BAB II
TINJAUAN TEORITIS
pra sekolah (3-6 tahun), dan kelompok usia 6 tahun keatas yang
terbagi dalam proses pra remaja (6-10 tahun), dan masa remaja
(10-18/20 tahun), (Hidayat, 2009).
a. Periode prenatal
Pertumbuhan terdiri dari dua fase yaitu fase embrio dan
fase fetus, pada fase embrio pertumbuhan dimulai pada 8
minggu pertama dengan terjadidefesiasi yang cepat dan ovum
menjadi satu organnisme dan terbentuknya manusia. Pada
minggu ke dua terjadi pembelahan sel dan terjadi pemisahan
jaringan antara mesoderm. Pada masa ini sampai umur tujuh
minggu belum tampak tejadi gerakan yang meonjol hanya
denyut jantung janin sudah mulai dapat berdenyut sejak empat
minggu, (Hidayat, 2009).
Masa fetus terjadi antara minggu ke-12 sampai 40 terjadi
peningkatan fungsi organm yaitu bertambah ukuran panjang
dan berat badan terutama pertumbuhan dan penambahan
jaringan subkutan dan jaringan (Hidayat, 2009).
b. Post natal
Pada masa ini, perkembangan terbagi atas berberapa masa
pertumbuhan, adapun diantaranya menurut Hidayat, (2009)
adalah sebagai berikut:
1) Masa neonates (0-28 hari)
Pertumbuhan dan perkembangan post natal atau
dikenal dengan pertumbuhan dan perkembangan setelah
lahir ini diawali dengan masa neonates, (0-28 hari) yang
merupakan masa terjadi kehidupan yang baru dalam wkstra
uteri, dengan terjadi proses adabtasi semua sitem organ
tubuh, proses adabtasi dari organ tersebut dimulai dari
aktifitas pernapasan yang disertai pertukaran gas dan
frekuensi pernapasan antara 35-50 kali per menit,
penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali per menit,
dengan ukuran jantung lebih besar apabila dibandingkan
dengan ukuran dada, kemudian terjadi aktifitas (pergerakan)
7
c. Remaja Akhir
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan mencapaian 5 hal menurut Sarwono (2002)
dalam dewi dkk (2015 )yaitu:
1) Minat semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang
lain dalam pengalaman-pengalaman baru
3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memutuskan perhatian pada diri
sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan
diri sendiri dengan orang lain.
5) tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan masyarakat umum (the public).
a. Myelocyte/Myelogeneus leukima
Sel kangker yang berasal dari sel darah merah, granulosytes,
macrophages dan keeping darah.
b. Lymphocytic Leukimia
Sel kangker yang berasal dari lymphocyte cell.
Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih
dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda.
Dan hampir tidak didertita oleh anak-anak. Sebagian besar
leukosit pasien diatas 50.000/µL.
d. Leukemia ,ielositik kronis (LMK)
Leukemia ini sering terjasi pada orng dewasa. Dapat juga
tyerjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit. Leukosit dapat
mencapai lebih dari 150.000/ µL yang memerlukan pengobatan.
3. Etiologi Leukimia
Meskipun sebagian besar penderita leukemia factor-faktor
penyebabnya belum diketahui dan tidak dapat di identifiksasi, tapi
ada berberapa factor yang trbukti dapat menyebabkan leukemia
yaitu factor genetic, sinar radioaktif, dan viru (Wiwik Dan Andi
2012).
Adapun berberapa factor pencetus dari leukemia menurut Padila,
(2013) adalah sebagi berikut:
a. Radiasi
Berdasarkan laporan riset menujukan bahwa:
1) Para pegawai radiologi lebih berisiko terkena leukemia
2) Pasien yang menerima radio terapi berisiko terkena
leukemia
3) Leukemia ditemukan pada korban hidup ledakan bom atom
Hiroshima dan Nagasaki, jepang
b. Factor leukemogenik
Terdapat berberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat
mempengaruhi frekuensi leukemia yaitu
1) Racun lingkungan seperti benzene, paparan pada tingkat-
tingkat yang tinggi dari benzene pada tempat kerja dapat
menyebabkan leukemia
2) Bahan kimia industry seperti insektisida dan formaldehyde
3) Obat untuk kemoterapi, pasien-pasien kangker yang dirawat
dengan obat-obat untuk melawan kangker adakalanya
dikemudian hari mengembangkan leukemia. Contohnya
obat-obatan yang dikenal sebagai agen-agen alkylating
dihubungkan dengan pengembangan leukemia bertahun-
tahun kemudian.
15
c. Herediter
Penderita syndrome down, suatu penyakit yang disebabkan
oleh kromosom-kromosom abnormal mungkin meningkatkan
risiko lukimia. Ia memiliki risiko insidensi leukemia akut 20 kali
lebih besar dari orang normal
d. Virus
Virus dapat menyebabkan leukemia seperti , retro virus, virus
leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.
e. Kelainan kromosom
Sindrom bloom’s trisomi 21 (sindrom down), trisomi G (sindrom
kinefelter), sindrom faconis, kromosom Philadelphia positif,
telangiektasis ataksia (Dasmawati,2013).
4. Patosiologi
Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang
sangat cepat. Normalnya produk sel darah tertentu dari prekusor
sel stem diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang
mengatur produksi sel tersebut terganggu, sel akan membelah diri
sampai ke tingkat sel yang membahayakan (poliferasi neoplastik).
poliiferasi neoplastik dapat terjadi karena kerusakan sumsum
tualng akibat radiasi, virus onkogenik, maupun herediter
(Dasmawati, 2013).
Sel Polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya
dalam sumsum tulang sedangkan limfosit dan sel plasma
dihasilkan dalam berbagai organ limfogen (kelenjar limfe, limpa,
timus, tonsil). Berberapa sel darah putih yang dibentuk dalam
sumsum tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum
tulang sampai mereka dibutuhkan dalam sirkulasi. Bila terjadi
kerusakan sumsum tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan
kimia, maka akan terjadi poliferasi sel-sel darah putih yang
berlebihan dan imatur. Pada kasus LMA (Leukemia mielositik akut),
dimulai dengan pembentukan kangker pada sel miologen muda
(bentuk dini netrofil, monofil, monost, ataulainya) dalam sumsum
tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh sehingga sel-sel
16
Pathway
Poliferasi
Abnormal
Sel Leukosit
Kegagalan Infiltrasi Ke
Sumsum Organ Lain
Tualang Otak GI LIFER GINJAl TULANG
Eritrosit Limfosit Platelet
5. Manifestasi Klinis
ALL (Leukimia Limfositik Akut) dan AML (Akut Meilositik Leukimia)
banyak memiliki kesamaan gambaran klinis, pada sebagian besar
pasien gejala awal leukemia akan timbul dalam waktu kurang dari 3
bulan. Sindroma praleukimia dapat ditemukan pada sekitar 25 %
pasien AML; pada pasien ini biasanya terjadi anemia atau sitopenia
lain berberapa bulan atau tahun sebelum pembentukan leukemia yang
nyata. Pasien ALL (Leukimia Limfositik Akut) atau AML (Akut Meilositik
Leukimia) dapat datang dengan pansitopenia tampa blas dalam
peredaran darahnya, dengan jumlah leukosit normal, atau dengan
leukositosis mencolok, (Harrison 2013).
