dan gin.
3. Infeksi bakteri ; seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii, streptococci,
staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli, tuberculosis, dan
secondary syphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.
5. Infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis.
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks ususlambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan . makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen iritasi mukosa
lambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu ( komponen penting
alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa
lambungsehingga menimbulkan respon peradangan mukosa.
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung.
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi
dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.
2.5 Klasifikasi

Klasifikasi gastritis (Mansjoer, 2001):

1. Gastritis Akut
Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan erosi pada bagian superfisial. Pada gastritis ditemukan sel inflamasi
akut dan neutrofil mukosa edema, merah dan terjadi erosi kecil dan perdarahan

9
(Price dan Wilson, 2005). Gastritis akut terdiri dari beberapa tipe yaitu gastritis
stres akut, gastritis erosif kronis, dan gastritis eosinofilik. Semua tipe gastritis
akut mempunyai gejala yang sama. Episode berulang gastritis akut dapat
menyebabkan gastritis kronik (Wibowo, 2007).
a. Gastritis akut erosif disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis
lambung).
b. Gastritis akut hemoragic disebut hemoragic karena pada penyakit
ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalan berbagai
derajat dan terjadi erosi 15 yang berarti hilangnya kontunuitas
mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada
mukosa lambung tersebut. ( Hirlan, 2001)

2. Gastritis Kronik

Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun


sering bersifat multifaktor dengan perjalanan klinik bervariasi (Wibowo, 2007).
Gastritis kronik ditandai dengan atropi progresif epitel kelenjar disertai
hilangnya sel parietal dan chief cell di lambung, dinding lambung menjadi tipis
dan permukaan mukosa menjadi rata. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan
tiga perbedaan yaitu gastritis superfisial, gastritis atropi dan gastritis hipertropi
(Price dan Wilson, 2005).
a. Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta
perdarahan dan erosi mukosa.
b. Gastritis atropi, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan
mukosa. Pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan
kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan
karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.
c. Gastritis hipertropi, suatu kondisi dengan terbentuknya
nodulnodul pada mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis
dan hemoragik.

10
2.6 Patofisiologi

Terjadinya grastistis kronis masih belum jelas diketahui. Tetapi ada beberapa
teori yang berhubungan dengan kondisi kerusakan permukaan mukosa lambung secara
menahun ( guyton,1996), yaitu sawar lambung dan penetrasinya pada gastritis, serta
atrofi lambung.

Sawar lambung dan penetrasinya pada gastritis. Absorpsi pada lambung,


normalnya sangat rendah.derajat absorpsi yang rendah ini terutama disebabkan oleh dua
gambaran spesifik dari mukosa lambung, antara lain (1) lambung dilapisi oleh sel-sel
mukosa yang sangat resisten,yang menyekresi mukus yang sangat kental dan lekat , (2)
mukosa lambung mempunyai sambungan yang sangat rapat (tight junctions) antara sel –
sel epitel yang berdekatan dua hal ini kemudian bersama- sama ditambah dengan
hambatan- hambatan absorpsi lambung atau bisa disebut “sawar lambung”.

Pada gatritis, permeabilitas sawar sangat meningkat , ion hidrogen kemudian


berdifusi ke dalam epitel lambung mengakibatkan kerusakan tambahan dan
menimbulkan suatu lingkaran kerusakan , serta atrofi progesif mukosa lambung ,
peristiwa ini juga mengakibatkan mukosa lambung rentan terhadap pencernaan peptida
sehingga sering menyebabkan ulkus lambung (Lewis, 2000)

Atrofi lambung. Pada banyak orang yang mengalami gastritis autoimun ,


mukosa secara bertahap menjadi atrofi sampai sedikit atau tidak ada aktivitas kelenjar
lambung yang tersisa. Mempunyai automunitas terhadap mukosa lambung, hal ini
menyebabkan atrofi lambung.kehilangan sekresi lambung pada atrofi lambung
menimbulkan aklorhidria, aklorhidria berarti benar – benar gagal menyekresi asam
hidroklorida . hipoklorhidria berarti asam berkurang , biasanya bila asam tidak disekresi
maka pepsin juga tidak disekresi, meskipun aklorhidria berhubungan dengan penurunan
atau bahkan tidak adanya kemampuan pencernaan oleh lambung, keseluruhan
pencernaan makanan pada semua traktus gastrointestinal tetap hampir normal. Hal ini
sebenarnya terjadi karena tripsin dan enzim – enzim lain yang disekeresi pankreas tetap
mampu mencerna sebagian besar protein pada makanan (Guyton, 1996)

11
Sekresi lambung yang normal mengandung glikoprotein yang disebut faktor
intrinsik, faktor intrinsik bergabung dengan vitamin B12 , dan kemudian melindunginya
dari pencernaan dan penghancuran selama melewati gastrointestinal kemudian
mencapai ileum terminalis ,faktor intrinsik berkaitan dengan reseptor pada permukaan
epitel ileum , hal ini sebaliknya membuat vitamin B12 dapat diabsorpsi , pada keadaan
tidak ditemukan faktor intrinsik hanayk seperlima B12 yang dapat diabsopsi oleh karena
itu tidak diperoleh adekuat makan sehingga terjadi kegagalan pematangan sumsum
tulang yang mengakibatkan anemia pernisiosa (Price,1995)

Pylori merupakan bakteri gram negatif yang dapat hidup didalam lambung
dengan membentuk lapisan mukus dan menutupi permukaan eptelium lambung, bakteri
ini dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Adanya peningkatan asam deudenum juga
akan menjadi presipitasi pengeluaran garam empedu secara normal akan menghambat
pertumbuhan H.pylori , kerusakan progresif juga terjadi pada doudenum dan
menghadirkan metaplasia dilambung. Dengan proses secara berulang , maka akan
terjadi gangguan struktur duodenum dan lambung sehingga mengakibatkan
terbentukanya jaringan ulkus peptikum dan menimbulkan kaker lambung (Mukherjee,
2009).

