Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan memberikan uraian tentang “Asuhan


Keperawatan Pemenuhan kebutuhan Oksigenasi Pada Tn. P di Ruang Cempaka
RSUD Dr. Soedirman Kebumen”. Disini penulis akan membahas mengenai
pengertian diagnosa sesuai NANDA, pathway masalah sebagai dasar munculnya
diagnosa tersebut, intervensi, implementasi yang dilakukan untuk mengenai
masalah sesuai dengan NOC (nursing outcome classification) dan NIC (nursing
interventions classification) serta hasil evaluasi tindakan (analisa berdasarkan
sumber referensi dan jurnal keperawatan).

A. Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola napas (00032)


1. Pengertian
Ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi dan/atau ekspirasi
yang tidak memberi ventilasi adekuat (Herdman, 2015).
2. Batasan karakteristik
Batasan karakteristiknya adalah: Bradipnea, dispnea, fase
ekspirasi memanjang, ortopnea, penggunaan otot bantu pernapasan,
penggunaan posisi tiga-titik, peningkatan diameter anterior-posterior,
penurunan kapasitas vital, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan
tekanan inspirasi, penurunan ventilasi semenit, pernapasan bibir,
pernapasan cuping hidung, perubahan ekskursi dada, pola napas
abnormal (misal irama, frekuensi, kedalaman), takipnea (Herdman,
2015).
Batasan karakteristik yang penulis temukan pada tanggal 30 Mei
2016, yaitu klien mengatakan sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, klien mengatakan ketika melakukan aktivitas bertambah
sesak, klien mengatakan kadang merasa nyeri pada dadanya, klien

25
26

terlihat menggunakan otot-otot bantu pernapasan, tekanan darah


147/70 mmHg, nadi 102 x/menit, respirasi rate 29 x/menit, hasil
rontgen thorax tanggal 26 Mei 2016 bronkopneumonia, cardiomegali
dan curiga edema pulmo. Hasil EKG (Electrokardiogram) pada
tanggal tanggal 28 Mei 2016 : PAC (Premature Atrial Contruction)
dan Sinus Tachycardia Left Atrial Entargement. Dari batasan
karakteristik yang muncul penulis menyimpulkan bahwa data yang
ditemukan pada Tn. P sudah cukup memenuhi data yang ada pada
teori Diagnosa keperawatan (Herdman, 2015).
3. Patofisiologi fokus
Beban volume berlebihan gagal jantung kanan gagal memompa
ventrikel kanan, tekanan diastol meningkat bendungan atrium kanan
dan bendungan vena sistemik mengalir ke hepar sehingga menjadikan
hepar bengkak atau yang disebut hepatomegali, kemudian cairan
mendesak ke diagfragma kemudian sesak napas (Elizabeth, 2009).
Disfungsi miocard penurunan kontaktilitas jantung
Gagal jantung gangguan pengosongan ventrikel penurunan
volume sekuncup & peningkatan residu ventrikel penumpukan
darah di vena pulmonalis peningkatan tekanan hidrostatik
perpindahan cairan kapiler ke interstitial edema pulmo
ketidakefektifan pola napas (Smeltzer, 2008).
4. Faktor yang berhubungan
Faktor-faktor yang berhubungan adalah ansietas, cedera medula
spinalis, deformitas dinding dada, deformitas tulang, disfungsi
neuromuskular, gangguan muskuloskeletal, gangguan neurologis
(misal Elektroensefalogram (EEG) positif, trauma kepala, gangguan
kejang), hiperventilasi, imaturitas neurologis, keletihan, keletihan otot
pernapasan, nyeri, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi
paru, sindrom hipoventilasi (Herdman, 2015).
Faktor yang berhubungan dengan terjadinya ketidakefektifan
pola napas pada Tn. P di rumah sakit adalah hiperventilasi. Diagnosa
27

ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi ini


diangkat sebagai diagnosa prioritas utama karena apabila masalah ini
dapat terselesaikan akan membawa perbaikan bagi penyelesaian
masalah keperawatan yang lain dan mempermudah tindakan
selanjutnya. Kemudian menurut hirerarki Maslow, pola napas
merupakan kebutuhan yang paling mendasar yang dibutuhkan seperti
makanan, air, dan pola napas termasuk kebutuhan udara sehingga
menempati prioritas utama.

