Anda di halaman 1dari 33

5

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Perkembangan dan Pertumbuhan Pada Anak dan Remaja


1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran-ukuran tubuh yang
meliputi BB (berat badan), TB (tinggi badan), LK (lingkar kepala),
LD (lingkar dada) dan lain-lain, atau bertambahnya jumlah dan
ukuran sel-sel pada semua sistem organ tubuh. Perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua sistem organ
tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi
sistem organ tubuh (Dewi, 2013).
Istilah pertumbuhan dan perkembangan (tumbang) pada
dasarnya merupakan dua peristiwa yang berlainan, akan tetapi
keduannya saling berkaitan. Pertumbuhan (growth) merupakan
masalah perubahan dalam ukuran, besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dalam
ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter).
Sedangkan perkembangan (development) merupakan
bertambahnya kemampuan (skill / ketrmpilan) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Dari dua
pengertian tersebut diatas dapat ditarik benang merah bahwa
pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan
perkembangan berkaitan dengan fungsi sel atau organ tubuh
individu, keduanya tidak dapat dipisahkan (Riyadi dan Sukarmin,
2012)
2. Periode Usia Perkembangan dan Pertumbuhan
Dalam tahap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak,
anak dapat dikelompokan dalam dua kelompok besar yakni
kelompok usia 0-6 tahun yang terbagi menjadi parenatal yang
terdiri dari masa embriodan masa fetus,tahap post natal yang terdiri
dari masa neonates (0-28 hari) dan masa bayi (29-1 tahun), tahap
6

pra sekolah (3-6 tahun), dan kelompok usia 6 tahun keatas yang
terbagi dalam proses pra remaja (6-10 tahun), dan masa remaja
(10-18/20 tahun), (Hidayat, 2009).
a. Periode prenatal
Pertumbuhan terdiri dari dua fase yaitu fase embrio dan
fase fetus, pada fase embrio pertumbuhan dimulai pada 8
minggu pertama dengan terjadidefesiasi yang cepat dan ovum
menjadi satu organnisme dan terbentuknya manusia. Pada
minggu ke dua terjadi pembelahan sel dan terjadi pemisahan
jaringan antara mesoderm. Pada masa ini sampai umur tujuh
minggu belum tampak tejadi gerakan yang meonjol hanya
denyut jantung janin sudah mulai dapat berdenyut sejak empat
minggu, (Hidayat, 2009).
Masa fetus terjadi antara minggu ke-12 sampai 40 terjadi
peningkatan fungsi organm yaitu bertambah ukuran panjang
dan berat badan terutama pertumbuhan dan penambahan
jaringan subkutan dan jaringan (Hidayat, 2009).
b. Post natal
Pada masa ini, perkembangan terbagi atas berberapa masa
pertumbuhan, adapun diantaranya menurut Hidayat, (2009)
adalah sebagai berikut:
1) Masa neonates (0-28 hari)
Pertumbuhan dan perkembangan post natal atau
dikenal dengan pertumbuhan dan perkembangan setelah
lahir ini diawali dengan masa neonates, (0-28 hari) yang
merupakan masa terjadi kehidupan yang baru dalam wkstra
uteri, dengan terjadi proses adabtasi semua sitem organ
tubuh, proses adabtasi dari organ tersebut dimulai dari
aktifitas pernapasan yang disertai pertukaran gas dan
frekuensi pernapasan antara 35-50 kali per menit,
penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali per menit,
dengan ukuran jantung lebih besar apabila dibandingkan
dengan ukuran dada, kemudian terjadi aktifitas (pergerakan)
7

bayi dimulai dari meninglat untuk memenuhi kebituhan gizi


seperti menangis, memutar-mutar kepala, dan menghisap
(rooting reflex)dan menelan. (Hidayat, 2009).
Perubahan selanjutnya dimulai dari proses
pengeluaran tinja yang terjadi dalam waktu 24 jam yang
terdapat mekonium.hal tersebut akan dilanjutkan proses
defekasi seperti dari proses ekskresi dari apa yang dimakan
(ASI) frekuensi untuk defekasi tersebut dapat berkisar antara
3-5 kali semiggu, akan tetapi juga banyak dijumpai pada bayi
yang mengalami konstipasi pada bayi dengan PASI,
(Hidayat, 2009).
2) Masa bayi (28-1 tahun)
Pada masa bayi hingga satu tahun dalam pertumbuhan
dan perkembangan dapat dikelompokkan mejadi tiga tahap,
yaitu, tahap pertama adalah 1-4 bulan, tahap kedua 4-8
bulan dan tahap ketiga 8-12 bulan.
a) Usia 1-4 bulan
Perubahan dan pertumbuhan diawali dengan perubahan
berat badan pada usia ini, bila gizi anak baik maka
perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000
gram/bulan sedangkan pertumbuhan tinggi badan agak
stabil tidak mengalami kecepatan dalm pertumbuhan
tinggi badan, kemudian dalam perkembangannya dapat
dilihat dari perkembangan motorik kasar dan halus,
(Hidayat, 2009).

b) Umur 4-8 bulan


Pada masa ini pertumbuhan berat badan dapat terjadi 2
kali berat badan pada waktu lahir rata-rata kenaikan 500-
600 gram/bulan apbila mendapatkan gizi yang baik.
Sedangkan pada tinggi badan tidak mengalami
kecepatan dalam pertumbuhan dan tetap kestabilan
berdasarkan pertambahan umur, (Hidayat, 2009).
8

c) Umur 8-12 bulan


Pada usia ini berat badan dapat mencapai 3 kali berat
badan lahir apabila mencapai usia 1 tahun dan pada
pertambahan berat badan perbulan sekitar 350-450 gram
pada usia 7-9 bulan san 250-350 gram/ bulan pada usia
10-12 bulan apabiladalam pemenuhan gizi yang baik dan
pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5 kali tinggi badan
pada saat lahir pada usia satu tahun penambahan tinggi
badan tersebut masih stabil dan diperkirakan tinggi
badan akan mencapai 75 cm.
3. Masa kanak-kanak awal (Anak usia Toddler)
Anak usia toddler adalah anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun).
Pada periode ini anak akan berusaha mencari tau bagaimana
sesuatu bekerja dan bagaimana mengontrol orang lain melalui
kemarahan, penolakan dan tindakan keras kepala. (Dewi dan
Oktiawati, 2015).
Pada usia ini anak memiliki berberapa ciri umum diantaranya,
tinggi dan berat badan meningkat, yang menggambarkan
pertumbuhan mendorong dan melambatkan karakteristik masa
Toddler. Kemudian karakteristik Toddler dengan meonjolnya
abdomen yang diakibatkan karena otot-otot abdomen yang tidak
berkembang, bagian kaki berlawanan secara khas terdapat pada
masa Toddler karena oto-otot kaki harus menompang berat badan
tubuh. (Dewi dan Oktiawati, 2015).
4. Masa kanak-kanak (Anak usia pra sekolah)
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara nol
sampai enam tahun. Mereka biasanya mengikuti program
preschool. Di Indonesia untuk usia 4-6 tahun biasanya mengikuti
program taman kanak-kanak (TK). (Dewi dan Oktiawati, 2015).
Menurut Snowman, mengemukakan cirri anak usia pra sekolah
meliputi aspek fisik, sosial dan kognigtif anak.
a. Cirri fisik anak usia pra sekolah
Anak usia pra sekolah umumnya aktif, mereka telah memiliki
penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan
9