Gastritis limfosik merupakan tipe peradangan mukosa lmbung kronis dengan


penebalan permukaan dan foveolat eptelium oleh T limfosit dan disetai dengan
infiltrasi pada lamina propia, sedangkan gastritis eonsinofilik terjadi akibat infiltrasi
selektif eosinofil pada mukosa lambung , walaupun kondisi ini masih bersifat idiopatik
(Guentin, 2006).

Gastritis iskemia dipercaya merupakan kondisi ini dapat menyumbat arteri-


arteri seliaka dan mesentrika superior, kondisi ini akan menurunkan aliran beberapa
area dilambung dan akan menimbulkan reasi iskemia pada area tersebut dengan
menampilkan peradangan pada mukosa sekitarnya (Sipponn,1999).

12
2.7 Pathway

Predisposisi infeksi Gastropati Terbentuknys Infiltrasi


bakteri helicobakter akibat kimia, trombus pada eosinofil pada
pylori, kondisi refulks arteri- arteri mukosa
2.7 Pathway
helicobakteri garam empedu seliak dan
hellmanni,
kronis mesentrika
microbacteriosis
2.8 superior
dan syphilis Gastritis
eosinofil

Penurun iskemia
Infeksi virus, Minuman
an Stres
infeksi beralkohol
imunitas psikologi
parasit ,makan
an dan s
minuman
iritan
Efek radiasi
pada
mukosa Sintesis prostaglandin
Sekresi h+ meningkt sekresi
pepsinogen meningkat
Perlindungan mukosa
Atrofi, erosi menurun
Perfusi darah
dan lokal menurun
pendarahan

Permeabilitas
sawar lambung
Fungsi barier terganggu Garam empedu
meningkat,
kerusakan dan
atrofi progesif
mukosa
lambung
menurun
Agragasi Bahan Kimia
meningkat

Gastritis
kronik

13
Mual, muntah dan Respon saraf lokal Gangguan absorbsi Respon
anoreksia dan iritasi mukosa vitamin b12 psikologi

Intake nutrisi tidak Difesiensi


adekuat kehilangan nyeri kobalamin
cairan dan elektrolit
kecemasan

Anemia
Aktual atau resiko pernisiosa
ketidakseimbangan nutrisi
Peningkatan
kurang dari kebutuhan
karsinoid lambung
resiko ketidakseimbangan
cairan

2.8 Manifestasi Klinis

Gastritis kronis dibedakan menjadi dua, yaitu gastritis kronis tipe A dan gastritis
kronis tipe B. Tipe A berkaitan dengan penyakit autoimun dan terjadi pada fundus atau
korpus lambung. Tipe B berkaitan dengan bakteri H. Pylori dan terjadi pada antrum dan
pilorus. Manifestasi klinisnya sebagai berikut :
1. Gastritis Kronis Tipe A : pada dasarnya asimptomatik kecuali untuk gejala
gejala defisiensi vitamin B12.
2. Gastritis Kronis Tipe B : pasien mengeluh anoreksia, nyeri ulu hati setelah
makan, bertahak (sendawa), rasa asam dalam
mulut, atau mual dan muntah.

14
2.9 Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi
Pemeriksaan penunjang pilihan pertama bagi pasien dispepsia dan bagi
perdarahan saluran pencernaan bagian atas (untuk diagnosis dan terapi
endoskopik pada perdarahan).
2. Tes untuk Helicobacter Pylori
a. Pemeriksaan histologis pada biopsi antrum.
b. Tes CLO untuk ureae bacterial dan jaringan antrum yang didapatkan dengan
biopsi Helicobacter Pylori menghasilkan urease yang menghidrolisis ureum
menjadi NH3 dan CO2-ureum ditambahkan secara in vitro dan deteksi NH3
dilakukan dengan melihat perubahan warna pada indikator yang sensitif
terhadap pH.
c. Tes nafas ureum dengan label 13 C, yaitu ureum yang diberi radiolabel
dicerna kemudian 13 CO2 yag dihasilkan melalui hidrolisis di absorpsi, di
ekskresikan dalam paru dan terdeteksi pada nafas.
d. Pengukuran antibodi terhadap Helicobacter Pylori dalam darah.
3. Radiologi dengan Kontras Barium

2.10 Penatalaksanaan Medis

Menurut Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare (2002) penatalaksanaan


gastristis terdiri dari :

1. Gastritis akut
Diatasi dengan menginstruksikan untuk menghindari minuman alcohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menelan cairan perlu diberikan secara
parenteral. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau
alkalis. Pengobatan gastritis akut terdiri dari pengenceran dan penetralisasi agen
penyebab

15
1) Untuk menetralkan asam, digunakan antasida asam (missal alumunium
hidroksida), untuk menetralisasi alkali dengan makan jus lemon encer atau
cuka encer.
2) Bila korosi luas atau berat, emotik dan loyase dihindari karena bahaya
perforasi. Terapi pendukung mencakup intubasi sederhana, antasida serta
cairan intravena. Endoskopi fiberoptik mungkin diperlukan pembedahan
darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan
perforasi. Gastrojejenostomi/ reseksi lambung mungkin diperlukan untuk
mengatasi obstruksi pylorus.
2. Gastritis kronis
Diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi
stress dan melalui farmakoterapi II. Pylori dapat diatasi dengan antibiotik (seperti tetra
siklin atau amoksisilin) dan garam bismus (pepto-bismol). Pasien gastritis A biasanya
mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibodi terhadap
faktor intrinsik.

16
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS KRONIS

3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Pasien biasa mengeluh nyeri di ulu hati, tidak nafsu makan, mual atau muntah
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya mual muntah,sebelum atau sesudah makan,
setelah mencerna makanan pedas atau mengiritasi atau setelah mencerna
obat tertentu atau alkohol.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit lambung atau pembedahan lambung sebelumnya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga apakah pernah mengalami penyakit lambut atau
tidak
d. Riwayat psikososial
Adanya keluhan yang ada hubungan dengan ansietas, depresi, dan stress
4. Pola Kesehatan Fungsional
Berdasarkan kutipan dari Carpenito (2009), Gordon telah
mengembangkan suatu system untuk mengatur pengkajian keperawatan
berdasarkan fungsi sehat yang diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Pola Persepsi-Penanganan Kesehatan: pola sehat (kesejahteraan yang
dirasakan), pengetahuan tentang gaya hidup dan hubungan dengan sehat,
pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif, ketaatan pada ketentuan
medis dan keperawatan.

17
b. Pola Nutrisi- Metabolik: pola makanan, tipe makanan, masukan cairan, berat
actual (penurunan atau penambahan berat badan), nafsu makan, dan
kebiasaan menkonsumsi makanan berbumbu dan minuman dengan
kandungan kafein dan alkohol.
c. Pola Eliminasi: pola defekasi (perubahan), adanya diare, kostipasi.
d. Pola Aktivitas-Latihan: pola latihan, aktivitas, rekreasi, kemampuan untuk
mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat diri, merawat rumah, bekerja,
makan, belanja, masak)
e. Pola Tidur- Istirahat: pola tidur, istiiahat, persepsi, kualitas dan kuantitas.
f. Pola Kognitif-Perceptual: penglihatan, belajar, meraba, membau,
kemampuan bahasa, kemampuan membuat keputusan, ingatan, mengeluh
karena ketidaknyamanan.
g. Pola Persepsi Diri-Konsep Diri: sikap diri, rasa lebih baik, persepsi
mengenai kemampuan, perasaan tidak berdaya
h. Pola Peran-Hubungan: pola hubungan, peran tanggung jawab, kepuasan
dengan hubungan, dan pertanggungjawaban.
i. Pola Seksual- Reproduksi: menstruasi, riwayat reproduksi, kepuasan tentang
hubungan seksual, identitas seksual, masalah-masalah sebelum atau sesudah
menopause, kebenaran tentang pendidikan seks.
j. Pola koping-toleransi stress: tingkat stres, ansietas
k. Pola nilai- kepercayaan: nilai, tujuan, keyakinan, praktik spiritual, merasa
konflik dalam menilai
5. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita ada tidaknya nyeri, demam, mual muntah,
perubahan mental dan tanda-tanda vital
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah

18
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.
c. Sistem integument
Perubahan turgor kulit dan membran mukosa kering, warna kulit
d. Sistem pernafasan
Dalam sistem pernafasan kaji ketajaman penciuman Bentuk dada, adanya
nyeri tekan atau tidak, bunyi Suara nafas.
e. Sistem kardiovaskuler
Adanya megaloblastik anemia, adanya gejala gagal jantung, frekuensi nadi
dan bunyi jantung
f. Sistem gastrointestinal
Adanya mual munta, ulkus lidah, anoreksia, penurunana berat badan, diare
dan malabsobsi
g. Sistem urinary
Kaji frekuensi buang air besar, warna serta nyeri saat buang air kecil.
h. Sistem musculoskeletal
Menghitung ROM dan megukur kekuatan otot
i. Sistem neurologis
Adanya demiekinisasi, degenaris akson dan kematian neural dengan
memberikan pengaruh pada saraf perifer, posterior dan lateral dari kolum
spina dan serebrum.
j. Seksualitas
memeriksa kemungkinan adanya infeksi dan iritasi
.
6. Pemeriksaan penunjang
a. pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah : memeriksa jumlah sel darah mereh untuk mengetahui
ada tidaknya anemia
b. pemeriksaan histopatologi pada byopsi mukosa lambung

19
c. pemeriksaan endoskopi : pemeriksaan penunjang bagi pasien dyspepsi dan
bagi pendarahan saluran pencernaan bagian atas yang ditandai dengan
terdapat kerusakan sebagian kelenjar fundus .
d. gastroskopi : pada fundus dan korpus, hampir tidak tampak lagi rugae.
Mukosa pucat dan pembuluh darah sub mukosa kelihatan.

3.2 Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan
output cair yang berlebih (mual dan muntah).
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress
psikologi.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake
asupan gizi.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian,
nyeri.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

20
3.3 Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil NIC
1. Kekurangan volume Tujuan: • Penuh ikebutuhan individual.
cairan kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama • Anjurkan klien untuk minum (dewasa :
kebutuhan tubuh 1x 24 jam intake cairan adekuat. 40-60 cc/kg/jam).
berhubungan dengan Kriteria Hasil: • Berikan cairan tambahan IV sesuai
intake yang tidak adekuat • Mukosa bibir lembab indikasi.
dan output cair yang • Turgor kulit baik • Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor
berlebih (mual dan • Pengisian kapiler baik kulit, pengisian kapiler dan membrane
muntah). • Input dan output seimbang mukosa.
• Kolaborasi pemberian cimetidine dan
ranitidine
2. Nyeri berhubungan Tujuan: • Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi,
dengan iritasi mukosa Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama intensitas nyeri, dan skala nyeri
lambung sekunde rkarena 2 x 24 jam nyeri dapat berkurang, pasien dapat • Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri
stress psikologi tenang dan keadaan umum cukup baik segera saat mulai
Kriteria Hasil: • Pantau tanda-tanda vital
• Klien mengungkapakan nyeri yang • Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada
dirasakan berkurang atau hilang klien serta keluarganya
• Klien tidak menyeringai kesakitan • Anjurkan istirahat selama fase akut

21
• TTV dalam batasan normal • Anjurkan teknik distruksi dan relaksasi
• Intensitas nyeri berkurang (skala nyeri • Berikan situasi lingkungan yang kondusif
berkurang 1-10) • Kolaborasi dengan tim medis dalam
• Menunjukkan rileks, istirahat tidur, pemberian tindakan
peningkatan aktivitas dengan cepat
3. Nutrisi kurang dari Tujuan: • Anjurkan pasien untuk makan dengan
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama porsi yang sedikit tapi sering
berhubungan dengan 3x24 jam kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi. • Berikan makanan yang lunak
kurangnya intake Kriteria hasil: • Lakukan oral hygiene
makanan • Keadaan umum cukup • Timbang BB denganteratur
• Turgor kulit baik • Observasi tekstur, turgor kulit pasien
• BB meningkat • Observasi intake dan output nutrisi
• Kesulitan menelan berkurang
4. Ansietas berhubungan Tujuan: • Awasi respon fisiologi misalnya:
dengan perubahan status Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala,
kesehatan, ancaman dapat menunjukkan kecemasan berkurang atau sensasi kesemutan.
kematian, nyeri. hilang. • Dorong pernyataan takut dan ansietas,
Kriteria hasil: berikan umpan balik.
• Mengungkapkan perasaan dan • Berikan informasi yang akurat.
pikirannya secara terbuka • Berikan lingkungan yang tenang untuk

22
• Melaporkan berkurangnya cemas dan istirahat.
takut • Dorong orang terdekat untuk tinggal
• Mengungkapkan mengerti tentang dengan pasien.
proses penyakit • Tunjukan tekni krelaksasi.
• Mengemukakan menyadari terhadap
apa yang diinginkannya yaitu
menyesuaikan diri terhadap perubahan
fisiknya
5. Kurang pengetahuan Tujuan: • Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan)
berhubungan dengan Klien mendapatkan informasi yang tepat dan tentang penyakit,
kurangnya informasi. efektif. • Beri kesempatan klien atau keluarga
Kriteria hasil: untuk bertanya, beritahu tentang
 Klien dapa tmenyebutkan pengertian pentingnya obat-obatan untuk
 Penyebab kesembuhan klien.
 Tanda dan gejala • Evaluasi tingkat pengetahuan klien
 Perawatan dan pengobatan.

23
3.4 Implementasi
No Tanggal Diagnosa Implementasi
1. 25 September 2017 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan - Memenuhi kebutuhan individual.
intake yang tidak adekuat dan output cair yang Menganjurkan klien untuk minum (dewasa
berlebih (mual dan muntah). : 40-60 cc/kg/jam).
- Memberikan cairan tambahan IV sesuai
indikasi.
- Mengawasi tanda-tanda vital, evaluasi
turgor kulit, pengisian kapiler dan membran
mukosa.
- Mengkolaborasi pemberian cimetidine dan
ranitidine
2. 25 September 2017 Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa - Memperhatikan lokasi, itensitas nyeri, dan
lambung sekunder karena stress psikologi. skala nyeri
- Menganjurkan pasien untuk melaporkan
nyeri segera saat mulai
- Memantau tanda-tanda vital
- Menjelaskan sebab dan akibat nyeri pada
klien serta keluarganya
- Menganjurkan istirahat selama fase akut

24
- Menganjurkan teknik distruksi dan relaksasi
- Memberikan situasi lingkungan yang
kondusif
- Mengkolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian tindakan
3. 25 September 2017 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh - Menganjurkan pasien untuk makan dengan
berhubungan dengan kurangnya intake makanan porsi yang sedikit tapi sering
- Memberikan makanan yang lunak
- Melakukan oral hygiene
- Menimbang BB dengan teratur
- Mengobservasi tekstur, turgor kulit pasien
- Mengobservasi intake dan output nutrisi
4. 25 September 2017 Ansietas berhubungan dengan perubahan status - Mengawasi respon fisiologi misalnya:
kesehatan, ancaman kematian, nyeri. takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala,
sensasi kesemutan.
- Mendorong pernyataan takut dan ansietas,
berikan umpan balik.
- Memberikan informasi yang akurat.
- Memberikan lingkungan yang tenang untuk
istirahat.

25
- Mendorong orang terdekat untuk tinggal
dengan pasien.
- Menunjukan teknik relaksasi.
5. 25 September 2017 Kurang pengetahuan berhubungan dengan - Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan)
kurangnya informasi. tentang penyakit, beri kesempatan klien
atau keluarga untuk bertanya, beritahu
tentang pentingnya obat-obatan untuk
kesembuhan klien.
- Evaluasi tingkat pengetahuan klien

3.5 Evaluasi

No Tanggal Diagnosa Evaluasi TTD


1. 27 September Kekurangan volume cairan berhubungan dengan S :Klien mengatakan mukosa lembab, ABS
2017 intake yang tidak adekuat dan output cair yang makan dan BAB lancar
berlebih (mual dan muntah). O:TTV normal
A:Tujuan intervensi tercapai
P:Hentikan intervensi
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung S :Klien mengatakan sakit sudah berkurang ABS
sekunder karena stress psikologi. O:TTV normal, klien tampak rileks

26
A:Tujuan intervensi tercapai
P:Hentikan intervensi

3. 27 September Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan S :Klienn mengatakan sudah bisa menelan ABS
2017 dengan kurangnya intake makanan tanpa sakit
O:TTV normal, BB meningkat
A:Intervensi tercapai sebagian
P:Lanjutkan intervensi
4. 27 September Ansietas berhubungan dengan perubahan status S :Keluarga mengatakan pasien sudah ABS
2017 kesehatan, ancaman kematian, nyeri. rileks
Klien mengatakan cemasnya berkurang
O:Pasien tampak rileks
A : Intervensi tercapai sebagian
P:Lanjutkan intervensi
5. 27 September Kurang pengetahuan berhubungan dengan S :Klien dapat menyebutkan pengertian ABS
2017 kurangnya informasi. tanda gejala dan penyebab dari penyakit
tersebut
O:Klien tampak sudah mengerti
A :Intervensi tercapai sebagian
P:Lanjutkan intervensi

27
BAB 4. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Contoh Kasus

Ny. A adalah seorang wanita yang berusia 56 tahun, datang ke IGD RSUD
Palabuhanratu jam 19.00 tanggal 19 september 2016 dengan keluhan nyeri pada ulu
hati 4 hari yang lalu disertai mual muntah. Tiga hari kemudian, Ny. A mengeluh nyeri
kembali pada ulu hati, dengan skala nyeri 5 disertai mual muntah saat dilakukan
pengkajian (PQRST).Ny. A juga menyatakan bahwa ia tidak nafsu makan.Ny. A
mengatakan pernah dirawat di rumah sakit 3 tahun yang lalu, dengan penyakit yang
sama dan ketika ditanya mengenai penyakit yang diderita, ia tidak tahu. Keluarga pasien,
Nn. N mengatakan bahwa pasien sering tidak mau makan dan ketika sakit, Ny. A akan
berobat ke puskesmas.

4.2 Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : Ny.A

Umur : 56 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pekerjaan : Pedagang

Pendidikan : SD

Status : Kawin

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Nn. N

Umur : 27 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Pedagang

Pendidikan : SMA

28
Status : Kawin

Hubungan dengan pasien : Anak

Diagnosa Medis : Gastritis Kronis

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Saat MRS: Klien datang ke IGD RSUD Palabuhanratu jam 19.00 tanggal 19
september 2016 dengan keluhan nyeri pada ulu hati 4 hari yang lalu disertai mual
muntah.

Saat Pengkajian (PQRST): Pada tanggal 21 september 2016 dilakukan pengkajian,


klien mengeluh nyeri pada ulu hati, dengan skala nyeri 5 disertai mual muntah.

b. Keluhan Penyerta: Klien mengatakan tidak nafsu makan.


c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah di rawat di Rumah sakit: Klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit
3 tahun yang lalu, dengan penyakit yang sama
2) Obat-obatan yang pernah digunakan: Obat-obatan yang sering digunakan ketika di
rumah biasanya obat dari warung.
3) Tindakan (operasi): Klien mengatakan belum pernah melakukan operasi.
4) Alergi: Klien mengatakan tidak memiliki alergi makanan maupun alergi obat-
obatan.
5) Kecelakaan: Klien mengatakan pernah mengalami kecelakaan 3 tahun yang lalu.
6) Imunisasi: Keluarga mengatakan klien di imunisasi pada saat masih kecil.

4. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola Menejemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
1) Tingkat Pengetahuan Kesehatan atau Penyakit
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya.
2) Perilaku untuk Mengatasi Masalah Kesehatan
Anak pasien mengatakan,“Jika sakit selalu berobat ke puskesmas.”

29
3) Faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
Anak pasien mengatakan bahwa pasien sering tidak mau makan.
b. Pola Istirahat Tidur
Sebelum Sakit: Anak pasien mengatakan sebelum sakit kebutuhan tidur pasien tidak
terganggu. Tidur ±7-8 jam.Mulai pukul 21.00-05.00, tidur dengan nyenyak, tidak
gelisah, dan tidak sering terjaga pada malam hari.

Selama Sakit:Anak pasien mengatakan selama sakit kebutuhan tidur pasien


terganggu. Tidurnya tidak teratur, mulai pukul 19.00, kadang hanya 1-2 jam
kemudian terbangun, lalu tidur lagi. Pasien sering merasa gelisah, tidurnya tidak
nyenyak, dan sering terjaga pada malam hari karena nyeri pada perutnya dan pasien
merasa nyei pada luka di bokongnya.

c. Pola Nutrisi Metabolik


Sebelum Sakit:Anak pasien mengatakan, sebelum sakit makan dan minum pasien
tidak mengalami masalah. Makan 3x/hari dengan nasi, sayur, dan lauk dan habis 1
porsi.Tidak mual dan tidak muntah.Minum ± 6-8 gelas/hari.

Selama Sakit:Anak pasien mengatakan, selama sakit nafsu makan pasien menurun.
Makan 3x/hari namun sedikit sedikit dan tidak habis.Kadang pasien mengeluh mual
dan ingin muntah.Minum hanya sedikit, 3-4 gelas/hari.

d. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit:Anak pasien mengatakan, sebelum sakit BAB pasien teratur, 1x/hari,
tidak keras dan tidak cair. BAK sering, 5-6x/hari dan tidak nyeri saat BAK.

Selama Sakit:Anak pasien mengatakan, selama sakit BAB pasien tidak teratur,
kadang 3 hari baru BAB. BAK hanya sedikit.Pasien terpasang kateter, urin hanya
sekitar 300 cc/hari.

e. Pola Kognitif Perseptual


Sebelum Sakit:Anak pasien mengatakan pasien dapat berkomunikasi dengan baik
dengan orang lain, dan mengerti apa yang dibicarakan ,berespon dan berorientasi
dengan baik dengan orang-orang sekitar”.

