Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi salah

satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Hipertensi adalah meningkatnya

tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg, atau diastolik lebih besar dari

90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan

istirahat atau tenang (Kusumawardhani, 2005).

Berdasarkan data WHO di tahun 2013, prevalensi hipertensi tertinggi pada orang

dewasa terjadi di Afrika sekitar 46%, di Amerika sekitar 35% dan di wilayah Asia

sekitar 36%. Pada tahun 1960, penderita hipertensi mengalami peningkatan dari

5% menjadi 12% dan pada tahun 2008 meningkat lebih dari 30% di India. Pada

tahun 2004-2009, peningkatan penderita hipertensi juga terjadi di Myanmar yaitu

pada pria dari 18% menjadi 31% dan pada wanita dari 16% menjadi 29%. Pada

tahun 2008, kenaikan tekanan darah meningkat terhadap populasi orang dewasa di

Indonesia dari 8% menjadi 32%. Data ini menunjukkan bahwa hipertensi masih

menjadi ancaman bagi masyarakat dunia (WHO, 2013).

Faktor penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang

dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Faktor yang dapat dikontrol

yaitu, merokok yang merupakan salah satu faktor risiko yang kuat untuk

terjadinya kematian akibat hipertensi. Penghentian merokok terbukti dapat

mengurangi risiko mengalami hipertensi. Individu yang mengonsumsi satu batang

rokok dapat terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah selama 15

Universitas Sumatera Utara


menit. Faktor selanjutnya adalah obesitas. Berat badan individu dan indeks masa

tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah

sistolik. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi

pada obesitas jauh lebih besar. Individu dengan obesitas memiliki risiko lima kali

lebih besar mengalami hipertensi. Pada pasien hipertensi ditemukan sekitar 20%

hingga 33% memiliki berat badan berlebih. Faktor ketiga penyebab hipertensi

yang dapat dikontrol adalah stres (Jaya, 2009).

Faktor yang tidak dapat dikontrol terdiri dari jenis kelamin, dan menurut

pendapat Jaya (2009), laki-laki dianggap lebih rentan mengalami hipertensi

dibandingkan perempuan. Hal ini dikarenakan gaya hidup yang lebih buruk dan

tingkat stres yang lebih besar pada laki-laki dibanding perempuan. Faktor

selanjutnya adalah usia pasien; usia 45 tahun hingga 59 tahun dianggap lebih

cenderung mengalami hipertensi karena pada usia middle age merupakan usia

dimana kondisi tubuh mulai menurun dan rentan mengalami penyakit kronis

(Santrock, 2002). Faktor ketiga penyebab hipertensi yang tidak dapat dikontrol

adalah riwayat keluarga. Individu dengan keluarga atau orang tua mengalami

hipertensi cenderung memiliki kemungkinan lebih besar mengalami hipertensi

dibandingkan individu yang tidak memiliki keluarga yang mengalami hipertensi

(Jaya, 2009).

Keberhasilan suatu terapi tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan

pemilihan obat yang tepat, tetapi juga oleh kepatuhan (compliance) pasien untuk

melaksanakan terapi. Salah satu faktor yang mempengaruhi pasien hipertensi

dalam menjalankan program terapi adalah pengetahuan (Jaya, 2009). Menurut

Irmalita (2003) kebanyakan pasien tidak meminum obat antihipertensi sesuai

Universitas Sumatera Utara


dengan yang diresepkan dan menghentikannya setelah 1 tahun. Hal ini disebabkan

kurangnya pengetahuan pasien tentang program terapi hipertensi. Oleh karena itu,

sangat penting diberi edukasi tentang manfaat pengontrolan tekanan darah dalam

jangka panjang untuk mencapai hasil terapi yang diinginkan (Kaplan, 2001).

Pentingnya informasi mengenai hipertensi akan menambah pengetahuan sehingga

pasien hipertensi dapat mengendalikan tekanan darahnya melalui program terapi

yang diikutinya (Ragot, et al., 2005).