B. Diagnosa 2 : Intoleran Aktivitas (00092)


1. Pengertian
Intoleran Aktivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis
atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan
(Herdman, 2015).
2. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik intoleran aktivitas: dispnea setelah
beraktivitas, keletihan, ketidaknyamanan setelah beraktivitas,
perubahan elektrokardiogram (EKG) (misal: aritmia, abnormalitas
konduksi, iskemia), respons frekuensi jantung abnormal terhadap
aktivitas, respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas.
(Herdman, 2015). Batasan karakteristik yang penulis temukan pada
tanggal 30 Mei 2016, yaitu klien mengatakan apabila setelah
beraktifitas merasa sesak, klien mengatakan merasa cepat letih dan
klien hanya tiduran di tempat tidur.
Dari batasan karakteristik yang muncul, penulis menyimpulkan
bahwa data yang ditemukan pada Tn. P sudah cukup memenuhi data
yang ada, namun masih banyak yang harus penulis kaji untuk
mengambil diagnosa misal, dispnea setelah beraktivitas, keletihan,
ketidaknyamanan setelah beraktivitas, perubahan elektrokardiogram
(EKG) (misal: aritmia, abnormalitas konduksi, iskemia), respons
28

frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas, respons tekanan darah


abnormal terhadap aktivitas, namun karena penulis kurang teliti dalam
mengkaji klien sehingga dalam proses pendokumentasiannya kurang
lengkap.
3. Patofisiologi fokus
Terjadinya penurunan kontraksi miokard menjadikan penurunan
kardiac output. Jantung tidak bisa maksimal untuk memompa aliran
darah ke organ tubuh karena suplai oksigen oksigen turun, maka
metabolisme dalam tubuh ikut menurun. Menurunnya suplai oksigen
dan disertai metabolisme dalam tubuh yang menurun, menjadikan
kelemahan pada organ tubuh dan menimbulkan masalah keperawatan
intoleran aktivitas (prince, 2005).
4. Faktor yang berhubungan
Gaya hidup kurang gerak, imobilitas, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, dan tirah baring.
Pada pasien, penulis menentukan diagnosa intoleran aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen. Hasil pengkajian klien mengatakan apabila setelah
beraktifitas merasa sesak, klien mengatakan merasa cepat letih dan
klien hanya tiduran di tempat tidur.

C. Diagnosa 3 : Defisiensi Pengetahuan (00126)


1. Pengertian
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu (Herdman, 2015).
2. Batasan karakteristik
Ketidakakuratan melakukan tes, ketidakakuratan mengikuti
perintah, kurang pengetahuan, dan perilaku tidak tepat (misal: histeria,
bermusuhan, agitasi, dan apatis) (Herdman, 2015). Faktor resiko yang
penulis temukan pada tanggal 31 Mei 2015, yaitu klien mengatakan
belum begitu paham tentang penyakit jantung, keluarga mengatakan
29

cara penanganan dan makanan pantangan dan keluarga tampak


bingung saat ditanya seputar penyakit jantung.
3. Patofisiologi fokus
Pengetahuan merupakan informasi yang kita anggap benar
berdasarkan pemikiran yang melibatkan pengujian empiris (pemikiran
fenomena yang diobservasi secara langsung) atau berdasarkan atas
proses berpikir lainnya seperti pemberian alasan logis atau
penyelesaian masalah. Dalam hal ini pengetahuan sangat penting
dalam menentukan tindakan seseorang (Hidayat, 2007).
4. Faktor yang berhubungan
Gangguan fungsi kognitif, gangguan memori, kurang
informasi, kurang minat untuk belajar, kurang sumber pengetahuan,
dan salah pengertian terhadap orang lain (Hermand, 2015). Pada
pasien, penulis menentukan diagnosa defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi. Hasil pengkajian klien
mengatakan belum begitu paham tentang penyakit jantung, keluarga
mengatakan cara penanganan dan makanan pantangan dan keluarga
tampak bingung saat ditanya seputar penyakit jantung.

D. Implementasi
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dengan kebutuhan
Diagnosa ini diangkat karena didapat data subjektif klien
mengatakan sesak napas, klien mengatakan ketika melakukan
aktivitas bertambah sesak dan klien mengatakan kadang merasa nyeri
pada dadanya. Data objektif pasien terlihat menggunakan otot-otot
bantu pernapasan, respirasi rate 29 x/menit.
Penulis membuat intervensi tindakan dengan tujuan dan kriteria
hasil sesuai dengan Nursing Outcomes Classification (NOC) dan
Nursing Interventions Classification (NIC) untuk mengatasi masalah
klien. Adapun intervensinya adalah sebagai berikut: setelah dilakukan
30

tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan: Respiratory


status: Ventilation (0403), Respiratory status: Airway paten (0410),
Vital sign (0802) ketidakefektifan pola napas akan teratasi dengan
kriteria hasil: tidak ada sesak, tanda-tanda vital dalam batas normal
dan suara paru Vesikuler.
Intervensi yang dilakukan adalah Airway Management (3140)
tindakan yang dilakukan adalah posisi pasien untuk memaksimalkan
ventilasi (posisi semifowler), berikan terapi oksigen, pertahankan
jalan napas yang paten, monitor respirasi dan status oksigen, monitor
vital sign, informasikan pada pasien dan keluarga tentang teknik
relaksasi untuk memperbaiki pola napas.
Adapun tindakan atau implementasi yang telah penulis lakukan
adalah sebagai berikut:
a. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Yaitu memposisikan pasien dengan meninggikan kepala atau
posisi semifowler. Posisi semifowler adalah dimana punggung
pasien berada pada 45˚ dari tempat tidur. Rasionalnya adalah
untuk meningkatkan atau mempertahankan ekspansi dada.
Kekuatannya adalah pasien akan merasa lebih nyaman dan sesak
berkurang. Kelemahannya adalah pasien merasa takut untuk
mengubah posisinya akan terasa sesak.
b. Memberikan terapi oksigen
Pemberian oksigen pada pasien jantung untuk meningkatkan
sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard efek iskemi.
Rasionalnya adalah meningkatkan sediaan oksigen untuk
kebutuhan tubuh. Kekuatannya adalah memperbaiki aliran oksigen
kedalam tubuh. Kelemahannya adalah jika pemberian oksigen
berlebih akan menyebabkan sesak karena terjadi hiperventilasi.
c. Memonitor respirasi
Memonitor respirasi dilakukan untuk mengetahui kecepatan
inspirasi atau ekspirasi pada pasien yang mengalami sesak napas.
31

Biasanya pasien yang mengalami sesak frekuensi nafasnya lebih


diatas nornal. Rasionalnya adalah mengetahui kecepatan napas
pasien.
d. Monitor vital sign
Tindakan untuk mengukur tekanan darah pasien dengan
menggunakan tensi meter, mengukur nadi dengan menggunakan
jam tangan dalam waktu satu menit, mengukur suhu dengan
menggunakan thermometer, mengukur respirasi dengan
memperhatikan inspirasi dan ekspirasi. Rasionalnya mengetahui
perubahan respon pada pasien yang meliputi tekanan darah, nadi,
suhu, serta respirasi rate dengan sistem tubuh.
e. Mengajarkan relaksasi napas dalam untuk memperbaiki pola
napas
Yaitu mengajarkan pasien cara napas dalam yang benar.
Rasionalnya adalah dapat meningkatkan atau banyaknya sputum
dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidaknyamanan upaya
bernapas.
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan
Diagnosa ini diangkat karena didapat data subjektif pasien
mengatakan apabila setelah beraktivitas merasa sesak, klien
mengatakan merasa cepat letih. Data objektif klien terlihat hanya
tiduran dan aktivitas dibantu oleh keluarga.
Penulis membuat intervensi tindakan dengan tujuan dan kriteria
hasil sesuai dengan Nursing Outcomes Classification (NOC) dan
Nursing Interventions Classification (NIC) untuk mengatasi masalah
klien. Adapun intervensinya adalah sebagai berikut: setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan: Activity tolerance
(0005) Intoleran aktivitas teratasi dengan kriteria hasil: klien
menentukan aktivitas sesuai dengan peningkatan tanda-tanda vital,
melaporkan aktivitas harian.
32

Intervensi yang dilakukan adalah Activity terapy (4310),


tindakan yang dilakukan adalah berikan posisi tidur setengah duduk,
pantau dypsnea saat aktivitas, beritahu pasien jika mau beraktivitas
jika terasa sesak atur napas dulu.
Adapun tindakan atau implementasi yang telah penulis lakukan
sebagai berikut:
a. Memberikan posisi tidur setengah duduk
Untuk memudahkan pertukaran gas, untuk menurunkan hipoksia
dan napas pendek berulang yang menimbulkan kelelahan.
b. Memantau dypsnea saat aktivitas
Rasionalnya adalah jika terjadi dypsnea akan diberikan terapi lebih
lanjut
c. Memberitahu pasien jika mau beraktivitas jika terasa sesak atur
napas dulu
Jika pasien merasakan sesak dan memaksa untuk beraktivitas
maka beban kerja jantung akan meningkat dan mengakibatkan
sesak.
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Berdasarkan diagnosa defisiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurang informasi, penulis merencanakan tindakan
keperawatan menurut NIC (nursing intervetion classification) dengan
label Teaching disease process, antara lain:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
b. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
c. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
d. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
e. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan klien dengan
cara yang tepat
Berdasarkan dari diagnosa defisiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurang informasi, penulis mencoba melakukan tindakan
33

keperawatan yang relevan menurut NIC (nursing intervention


classification) dengan label Teaching disease process yang bertujuan
klien mampu memahami tentang penyakit, antara lain:
a. Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
b. Menjelaskan tentang pengertian dan penyebab penyakit
c. Menggambarkan tentang patofisiologi penyakit
d. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit
e. Menjelaskan tentang pencegahan penyakit
f. Menyediakan informasi dengan leaflet
g. Mendemonstrasikan cara pencegahan penyakit
E. Analisis Tindakan Oksigenasi
Proses pemberian asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada Tn. P di Ruang Teratai RSU Purwogondo diharapkan dapat
membantu kesembuhan pasien dan mengatasi masalah dalam intervensi
pemenuhan kebutuhan oksigenasi penulis memilih pemberian oksigenasi
untuk dilakukan analisis karena terapi oksigen adalah cara untuk
mendapatkan lebih banyak oksigen dalam paru-paru dan aliran darah. Hal
ini kadang-kadang digunakan untuk orang yang memiliki penyakit yang
membuatnya sulit untuk bernapas, seperti gagal jantung. Terapi oksigen
dapat membuat lebih mudah untuk bernapas. Dan itu dapat mengurangi
beban kerja jantung.
Beberapa orang membutuhkan oksigen sepanjang waktu. Lainnya
membutuhkannya dari waktu ke waktu sepanjang hari atau semalam. Untuk
menghirup oksigen, kebanyakan orang menggunakan nasal kanul. Ini adalah
tabung tipis dengan dua cabang yang sesuai dengan hidung. Anak-anak dan
orang dewasa yang membutuhkan oksigen mungkin perlu menggunakan
masker yang cocok di atas hidung dan mulut.
Terapi oksigen dalam jangka panjang diberikan kepada pasien gagal
jantung yang memiliki tingkat oksigen dalam darah mereka. Hal ini
diberikan untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam darah untuk
menyediakan kebutuhan tubuh.
34