30
Selama Sakit: Anak pasien mengatakan selama sakit pasien masih dapat
berkomunikasi dan berespon dengan baik. Akan tetapi selama sakit pasien jarang
berbicara, berbicara hanya seperlunya saja.

f. Pola Konsep Diri


Gambaran Diri: Anak pasien mengatakan pasien tidak pernah mengeluh dengan
kondisi tubuhnya.

Identitas Diri: Anak pasien mengatakan pasien masih dapat mengenali dirinya
sendiri.

Peran Diri: Anak pasien mengatakan pasien berperan sebagai ibu rumah tangga dan
bekerja sebagai pedagang.

Ideal Diri: Anak pasien mengatakan pasien selalu mengatakan ingin hidup dengan
baik, sehat, dan ingin melihat anaknya bahagia. Dan saat ini ibu berharap ingin cepat
sembuh.

Harga Diri: Anak pasien mengatakan di rumah pasien sangat dihargai oleh anak,
menantu, dan keluarga.

g. Toleransi Stres Koping


Sebelum Sakit: Anak pasien mengatakan jika mengalami masalah pasien selalu
bercerita dengan anak anaknya atau keluarganya dan menyelesaikan masalah secara
bersama sama.

Selama Sakit: Anak pasien mengatakan selama sakit jika mengalami masalah masih
selalu bercerita pada anaknya. Dan jika merasa tidak nyaman atau sakit pasien selalu
mengatakan pada anaknya.

h. Pola Reproduksi-Seksualitas
Pasien berjenis kelamin perempuan.Suami pasien sudah meninggal.Pasien memiliki
2 anak perempuan.

i. Pola Hubungan Peran

31
Sebelum Sakit: Anak pasien mengatakan hubungan pasien dengan anak anaknya
maupun keluarga lainnya sangat baik dan tidak ada masalah. Pasien berperan sebagai
ibu rumah tangga dan bekerja sebagai pedagang.

Selama Sakit: Anak pasien mengatakan hubungan pasien dengan anak dan
keluarganya tetap baik dan tidak ada masalah. Selama sakit pasien dirawat di rumah
sakit sehingga tidak bisa bekerja seperti biasanya.

j. Pola Nilai dan Keyakinan


Sebelum Sakit: Anak pasien mengatakan sebelum sakit pasien selalu sholat 5 waktu.

Selama Sakit: Anak pasien mengatakan selama sakit pasien belum pernah sholat
karena kondisi sakitnya.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernafasan
Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris, tak nampak penggunaan otot
bantu nafas, tidak ada massa, pola nafas normal. fokal fremitus normal, tidak ada
nyeri tekan, tidak teraba massa. suara paru sonor. suara paru vesikuler, tidak
terdengar wheezing dan ronkhi.

b. Sistem Kardiovaskular
Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris, tak nampak penggunaan otot
bantu nafas, tidak ada massa, ictus cordis tampak pada itercosta ke 5, tidak ada nyeri
tekan, tidak teraba massa, pulse teraba kuat, batas-batas jantung normal, suara redup,
suara paru reguler, tidak terdengar gallop.

c. Sistem Pencernaan
abdomen flat, simetris, auskultasi gaster normal, peristaltik usus 5x/ menit. Suara
lambung tympani, batas hepar normal, ada nyeri tekan di abdomen bagian kiri, tidak
terasa pembesaran hepar, tak teraba adanya massa. Mukosa Bibir tampak
kering.Lidah tampak putik dan kotor.

d. Sistem Perkemihan

32
Karakteristik urine/BAK jernih, frekuensi 2-3 sehari,tidak ada nyeri pinggang, tidak
terpasang alat bantu BAK, tidak ada darah, bau khas, tidak ada benjolan.

e. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfatik.

f. Sistem Genetalia
Klien tidak terpasang DC.

g. Sistem Muskuloskeletal
Pergerakan sendi normal, kekuatan otot penuh, tidak ada edema, turgor kulit baik,
tidak ada deformitas, tidak ada nyeri gerak, nyeri tekan, tidak ada pembengkakan
pada sendi,tidak menggunakan alat bantu, tidak ada fraktur, kemampuan ADL mandi,
berpakaian, eliminasi, mobilisasi di tempat tidur, pindah, ambulasi normal.

h. Sistem Integumen
Turgor kulit baik, tidak ada sianosis/anemis, warna kulit sawo matang, tidak ada luka,
tak ada edema, tidak ada memar, benjolan,lesi.

i. Sistem Persarafan
Tidak ada tremor, reflex cahaya pupil bagus, pupil isokor 3 mm, gerak bola mata
bebas ke segala arah, GCS 15, Kesadaran compos mentis, orientasi waktu, tempat,
orang normal. Brudzinki negatif, kaku kuduk negatif.

6. Terapi Obat
a. Peroral : Sukralfat, Paracetamol
b. Parenteral : RL/12 jam
JENIS RUTE DOSIS INDIKASI TERAPI
TERAPI TERAPI

Omeprazole inj Parenteral 2 x 1 Pengobatan anti emetik


(IV) amp

33
Ondansentron Parenteral 3 x 1 Pengobatan anti mual
inj (IV) amp

Paracetamol Oral 3 x 500 Pengobatan anti piretik


mg

Sukralfat Oral 3 x 1 cth Pengobatan anti tukak duodenum

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium darah, urine, feses
b. Pemeriksaan Rontgen
Jenis Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan Pemeriksaan