Ketidakpatuhan pasien hipertensi terhadap program terapi merupakan

masalah yang besar pada penderita hipertensi. Diperkirakan 50% di antara

penderita menghentikan pengobatan dalam 1 tahun pemulihan. Pengontrolan

tekanan darah yang memadai hanya sekitar 20%, namun bila pasien berpartisipasi

aktif dalam program terapi, termasuk pemantauan diri mengenai tekanan darah

dan diit, kepatuhan cenderung meningkat karena dapat segera diperoleh umpan

Tingkat
balik yaitu tekanan darah semakin terkontrol (Brunner, 2001).

kesuksesan
pengontrolan
tekanan darah
di dunia
diperkirakan
masih rendah,
yaitu
berkisar
antara hanya
5‐58% .
Salah
faktor satu
terbesar yang
menyebabkan tingkat kontrol tekanan darah yang rendah ialah kepatuhan pasien

terhadap penggunaan antihipertensi. Menurut laporan World Health Organization

(WHO) pada tahun 2003, kepatuhan rata-rata pasien terhadap terapi jangka

panjang penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50%, dan di negara

berkembang diperkirakan lebih rendah. Sebuah metaanalisis mengenai hubungan

antara kepatuhan penggunaan obat terhadap kejadian mortalitas yang berasal dari

Universitas Sumatera Utara


21 penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap penggunaan obat

berhubungan positif dengan hasil pengobatan.

Universitas Sumatera Utara


Kepatuhan pasien merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi.

Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam menjalankan terapi dapat

mempengaruhi tekanan darah dan secara bertahap mencegah komplikasi.

Kepatuhan terhadap pengobatan diartikan secara umum sebagai tingkatan perilaku

dimana pasien menggunakan obat, menaati semua aturan dan nasihat serta anjuran

oleh tenaga kesehatan. Beberapa alasan pasien tidak menggunakan obat

antihipertensi dikarenakan sifat penyakit yang secara alami tidak menimbulkan

gejala, terapi jangka panjang, efek samping obat, regimen terapi yang kompleks,

pemahaman yang kurang tentang pengelolaan, dan risiko hipertensi serta biaya

pengobatan yang relatif tinggi (Osterberg, 2005).

Berdasarkan hal di atas peneliti merasa tertarik untuk meneliti “Tingkat

Kepatuhan Penggunan Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di RS Haji

Medan”.

1.2 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang tingkat kepatuhan pasien dalam

penggunaan obat antihipertensi dan hubungannya dengan tekanan darah terkontrol

berdasarkan karakteristik pasien hipertensi rawat jalan di Rumah Sakit Haji

Medan. Adapun selengkapnya mengenai gambaran kerangka pikir penelitian ini

ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Universitas Sumatera Utara


Variabel bebas Variabel terikat

Pasien Hipertensi Rawat Jalan Tingkat Kepatuhan

Karakteristik Pasien : Tekanan Darah


- Usia
- Jenis Kelamin
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Penghasilan
- Riwayat Hipertensi Keluarga
- Regimen Pengobatan
- Penyakit Kronis Lain

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. apakah tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi pada pasien

hipertensi rawat jalan di RS Haji Medan tergolong baik?

b. apakah terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik pasien

hipertensi rawat jalan di RS Haji Medan dengan tingkat kepatuhan dalam

penggunaan obat antihipertensi?

c. apakah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kepatuhan pasien

hipertensi rawat jalan di RS Haji Medan dengan tekanan darah terkontrol?

1.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


a. tingkat kepatuhan pasien hipertensi rawat jalan di RS Haji Medan dalam

menggunakan obat tergolong baik.

b. terdapat hubungan yang signifikan antara variabel karakteristik pasien

hipertensi rawat jalan di RS Haji Medan dengan kepatuhan menggunakan obat.

c. terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kepatuhan pasien hipertensi

rawat jalan di RS Haji Medan dengan tekanan darah terkontrol.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas, Tujuan dalam penelitian ini adalah:

a. mengidentifikasi tingkat kepatuhan pasien hipertensi rawat jalan di RS Haji

Medan dalam menggunakan obat.

b. mengidentifikasi hubungan antara variabel karakteristik pasien hipertensi rawat

jalan di RS Haji Medan dengan kepatuhan menggunakan obat.

c. mengidentifikasi hubungan antara tingkat kepatuhan pasien hipertensi rawat

jalan di RS Haji Medan dengan tekanan darah terkontrol.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dilakukan upaya tindak lanjut untuk semakin

meningkatkan kepatuhan pasien hipertensi di Rumah Sakit Haji Medan dalam

menggunakan obat antihipertensi.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai