Skripsi Juliana
Skripsi Juliana
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
JULIANA
A 211 07 621
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Diajukan Oleh
JULIANA
A211 07 621
Universitas Hasanuddin
Makassar
Pembimbing I Pembimbing II
Puji syukur atas berkat yang telah dilimpahkanNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi
sebagian dari syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Hasanuddin.
Penulis mengkonsentrasikan pada kredit macet dan penggunaan kredit kerja dengan judul
Penulis telah berusaha untuk menyusun tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya dengan
berusaha mempelajari dan menekuni bahan-bahan yang diperlukan meskipun demikian penulis
menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, karena pengetahuan dan
pengalaman penulis masih terbatas, namun harapan penulis tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat khususnya bagi perusahaan tempat penulis melakukan riset serta bagi para pembaca.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terimakasih yang tidak terhingga
atas dukungannya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga tersusunnya skripsi ini
1. Orang tua papa yang ada disurga A.Zainal Abidin, mama A.Januati yang tidak berhenti
untuk memberi doa dan memberi semangat, kakakku A.Juwita, dan buat akang Murham
Universitas Hasanuddin.
3. Bapak Dr. Muhammad Yunus Amar, MT, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
4. Ibu Dr. Idayanti SE, M.Si dan Bapak Drs. Fauzi R Rahim, M.Si, selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan serta pengarahan
5. Bapak dan Ibu dosen Universitas Hasanuddin Fakultas Ekonomi yang telah memberi
Cakra Januar Hakim, Muh. Ilham Yasin, Rahmat AR dan teman-teman dari
Kecamatan Ulu Ere yang telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
7. Sahabatku tercinta yang tergabung dalam Aulley Melisa Anastasia, Pascoela Viera,
Brigita Ayu, Dewi Perdana, Nurjannah, Reyni Prasetyani, Stella, Asniar AS, Anissa
Engelen, A.Sitti Khadijah, Vola Winestia, Mulyana, Yolanda Soma, Selvy Juniarti,
Masriati.
8. Teman-teman dan juga sahabatku Rini Adriyanti, Kartini Rizky, Fajrina Tamsil,
kak Ayu.
10. Serta semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis
Demikian ucapan terima kasih penulis kepada semua pihak yang telah membantu dan
semoga budi baiknya dibalas oleh ALLAH SWT. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini
dapat menambah manfaat bagi pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.
Penulis
JULIANA
ABSTRAK
JULIANA. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Non Performing Loan (NPL) Pada Bank
BUMN Di Indonesia (dibimbing oleh Dr. Idayanti, SE, M.Si dan Drs. Fauzi R Rahim, M.Si).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah kredit yang diterima oleh bank
(X) dan kredit bermasalah (Y), pada PT Bank BUMN Se- Indonesia. Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana, analisis korelasi (r), serta
pengujian hipotesis dengan analisis uji-t.
Dari hasil perhitungan regresi sederhana diperoleh nilai konstanta (a) adalah 0.66846 dan
nilai koefisien regresi (b) adalah 0,279, sehingga diperoleh persamaan regresi sederhana yaitu Y^
= 0.66846 + 0,279X yang berarti koefisien intercept (a) atau nilai konstanta = 0.66846 ini
menunjukkan jika tingkat penyaluran kredit konsumtif Rp 0, maka pendapatan bunga kredit akan
mengalami peningkatan sebesar Rp 668.460. Sedangkan koefisien regresi (b) = 0,279
menunjukkan bahwa setiap terjadi perubahan tingkat kredit konsumtif sebesar Rp 1, maka akan
menyebabkan peningkatan pendapatan bunga kredit sebesar Rp 0,279.
Hasil korelasi (r) antara jumlah kredit yang diterima oleh bank (X) dan kredit bermasalah
(Y) diperoleh r = 0,279 yang menunjukkan terjadi korelasi yang sangat kuat antara kredit
konsumtif dan pendapatan bunga kredit. Hal ini berarti bahwa apabila penyaluran kredit
konsumtif meningkat, maka pendapatan bunga kredit pada PT Bank BUMN Se-Indonesia juga
meningkat.
Sedangkan kontribusi kredit konsumtif terhadap pendapatan bunga kredit dapat dilihat
melalui nilai koefisien determinasi yang diperoleh yaitu r2 = 0,28, yang berarti bahwa kredit
konsumtif berpengaruh sebesar 28% terhadap pendapatan bunga kredit, sedangkan sisanya yaitu
sebesar 72% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
Dari hasil perhitungan análisis uji-t, diperoleh thitung = 2.890 dan ttabel = 1,860, dengan
signifikansi 0,000 < 0,05. Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima, yang berarti bahwa terdapat pengaruh dan kontribusi yang signifikan antara jumlah
kredit (X) secara parsial terhadap kredit macet (Y) pada PT Bank BUMN Se-Indonesia. Dengan
demikian, hasil penelitian ini mendukung hipotesis.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….... i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR…………………..………………………………….. iv
ABSTRAK………………………………………………………………………. vii
BAB I PENDAHULUAN 1
2. Rumusan Masalah…………………………………………………. 5
4. Sistematika Penulisan……………………………………………… 6
1. Bank……………………………………………………………….. 8
A. Pengertian Bank dan Perbankan……………………………….. 9
A. Klasifikasi Bank……………………………………………....... 12
3. Kredit ……………………………………………………………… 18
A. Pengertian Kredit………………………………………….……. 18
D. Unsur-Unsur Kredit……………………………………………… 26
E. Fungsi Kredit…………………………………………………….. 27
3. Jenis-Jenis Kredit…………………………………………………… 29
5. Penelitian Sebelumnya………………………………………………….. 40
B. Hipotesis…………………………………………………………… 43
A. Jenis Data………………………………………………………. 44
B. Sumber Data……………..……………………………………... 44
A. Ananlisis Deskriptif……………………………………………….. 47
C. Uji-t………………………………………………………………... 50
A. Uji Heteroskedisitas……………………………………………….. 72
B. Uji Normalitas……………………………………………………… 77
C. Uji t………………………………………………………………… 77
BAB VI PENUTUP 81
6.1. Kesimpulan………………………………………………………….. 81
6.2. Saran………………………………………………………………… 82
DAFTAR PUSTAKA 8
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Total Non Performing Loan (NPL) Bank BRI (dalam %) Periode 2006
2010…………………………………………………………………… 65
Tabel 5.2 Total Non Performing Loan (NPL) Bank BNI (dalam %) Periode 2006-
2010…………………………………………………………………….. 65
Tabel 5.3 Total Non Performing Loan (NPL) Bank BTN (dalam %) Periode 2006-
2010…………………………………………………………………….. 65
Tabel 5.4 Total Non Performing Loan (NPL) Bank Mandiri (dalam %) Periode 2006-
2010…………………………………………………………………….. 66
Tabel 5.5 Total Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank BRI (dalam %) Periode 2006-
2007…………………………………………………………………… 67
Tabel 5.6 Total Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank BNI (dalam %) Periode 2006-
2007…………………………………………………………………… 67
Tabel 5.7 Total Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank BTN (dalam %) Periode 2006-
2007…………………………………………………………………… 67
Tabel 5.8 Total Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Mandiri (dalam %) Periode 2006-
2007…………………………………………………………………… 68
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Bank adalah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali pada masyarakat dalam bentuk kredit. Oleh karena itu, kredit menjadi salah satu
kegiatan operasional utama bank dalam upaya memperoleh laba. Penggunaan dana untuk
Walaupun kredit dianggap sebagai salah satu sumber utama, namun bukan berarti
perbankan lancar dalam kegiatan penyaluran kreditnnya. Kondisi dimana kredit yang
telah disalurkan bank kepada masyarakat dan ternyata tidak dapat dibayar kembali pada
pihak bank tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjanjian kreditnya, yang meliputi
pinjaman pokok dan bunga, menyebabkan kredit dapat digolongkan menjadi kredit
stabilitas perbankan atau risiko kredit. Meskipun data yang ada pada PT. Bank BUMN
menunjukkan bahwa risiko ini cukup terkendali di tahun 2009 dan bahkan dari sisi rasio
NPL terdapat penurunan dalam beberapa tahun terakhir, namun kedepan akan mengalami
peningkatan.
Keberadaan kredit macet dalam dunia perbankan merupakan suatu penyakit kronis yang
sangat mengganggu dan mengancam sistem perbankan Indonesia yang harus diantisipasi oleh
semua pihak terlebih lagi keberadaan bank mempunyai peranan strategis dalam kegiatan
perekonomian Indonesia. Kredit yang diberikan oleh bank mempunyai pengaruh yang sangat
penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, karena kredit yang diberikan secara
selektif dan terarah oleh bank kepada nasabah dapat menunjang terlaksananya pembangunan
sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Kredit yang diberikan oleh bank sebagai
sarana untuk mendorong pertumbuhan ekonomi baik secara umum maupun khusus untuk sektor
1. Mencari Keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut
terutama dari bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik
dana investasi maupun dana untuk modal kerja, maka pihak debitur akan dapat
3. Membantu Pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan maka
diberbagai sektor. Bank dalam memberikan kredit, wajib mempunyai kenyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang
menghendaki adanya jaminan atau agunan yang dapat digunakan sebagai pengganti
pelunasan hutang bilamana dikemudian hari debitur cedera janji atau wanprestasi.
yang diberikan kepada debitur dengan cara mengeksekusi objek jaminan kredit.
Hal-hal yang mendasari perkiraan ini adalah, pertama krisis global belum
kredit biasanya akan meningkat, sehingga kalau terlalu cepat bertumbuh dapat berpotensi
meningkatkan risiko kredit. Ketiga, jumlah kredit dengan kolektibilitas Dalam Perhatian
Khusus (golongan 2) pada PT. Bank BUMN masih cukup besar yaitu Rp. 670.603.710
per desember 2009. Apabila kondisi ekonomi tiba-tiba memburuk sehingga misalnya
25% dari kredit Dalam Perhatian Khusus akan mengalami peningkatan. Untuk
meminimalisir resiko kredit ini, kehati-hatian sangat perlu dijaga oleh bank.
Non Performing loan (NPL) adalah salah satu cara untuk menilai kinerja fungsi
bank dalam mengelola bisnisnya. NPL yang tinggi menyebabkan timbulnya masalah
dua, yaitu: faktor internal bank, yang berhubungan dengan kebijakan dan strategi yang
ditempuh pihak bank, baik manajemen maupun kualitas sumber daya manusia dan faktor
eksternal yang berhubungan dengan perekonomian, persaingan dan kondisi usaha debitur.
Faktor-faktor internal bank merupakan faktor yang dapat dikendalikan dan
dikelola secara langsung oleh bank. Oleh kerena itu, Dalam penelitian ini penulis
internal bank, yaitu Loan to Deposite Ratio (LDR) terhadap kredit macet Non Performing
Loan (NPL) pada Bank BUMN untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
tingkat NPL.
Kondisi tersebut menarik perhatian peneliti untuk menyusun Tugas Akhir dengan
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah adalah :
1. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh positif dan signfikan terhadap
` A. Tujuan penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan
Manfaat yang diharapkan dari kajian penelitian ini adalah sebagai berikut:
4. Sistematika Penulisan
keseluruhan mengenai hal-halyang akan diuraikan dalam proposal ini. Secara garis besar
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang : latar belakang masalah yang merupakan uraian
didasarkan pada ruang lingkup permasalahan yang diteliti, pembatasan masalah yang
diperlukan agar permasalahan yang ada tidak akan meluas, tujuan penelitian dan manfaat
penelitian merupakan jawaban terhadap rancangan yang akan dikaji dalam penelitian,
penelitian, dan yang terakhir sistematika skripsi yang berisi garis besar skripsi ini.
penelitian. Dalam menganalisis permasalahan yang akan diulas yaitu Loan to Deposite
Ratio (LDR) terhadap Non Performing Loan (NPL). Secara keseluruhan terdiri dari :
tinjauan umum tentang bank, dana bank, biaya dana bank, suku bunga, dan pendapatan
bunga bank, hasil penelitian sebelumnya, kerangka pikir, hipotesis, serta model
penelitian.
Dalam bab ini diuraikan tentang : metode yang digunakan, jenis dan sumber data,
teknik dan metode pengumpulan data, metode analisis data, operasionalisasi variabel,
Dalam bab ini diuraikan tentang : gambaran umum perusahaan yang diteliti dalam
Dalam bab ini diuraikan tentang : Loan to Deposite Ratio (LDR) terhadap Non
BAB VI PENUTUP
Dalam bab ini diuraikan tentang : simpulan yang berisi kesimpulan yang telah teruji
TINJAUAN PUSTAKA
1. Bank
diubah dengan undang-undang nomor 10 Tahun 1998 menyatakan Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan menyalurkan
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
Hasibuan (2007) bahwa bank adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan
usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial asset) serta
bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja.
dalam menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank.
B. Fungsi dan Tujuan Bank
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006 menyatakan bahwa fungsi bank
secara umum adalah menghimpun dana dari masyarakat untuk berbagai tujuan atau
sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai
1. Agent of trust
bahwa dananya tidak disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan
baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang ditentukan simpanan tersebut
dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan menempatkan atau
unsur kepercayaan.
2. Agen of development
Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi
masyarakat.
3. Agen of service.
melakukan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang
secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan
C. Klasifikasi Bank
1. Bank Sentral
Bank sentral memiliki tujuan untuk menjaga stabilitas perekonomian makro. Bank
2. Bank Komersial
bank komersial diperoleh dari selisih antar suku bunga pinjaman dan suku bunga
dibagi menjadi :
1. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang ada dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Para ahli mendefinisikan bank umum sebagai institusi keuangan
berorientasi laba.
BPR adalah bank yang dalam kegiatannya jasa lalu lintas pembayaran dimana
kegiatan BPR hanya dibatasi pada intermediasi pada keuangan saja. Oleh karena itu,
biasanya BPR hanya beroperasi pada wilayah terbatas dan memiliki jumlah aset yang
1. Bank Konvensioanal
Bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara
konvensional.
2. Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah.
Perbedaan mendasar antara kedua jenis bank ini salah satunya adalah dengan
tidak menerapkan sistem bunga, namun bedasarkan bagi hasil sesuai dengan ajaran
Bank persero atau juga sering disebut BUMN adalah bank yang seluruh atau sebagian
Bank pemerintah daerah adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya
Bank swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya
4. Bank Asing
Bank asing adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
pihak asing, yang membuka kantor cabangnya di Indonesia, dimana kantor pusatnya
5. Bank Campuran
Bank campuran adalah bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki
Bedasarkan perizinan untuk melakukan transaksi dalam mata uang asing, bank
1. Bank Devisa
Bank devisa adalah bank yang memiliki perizinan untuk dapat melakukan transaksi
Bank non devisa adalah bank yang tidak memiliki perizinan untuk dapat melakukan
transaksi dalam mata uang asing dan hanya menggunakan satu jenis mata uang
Resiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang
yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan bank. Untuk dapat
menerapkan proses manajemen resiko, maka pada tahap awal bank harus secara tepat
mengidentifikasi resiko dengan cara mengenal dan memahami seluruh resiko yang sudah
ada (inherent risks) maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis baru bank, termasuk
Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, maka proses
identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan sistem informasi risiko Bank Umum dilakukan
1. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty)
fungsional bank seperti perkreditan (penyediaan dana), treasuri dan investasi, dan
pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam banking book maupun trading book.
2. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari
portofolio yang dimilki oleh bank, yang dapat merugikan bank (adverse movement).
Yang dimaksud dengan variabel pasar adalah suku bunga dan nilai tukar.
3. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan bank tidak mampu
memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu. Risiko likuiditas dapat melekat pada
4. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh ketidakcukupan
atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau
adanya problem eksternal yang memengaruhi operasional bank. Risiko operasional
dapat melekat pada setiap aktivitas fungsional bank, seperti kegiatan perkreditan
5. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis,
yang antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-
undangan yang mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhi syarat
6. Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.
7. Risiko Strategik
Risiko strategik adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak
tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal. Bank harus
menetapkan rencana strategik (corporate plan) dan rencana bisnis (business plan)
Risiko kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak
2. Kredit
A. Pengertian Kredit
No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yaitu mewajibkan pihak
pemberian bunga.
Kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup
membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah
diperjanjikan.
b. Error Commusion
ketentuan yaitu memang belum ada atau sudah ada, tetapi tidak jelas.
kerugian yang besar. Kerugian yang besar ini akan menghambat operasi perusahaan. Dan
supaya kegiatan perbankan tidak terganggu, maka nanti Pemerintah juga yang harus
memberi injeksi modal. Pemerintah hingga kini masih dominan dalam jumlah asset
terhadap keseluruhan aset perbankan nasional. Biasanya di saat kredit macet terjadi dan
dilakukan pemeriksaan, maka persoalannya tidak akan lepas dari EO dan EC atau bahkan
karena dua-duanya.
kredit macet menimbulkan semacam persepsi yang cenderung menjadi suatu “mitos”
1). Bahwa bank tidak mengalami kerugian akibat resiko kredit. Atas pemahaman
sebuah bank tercatat adanya kredit macet. Padahal risiko kredit jelas
atau korupsi apakah oleh pihak oknum bankir ataupun oknum nasabahnya.
Hal tersebut bisa saja terjadi, tetapi tidak semua kredit macet karena kolusi
dan korupsi.
“sapu jagat” di mana going concern baik bank dan perusahaannya menjadi
diabaikan. Kalau kredit macet itu karena ulah oknumnya, maka bukan berarti
4). Ada kecenderungan kajian atas kredit macet mengabaikan term of reference
masa lalu. Kredit yang diputus tahun 2000, misalnya, dan kemudian macet
pada tahun 2004, maka berusaha dikaji atas dasar term of reference pada
Dengan pedekatan term of reference, biasanya akan diketahui apakah kredit macet
itu karena error omission atau error commission. Jadi kesalahannya bisa saja bukan pada
dasar keputusannya, tetapi karena masalah monitoring dan pembinaan bank terhadap
nasabahnya. Sama-sama salah, tetapi esensinya menjadi lebih jelas dan memudahkan
Harusnya kalau kredit macet itu terbukti memang karena oknumnya yang salah,
maka segera saja proses secara hukum terhadap oknumnnya. Itu pun dengan tetap
menjaga asa praduga tak bersalah. Adalah sangat bijak kalau bank dan perusahaannya
bisa dibiarkan berjalan terus apakah oleh manajemen baru atau kalau perlu ditunjuk dari
kalangan professional atas dasar penugasan dari negara. Sebab sangatlah tidak tepat dan
bijaksana kalau perusahaannya harus ditutup dimana para pekerjanya yang sama sekali
dalam mengatasi kredit bermasalah sampai tidak ada alternative lainnya, serta
melakukan penghapusan kredit dan pengelolaan kredit yaitu telah dihapus bukukan.
Reconditioning, Retructurng).
Untuk mencegah terjadinya kredit macet pihak bank harus melakukan analisis
sebagai berikut kepada calon krediturnya. Analisis ini dapat dilakukan dengan
a. Kerangka 5C
· Character
Pihak bank harus mengenali sifat dan watak calon kreditur. Apakah ia mau
memenuhi kewajibannya untuk melunasi kredit? Hal ini penting untuk diketahui,
karena dapat memengerahui keputusan untuk dapat memberikan kredit atau tidak.
Pihak bank harus memahami karakter calon kreditur menyangkut apakah kreditur
seseorang yang dapat dipercaya. Pihak bank dapat mengetahui dengan melihat
latar belakang calon kreditur baik itu pekerjaan, sifat pribadi, cara hidup, gaya
· Capacity
pinjaman. Capacity dapat dilihat dari data-data masa lalu (track record)
perusahaan.
· Capital
Pihak bank dapat melihat kondisi keuangan nasabah melalui analisis keuangan,
seperti analisis rasio. Pihak bank sebaiknya melihat komposisi hutang dan modal
sendiri. Jika hutang terlalu besar, maka kemungkinan perusahaan akan mengalami
kesulitan keuangan juga akan semaikn besar. Selain itu untuk melihat penggunaan
modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan yang
harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk
persentase modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan
(Capital Structure).
· Collateral
Collateral adalah aset yang dijaminkan untuk suatu pinjaman. Jika karena sesuatu
hal, pinjaman tidak bisa dikembalikan, maka pihak bank berhak untuk meminta
jaminan tersebut.
· Conditions
Pihak bank sebaiknya mempertimbangkan kondisi perekonomian, sosial, dan
b. Kerangka 3R
a. Returns
Pihak bank harus dapat memperkirakan bahwa kredit yang diberikan kepada
b. Repayment capacity
Pihak bank harus dapat memastikan bahwa nasabah mampu untuk melunasi
c. Risk-bearing ability
D. Unsur-Unsur Kredit
Pengertian tersebut bahwa pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal
ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh
penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang disetujui bersama,
1. Kepercayaan
Kepercayaan adalah suatu keyakinan pemberi kredit bahwa prestasi (uang, jasa atau
2. Waktu
Waktu adalah bahwa antara pemberi prestasi dan pengembaliannya dibatasi oleh suatu
masa atau waktu tertentu. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian tentang nilai
agio uang bahwa uang sekarang lebih bernilai dari uang dimasa yang akan datang.
3. Degree of Risk
Degree of Risk adalah pemberian kredit menimbulkan suatu tingkat resiko, dimasa-
masa tenggang adalah masa yang abstrak. Resiko timbul bagi pemberi karena
4. Prestasi
Prestasi adalah yang diberikan merupakan suatu prestasi yang dapat berupa barang,
jasa atau uang. Perkembangan pengkreditan di alam modern ini maka yang
E. Fungsi Kredit
Fungsi kredit (Sinungan, 1993 : 5-10) dalam kehidupan perekonomian,
perdagangan dan keuangan, pada garis besarnya meliputi hal yang utama sebagai berikut
persyaratan yang telah dipenuhi tersebut, bank akan memberikan penilaian apakah calon
nasabah tersebut layak atau tidak untuk mendapatkan kredit. Penilaian permohonan kredit
(Suyatno, 1997 :51-52) tersebut, terdapat lima faktor yang perlu diperhatikan oleh bank
antara lain :
pribadi, cara hidup, keadaan keluarga, hobi dan keadaan sosial. Penilaian karakter
memang cukup sulit, karena masing-masing individu memiliki watak dan sifat yang
berbeda-beda. Oleh karena itu para pengelola harus mempunyai keahlian dan
Capacity adalah suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi
dengan kredit dari lembaga pemberi kredit, kemampuan calon debitur ini dapat dilihat
Capital adalah jumlah dana sendiri yang dimiliki oleh calon debitur, yang
hanya dilihat dari besar kecilnya gaji setiap bulannya, tetapi bagaimana distribusi gaji
4. Collateral (Jaminan)
Collateral (Jaminan) adalah barang jaminan yang diserahkan oleh calon debitur
sebagai agunan (jaminan) kredit yang diterimanya. Jaminan yang dimaksud meliputi
5. Condition of Economy
Condition of Economy adalah kondisi politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang dapat
memengaruhi perekonomian pada kurun waktu tertentu yang secara langsung atau
4. Jenis-Jenis Kredit
Kredit (Siamat, 2001: 165-166) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :
Kredit jangka pendek adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang dari
satu tahun. Misal kredit untuk membiayai kelancaran operasi perusahaan termasuk
Kredit Jangka menengah adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya 1 s/d 3
tahun. Biasanya kredit ini untuk menambah modal kerja misal untuk membiayai
pengadaan bahan baku. Kredit jangka menengah dapat pula dalam bentuk kredit
investasi.
Kredit jangka Panjang adalah kredit yang jangka waktu pengembaliannya atau jatuh
debitur yang bersifat konsumtif misalnya, untuk membeli kendaraan, rumah, dan
sebagainya.
2. Kredit Produktif
Kredit Produktif adalah kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membiayai
Kredit komersil adalah kredit yang diberikan memperlancar kegiatan usaha nasabah di
bidang perdagangan. Kredit komersil ini meliputi antara lain : kredit untuk usaha
Kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal
kerja debitur. Kredit modal kerja ini pada prinsipnya meliputi modal kerja kerja untuk
2. Kredit investasi
Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan untuk
membiayai pengadaan barang-barang modal atau jasa yang diperlukan dalam rangka
Kredit macet menurut (Sinungan, 1993 : 57) adalah kredit yang tidak lancar dan
telah sampai pada jatuh temponya belum dapat juga diselesaikan oleh nasabah
bersangkutan, sedangkan menurut (Djumhana, 1996 : 267) kredit macet yaitu apabila
tidak memenuhi kriteria lancar, kurang lancar, dan diragukan atau memenuhi kriteria
diragukan, tetapi dalam jangka waktu 21 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada
pelunasan atau usaha penyelamatan kredit atau kredit tersebut penyelesaiannya telah
diserahkan kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN), atau
Kredit macet menurut (Sukardji, 1984 :115) adalah piutang tak tertagih, Piutang
tak tertagih adalah jumlah klaim perusahaan yang ada pada pelanggan yang tidak dapat
ditagih karena suatu alasan tertentu, sedangkan menurut (Siamat, 1993 : 201) Kredit
Macet atau Problem Loan adalah kredit yang mengalami kesulitan pelunasan akibat
kemampuan debitur. Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kredit macet adalah
Piutang yang tak tertagih atau kredit yang mempunyai kriteria kurang lancar, diragukan
naiknya biaya.
Turunnya penjualan secara tajam adalah wajar dalam siklus hidup perusahaan, tetapi
jika penurunan penjualan secara sangat tajam merupakan tanda perusahaan akan
Tetapi jika perputaran tersebut kecepatannya menurun berarti banyak barang yang
Naiknya penjualan secara tajam disebabkan perusahaan ingin mempunyai uang secara
cepat guna melakukan penjualan sehingga harga jual dibawah harga pokok.
Perputaran piutang yang cepat juga akan memberikan bagi perusahaan untuk segera
melikuiditas. Tetapi jika piutang sulit ditagih akan menimbulkan bagi perusahaan
9. Nasabah tidak terbuka, yaitu dengan mengrahasiakan sesuatu hal yang erat kaitannya
Apabila dilihat dari segi pelaku kredit, maka faktor-faktor kredit macet dari nasabah
adalah :
1. Kelemahan nasabah
d. Kalah bersaing
2. Kenakalan nasabah
Sinungan (1993 : 58-59) menyatakan bahwa penyebab kredit macet adalah kesulitan
keuangan yang dialami oleh debitur. Penyebab kesulitan keuangan dapat dikategorikan
menjadi 2 yaitu :
2. Faktor-faktor ekstern
a. Bencana Alam
Bencana alam adalah sesuatu yang tidak kita inginkan. Misalnya kebakaran, gempa
b. Peperangan
Perang merupakan pengrusakan dan akibat dari peperangan ini merupakan bencana
d. Perubahan teknologi
Semakin majunya teknologi maka semakin efisien barang yang diproduksi sehingga
Berbagai pendapat tersebut maka faktor-faktor yang menyebabkan kredit macet adalah :
1. Faktor Intern
pengambilan keputusan.
b. Kelemahan nasabah
1. Perencanaan
tentunya harus ada rencana tentang pinjaman yang diambil untuk memperlancar
usaha atau memulai usaha agar usaha dapat berjalan dengan baik. Tanpa adanya
perencanaan maka pinjaman yang diperoleh tidak akan dapat dimanfaatkan untuk
menjalankan usaha secara lancar dan tidak terarah pada pencapaian tujuan usaha.
Jika pendapatan yang diperoleh relatif rendah, nasabah sulit untuk mengembalikan
kebutuhan sehari-hari.
3. Administrasi
usaha harus dapat diatur administrasinya dan dikendalikan tentang pemasukan dan
c. Kenakalan nasabah
1. Pengambilan kredit diharapkan dapat digunakan sepenuhnya untuk menambah
modal, tetapi belum tentu hal itu dilakukan semua para pengusaha karena ada yang
2. Itikad nasabah
Itkikad nasabah adalah niat atau keinginan untuk membayar pinjaman yang ada pada
diri responden.
timbulnya kredit macet tetapi dalam penelitian ini hanya dibatasi pada beberapa faktor
saja, seperti faktor Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition yang
kesemuanya itu dapat memberikan sebagai dasar penilaian kepada seseorang debitur
Salah satu resiko yang dihadapi oleh suatu bank adalah risiko tidak terbayarnya
kredit yang telah diberikan atau sering disebut dengan risiko kredit. Risiko kredit umumnya
timbulnya dari berbagai kredit bermsalah. Oleh sebab itu bank dituntut untuk selalu menjaga
Pengertian non performing loan menurut As. Mahmoeddin (2001), yaitu bahwa non
performing loan adalah kredit menepati jadwal angsuran sehigga terjadi tunggakan.
Menurut Rivai (2007), ada beberapa pengertian kredit bermasalah atau non
2. Kredit yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank dalam
arti luas.
3. Kredit yang mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajibannya terhadap bank,
baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran bunga, enda
4. Kredit di mana terjadi cedera janji dalam pembayaran kembali sesuai perjanjian
Non performing loan merupakan salah satu pengukuran risiko bank yang
menunjukkan besarnya risiko kredit bermasalah yang ada pada suatu bank. Ukuran terbaik
NPL sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia untuk NPL gross adalah dibawah 5%. Semakin
besar rasio NPL, semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank dan juga
seharusnya bank memperoleh profit dari kegitan pemberian kredit, tetapi karena banyaknya
Sesuai dengan Surat Ederan Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember
2001 tentang Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan
tertentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia, NPL dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
1. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.
2. Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit
3. Kredit bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi Penyisihan Penghapusa Aktiva
Produktif).
diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank
(Teguh,1995).
Total Kredit
LDR = x 100% ( II )
Total Dana Pihak Ketiga
8. Penelitian Sebelumnya
dari hasil uji statistic faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan non performing
loan, maka variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara tidak signifikan
terhadap NPL. Koefisien LDR bertanda negatif, menunjukkan antara NPL dan LDR
yang berlawanan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi nilai LDR, maka nilai NPL
akan cenderung turun. Sedangkan variabel suku bunga kredit mempengaruhi nilai
NPL dengan tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga kredit
ternyata tidak berpengaruh secara teoristis langsung terhadap tingkat NPL. Meskipun
efek kenaikan suku bunga secara teoristis langsung berpengaruh pada kemampuan
Penelitian yang dilakukan oleh Suryanti Lubis (2006) dengan mengambil sampel
performing loan, menunjukkan bahwa hasil regresi hubungan antara variabel suku
loan juga dilakukan oleh Hermawan Soebagio (2005). Penelitian tersebut dilakukan
terhadap bank umun komersial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kualitas Aktiva
Produktif (KAP) mempunyai pengaruh paling kuat. Kondisi ini menunjukkan bahwa
baik buruknya kualitas kredit sangat kuat pengaruhnya terhadap terjadinya NPL.
Sedangkan variabel lainnya, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), tingkat suku bunga
Pinjaman Bank dan Loan to Deposit Ratio (LDR), ketiganya relatif lebih lemah,
NPL.
Skema 1
BUMN
Pengelolaan Keuangan
LDR
NPL
Kesimpulan
Rekomendasi
Dari pengeloalan keuangan dapat dilihat tingkat kesehatan bank dan pemberian kredti yang
diberikan oleh bank kepada masyaratkat. Pemberian kredit dapat dilihat menggunakan LDR atau
total kredit, untuk menentukan kredit tersebut bermasalah atau tidak dapat diukur menggunakan
NPL.
Hipotesis :
Dari pokok permasalahan yang telah diuraikan dan kerangka pemikiran teoritis, maka
hipotesis yang dapat dikemukakan pada penelitian ini yaitu “diduga bahwa Non Performing
Loan (NPL) pada PT Bank BUMN di Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap
METODOLOGI PENELITIAN
1. Data Kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung atau data yang berupa angka-angka,
dalam hal ini data yang merupakan laporan keuangan PT Bank BUMN Se-Indonesia.
1. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari luar perusahaan berupa buku-buku,
majalah, dan literatur yang berkaitan erat dengan masalah yang dibahas.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Pustaka (Library Research) adalah suatu metode pengumpulan data dengan
cara melakukan peninjauan pustaka dari berbagai literartur karya ilmiah, majalah dan
buku-buku yang menyangkut teori-teori yang relevan dengan masalah yang dibahas.
Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui ada pengaruh loan to deposit
ratio terhadap pendapatan non performing loan. Adapun variabel yang terkait dalam
tidak bebas/terikat. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah loan to deposit.
2. Variabel terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah non performing loan. Variabel ini
diberi simbol Y.
Atas dasar variabel di atas, maka desain penelitian yang digunakan dalam penelitian,
yaitu:
X Y
Data dan informasi yang diperoleh dari perusahaan yang berhubungan dengan penelitian
ini dianalisis agar dapat memecahkan masalah dan membuktikan kebenaran hipotesis yang telah
A. Ananlisis Deskriptif
Bank BUMN Se-Indonesia. Analisis deskriptif adalah analisis yang mengacu pada deskripsi
kondisi perusahaan yang di lakukan dan kemudian dari analisis yang dilakukan ditarik sebuah
kesimpulan.
B. Analisis Regresi Sederhana
Kebijakan pemberian kredit (Loan to Deposit Ratio) terhadap variabel dependen (Non
Performing Loan) dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan rumus :
Y^ = a + bx (III)
Dimana :
Untuk menguji hipotesis yang diajukan “kebijakan pemberian kredit (LDR) berpengaruh
signifikan terhadap Non Performing Loan pada PT Bank BUMN Se-Indonesia”, maka digunakan
Antara Kebijakan pemberian kredit (LDR) dan Non Performing Loan dapat dihitung
Dimana:
r = koefisien korelasi
Untuk mengetahui besarnya hubungan dengan koefisien korelasi antara kedua variabel,
maka digunakan patokan interpretasi nilai r dari Sugiyono (2008:124) sebagai berikut :
Tabel 3.2
Interpretasi Nilai r
menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Kd = r2 x 100% (VII)
Dimana :
Kd = koefisien determinasi
c. Uji-t
Ratio) terhadap variabel dependen (Non Performing Loan). Adapun langkah-langkah yang harus
1) Merumuskan hipotesis
H0 : Tidak terdapat pengaruh dan kontribusi yang signifikan antara Loan to Deposit
Ha : Terdapat pengaruh dan kontribusi yang signifikan antara Loan to Deposit Ratio
2) Menentukan tingkat signifikasi (α) dengan degree of freedom (df) dengan rumus
r√n−2
t = √1−r2 (VIII)
Dimana :
t = nilai thitung
Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia,
merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank
Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan
Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang
tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini,
pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional.
Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank
Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu
ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak
sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri.
Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara
Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi
pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional.
identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir
tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai
'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI' -
Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara
perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi
Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk
menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi
masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun
sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa
Visi BNI
Menjadi Bank kebanggaan nasional yang Unggul, Terkemuka dan Terdepan
Pernyataan Visi
Misi BNI
1. Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada seluruh
berprestasi.
5. Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik.
PT Bank Mandiri (Persero), Tbk berdiri tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian
Pada bulan Juli 1999, empat bank milik pemerintah yaitu Bank Bumi Daya (BBD), Bank
dagang Negara, Bank Ekspor Impor (Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia
(Bapindo) bergabung menjadi Bank Mandiri. Sejarah keempat bank tersebut dapat
ditelusuri lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat bank tersebut telah turut membantu
didirikan di Batavia (Jakarta) pada tahun 1875. Pada tahun 1949, namanya berubah
menjadi Escompto Bank NV. Selanjutnya pada tahun 1960, Escompto Bank
dinasionalisasi dan berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah bank
Bank Bumi Daya (BBD) didirikan melalui proses panjang yang bermula dari
Umum Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya
merupakan bank milik Inggris) juga dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak
untuk melanjutkan operasi bank tersebut pada tahun 1965. Bank Umum Negara
digabungkan kedalam Bank Negara Indonesia dan berganti nama Bank Negara Indonesia
Sejarah Bank Ekspor Impor (Exim) Indonesia berawal dari perusahaan dagang
Indonesia menasionalisasi perusahaan ini pada tahun 1960 dan selanjutnya pada tahun
1965 perusahaan ini digabung dengan Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun1968
Bank Negara Indonesia dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara
Indonesia Unit II divisi Ekspor Impor, yang pada akhirnya Bank Exim, Bank Pemerintah
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) berasal dari Bank Industri Negara (BIN)
sebuah bank industri yang didirikan pada tahun 1951. Misi Bank Industri Negara adalah
mendukung pengembangan sektor-sektor ekonomi tertentu, khususnya perkebunan,
industri, dan pertambangan. Bapindo dibentuk sebagai Bank Milik Negara pada tahun
jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur, transportasi, dan
pariwisata. Kini, Bank Mandiri menjadi penerus suatu tradisi layanan jasa perbankan dan
keuangan yang telah berpengalaman selama 140 tahun. Masing-masing dari empat bank
Setelah melalui proses panjang dan persiapan yang sangat berat, pada tanggal 14
Juli 2003 akhirnya Bank Mandiri melaksanakan pencatatan saham perdana dengan kode
saham BMRI di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada penawaran saham
perdana tersebut, saham Bank Mandiri mengalami oversubscribed sebesar lebih dari 7
kali. Proses diinvestasi saham pemerintah pada Bank Mandiri tersebut didasarkan pada
Peraturan pemerintah No.27 tahun 2003 tentang penjualan saham Negara RI pada Bank
Mandiri. Dalam peraturan pemerintah tersebut dijelaskan bahwa penjualan saham Bank
Mandiri akan dilakukan melalui pasar modal dan atau kepada mitra strategis dengan
jumlah maksimal 3% dari jumlah saham yang telah dikeluarkan dan disetor.
bisnis dalam beberapa tahun terakhir, Bank Mandiri bertekad memasuki tahapan strategis
yaitu menjadi salah satu bank terkemuka di kawasan Regional Asia Tenggara. Visi
nasabah untuk menjadi universal bank yang mendominasi pasar perbankan domestik,
dengan fokus pada pertumbuhan segmen consumer dan commercial. Dengan menguasai
pasar Indonesia sebagai Fastest Growing Market di Asia Tenggara. Bank Mandiri berada
merupakan salah satu bank terbesar dan tertua di Indonesia yang berdiri sejak 16
Desember 1895. Saat ini, BRI berkantor pusat di Gedung BRI I, Jl. Jenderal Sudirman
Kav. 44-46, Jakarta 10210, Indonesia. Pada awalnya, Perseroan adalah sebuah
badanpengelola dana masjid yang bertugas untuk mengelola dan menyalurkan dana
kepada masyarakat dengan skema yang sangat sederhana. Seiring perjalanan waktu, De
Desember 1895 di Purwokerto, Jawa Tengah. Lembaga yang didirikan oleh Raden Aria
Wiriatmaja ini semakin berkembang dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Setelah
mengalami beberapa kali perubahan nama, seperti Hulp-en Spaarbank der Inlandshe
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, AVB diubah menjadi Syomin Ginko.
Pada 22 Februari 1946, Pemerintah Indonesia mengubah lembaga ini menjadi Bank
Rakyat Indonesia (BRI) dengan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946, dan BRI
menjadi bank pertama yang dimiliki Pemerintah Republik Indonesia. Sebagai bank
pemerintah, BRI banyak berperan sebagai ujung tombak Pemerintah dalam pembangunan
Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) pada 1960. Berdasarkan Undang-undang No. 21
tahun 1968, Pemerintah menetapkan kembali nama Bank Rakyat Indonesia sebagai bank
umum, kemudian berdasarkan Undangundang Perbankan No. 7 tahun 1992, BRI berubah
nama dan status badan hukumnya menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero).
Perseroan hingga kini tetap fokus pada bisnis di segmen Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) dan member inspirasi berbagai pihak untuk mendayagunakan sektor
BRI menjadi Perseroan Terbuka pada 10 November 2003 dan mencatatkan 30%
sahamnya di Bursa Efek Jakarta, kini Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan kode saham
BBRI. Saat ini saham Perseroan tergabung dalam indeks saham LQ45 dan termasuk salah
satu saham blue chip di BEI. BRI tumbuh pesat baik dari segi aset, jumlah kredit yang
dikucurkan, dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun, laba yang dihasilkan, dan
kualitas aset yang terjaga. Sampai dengan 31 Desember 2009, BRI memiliki lebih dari 32
juta rekening yang terdiri dari nasabah perorangan, pelaku usaha mikro dan kecil,
mencapai 26,12%. Hingga akhir tahun 2009, BRI memiliki lebih dari 6.300 unit kerja
yang terdiri dari Kantor Wilayah, Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Kas,
BRI Unit maupun Teras BRI. Selain memiliki jaringan kerja yang luas BRI juga
memberikan layanan BRI Prioritas bagi nasabah pilihan di beberapa Kantor Cabang.
Sedangkan untuk mendekatkan diri dengan nasabah, hingga 31 Desember 2009 BRI
memiliki 3.778 Anjungan Tunai Mandiri (ATM), 60 kiosk, 20 Cash Deposit Machine
(CDM), 6.398 Electronic Data Capture (EDC) dan terintegrasi ke lebih dari 25.000
jaringan ATM Link, ATM Bersama, dan ATM Prima. Selain jaringan ATM, layanan
elektronik BRI juga dilengkapi oleh fasilitas phone banking 24-jam, SMS Banking dan
56,77% saham dan sisanya dimiliki oleh masyarakat pemodal. Nilai kapitalisasi pasar
saham BRI pada akhir tahun 2009 mencapai Rp94,37 triliun atau sekitar 4,82% dari total
keberadaannya itu pada tahun 1897. Para pelaku dalam pengembangan BTN pada saat itu
yakin bahwa tahun itulah sebagai puncak dari cikal bakal berdirinya BTN. Hal ini
didasari oleh adanya Koninklijk Besluit No. 27 di Hindia Belanda yang menyatakan
gemar menabung.
Pada tahun 1942, Jepang memasuki Indonesia dan secara resmi mengambil alih
kekuasaan Belanda di Indonesia dan Postpaarbank yang merupakan bank karya kolonial
pemerintah Indonesia dan namanya diubah menjadi Kantor Tabungan Pos atau disingkat
KTP. Pembentukan KTP pada saat iti diprakarsai oleh Bapak Darmoesoesanto selaku
Pada tahun 1946 terjadi Agresi Militer Belanda dan berhasil menduduki kantor-
kantor cabang KTP yang tersebar di Indonesia. Namun Agresi Belanda tidak berlangsung
lama dan pada tahun 1949 pemerintah RI membuka kembali KTP sekaligus mengganti
nama KTP menjadi Bank Tabungan Pos Republik Indonesia. Usai dikukuhkannya Bank
Tabungan Pos RI sebagai satu-satunya lembaga tabungan di Indonesia, pada tahun 1950
Selanjutnya dalam perjalanannya BTN merupakan sebuah unit dari Bank Negara
Indonesia, dimana saat itu BTN masuk ke dalam Unit V. Karena sebagai sebuah unit dari
Bank Negara Indonesia, maka pada saat itu BTN sempat kehilangan kekuasaan dan
wewenang. Hal ini patut dimaklumi karena BTN langsung ditempatkan di bawah
kekuasaan urusan Bank Sentral masa itu, sementara BTN hanya dipimpin oleh seorang
Lembaran Negara Republik Indonesia No. 62 tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963, maka
resmi sudah nama Bank Tabungan Pos diganti namanya menjadi Bank Tabungan Negara.
Umum Milik Negara termasuk Bank Tabungan Negara beralih statusnya menjadi Bank
1998 yang sebelumnya diprakarsai dengan Undang-Undang Darurat No. 50 tahun 1950
tanggal 9 Februari 1950 resmi sudah status Bank Tabungan Negara sebagai salah satu
bank milik negara dengan tugas utama saat itu untuk memperbaiki perekonomian rakyat
sejarah BTN mulai diukir kembali dengan ditunjuknya oleh Pemerintah Indonesia pada
Pada tahun 1989 Bank BTN beroperasi sebagai bank umum dan mulai
menerbitkan obligasi. Pada tahun 1992 status hukum Bank BTN berubah menjadi
perusahaan perseroan. Bank BTN selanjutnya mendapat ijin sebagai Bank Devisa pada
tahun 1994. Kemudian sekuritisasi aset Bank BTN menjadi bank pertama di Indonesia
yang melakukan pendaftaran transaksi Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset
(KIK EBA) di Bapepam yang kemudian dilakukan dengan pencatatan perdana dan listing
menetapkan Visi dan Misi Bank BTN yang wajib diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh
setiap pegawai. Adapun visi dan misi Bank BTN ialah sebagai berikut :
Visi
Misi
Value.
Data mengenai NPL diperoleh dari laporan keuangan dalam bentuk perhitungan rasio
keuangan masing-masing bank pada tahun 2006-2010. Berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia, perhitungan NPL adalah dengan cara membandingkan jumlah
kredit bermasalah yang disalurkan oleh bank dengan penjumlahan total kredit tidak dikurangi
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Perhitungan dilakukan oleh bank yang bersangkutan
kemudian laporannya dipublikasikan di Bank Indonesia selaku Bank Sentral. Perhitungan Non
Berikut ini disajikan besarnya Total Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposit
Tabel 5.1
Total Non Performing Loan (NPL)
Tahun 2006-2010
(dalam %)
Tabel 5.3
Total Non Performing Loan (NPL)
Tahun 2006-2010
(dalam jutaan rupiah)
Tabel 5.4
Total Non Performing Loan (NPL)
Tahun 2006-2010
(dalam %)
Data mengenai LDR diperoleh dari laporan keuangan dalam bentuk perhitungan rasio
keuangan masing-masing bank pada tahun 2006-2010. Berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia, perhitungan LDR adalah dengan cara membandingkan jumlah
kredit yang disalurkan oleh bank dengan penjumlahan total dana pihak ketiga ditambah dengan
modal sendiri. Perhitungan dilakukan oleh bank yang bersangkutan kemudian laporannya
dipublikasikan di Bank Indonesia selaku Bank Sentral. Perhitungan Loan to Deposit Ratio
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
LDR = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑘𝑒3+𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑥 100 %
Tabel 5.5
Total Loan to Deposit Ratio (LDR)
Tahun 2006-2010
(dalam %)
No. Tahun Loan to Deposit Ratio (LDR)
1. 2006 3.05
2. 2007 2.05
3. 2008 3.75
4. 2009 3.52
5. 2010 2.28
Sumber : Laporan Keuangan PT. BRI, 2011
Tabel 5.6
Total Loan to Deposit Ratio (LDR)
Tahun 2006-2010
(dalam %)
No. Tahun Loan to Deposit Ratio (LDR)
1. 2006 1.66
2. 2007 2.80
3. 2008 3.21
4. 2009 2.90
5. 2010 3.17
Sumber: Laporan Keuangan PT. BNI, 2011
Tabel 5.7
Total Loan to Deposit Ratio (LDR)
Tahun 2006-2010
(dalam %)
No. Tahun Loan to Deposit Ratio (LDR)
1. 2006 2.46
2. 2007 2.65
3. 2008 2.98
4. 2009 2.66
5. 2010 2.89
Sumber: Laporan Keuangan PT. BTN, 2011
Tabel 5.8
Total Loan to Deposit Ratio (LDR)
Tahun 2006-2010
(dalam %)
No. Tahun Loan to Deposit Ratio (LDR)
1. 2006 1.55
2. 2007 1.35
3. 2008 1.16
4. 2009 1.40
5. 2010 1.45
Sumber: Laporan Keuangan PT. Mandiri, 2011
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui tingkat Loan to Deposite Ratio (LDR) yang
dimiliki oleh PT. BRI selama lima tahun terakhir adalah sebagai berikut : pada tahun 2006
tingkat NPL nya adalah sebesar 3.05% dimana nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa 3.05% dari
total kredit bermasalah yang berhasil dihimpun dan total pinjaman, disalurkan dalam bentuk
kredit.
Pada tahun 2007 mengalami penurun sebesar 1% dari tahun sebelumnya menjadi 2.05% yang
dapat diinterpretasikan bahwa 2.05% total kredit bermasalah yang berhasil dihimpun dan total
Pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 3.75% yang berarti bahwa dari total total
kredit bermasalah yang berhasil dihimpun dan total pinjaman, 3.75% disalurkan dalam bentuk
kredit.
Pada tahun selanjutnya 2009 kembali mengalami penurunan sebesar 0.23% menjadi
3.52%, yang berarti 3.52% dari total kredit bermasalah yang berhasil dihimpun dan dari total
Sementara pada tahun 2010 tingkat NPL yang dimiliki menurun jika dibandingkan tahun
2008 yaitu sebesar 2.28% yang berarti dari total total kredit bermasalah yang berhasil dihimpun
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat Non Performing Loan (NPL) yang
dimiliki PT. Bank BUMN se-Indonesia selama lima tahun terakhir (2006-2010) memenuhi syarat
penilaian tingkat kesehatan bank yang telah ditetapkan yaitu sebesar 5%, dimana pada tahun
2006-2010 dibawah 5% menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan berada dalam kondisi
yang sehat jika berdasarkan teori, kondisi ini akan berdampak menurunnya kredit bermasalah
Dari data yang telah diperoleh dari PT bank Tabungan Negara (Persero), penulis
dapat melakukan pembahasan tentang pengaruh loan to deposit ratio terhadap non performing
ini maka dalam pengujian empiris penulis menggunakan metode regresi linier sederhana. Untuk
mempermudah perhitungan regresi, maka dalam penelitian ini diselesaikan dengan bantuan
perangkat lunak komputer program SPSS 16.0. Dari output Variables Entered/Removed,
diperoleh bahwa variabel independen (X) yang dimasukkan ke dalam model adalah loan to
deposit ratio dan variabel dependennya (Y) adalah non performing loan dan tidak ada variabel
yang dikeluarkan (removed). Pembuatan persamaan regresi sederhana dapat dilakukan dengan
Tabel 5.9
Hasil Analisis Regresi Sederhana antara Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) Se- Indonesia
Periode Tahun 2006-2010
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Pada penelitian ini menggunakan model persamaan regresi linear sederhana sebagai
berikut:
Y^ = a + bX (X)
Dari tabel di atas tersebut dengan memerhatikan angka yang berada pada kolom
Unstandardized Coefficients Beta, maka dapat dibentuk persamaan regresi sederhana sebagai
berikut :
Nilai koefisien intercept (a) sebesar 0.438 mengandung pengertian bahwa pada saat tingkat
loan to deposit ratio 0%, maka tingkat pendapatan non performing loan (Y) adalah sebesar
0.438
Nilai koefisien regresi (b) sebesar 0.028 mengandung pengertian bahwa setiap terjadi
perubahan tingkat loan to deposit ratio (X) sebesar 1 %, maka akan menyebabkan penurunan
A. Uji Heteroskedisitas
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi
yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedasitas. Metode yang dapat dipakai untuk
mendeteksi gejala heterokedasitas antara lain: metode grafik, park glejser, rank spearman dan
barlett.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi gejala heteroskedasitas
dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi varabel terikat (ZPRED) dengan residualnya
(SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SPRESID dimana sumbu Y adalah Y
yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang terletak
di Studentized.
1) Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasitas. Jika ada titik-titik yang
heterokedasitas.
Grafik 5.1
Sumber ; hasil
SPSS (Lampiran)
Berdasarkan plot di atas bahwa tidak ada plot yang jelas dan titik-titik menyebar di atas
dan di bawah sumbu y sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedisitas.
Grafik 5.2
Selain melihat histogram, normalitas bisa diuji dengan melihat analisis grafik.
Berdasarkan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi
normalitas data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal
tersebut.
B. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel terikat dan
variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat dipakai untuk
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis grafik. Normalitas
dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau
2) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal atau grafik
normalitas.
3) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
C. Uji t
Untuk menguji hipotesis yang diajukan apakah hipotesis null (H0) dan hipotesis
alternatif (Ha) diterima atau ditolak, maka dilakukan uji statistik t (uji-t) dengan tingkat
signifikansi 5% (α = 0,05). Uji-t ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen (loan to deposit ratio) terhadap variabel dependen (non performing loan).
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Nilai statistik uji t yang diperoleh dari hasil perhitungan SPSS adalah sebesar 2.890
dengan signifikansi 0.010. Hal ini berarti telah memenuhi syarat thitung > ttabel yakni 2.890 > 2.88
dan signifikansi kurang dari 5% pada taraf kepercayaan 61.7%. Dapat disimpulkan bahwa H0
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dan kontribusi loan to
deposit ratio (X) terhadap non performing loan (Y), maka dilakukan pengujian hipotesis, untuk
Analisis korelasi (r) dilakukan untuk mengetahui sejauh mana korelasi atau hubungan
antara kredit konsumtif dan pendapatan bunga kredit. Dari data yang telah diolah, maka
diperoleh hasil :
Model Summary
Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
Nilai r berkisar antara 0 sampai 1. Jika nilainya mendekati 1, maka hubungan akan semakin erat.
Sebaliknya, jika mendekati 0, maka hubungan semakin lemah. Nilai r pada tabel di atas yaitu
0.563, artinya korelasi antara variabel loan to deposit ratio dengan variabel non performing loan
sebesar 0,563. Hal ini menunjukkan terjadi hubungan yang tidak erat antara loan to deposit ratio
variabel independen dengan variabel dependen. Nilai r2 yang semakin mendekati satu maka
variabel independen yang ada dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variabel dependen, dan begitu juga sebaliknya. Besarnya koefisien
determinasi (r2) antara 0 sampai dengan 1. Dari analisis data, diperoleh hasil :
Tabel
Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai R Square atau koefisien determinasi (r2)
adalah 0.563. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan lon to deposit ratio dalam mempengaruhi
tingkat non performing loan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk sebesar 56.3% atau
dengan kata lain loan to deposit ratio berpengaruh sebesar 56.3% terhadap tingkat non
performing loan bank. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 43.7% dipengaruhi oleh variabel-
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah peneliti paparkan terhadap data penelitian yang
telah tekumpul yang kemudian di olah, mengenai pengaruh dari tingkat Non Performing Loan
(NPL) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) bank pada PT Bank BUMN di Indonesia yang
menjadi objek penelitian, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada identifikasi masalah yang menjadi acuan dasar
dari maksud dan tujuan penelitian ini, antara lain sebagai berikut :
Non Performing Loan (NPL) tidak mempunyai hubungan yang sangat kuat terhadap
Loan to Deposite Ratio (LDR). Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan koefisien korelasi
dengan menggunakan analisis korelasi. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai koefisien
korelasi yang tidak positif. Nilai korelasi tidak positif berarti bahwa apabila Non Performing
Tingkat Loan to Deposite Ratio (LDR) berpengaruh lemah terhadap Non Performing
Loan (NPL) pada PT. Bank BUMN di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil koefisiensi
kolerasi.
Kontribusi loan to deposit ratio terhadap non performing loan pada PT Bank BUMN
(Persero) dapat dilihat dari nilai koefisien determinasinya. Hal ini berarti kontribusi loan to
deposit ratio berpengaruh terhadap non performing loan. Dan sisanya sebesar di penegaruhi oleh
variabel lainnya.
Hasil estimasi dari model regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
independen menjelaskan jumlah LDR, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain di luar
6.2. Saran
hasil penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan
penelitian yang telah dilakukan untuk dijadikan masukan dan pertimbangan yang berguna
Setelah mengamati dan menganalisa hasil penelitian, penulis melihat terdapat beberapa
hal yang dapat dijadikan masukan bagi praktisi dan pengguna jasa industri perbankan.
kreditnya agar tidak terjadi kredit bermasalah, dan lebih aktif menyalurkan dana
kepada masyarakat sampai pada batas yang diterapkan oleh Bank Indonesia yaitu
sebesar 85%-110%. Hal ini disarankan karena hasil persentase Non Performing
Loan (NPL) yang dicapai oleh Bank BUMN di Indonesia selama lima tahun
terakhir masih di bawah standar tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan
adalah antara lain dengan mempermudah syarat pengajuan kredit dan memberi
Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut mengenai masalah ini
secara mendalam. Pendalaman pada penelitian ini akan lebih akurat dan maksimal
apabila sampel yang diambil diperluas, baik dari jenis-jenis bank maupun periode tahun-
/MISSING LISTWISE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X
/SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)
Notes
Comments
Filter <none>
Weight <none>
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any
variable used.
Syntax REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y
/METHOD=ENTER X
/SCATTERPLOT=(*SRESID ,*ZPRED)
Descriptive Statistics
Correlations
NPL LDR
N NPL 20 20
LDR 20 20
Variables Entered/Removedb
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 LDRa . Enter
Model Summaryb
Model Summaryb
Change Statistics
Total 11.774 19
Coefficientsa
Coefficientsa
-1.055 1.932
Coefficient Correlationsa
Model LDR
Collinearity Diagnosticsa
Variance Proportions
Dimensi
Model on Eigenvalue Condition Index (Constant) LDR