Leukostasis akibat okulasi mikrosirkulasi oleh sel blas leukemik
dapat meninbulkan hipoperfusi jaringan vital, terutama paru dan otak
leukostasis menjadi lebih sering bila jumlah blas dalam darah melebihi
100X 109 perliter dan lebih sering ditemukan pada sel blas besar pada
AML (Akut Meilositik Leukimia) dari pada ALL (Leukimia Limfositik
Akut). Pasien mungkin mengeluh gejala anemia seperti pucat, mudah
lelah sesak bila melakukan aktifitas.(Harrison 2013)
Adapun gejala-gejala umum yang timbul pada pasien dengan
leukemia menurut Padila, (2013) adalah sebagai berikut:
a. Demam atau berkeringat pada malam hari
b. Sering mengalami infeksi
c. Perasaan lemah atau lelah
d. Sakit kepala
e. Pendarahan dan mudah memar (gusi-gusi yang berdarah tanda-
tanda keungu-unguan pada kulit, atau titik-titik merah yang kecil
dibawah kulit)
f. Nyeri pada tulang atau persendian
g. Pembekakan atu ketidakenakan pada perut
h. Pembekakan nodus-nodus getah bening terutama pada leher atau
ketiak
i. Kehilangan berat badan
6. Komplikasi
Komplikasi pada leukemia menyebabkan timbulnya berberapa
komplikasi , baik secara umum, oral atau craniofacial, adapun macam-
20
kemotrapi jika sel-sel terletak pada fase yang peka dalam siklus
selnya (fase M atau S).hasil akhirnya mungkin menyebabkan
gigi lebih pendek, tipis, akar meruncing, atau hipomineralisasi
atau enamel hi[pomatur
7. Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan medis pada leukemia menurut Wijaya
dan Putri, (2013) adalah sebagi berikut:
a. Tranfusi darah
Biasanya diberikan jika kadar Hb < 6 gr%. Pada trombositopenia
yang berat dan pendarahan massif, dapat diberikan tranfusi
trombosit, jika ada tanda DIC dapat diberikan Hepain
b. Kortikosteroid
(prednisone, kortison) deksametason dsb, setelah dicapai remisi
dons dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan
c. Sitostatika
Umumnya sitotastika diberikan dalam kombinasi bersama-sama
prednisone efek : alopecia, stomatitis, leucopenia, infeksi skunder
(kandidiasit) jka kadar leukosit , 2000/m3 pemberian harus hati-hat.
d. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang baru, imunoterapi diberikan jika
tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup redah (10 3-106)
e. Penatalaksaan kemotrapi
Terdapat tiga fase dalam penatalaksanaan kemotrapi yaitu:
1) Fase induksi
Dimulai 4-6 mg setelah diagnose ditegakkan, pada fase ini
diberikan thy : kortikostroid (prednison), vincristin, dan L-
asparaginase. Fase ini dinyatakan berhasil jika tnda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ditemukan jumlah sel muda
kurang dari 5% dalam sumsum tulang
2) Fase profaksis system saraf pusat
Fase ini diberikan terapi methotrexate, cytrabine dan
hydrocortisone melalui intratekal untuk mencegah infasi sel
leukemia ke otak. Terapi iradiasi karnial dilakukan hanya pada
22
c. Biopsy Limpa
Pemeriksasan ini akan memperlihatkan poliferasi sel leukemia dan
sel yang berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit
normal, RES, granulosit, Pulp cell.
d. Kimia darah
Kolestrol mungkin merendah, asam urat dapat meningkat,
hipogamaglobulinemia
e. Cairan Serebrospinal
Bila terjadi peninggian jumlah sel (sel patologis) dan protein, maka
hal ini bearti suatu leukemia menigeal. Kelainan ini dapat terjadi
setiap saat dari perjalanan penyakit baik pada keadaan remisi
maupun pada keadaan kambuh. Untuk mencegahnya dilakukan
pungsi lumbal dan pemberian metotrekssat (MTX) intratekal secara
rutin pada setiap penderita baru atau pada mereka yang
menunjukan gejala tekanan intrakarnial yang meninggi,.
f. Sitogenetik
70-90% dari kasus LMK menunjukan kelainan kromosom, yaitu
pada kromosom 21 (kromosom phiadelphia atau Ph1) 50-70%
penderita LLA dan LMA mempunya :
1) Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a),
hiperploid (2n+a)
2) Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah
kromosom yang diploid
3) Bertambah atau hilangnya jumlah kromosom (partial depletion).
g. Pemeriksaan Immunophnotyping
Pemeriksaan ini sangat penting untuk menentukan klasifikasi
imunologik leukemia akut. Pemeriksaan ini dikerjakan untuk
pemeriksaan surface marker guna membedakan jenis leukemia.
2. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
leukemia menurut Muttaqin, (2009) adalah sebagi berikut:
a. Actual/ resiko tinggi terhadap infeksi berhubunga dengan
perubahan maturasi sel darah merah,paningkatan jumalah limfosit
imatur, dan cairan
b. Actual/ resiko tinggi terhadap penurunan volume cairan
berhubungan dengan pengeluaran berlebihan seperti mual,
muntah, pendarahan, diare, dan penurunan intake cairan.
c. Nyeri kaut berhungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek
skunder pemberian agen antileukimia.
d. Intoleansi aktifitas, berhunbugan dengan kelemahan, penurunan
sumber energy, peningkatan laju metabolic akibat produksi leukosit
26
3. Intervensi kepreawatan
Adapun intervensi keperawatan pada leukemia menurut Muttaqin (2009) adalah sebagi berikut:
Table 2.1
Intervensi keperawatan
mereka.mereka harus
didorong untuk merasa
bearti dan tetap mandiri
dengan mencegah trauma
yang dapat menyebabkan
episode pendarahan akut
dan menggangu kegiatan
normal.
7. Hindari factor peningkatan 7. Perawat harus mengetahui
stress emosional. pengaruh stress, secara
professional dan personal,
serta mengali semua
sumber dukungan untuk
mereka sendiri begiti juga
klien dan keluarganya.
8. Bantu dan anjurkan 8. Membantu meningkatkan
perawatan yang baik dan perasaan harga diri dan
memperbaiki kebiasaan. mengontrol lebih dari satu
area kehidupan.
9. Anjurkan orang terdekat 9. Menghidupkan kembali
untuk mengizinkan klen perasaan kemandirian
malakukan sebanyak- membantu perkembangan
banyaknya hal-hal untuk harga diri serta
dirinya. mempengaruhi proses
rehabilitasi
10. Dukung perilaku atau 10. Klien dapat beradaptasi
usaha seperti peningkatan terhadap perubahan
minat atau partisipasi pengertian tentang peran
dalam aktifitas rehabilitasi. individu masa mendatang.
11. Dukung penggunaan alat 11. Meningkatkan kemandirian
yang dapat untuk membantu
mengadaptasikan klien pemenuhan kebutuhan fisik
dana menunjuk posisi untuk
lebih aktif dalam kegiatan
sosial.
12. Pantau gangguan tidur 12. Dapat mengidentifikasi
34
4. Implementasi keperawatan
Fokus pada pelaksanaan tindakan keperawatan dengan kegiatan
pelaksanaan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
fisik,dan emosional. Pemenuhan kebutuhan fisik dan emosional
adalah variasi, tergantung individu dan masalah yang spesifik.
Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara professional sebagaimana terdapat
dalam standar praktik keperawatan, (Handayaningsih, 2009).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan pada
implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan
menilai criteria hasil dari setiap diagnose keperawatan yang muncul
pada klien sehingga perawat dapat menyimpulkan masalah pada
diagnose tersebut teratasi atau tidak. Adapun penilaian evaluasi
keperawatan pada klien dengan leukemia dengan kriteria hasil yang
dinilai menurui Muttaqin, (2009) adalah sebagai berikut.
a. Actual/ resiko tinggi terhadap infeksi berhubunga dengan
perubahan maturasi sel darah merah,paningkatan jumalah limfosit
imatur, dan cairan dengan hasil criteria hasil yang dinilai yaitu,
Klien dan keluarga mampu mengidentifikasi factor risiko yang
dapat dikurangi serta menyebutkan tanda dan gejala dini infeksi
b. Actual/ resiko tinggi terhadap penurunan volume cairan
berhubungan dengan pengeluaran berlebihan seperti mual,
muntah, pendarahan , diare, dan penurunan intake cairan, dengan
criteria hasil yang dinilai yaitu, Membrane mukosa lembab, turgor
kulit normal, TTV dalam batas normal dan CRT < 2 detik, urine
<600 ml / hari, dan hasil lab dalam batas normal.
c. Nyeri kaut berhungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek
skunder pemberian agen antileukimia, dengan criteria hasil yang
dinilai yaitu, secara subjektif klien mengatakan penurunan skala
nyeri, secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal, wajah
rileks, dan tidak terjadi penurunan perfus perifer.
37