HB 14,1 12-16 gram/ dl

Leukosit 9800 4500-10000 sel/mm

Hematokrit 42 40-48%

Trombosit 302.000 150.000-400.000 sel/mm

Eritrosit 4,42 4,6-6,2juta sel/mm

34
7.Informasi Tambahan

Informasi tindakan pembedahan atau riwayat: Telah dilakukan tindakan medis

Analisa Data

No Data Masalah Etiologi Paraf

1. DS: Kekurangan Kekurangan LM


volume cairan volume cairan
1. Pasien mengatakan
nyeri pada ulu hati,
minum hanya 3-4
gelas/hari Masukan cairan
tidak adekuat
DO:

1. Mual dan muntah


2. Mukosa bibir kering Anoreksia, mual,
3. BAK 300 cc/hari dan muntah
terpasang kateter

Asam lambung
meningkat

2. DS: Pasien dan keluarga Perubahan Perubahan nutrisi LM


mengatakan bahwa nafsu nutrisi kurang kurang dari
makan pasien menurun dari kebutuhan kebutuhan tubuh
tubuh
DO:

1. Mual dan muntah Intake nutrisi


2. Mukosa bibir kering inadekuat
3. Lidah tampak putih
dan kotor
Anoreksia

Aktivitas lambung
meningkat

3. DS: Nyeri Nyeri LM

1. Pasien mengatakan

35
nyeri pada ulu hati. Peradangan
2. Keluarga mengatakan mukosa lambung
selama sakit pasien
jarang berbicara,
berbicara hanya Peningkatan asam
seperlunya saja lambung
DO:

1. Skala nyeri 5 Stres


2. Ada nyeri tekan di
abdomen bagian kiri
pasien

4. DS: Defisit Kurang LM


Pengetahuan pengetahuan
1. Pasien mengatakan
tidak tahu mengenai
penyakit yang
dideritanya Kurang Informasi
2. Keluarga mengatakan
pasien mempunyai
kebiasaan sering tidak Ansietas
mau makan

Peradangan
mukosa lambung

4.3 Diagnosa

1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan
gizi.
3. Nyeri berhubungan dengan stres asam lambung
4. Defisit pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.

36
4.4 Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil


1 Defisit volume cairan - Fluid Balance - Pertahankan cairan
kurang dari kebutuhan - Hydration intake dan output
berhubungan dengan intake - Nutritional Status : diperlukan
yang tidak adekuat dan Food and Fluid - Monitor status hidrasi
output cair yang berlebih intake (kelembapan membran
(mual dan muntah). Kriteria Hasil mukosa, nadi adekuat,
- Mempertahankan tekanan darah
Urin Ouput sesuai ortostatik), jika
dengan usia dan BB, diperlukan
BJ urine normal, HT - Monitor vital sign
normal - Kolaborasikan
- Tekanan darah, nadi, pemberian cairan IV
suhu tubuh dalam - Monitor status nutrisi
batas normal - Monitor masukan
- Tidak ada tanda-tanda makan/cairan dan
dehidrasi, elastis hitung kalori harian
turgor kulit baik, - Dorong keluarga untuk
membran mukosa membantu pasien
lembab, tidak ada rasa makan
haus yang berlebihan - Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
2 Nutrisi kurang dari - Nutritional status : - Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh food and flood intake makanan
berhubungan dengan - Nutritional status : - Anjurkan pasien untuk
penurunan intake asupan nutrient intake meningkatkan vitamin
gizi - Weight control C dan Protein
Kriteria Hasil - Yakinkan diet yang
- Adanya peningkatan dimakan tinggi serat
berat badan sesuai untuk mencegah

37
dengan tujuan konstipasi
- Berat badan ideal - Berikan makanan yang
sesuai dengan tinggi terpilih (sudah
badan dikonsultasikan dengan
- Mampu ahli gizi)
mengidentifikasi - Ajarkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi membuat catatan makan
- Tidak ada tanda- harian
tanda malnutrisi - Monitor jumlah nutrisi
- Menunjukkan dan kandungan kalori
peningkatan fungsi - Monitor turgor kulit
pengecapan menelan - Monitor mual dan
- Tidak terjadi muntah
penurunan berat - Monitor kekeringan,
badan rambut kusam, dan
patah
3 Nyeri berhubungan dengan - Pain Level - Kurangi faktor
stres asam lambung - Pain Control presipitasi nyeri
- Comfort Level - Pilih dan lakukan
Kriteria Hasil penangan nyeri
- Mampu mengontrol (farmakologi, non
nyeri (tahu farmakologi, dan
pennyebab nyeri, interperssonal)
mampu - Kaji tipe dan sumber
menggunakan teknik nyeri untuk menentukan
nonfarmakologi intervensi
untuk mengurangi - Ajarkan teknik non
nyeri, mencari farmakologi seperti
bantuan) teknik nafas dalam
- Melaporkan bahwa - Evaluasi keefektifan
nyeri berkurang kontrol nyeri

38
dengan - Tingkatkan istirahat
menggunakan - Monitor penerimaan
manajemen nyeri pasien tentang
- Mampu mengenali manajemen nyeri
nyeri (skala, - Kolaborasikan dengan
intensitas, frekuensi dokter jika ada keluhan
dan tanda nyeri) dan tindakan nyeri tidak
- Menyatakan rasa berhasil
nyaman setelah nyeri
berkurang
4 Defisit pengetahuan - Knowledge : Disease - Jelaskan patofisiologi
tentang penyakit Process dari penyakit dan
berhubungan dengan - Knowledge Health bagaimana hal ini
kurangnya informasi. Behaviour berhubungan dengan
Kriteria Hasil anatomi dan fisiologi
- Pasien dan keluarga dengan cara cepat
menyatakan - Gambarkan tanda dan
pemahaman tentang gejala yang bisa muncul
penyakit, kondisi, pada penyakit, dengan
prognosis dan cara cepat
program pengobatan - Gambarkan proses
- Pasien dan keluarga penyakit, dengan cara
mampu cepat
melaksanakan - Sediakan informasi
prosedur yang pada pasien tentang
dijelaskan secara kondisi, dengan cara
benar yang tepat
- Pasien dan keluarga - Diskusikan pilihan
mampu menjelaskan terapi atau penanganan
kembali apa yang - Instruksikan pasien
dijelaskan mengenai tanda dan