yang dilakukan sendiri. Setelah anak melakukan berbagai


kegiatan anak membutuhkan istirahat yang cukup. Anak masih
sering mengalami kesulitan apabila harus menfokuskan
pandangan pada objek-objek kecil ukuranya, itulah sebabnya
koordinasi tangan dan atanya masih kurang sempurna. (Dewi
dan Oktiawati, 2015).
b. Ciri sosial anak usia pra sekolah
Anak pada usia pra sekolah biasanya mudah bersosialisasi
dengan orang disekitarnya. Biasanya mereka mempunyai
sahabat yang berjenis kelamin sama. Kelompok bermainya
cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi secara baik, oleh
karena itu kelompok tersebut cepat berganti-ganti. Anak menjadi
sangat mandiri, agresif secara fisik dan verbal, bermain secara
asosiatif, dan mulai mengesplorasi sexsualitas, (Dewi dan
Oktiawati, 2015).
c. Ciri emosional anak usia pra sekolah
Anak pada usia ini cenderung mengexpresikan emosinya
dengan bebas dan terbuka. Sekap marah dan iri hati sering
diperlihatkan, (Dewi dan Oktiawati, 2015).

d. Ciri kognigtif anak usia pra sekolah


Anak usia pra sekolah umumnya telah terampil dalam
berbahasa. Sebagian besar dari mereka senang berbicara,
khususnya dalam kelompoknya. Sebaiknya anak diberi
kesempatan untuk berbicara. Sebagian dari mereka perlu dilatih
untuk menjadi pendengar yang baik. (Dewi dan Oktiawati,
2015).
5. Masa kanak-kanak akhir (Anak masa sekolah)
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa sekolah akan
mengalami proses percepatan pada umur 10-12 tahu, dimana
penambahan berat badan pertahun akan dapat 2,5 kg dan ukuran
panjang tinggi badan sampai 5 cm per tahun. Pada masa sekolah
ini secara umum aktifitas fisik pada anak semakin tinggi dan
10

memerlukan kemampuan motoriknya. Pertumbuhan jaringan


limfatik pada usia ini akan semakin besar bahkan melebihi jumlah
orang dewasa. (Hiayat, 2009).
Kemampuan kemandirian anak akan semakin dirasakan
lingkungan luar rumah dalam hal ini adalah sekolah cukup besar
sehingga berberapa masalah sudah mampu diatasi dengan
sendirinya dan anak sudah mampu menunjukan penyesuaian diri
dengan lingkungan yang ada, rasa tanggung jawab dan percaya
diri dalam tugas sudah mulai terwujud sehingga dalam mengkadapi
kegagalan maka anak sering kali dijumpai reaksi kemarahan,
kegelisahan, perkembangan kognigtif, psikososial, interpersonal,
psikoseksual, moral, dan spiritual sudah mulai menunjukan
kematangan pada masa ini, (Hidayat, 2009).

6. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Remaja (14-18


Tahun)
Masa remaja atau masa Adolensi adalah suatu fase
perkembanagan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu.
Masa ini merupakan fase transisi dari masa anak ke masa dewasa
yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental,
emosional, dan sosial berlangsung pada decade kedua masa
kehidupan. Cahayaningsih (2011)
Mengenai umur kronologis berberpa orang anak dapat
dikatakan remaja masih terdapat berbagai pendapat. Menurut
WHO mendefinisikan remaja adalah anak yang telah mencapai
usia 10-19 tahun.
7. Tugas Perkembangan Remaja
a. Remaja Awal ( early adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini akan terheran-heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu
mereka mengemangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada
11

lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan


yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya
kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit
mengerti dan dimengerti orang dewasa. (Dewi dkk, 2015)
b. Remaja Madya
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia
senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada cenderung
“nasrcistic”, yaitu mencintai diri sendii, dengan menyukai teman-
teman yang mempunyai sifat yang sama dengan diriny. Selain
itu dia berada pada kondisi kebingungan karena ia tidak tau
harus memilih yang mana. (dewi dkk, 2015)

c. Remaja Akhir
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan mencapaian 5 hal menurut Sarwono (2002)
dalam dewi dkk (2015 )yaitu:
1) Minat semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang
lain dalam pengalaman-pengalaman baru
3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memutuskan perhatian pada diri
sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan
diri sendiri dengan orang lain.
5) tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan masyarakat umum (the public).

B. Konsep Penyakit Leukimia


1. Definisi Leukemia
Leukemia adalah satu tipe dari kanker, leukemia adalah
kangker yang mulai di sel-sel darah. Penyakit ini terjadi ketika sel
darah memiliki sifat kangker yang membelah tidak terkontrol dan
menggangu pembelahan sel normal. leukimia adalah jenis kangker
yang menyerang sel-sel darah putih yang diprosuksi oleh sumsum
tulang (Padila, 2013).
12

Leukemia adalah penyakit yang ditandai oleh penimbunan sel


darah putih abnormal dalam sumsum tulang yang dapat
menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih
sirkulasinya meninggi (Muwarni, 2011).
Leuimia adalah jenis penyakit kangker yang menyerang sel-
sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone
marrow). Sumsum tulang dalam tubuh memprosuksi tiga jenis sel
darah, diantaranya sel darah putih (sebagai daya tahan tubuh), sel
darah merah (sebagai pembawa oksigen ke seluruh tubuh), dan
platelet (bagian kecil dari sel darah yang membantu pembekuan
darah), (supriyanto, 2015).
Leukemia adalah penyakit yang ditandai oleh penimbunan sel
darah putih abnormal dalam sumsum tulang, yang dapat
menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih
sirkulasinya meninggi (Muwarni, 2011).
2. Klasifikasi Leukimia
Menurut Padila, (2013), berdasarkan kecepatan
perkembangannya leukemia, yaitu sebagai berikut:
a. Leukemia akut
Perjalanan penyakit pada leukima akut sangat cepat,
mematikan dan memburuk. Dapat dikatakan waktu hidup
penderita tampa pengobatan hanya dalam hitungan minggu
bahkan hari. Leukemia akut erupakan akibat dari terjadinya
komplikasi pada hematopoietic secara umum.
b. Leukemia Kronis
Leukemia ini tidak terlalu memiliki perjalanan yang begitu cepat,
sehingga dapat dikatakan bahwa waktu hidup penderita tampa
pengobatan dalam hitungan sampai lima tahun.

Leukimia dapat diklasifikasi berdasarkan jenis sel, yaitu


limfositik dan meilositik. leukemia yang mempengaruhi limfosit atau
sel limfoid, disebut leukemia limfositik, sedangkan leukemia yang
mempengaruhi sel myeloid, seprti netrofil, basofil, dan eosinofil,
dinamakan leukemia meilositik (Wawan, 2015). Sedangkan
13

menurut padila, (2013) Berdasarkan jenis selnya leukemia


diklasifikasikan menjadi dua, yaitu Myelocyte/Myelogeneus leukima
dan Lymphocytic Leukimia. Adapun kedua klasifikasi leukemia
tersebut adalah sebagi berikut:

a. Myelocyte/Myelogeneus leukima
Sel kangker yang berasal dari sel darah merah, granulosytes,
macrophages dan keeping darah.
b. Lymphocytic Leukimia
Sel kangker yang berasal dari lymphocyte cell.

Berdasarkan kedua klsifikasi diatas leukemia dibagi menjadi 4


macam yaitu:

a. Leukemia limfosit akut (LLA)


Merupakan leukemia yang sering terjadi pada anak-anak.
Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah
berumur 65 tahun atau lebih. Nelson, (2012) menambahkan
kasus LLA (Leukemia limfosit akut) disubkasifikasikan menurut
gambaran morfologi, imunologi, dan genetiksel induk leukemia.
Diagnosis pasti biasanya didasarkan atas pemeriksaan sumsum
tulang gejala pertama pada LLA biasanya tidak spesifik dan
meliputi anoreksia , irritable, dan latergi. Mungkin ada riwayat
infeksi virus atau exantem dan penderita seperti tidak
mengalami kesembuhan , kegagalan sumsum tulang, yang
progresif sehingga timbul anemia, pendarahan
(trombositopenia), dan demam (neuropenis, keganasan)
gambaran ini biasanya mendorong penderita kearah diagnosis.
b. Leukemia mielositik akut (LMA)
Leukemia ini sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan
pada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut leukemia
nonlimfositik akut.
c. Leukemia limfositik kronis (LLK)
14

Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih
dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda.
Dan hampir tidak didertita oleh anak-anak. Sebagian besar
leukosit pasien diatas 50.000/µL.
d. Leukemia ,ielositik kronis (LMK)
Leukemia ini sering terjasi pada orng dewasa. Dapat juga
tyerjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit. Leukosit dapat
mencapai lebih dari 150.000/ µL yang memerlukan pengobatan.
3. Etiologi Leukimia
Meskipun sebagian besar penderita leukemia factor-faktor
penyebabnya belum diketahui dan tidak dapat di identifiksasi, tapi
ada berberapa factor yang trbukti dapat menyebabkan leukemia
yaitu factor genetic, sinar radioaktif, dan viru (Wiwik Dan Andi
2012).
Adapun berberapa factor pencetus dari leukemia menurut Padila,
(2013) adalah sebagi berikut:
a. Radiasi
Berdasarkan laporan riset menujukan bahwa:
1) Para pegawai radiologi lebih berisiko terkena leukemia
2) Pasien yang menerima radio terapi berisiko terkena
leukemia
3) Leukemia ditemukan pada korban hidup ledakan bom atom
Hiroshima dan Nagasaki, jepang
b. Factor leukemogenik
Terdapat berberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat
mempengaruhi frekuensi leukemia yaitu
1) Racun lingkungan seperti benzene, paparan pada tingkat-
tingkat yang tinggi dari benzene pada tempat kerja dapat
menyebabkan leukemia
2) Bahan kimia industry seperti insektisida dan formaldehyde
3) Obat untuk kemoterapi, pasien-pasien kangker yang dirawat
dengan obat-obat untuk melawan kangker adakalanya
dikemudian hari mengembangkan leukemia. Contohnya
obat-obatan yang dikenal sebagai agen-agen alkylating
dihubungkan dengan pengembangan leukemia bertahun-
tahun kemudian.
15

c. Herediter
Penderita syndrome down, suatu penyakit yang disebabkan
oleh kromosom-kromosom abnormal mungkin meningkatkan
risiko lukimia. Ia memiliki risiko insidensi leukemia akut 20 kali
lebih besar dari orang normal
d. Virus
Virus dapat menyebabkan leukemia seperti , retro virus, virus
leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.
e. Kelainan kromosom
Sindrom bloom’s trisomi 21 (sindrom down), trisomi G (sindrom
kinefelter), sindrom faconis, kromosom Philadelphia positif,
telangiektasis ataksia (Dasmawati,2013).
4. Patosiologi
Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang
sangat cepat. Normalnya produk sel darah tertentu dari prekusor
sel stem diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang
mengatur produksi sel tersebut terganggu, sel akan membelah diri
sampai ke tingkat sel yang membahayakan (poliferasi neoplastik).
poliiferasi neoplastik dapat terjadi karena kerusakan sumsum
tualng akibat radiasi, virus onkogenik, maupun herediter
(Dasmawati, 2013).
Sel Polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya
dalam sumsum tulang sedangkan limfosit dan sel plasma
dihasilkan dalam berbagai organ limfogen (kelenjar limfe, limpa,
timus, tonsil). Berberapa sel darah putih yang dibentuk dalam
sumsum tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum
tulang sampai mereka dibutuhkan dalam sirkulasi. Bila terjadi
kerusakan sumsum tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan
kimia, maka akan terjadi poliferasi sel-sel darah putih yang
berlebihan dan imatur. Pada kasus LMA (Leukemia mielositik akut),
dimulai dengan pembentukan kangker pada sel miologen muda
(bentuk dini netrofil, monofil, monost, ataulainya) dalam sumsum
tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh sehingga sel-sel
16

darah putih dibentuk pada banyak organ medulla (Dasmawati,


2013).
Sedangkan secara imunologik, pathogenesis leukemia dapat
dijelaskan sebagai berikut. Bila virus diangap sebagai penyebabnya
(virus onkogenik yang mempunyai stuktur antigen tertentu). Maka
virus tersebut dengan mudah akan masuk kedalam tubuh manusia
dan merusak mekanisne polimerasi. Seandainya struktur
antigennya sesuai denga stuktur antigenya manusia tersebut, maka
virus tersebut akan ditolaknya. Struktur antigen ini berbentuk dari
struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput
lender yang terletak dipermukaan tubuh atau HL-A (Human
Leucocyte Locus A). system HL-A diturunkan menurut huikum
genetic, sehingga etiologi leukemia sangat erat kaitanya dengan
factor herediter. (Dasmawati, 2013).
Akibat poliferasi myeloid yang neoplastik, maka produksi
element darah lain tertekan karena terjadi kopetisi nutrisi untuk
proses metabolisme (terjadi granulositopenia, trombositopenia).
Sel-sel leukemia juga menginvasi tulang. Poliferasi sel leukemia
dalam organ mengakibatkan gejala tambahan: nyeri akibat
pembesaran limpa atau hati, masalah kelenjar limfa, sakit kepala
atau muntah akibat leukemia menigeal. (Dasmawati, 2013).
17
18

Pathway

virus Zat kimia Radiasi Genetik

Poliferasi
Abnormal
Sel Leukosit

Kegagalan Infiltrasi Ke
Sumsum Organ Lain
Tualang Otak GI LIFER GINJAl TULANG
Eritrosit Limfosit Platelet

Gejala Sel Pendara Pembengkakan Pada


Nyeri
Anemia imun han Organ
MK: MK: MK: Risiko Nafsu Makan MK: Gangguan Rasa
Intoleran Risiko Kekurangan
MK: Gangguan Nyaman Nyeri
si infeksi Volume
Pemenuhan Nutrisi
aktivitas Cairan
Skema 2.1 patofisiologi (Dasmawati, 2013)
19

5. Manifestasi Klinis
ALL (Leukimia Limfositik Akut) dan AML (Akut Meilositik Leukimia)
banyak memiliki kesamaan gambaran klinis, pada sebagian besar
pasien gejala awal leukemia akan timbul dalam waktu kurang dari 3
bulan. Sindroma praleukimia dapat ditemukan pada sekitar 25 %
pasien AML; pada pasien ini biasanya terjadi anemia atau sitopenia
lain berberapa bulan atau tahun sebelum pembentukan leukemia yang
nyata. Pasien ALL (Leukimia Limfositik Akut) atau AML (Akut Meilositik
Leukimia) dapat datang dengan pansitopenia tampa blas dalam
peredaran darahnya, dengan jumlah leukosit normal, atau dengan
leukositosis mencolok, (Harrison 2013).
Leukostasis akibat okulasi mikrosirkulasi oleh sel blas leukemik
dapat meninbulkan hipoperfusi jaringan vital, terutama paru dan otak
leukostasis menjadi lebih sering bila jumlah blas dalam darah melebihi
100X 109 perliter dan lebih sering ditemukan pada sel blas besar pada
AML (Akut Meilositik Leukimia) dari pada ALL (Leukimia Limfositik
Akut). Pasien mungkin mengeluh gejala anemia seperti pucat, mudah
lelah sesak bila melakukan aktifitas.(Harrison 2013)
Adapun gejala-gejala umum yang timbul pada pasien dengan
leukemia menurut Padila, (2013) adalah sebagai berikut:
a. Demam atau berkeringat pada malam hari
b. Sering mengalami infeksi
c. Perasaan lemah atau lelah
d. Sakit kepala
e. Pendarahan dan mudah memar (gusi-gusi yang berdarah tanda-
tanda keungu-unguan pada kulit, atau titik-titik merah yang kecil
dibawah kulit)
f. Nyeri pada tulang atau persendian
g. Pembekakan atu ketidakenakan pada perut
h. Pembekakan nodus-nodus getah bening terutama pada leher atau
ketiak
i. Kehilangan berat badan
6. Komplikasi
Komplikasi pada leukemia menyebabkan timbulnya berberapa
komplikasi , baik secara umum, oral atau craniofacial, adapun macam-
20

macam komplikasi yag timbul pada leukemia menurut Dasmawati


(2013) yaitu sebagsi berikut:
a. Komplikasi secara umum
1) Pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa
(spenomegali) yaitu kompensasi dari beban organ yang
semakin berat kerjanya akinat perpindahan proses
pembentukan sel darah dari intrameular (sumsum tulang) ke
ekstrmedular (hati dan limpa).
2) Osteonekrosis yaitu keadaan yang berpotensi melumpuhkan
tulang akibat dari komplikasi kombinasi kemotrapi berupa dosis
tinggi steroid.
3) Thrombosis meningkat pada pasien dengan leukemia limfoblas
akut dan kejadian ini mungkin komplikasi dari bagian
penatalaksanaan dengan tubrukan prognotik negative.
b. Komplikasi pada oral
1) Masalh umum pada oral adalah masalah peradangan
membrane mucus pada mulut, infeksi dan penekanan terhadap
pembentukan leukosit, masalah dengan sensasi rasa, nyeri,
mulut kering dan lemahnya system imun.
2) Mucositis merupakan peradangan garis oral pada
mulutberlanjut dengan kemerahan, kehilangan epitel baril dan
ulserasi.
3) Penurunan dramatis neutrofil yang melawan infeksi,
4) Infeksi jamur (candida) pada mukosa mulut sering terjadi dan
menyebabkan sensasi terbakar, distorsi rasa, dan masalah
pengunyahan.
5) Infeksi virus, terutama reaksi herpes dimplex virus type 1 (HSV-
1), sangant serius karena dapat menyebabkan nyeri dan
masalah cairan dan nutrisi.
6) Pendarahan spontan pada oral yang disebabkan oleh sitotosik,
induksi obat, penurunan jumlah platelet (thrombocytopenia.
Penurunan dramatis pada patelet mengawli pendarah spontan
oral ketika jumlah platelet dibawah 20.000/mm 3
7) Sel yang mementuk dentin, (odotoblast) dan sel yang
membentuk enamel (ameloblast) dapat dirusak oleh agen
21

kemotrapi jika sel-sel terletak pada fase yang peka dalam siklus
selnya (fase M atau S).hasil akhirnya mungkin menyebabkan
gigi lebih pendek, tipis, akar meruncing, atau hipomineralisasi
atau enamel hi[pomatur
7. Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan medis pada leukemia menurut Wijaya
dan Putri, (2013) adalah sebagi berikut:
a. Tranfusi darah
Biasanya diberikan jika kadar Hb < 6 gr%. Pada trombositopenia
yang berat dan pendarahan massif, dapat diberikan tranfusi
trombosit, jika ada tanda DIC dapat diberikan Hepain
b. Kortikosteroid
(prednisone, kortison) deksametason dsb, setelah dicapai remisi
dons dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan

c. Sitostatika
Umumnya sitotastika diberikan dalam kombinasi bersama-sama
prednisone efek : alopecia, stomatitis, leucopenia, infeksi skunder
(kandidiasit) jka kadar leukosit , 2000/m3 pemberian harus hati-hat.
d. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang baru, imunoterapi diberikan jika
tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup redah (10 3-106)
e. Penatalaksaan kemotrapi
Terdapat tiga fase dalam penatalaksanaan kemotrapi yaitu:
1) Fase induksi
Dimulai 4-6 mg setelah diagnose ditegakkan, pada fase ini
diberikan thy : kortikostroid (prednison), vincristin, dan L-
asparaginase. Fase ini dinyatakan berhasil jika tnda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ditemukan jumlah sel muda
kurang dari 5% dalam sumsum tulang
2) Fase profaksis system saraf pusat
Fase ini diberikan terapi methotrexate, cytrabine dan
hydrocortisone melalui intratekal untuk mencegah infasi sel
leukemia ke otak. Terapi iradiasi karnial dilakukan hanya pada
22

pasien leukemia yang mengalami gangguan system saraf


pusat.
3) Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk
mempertahankan remisi dan mengurangi jumlah sel-sel
leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala dilakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon susmsum
tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum
tulang, maka pengobatan dihentikan untuk sementara atau
posisi obnat diurangi.
8. Pemeriksaa Penujang
Adapun berberapa pemerikasaan penunjang untuk menegakkan
diagnosa pada pasien denga leukemia menurut Dasmawati (2013)
adalah sebagai berikut:
a. Darah Tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi sebenarnya berdasarkan
pada kelainan sumsum tulang, yaitu berupa pansitopenia,
limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah
tepi monoton dan terdapatnya sel blas. Tedapatnya sel blas pada
darah tepi menandakan gejala leukemia.
b. Sumsum Tulang
Dari pemeriksaan ini akan ditemukan gambaran monoton
yaitu hanya terdiri dari sel lomfopotik patologis sedangkan system
lain terdesak (aplasi skunder) pada LMA selain gambaran yang
monoton terl;ihat pula adanya gambaran hiatus leukimikus yaitu
keadaan yang memperlihatkan banyak sel blas (mieloblas),
berberapa sel tua (segmen) dan sangat kurang bentuk
pematangan sel yang berada diantaranya (promielosit, mielosit
metamielosit dan batang).
Hiperseluler , hampir semua sel sumsum tulang diganti sel
leukemia (blas), tampak monotol oleh sel blas, dengan adanya
leukemic gap (terdapat perubhan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke
sel yang matang tampa sel antara). System hemopoesis normal
mengalami depresi. Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti
23

dalam sumsum tulang (dalam hitungan 500 sel pada apusan


sumsum tulang).

c. Biopsy Limpa
Pemeriksasan ini akan memperlihatkan poliferasi sel leukemia dan
sel yang berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit
normal, RES, granulosit, Pulp cell.
d. Kimia darah
Kolestrol mungkin merendah, asam urat dapat meningkat,
hipogamaglobulinemia
e. Cairan Serebrospinal
Bila terjadi peninggian jumlah sel (sel patologis) dan protein, maka
hal ini bearti suatu leukemia menigeal. Kelainan ini dapat terjadi
setiap saat dari perjalanan penyakit baik pada keadaan remisi
maupun pada keadaan kambuh. Untuk mencegahnya dilakukan
pungsi lumbal dan pemberian metotrekssat (MTX) intratekal secara
rutin pada setiap penderita baru atau pada mereka yang
menunjukan gejala tekanan intrakarnial yang meninggi,.
f. Sitogenetik
70-90% dari kasus LMK menunjukan kelainan kromosom, yaitu
pada kromosom 21 (kromosom phiadelphia atau Ph1) 50-70%
penderita LLA dan LMA mempunya :
1) Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a),
hiperploid (2n+a)
2) Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah
kromosom yang diploid
3) Bertambah atau hilangnya jumlah kromosom (partial depletion).
g. Pemeriksaan Immunophnotyping
Pemeriksaan ini sangat penting untuk menentukan klasifikasi
imunologik leukemia akut. Pemeriksaan ini dikerjakan untuk
pemeriksaan surface marker guna membedakan jenis leukemia.

C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Leukimia


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada anak dengan leukemia terdiri atas
keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lau, adapun pengkajian
24

keperawatan pada leukemia menurut Muttaqin,(2009) adalah sebagi


berikut:
a. Keluhan utama
Pada anak pra sekolah keluhan yang sering muncul adalah
demam,lesu, napsu makan berkurang,pucat (anemia), dan
kecendrungan terjadi pendarahan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Pada riwayat ALL, sering ditemukan keluarga yang terpapar bahan
kimia (bnzena, dan arsen),infeksi virus, kelelahan kromosom dan
penggunaan aobat-obatan seperti phenylbutazone dan
choramphenicol, serta terapi radiasi maupun kemotrapi
c. Psikososial
Merasa kehilanagn kemanpuan harapan, cemas terhadap
lingkungan baru, beserta kehilangan teman, depresi, mengingkari,
kecemasan, takut, cepat terangsang, perubahan mood ,dan
tampak bingung.
d. Pemeriksaan fisik
Pada system pernapasan pasien sering mengalami sesak
nafassaat beraktifitas ringan.dapat ditemukan adanya dispnea,
takipnea, batuk, dan penurunan suara nafas. Sering terjadi
pendarahan akibat trauma minimal,lebam, purpura, keluhan gusi,
berdebar atau takikardi, kulit and mukosa pucat, terkadang adanya
pendarahan serebral. Keluhan nyeri abdominal, nyeri kepala dan
persendian, dada terasa lemas, kram pada otot, meringis serta
kelelahan/ kelemahan dan hany berpusat pada diri sendiri.
Penurunan kemampuan koordinasi, bingung atau
disorientasi,pusing, telinga berdenging dan kehilanagnrasa.anak
penderita leukemia sering ditemukan mengalami penurunan
kesadaran, iritabilitas otot dan sering kejang, adanya keluhan sakit
kepala, serta disorientasi karena sel darah putih yang abnormal
berinfiltrasi ke susunan saraf pusat.
e. Pola eliminasi
25

Anak kadang mengalami diare, penegangan pada parineal, nyeri


abdomen, serta ditemukan darah segar pada feses dan urine, serta
penurunan urin output.
f. Pola tidur dan istirahat
Anak biasanya memperlihatkan penurunan aktifitas dan lebih
banyak waktu yang dihabiskan untuk tidur/ istirahat karena mudah
mengalami kelelahan.
g. Pola latihan
Anak penderita leukemia sering ditemukan seruing mengalami
kehilangan koordinasi dalam pergerakan, keluhan nyeri pada sendi
atau tulang. Dari pemeriksaan fisik ditemukan penurunan tonus
otot, kesadaran somnolen, keluhan jantung berdebar-debar,
adanya murmur, kulit pucat, mebran mukosa pucat, serta
penurunan fungsi saraf cranial dengan atau tidaknya pendarahan
srebral.
h. Aktifitas
Lesu, lemah, terasa payah, merasa tidak kuat untuk melakukan
aktifitas sehari-hari kontraksi otot lemah, klien ingin tidur terus, dan
tampak bingung.

2. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
leukemia menurut Muttaqin, (2009) adalah sebagi berikut:
a. Actual/ resiko tinggi terhadap infeksi berhubunga dengan
perubahan maturasi sel darah merah,paningkatan jumalah limfosit
imatur, dan cairan
b. Actual/ resiko tinggi terhadap penurunan volume cairan
berhubungan dengan pengeluaran berlebihan seperti mual,
muntah, pendarahan, diare, dan penurunan intake cairan.
c. Nyeri kaut berhungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek
skunder pemberian agen antileukimia.
d. Intoleansi aktifitas, berhunbugan dengan kelemahan, penurunan
sumber energy, peningkatan laju metabolic akibat produksi leukosit
26

yang berlebih, serta ketidak seimbangan suplai oksigen dengan


kebutuhan
e. koping individu atau keluarga tidak efektif, berhubungan dengan
prognosis penyakit, gambaran diri yang salah, dan perubahan
peran.
f. Kecemasan individu dan keluarga berhubungan dengan prognosis
penyakit.
27

3. Intervensi kepreawatan
Adapun intervensi keperawatan pada leukemia menurut Muttaqin (2009) adalah sebagi berikut:
Table 2.1
Intervensi keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria


NO Intervensi Kperwatan Rasional
Keperawatan Hasil
1 2 3 4 5
1 Actual/ resiko tinggi Tujuan Umum: 1. Kaji dan catat factor yang 1. Menjadi data dasar dan
terhadap infeksi Diharapkan setelah menyebabkan infeksi meminimalkan risiko infeksi.
berhubunga dengan diakukan asuhan 2. Lakukan tindakan untuk 2. Kewaspaan meminimalkan
perubahan maturasi keperawatn selama mencegah pemajanan pemajanan klien terhadap
sel darah 3X 24 jam risiko pada sumber yang bakteri, virus dan pathogen
merah,paningkatan infeksi bisa teratasi berisiko, misalnya jamur, baik endogen
jumalah limfosit pertahankan ruang isolasi maupun sksogen.
imatur, dan cairan Kriteria Hasil: protektif bagi klien,
Klien dan keluarga pertahankan teknik
mampu mencuci tangan , batasi
mengidentifikasi pengunjung dan gunakan
factor risiko yang protocol rawat mulut.
dapat dikurangi 3. Laporkan bila ada 3. Perubahan tanda vital
serta menyebutkan perubahan tanda vital merupakan tanda dinio
tanda dan gejala dini terjadinya sepsis terutama
infeksi bila terjadi peningkatan suhu
tubuh.
4. Jelaskan alas an 4. Pengertian klien dapat
kewaspadaan dan memperbaiki kepatuhan dan
pantangan mengurangi factor risiko
5. Yakinkan klien dan 5. Granulositopenia dapat
keluarga bahwa menetap 6-12 minggu.
peningkatan kerentanan Pengertian tentang sifat
pada infeksi hanya sementara granulositopenia
sementara. dapat membantu mencegah
kecemasan klien dan
keluaraga
28

6. Minimalkan prosedur 6. Prosedur tertentu dapat


infansif. menyebabkan trauma
jaringan, meningkatkan
kerentanan infeksi.
7. Dapatkan kultur sputum,, 7. Kultur dapat
urine, diare, darah, dan mengkorfirmasikan infeksi
sekeresi tubuh abnormal dan mengidentifikasi
sesuai anjuran. organisasi penyebab.
2 Actual/ resiko tinggi Tujuan Umum: 1. Pantau status cairan 1. Jumlah dan tipe cairan
terhadap penurunan Diharapkan setelah (turgor kulit,membrane pengganti ditentukan dari
volume cairan diakukan asuhan mukosa, dan keluaran keadaan status cairan,
berhubungan keperawatn selama urine)
dengan 3X 24 jam resiko 2. Kaji sumber kehilangan 2. Kehilangan bisa terjadi dari
pengeluaran terhadap penurunan cairan. factor ginjal dan diluar ginjal.
berlebihan seperti volume cairan dapat Penyakit yang mendasari
mual, muntah, teratsi terjadinya kekurangan
pendarahan , diare, volume cairan ini juga harus
dan penurunan Kriteria Hasil: diatasi, pendarahan juga
intake cairan. Membrane mukosa harus dikendalikan.
lembab, turgor kulit 3. Hipotensi dapat terjadi
normal, TTV dalam 3. Auskultasi TD. hipovolemia yang
batas normal dan Bandingkan kedua legan memberikan manifestasi
CRT < 2 detik, urine ukur dalam keadaan sudah terlibat system
<600 ml / hari, dan berbaring, duduk, atau kariovaskuler untuk
hasil lab dalam berdiri bila melakukan konvensasi
batas normal memungkinkan. pertahankan tekanan darah.
4. Megetahui adanya
4. Kaji warna kulit ,suhu pengaruh adnaya
sianosis, nadi perifer, dan peningkatan tahanan periver
diaphoresis secara teratur. 5. Sebagai ukuran
keadekuatan cairan. Intake
5. Timbang BB setiap hari yang lebih besar dari autput
dapat sisinikasikan sebagai
renal obstruksi
6. Perubahan frekuensi dan
irama jantung menunjukan
29

6. Pantau frekuensi jantung koplikasi distritmia.


dan irama 7. Jalur yang paten penting
untuk pemberian cairan
7. Kolaborasi pemberian cepat dan memudahkan
cairan IV perawat dalam melakukan
control intake dan aoutput
cairan.
8. Dapat menurunkan
bertambahnya cairana yang
8. Kolaborasi pemberian keluar
kortikosteroid 9. Bila patelet <20.000/mm
(akibat pengaruh skunder
9. Monitor hasil pemeriksaan obat neoplastik), klen
diagnostic,platelet, dan cenderung mengalami
bekuan darah pendarahan. Penurunan
Hb/Hct berindikasi terhadap
pendarahan.
3 Nyeri kaut Tujuan Umum: 1. Catat karakteristik nyeri, 1. Variasi penampilanklien
berhungan dengan Diharapkan setelah loksi intensitas, serta lama karena nyeri terjadi sebagai
pembesaran diakukan asuhan dan penyebaranya. temuan
kelenjar limfe, efek keperawatn selama 2. Lakukan manajemen nyeri 2. Posisi fisiologis akan
skunder pemberian 3X 24 jam nyeri seprti atur posisi yang meningkatkan asupan O2
agen antileukimia. dapat teratasi nyaman ke jaringan yang megalami
nyeri skunder dari iskemia.
Kriteria Hasil 3. Istirahatkan klien 3. Istirahat menurunkan
secara subjektif kebutuhan O2, jaringan
klien mengatakan perifer sehingga akan
penurunan skala menurunkan deman oksigen
nyeri, secara objektif jaringan
didapatkan TTV 4. Manajemen lingkungan, 4. Lingkungan tenang akan
dalam batas normal, lingkungan yang nyaman menurunkan stimulus nyeri
wajah rileks, dan dan batasi pengunjung. dan pembatasan
tidak terjadi pengunjung akan membantu
penurunan perfus meningkatkan kondisi
perifer. oksigen ruangan yang
berkurang apabila banyak
30

pengunjung yang datan.

5. Ajarkan teknik relakssasi 5. Meningkatkan asupan O2


nafas dalam sehingga menurunkan nyeri
skunder dari iskemia
jariongan.
6. Lakukan majemen 6. Manajemen sentuhan pada
sentuhan saan myeri berupa sentuhan
psdikologis dapat
membantu menurunkan
nyeri
7. Kolaboras pemberian 7. Digunakan untuk
analgetik mengurangi nyeri
sehubungan dengan
hematoma otot yang besar
dan pendarahan sendi
anlgetika oral non-oploid
diberikan untuk menghindari
ketergantungan terhadap
narkotika pada nyeri kronis
8. Kolaborasi pemberian 8. Bentuk terapi utama adalah
kemotrapi kemotrapi dengan
kombinasi vincristine,
predisone,
daunorubicine,dan
asparaginase untuk terapi
awal, dan dilanjutkan
dengan kombinasi
mercaptopurine,
methotrexate, vincristine,
dan prednisone
pemeliharaan.
9. Kolaborasi pemberian 9. Radiasi untuk daeah
radiasi kraniospinal dan injeksi
intratekal obat kemotrapi
dapat membantu mencegah
31

kekambuhan pada system


saraf pusat.
Intoleansi aktifitas, Tujuan Umum: 1. Catat frekuensi dan iama 1. Respon klien terhadap
berhunbugan Diharapkan setelah jantung serta perubahan aktifitas dapat
dengan kelemahan, diakukan asuhan tekanan darah selama dan mengindikasikan penurunan
penurunan sumber keperawatn selama sesudah aktivitas. oksigen miokardium
energy, peningkatan 3X 24 jam 2. Tingkatkan istirahat. 2. Menurunkan kerja
laju metabolic akibat intoleransi aktivitas miokardium kosumsi
produksi leukosit teratasi oksigen
yang berlebih, serta 3. Anjurkan klien untuk 3. Dengan mengenjan dapat
ketidak seimbangan Kriteria Hasil menghindari peningkatan mengakibatkan bradikardi,
suplai oksigen Menunjukan tekanan aabdomen, menurunkan curah jantung,
dengan kebutuhan kemamp-uan misalnya mengenjan saat dan takhikardi serta
beaktifitas dengan defekasi. peningkatan TD
gejala-gejala yang 4. Jelaskan pola peningkatan 4. Aktivitas yang maju
berat, terutama, terhadap dari tingklat memberikan control
mobilisasi di tempat. aktifitas. jantung , meningkatkan
renggangan dan mencegah
4 aktivitas berlebih.
5. Pertahankan klien tirah 5. Untuk ,enmgurangi beban
baring semntara sakit akut jantung
6. Pertahankan rentang 6. Meningkatkan kontraksi otot
gerak pasif selama sakit sehingga membantu aliran
vena balik.
7. Evaluasi kemajuan TTV 7. Untuk mengetahui fungsi
saat aktivitas terjadi. jantung , bila dikaitkan
dengan akltifitas.
8. Berikan waktu istirahat 8. Untuk mendapatkan cukup
diantara waktu aktivitas waktu resolusi bagi tubuh
dan tidak terlal;u memaksa
. kerja jantung .
9. Selama aktivitas kaji EKG, 9. Melihat dampak dari
dispenea, sianosis, kerja aktifvitas terhadap fungsi
dan frekuensi nafas serta jantung
keluhan subjektif.
5 koping individu atau Tujuan Umum: 1. Kaji perubahan dan 1. Menentukan bantuan
32

keluarga tidak Diharapkan setelah gangguan presepsi individual dalam menyusun


efektif, berhubungan diakukan asuhan hubungan dengan derajat rencana perawatan atau
dengan prognosis keperawatn selama ketidak mampuan memilih intervensi.
penyakit, gambaran 3X 24 jam 2. Identifkasi arti kehilangan 2. Berberapa klien dapat
diri yang salah, dan atau disfungsi pada klien menerimadan mengatur
perubahan peran. Kriteria Hasil: perubahan fungsisecara
Klien kooperatif efektif dengan sedikit
pada setiap penyusuaian diri,
intevensi sedangkan yang lain
keperawatan , mempunyai kesulitan
mmpu menyatakan membandingkan mengenal
atau dan mengatur kekurangan.
mengkomusikasikan 3. Anjurkan untuk 3. Menunjuk penerimaan ,
dengan orang mengekspresikan membantu klien untuk
terdekat tentang perasaan , termasuk mengenal dan mulai
situasi dan permusuhan dan menyesuaikan dengan
perubahan yang kemarahan. perasaan tersebut.
sedang terjadi, 4. Catat ketika klien 4. Mendukung penolakan
mampu menyatakan menyatakan terpengaruh terhadap bagian tubuhatau
peenerimaan diri seperti sekarat atau perasaan negative
terhadap situasi, mengingkari dan tehadapgambaran tubuh
mengakui dan menyatakan inilah juga kemampuan yang
menggabungkan kematian. menunjukan kebutuhan dan
perubahan ke dalam intervensi serta dukungan
konsep diri dengan emosional.
cara yang akurat 5. Berikan informasi status 5. Klien dengan hemophilia
tampa harga diri kesehatan pada klien dan sering membutuhkan
yang negatif keluarga. bantuan dalam menghadapi
kondisi kronisketerbatasan
ruang kehidupan.
6. Dukung mekanisme 6. Sejak masa kanak-kanak
koping efektif klien dibantuuntuk
menerima dirinya sendiri
dan penyakitnya serta
mengidetifikasi aspek positif
dari kehidupan
33

mereka.mereka harus
didorong untuk merasa
bearti dan tetap mandiri
dengan mencegah trauma
yang dapat menyebabkan
episode pendarahan akut
dan menggangu kegiatan
normal.
7. Hindari factor peningkatan 7. Perawat harus mengetahui
stress emosional. pengaruh stress, secara
professional dan personal,
serta mengali semua
sumber dukungan untuk
mereka sendiri begiti juga
klien dan keluarganya.
8. Bantu dan anjurkan 8. Membantu meningkatkan
perawatan yang baik dan perasaan harga diri dan
memperbaiki kebiasaan. mengontrol lebih dari satu
area kehidupan.
9. Anjurkan orang terdekat 9. Menghidupkan kembali
untuk mengizinkan klen perasaan kemandirian
malakukan sebanyak- membantu perkembangan
banyaknya hal-hal untuk harga diri serta
dirinya. mempengaruhi proses
rehabilitasi
10. Dukung perilaku atau 10. Klien dapat beradaptasi
usaha seperti peningkatan terhadap perubahan
minat atau partisipasi pengertian tentang peran
dalam aktifitas rehabilitasi. individu masa mendatang.
11. Dukung penggunaan alat 11. Meningkatkan kemandirian
yang dapat untuk membantu
mengadaptasikan klien pemenuhan kebutuhan fisik
dana menunjuk posisi untuk
lebih aktif dalam kegiatan
sosial.
12. Pantau gangguan tidur 12. Dapat mengidentifikasi
34

peningkatan kesulitan terjadinya depresi umumnya


konsentrasi, lethergi, dan terjadi sebagai pengaruh
menarik diri. dari stroke dimana
memerlukan intervensi dan
evaluasi lebih lanjut.
13. Kolaborasi rujuk pada ahli 13. Dapat menfasilitasi
neuropsikologi dan perubahan peran yang
konseling bila ada indikasi penting untukperkembangan
perasaan.
6 Kecemasan individu Tujuan Umum: 1. Kaji tanda verbal dan non 1. Reaksi verbal dan non
dan keluarga Diharapkan setelah verbal kecemasan, verbal dapat menunjukan
berhubungan diakukan asuhan dampingi klien, dan rasa agitasi, marah, dan
dengan prognosis keperawatn selama lakukan tindakan bila gelisah.
penyakit. 3X 24 jam menunjukan perilaku
kecenasan dapat merusak.
teratasi 2. Hindari konfrontasi. 2. Konfrontasi dapat
meningkatkan rasa marah,
Kriteria Hasil: menurunkan kerja sama,
Klien mengatakan dan mungkin memperlambat
kecemasan penyembuhan.
berkurang ,
mengenal 3. Mulai melakukan tindakan 3. Mengurangi rangsangan
perasaannya, dapat untuk mengurangi eksternal yang tidak baik.
mengidentifikasi kecemasan. Beri
penyebab atau lingkungan yang tenang
factor yang dan penuh istirahat.
mempengaruhinya, 4. Tingkat control sensasi 4. Control sensasi klien dalam
kooperatif terhadap klien. memberikan informasi
tindakan, wajah keadaan klien, menekankan
tampak rileks. pada penghargaan terhadap
sumber-sumber koping ,
yang positif, membantu
latihan relaksasi dan teknik
peralihan, serta memberikan
respons baik positif.
5. Orientasikan klien 5. Orientasi dapat menurunkan
35

terhadap prosedur rutin kecemasan.


dan aktifitas yag
diharapkan.
6. Beri kesempatan pada 6. Dapat menghilangkan
klien untuk ketegangan terhadap
mengungkapkan kekhawatiran yang tidak
ansietasnya. diekspresikan.
7. Berikan prifasi untuk klien 7. Member waktu untuk
dan orang terdekat. megekspresikan perasaan,
menghilangkan cemas dan
perilaku adabtasi.
8. Kolaborasi , berikan 8. Meningkatkan relaksasi dan
anticemas sesuai indikasi, menurunkan kecemasan.
contoh diazepam.
36

4. Implementasi keperawatan
Fokus pada pelaksanaan tindakan keperawatan dengan kegiatan
pelaksanaan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
fisik,dan emosional. Pemenuhan kebutuhan fisik dan emosional
adalah variasi, tergantung individu dan masalah yang spesifik.
Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara professional sebagaimana terdapat
dalam standar praktik keperawatan, (Handayaningsih, 2009).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan pada
implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan
menilai criteria hasil dari setiap diagnose keperawatan yang muncul
pada klien sehingga perawat dapat menyimpulkan masalah pada
diagnose tersebut teratasi atau tidak. Adapun penilaian evaluasi
keperawatan pada klien dengan leukemia dengan kriteria hasil yang
dinilai menurui Muttaqin, (2009) adalah sebagai berikut.
a. Actual/ resiko tinggi terhadap infeksi berhubunga dengan
perubahan maturasi sel darah merah,paningkatan jumalah limfosit
imatur, dan cairan dengan hasil criteria hasil yang dinilai yaitu,
Klien dan keluarga mampu mengidentifikasi factor risiko yang
dapat dikurangi serta menyebutkan tanda dan gejala dini infeksi
b. Actual/ resiko tinggi terhadap penurunan volume cairan
berhubungan dengan pengeluaran berlebihan seperti mual,
muntah, pendarahan , diare, dan penurunan intake cairan, dengan
criteria hasil yang dinilai yaitu, Membrane mukosa lembab, turgor
kulit normal, TTV dalam batas normal dan CRT < 2 detik, urine
<600 ml / hari, dan hasil lab dalam batas normal.
c. Nyeri kaut berhungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek
skunder pemberian agen antileukimia, dengan criteria hasil yang
dinilai yaitu, secara subjektif klien mengatakan penurunan skala
nyeri, secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal, wajah
rileks, dan tidak terjadi penurunan perfus perifer.
37

d. Intoleansi aktifitas, berhunbugan dengan kelemahan, penurunan


sumber energy, peningkatan laju metabolic akibat produksi leukosit
yang berlebih, serta ketidak seimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan, dengan criteria hasil yang dinilai yaitu, Menunjukan
kemamp-uan beaktifitas dengan gejala-gejala yang berat,
terutama, mobilisasi di tempat.
e. koping individu atau keluarga tidak efektif, berhubungan dengan
prognosis penyakit, gambaran diri yang salah, dan perubahan
peran, dengan criteria hasil yang dinilai yaitu, Klien kooperatif pada
setiap intevensi keperawatan, mampu menyatakan atau
mengkomusikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan peenerimaan
diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke
dalam konsep diri dengan cara yang akurat tampa harga diri yang
negatif
f. Kecemasan individu dan keluarga berhubungan dengan prognosis
penyakit, dengan criteria hasil yang dinilai yaitu, Klien mengatakan
kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat
mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya,
kooperatif terhadap tindakan, wajah tampak rileks.
g. Kurang pengetahuan, tentang penyakit,prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan sumber, dan salah interprestasi
informasi/kurang mengingat dengan criteria hasil yang dinilai yaitu,
Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan,
melakukan pola hidup yang perlu, dan berpartisipasi dalam
program pengobatan. (Doenges, 2000).

Anda mungkin juga menyukai