Pada gagal jantung, kontraktilitas miokardium yang menurun


mengurangi volume sekuncup dan meningkatkan residu ventrikel sehingga
terjadi penekanan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang akan diikuti
oleh peningkatan onkotik pembuluh darah maka akan terjadi perpindahan
cairan merembes kedalam intersisial. Peningkatan tekanan lebih lanjut
dapat mengakibatkan cairan merembes kedalam alveoli dan terjadilah
edema paru sehingga menimbulkan rasa sesak saat bernapas.
Pada pasien ini mengeluhkan sesak napas. Posisi pasien pada saat
dikaji duduk setengah badan/semifowler. Terpasang oksigen 3 liter per
menit dan infus asering 10 tetes per menit. Tanda-tanda vital pasien saat
dikaji tekanan darah 147/70 mmHg, nadi 102 x/menit, respirasi 29 x/menit,
suhu 36˚C. Oksigen memegang peran penting dalam semua proses tubuh
secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara
fungsional akan mengalami kemunduran atau bahkan kematian. Oleh karena
itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama yang
sangat vital bagi tubuh.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Parales & Llorens
dkk tahun 2011 dengan judul High-Flow Therapy Via Nasal Cannula in
Acute Heart Failure dapat disimpulkan bahwa derajat dyspnea menunjukan
perbaikan yang signifikan setelah 24 jam pengobatan dengan sistem HFT
(High Flow Therapy). Pada pasien dengan sedang atau berat dyspnea,
intensitas kondisi meningkat secara signifikan, menjadi ringan pada 80%
pasien, dengan penurunan upaya pernapasan dan takipnea.
Dari hasil penelitian lain juga dilakukan Mezika & Mayot tahun 2012
yang berjudul Impact of high-flow nasal cannula oxygen therapy on
intensive care unit patients with acute respiratory failure: A prospective
observational study yaitu hasil ini diperoleh dalam kehidupan nyata dari
manajemen Acute Respiratory Failure (ARF) menunjukan bahwa pasien
dapat dengan aman dikelola selama beberapa hari dengan HFNC (High
Flow Nasal Cannula). Teknik ini menawarkan alternatif untuk oksigenasi
konvensional.
35

Dari hasil penelitian lain yang dilakukan Budi Widiyanto & L. S.


Yamin tahun 2014 yang berjudul Terapi Oksigen Terhadap Perubahan
Saturasi Oksigen Melalui Pemeriksaan Oksimetri Pada Pasien Infark
Miokard Akut (IMA) di RSUD Dr. Moerwardi Surakarta yaitu hasil yang
diperoleh dari penelitian ini bahwa dengan terapi oksigen binasal kanul
dapat mengembalikan saturasi oksigen dari kondisi hipoksia ringan ke
kondisi normal secara bermakna. Dimana pada pasien dengan infark
miokard terjadi sumbatan ataupun penyempitan arteri koroner yang
menyebabkan jaringan miokard mengalami iskemik, maka dengan
pemberian terapi oksigen dapat mempengaruhi tonus otot arteri sehingga
menyebabkan vasolilatasi dari arteri koroner (sebagaimana kondisi hipoksia
dapat menyebabkan vasokontriksi arteri koroner), sehingga suplai darah dan
oksigen ke jaringan miokard yang mengalami iskemik dapat kembali baik
yang pada akhirnya dapat mempertahankan fungsi pompa ventrikel dan
fungsi sistem kardiovaskuler secara umum sebagai salah satu sistem
transportasi oksigen yang menentukan saturasi oksigen, bahwa ada
pengaruh perubahan saturasi oksigen yang sangat signifikan sebelum
pemberian terapi oksigen dengan setelah pemberian terapi oksigen pada
pasien infrak miokard akut RSUD Dr. Moerwardi di Surakarta.
Inovasi analisis keperawatan dari penulis adalah dengan menggunakan
jahe Obat sesak napas alami adalah dengan menggunakan jahe. Cara
menggunakan jahe ini, untuk mengatasi sesak napas adalah dengan cara
direbus sampai matang, yang sebelumnya sudah dipotong. Saring dan
minum air ramuan jahe ini dengan dengan rutin dan teratur, agar sesak
napas ini dapat cepat sembuh. Terapkan cara ini dengan sebaik mungkin,
agar sesak napas cepat menghilang cara ini sangat ampuh dan mujarab
untuk siapa saja bagi yang ingin mengatasi napas sesak tanpa ada efek
samping. Oleh sebab itu, anda harus bisa menjaga kondisi kesehatan dan
kebersihan tubuh dengan baik dan benar, agar tidak mudah mengalami
napas sesak.

Anda mungkin juga menyukai