39
perawat/tim gejala untuk
kesehatan lainnya melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

4.5 Implementasi

No Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil


1 Defisit volume cairan - Mempertahankan cairan intake dan output
kurang dari kebutuhan diperlukan
berhubungan dengan intake - Memonitor status hidrasi (kelembapan membran
yang tidak adekuat dan mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik),
output cair yang berlebih jika diperlukan
(mual dan muntah). - Memonitor vital sign
- Mengolaborasikan pemberian cairan IV
- Memonitor status nutrisi
- Memonitor masukan makan/cairan dan hitung
kalori harian
- Mendorong keluarga untuk membantu pasien
makan
- Menawarkan snack (jus buah, buah segar)
2 Nutrisi kurang dari - Mengkaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh - Menganjurkan pasien untuk meningkatkan
berhubungan dengan vitamin C dan Protein
penurunan intake asupan - Meyakinkan diet yang dimakan tinggi serat untuk
gizi mencegah konstipasi
- Memberikan makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Mengajarkan pasien untuk membuat catatan
makan harian

40
- Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Memonitor turgor kulit
- Memonitor mual dan muntah
- Memonitor kekeringan, rambut kusam, dan patah
3 Nyeri berhubungan dengan - Mengurangi faktor presipitasi nyeri
stres asam lambung - Memilih dan lakukan penangan nyeri
(farmakologi, non farmakologi, dan
interperssonal)
- Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
- Mengajarkan teknik non farmakologi seperti
teknik nafas dalam
- Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
- meningkatkan istirahat
- Memonitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
- Mengolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
4 Defisit pengetahuan tentang - Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dan
penyakit berhubungan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dengan kurangnya dan fisiologi dengan cara cepat
informasi. - Menggambarkan tanda dan gejala yang bisa
muncul pada penyakit, dengan cara cepat
- Menggambarkan proses penyakit, dengan cara
cepat
- Menyediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
- Mendiskusikan pilihan terapi atau penanganan
- Menginstruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan

41
kesehatan, dengan cara yang tepat

4.6 Evaluasi

No Diagnosa Evaluasi

1. Defisit volume cairan S:Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang


kurang dari kebutuhan
O:Berkurangnya mual dan muntah
berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat A: Masalah teratasi sebagian
dan output cair yang
P: Lanjutkan intervensi
berlebih (mual dan
muntah).

2. Nutrisi kurang dari S: Pasien dan keluarga mengatakan bahwa pasien


kebutuhan tubuh tidak nafsu makan
berhubungan dengan
O: Terlihat dari makanan pasien yang tidak habis
penurunan intake asupan
gizi A: Masalah Belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

- Dorong keluarga untuk membantu pasien


makan
- Yakinkan diet yang dimakan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Ajarkan pasien membuat catatan makan
harian
3. Nyeri berhubungan S: Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang.
dengan stres asam
O:Skala nyeri berkurang
lambung
A: Masalah teratasi sebagian

42
P: Lanjutkan Intervensi

4. Defisit pengetahuan S: Pasien menyatakan pengetahuan mengenai


tentang penyakit penyakit
berhubungan dengan
O: Pasien mulai menggambarkan proses penyakit
kurangnya informasi.
A: Masalah teratasi sebagian

P: Dilanjutkan intervensi

43
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang kami susun dapat simpulkan bahwa :
1. Penyakit Gastritis adalah penyakit yang menyerang bagian organ dalam kita
yaitu lambung.
2. Penyakit Gastritis dapat di hindari asalkan pola makan kita teratur.
3. Pemeriksaan penyakit gastritis atau radang lambung dapat di lakukan dengan
endoskopi dan biopsy (pengambilan contoh lapisan lambung untuk diperiksa
dibawah mikroskop).
4. Stress dapat berpengaruh juga terhadap penyakit gastritis atau radang lambung.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Mahasiswa


Mahasiswa memperhatikan serta menganalisis pada kebutuhan klien dalam
pemberian asuhan keperawatan Gastritis Kronis diharapkan mahasiswa dapat
memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan benar sesuai SOP, agar tidak terjadi
kesalahan yang dapat dikalukan oleh mahasiswa
5.2.2 Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai acuan atau landasan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
gastritis kronis tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan pasien demi kenyamanan pasien dan keselamatannya
5.2.3 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat lebih menimgkatkan mengoreksi masalah asuhan
keperawatan pada pasien gastritis kronis sehingga petugas kesehatan ataupun
mahasiswa dapat dengan baik dalam pemberian asuhan keperawatan.

44
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D. C., & Hackley, J. C. (2000). Keperawatan Medikal-Bedah : Buku Saku


dari Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

Brunner Dan Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Vol 1.
Jakarta:EGC

Davey, P. (2006). At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga


Doengoes, Marilyn E. (1999). Rencana Keperawatan Edisi III. Jakarta: EGC.

Doengoes M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.Jakarta : EGC.

Hadi, Sujono. (2002). Gastroenterologi. Bandung: PT Alumni

Heather, Herdman. (2015). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi


dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Inayah. Lin. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien denagn gangguan sistem
Masjoer, Arif dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
Kusuma, H. Nurarif, A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 1,2,3. Jogjakarta: MediAction.

Price, Sylvia A. Wilson, L. M. (1994). Patofisiologi Konsep Proses Penyakit, edisi 4,


Alih Bahasa Peter Anugrah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

45

Anda mungkin juga menyukai