Anda di halaman 1dari 10

MODUL PERKULIAHAN

Rekayasa
Hidrologi
Presipitasi

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

03
Teknik Perencanaan Teknik Sipil 11024 Gneis Setia Graha, ST., MT.
dan Desain

Abstract Kompetensi
Modul ini menjelaskan mengenai Mahasiswa/I mampu menjelaskan
presipitasi, alat ukur hujan, kriteria tentang presipitasi.
pemilihan alat ukur hujan, kriteria
pemilihan alat ukur hujan, kriteria
jumlah kerapatan jaringan pos
klimatologi.

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


1 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2

1 PRESIPITASI ..................................................................................................................................... 3

1.1 Intensitas Curah Hujan ............................................................................................................ 4

1.2 Ukuran Butir Hujan dan Kecepatan Jatuhnya ......................................................................... 4

2 PENGAMATAN CURAH HUJAN ........................................................................................................ 5

2.1 Alat Ukur Hujan ....................................................................................................................... 5

2.1.1 Alat Ukur Hujan Biasa...................................................................................................... 5

2.1.2 Alat Ukur Hujan Otomatis (Automatic Rain Gauge)........................................................ 6

2.1.3 Pengamatan Curah Hujan menggunakan Radar ............................................................. 8

2.2 Kriteria Pemilihan Alat Ukur Hujan ......................................................................................... 8

2.3 Frekuensi Pengukuran............................................................................................................. 9

3 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 10

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
1 PRESIPITASI
Presipitasi adalah uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian proses
siklus hidrologi. Jumlah presipitasi dinyatakan dengan dalamnya presipitasi (mm). Presipitasi
yang ada di bumi berbentuk:

 Hujan, merupakan bentuk yang paling dominan.

 Embun, merupakan hasil kondensasi di permukaan tanah atau tumbuh-tumbuhan


dan kondensasi dalam tanah. Sejumlah air yang mengembun di malam hari akan
diuapkan di pagi harinya. Ini sangat penting bagi tanaman, tetapi tidak memegang
peranan penting dalam siklus hidrologi, karena jumlahnya tidak besar, dan
pengupannya di waktu subuh.

 Kondensasi, di atas lapisan es terjadi jika ada massa udara panas yang bergerak di
atas lapisan es. Kondensasi dalam tanah pada umumnya terjadi beberapa beberapa
centimeter saja di bawah permukaan tanah.

 Kabut, pada saat terjadi kabut, partikel-partikel air diendapkan di atas permukaan
tanah dan tumbuh-tumbuhan. Kabut beku atau rime merupakan presipitasi kabut
beku. Kabut sangat penting bagi pertumbuhan hutan, menurut penelitian di Jerman
dapat menaikkan hujan tahunan (30-40% di tengah hutan dan 100% di tepinya).

 Salju dan es.

Besarnya angka presipitasi (yang berbentuk hujan) di tempat yang satu dengan yang lain
tidak sama, artinya besar angka presipitasi berubah-ubah menurut lokasinya. Berkut ini
diberikan angka-angka presipitasi rata-rata tahunan (dalam mm/tahun) untuk beberapa
tempat di bumi.

Tempat Arah Hujan (mm/tahun)

Cherapoongee (India) 10.000

Buenaventura (Columbia) 7.310

Lereng selatan Gunung Slamet di Jawa Tengah 4.000

Malang (Jawa TImur) 2.000

Singapura 2.320

Belanda 750

Athena 380

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Tempat Arah Hujan (mm/tahun)

Teheran 220

Aden 55

1.1 Intensitas Curah Hujan

Besarnya tinggi hujan di tempat yang satu dengan yang lain tidak sama, artinya tinggi hujan
berubah-rubah menurut lokasinya.

Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu (satuan:
mm/menit, mm/jam, atau mm/jam).

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑝𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑐𝑢𝑟𝑎ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 =
𝑐𝑢𝑟𝑎ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 (𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎𝑛𝑦𝑎 2 𝑗𝑎𝑚)

Intensitas curah hujan diperoleh/dibaca dari kemiringan kurva (tangens kurva) yang dicatat
oleh alat ukur hujan otomatis. Intensitas curah hujan dan sifat hujan dapat dilihat pada tabel
berikut.

Intensitas Curah
Hujan (mm)
Keadaan Curah Hujan Kondisi
1 jam 24 jam

Hujan sangat ringan <1 <5 Tanah agak basah atau dibasahi sedikit

Hujan ringan 1–5 5 – 20 Tanah menjadi basah semuanya

Hujan normal 5 – 10 20 – 50 Bunyi hujan kedengaran

Hujan lebat 10 – 20 50 – 100 Air tergenang diseluruh permukaan tanah


dan bunyi keras hujan kedengaran dari
genangan

Hujan sangat lebat > 20 > 100 Hujan seperti ditumpahkan, saluran dan
drainase meluap

1.2 Ukuran Butir Hujan dan Kecepatan Jatuhnya

Ukuran butir hujan memiliki ukuran yang berjenis-jenis, nama dari butir hujan tergantung dari
ukurannya.

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Tabel 1 Ukuran, Massa, dan Kecepatan Jatuh Butir Hujan (Sosrodarsono, 1978)

Diameter butir Kecepatan jatuh


Jenis Massa (mg)
(mm) (m/s)

Hujan sangat ringan 0.15 0.0024 0.5

Hujan ringan 0.5 0.065 2.1

Hujan normal 1 0.52 4

Hujan lebat 2 4.2 6.5

Hujan sangat lebat 3 14 8.1

2 PENGAMATAN CURAH HUJAN


2.1 Alat Ukur Hujan

Pengamatan curah hujan dilakukan oleh alat ukur hujan. Terdapat dua jenis alat ukur hujan:

 Alat ukur biasa


 Alat ukur otomatis

2.1.1 Alat Ukur Hujan Biasa


1. Alat ukur hujan dipasang di tempat terbuka yang tidak dipengaruhi oleh pohon dan
gedung.
2. Bagian atas alat ukur hujan dipasang 20 cm lebih tinggi dari permukaan tanah yang
sekelilingnya ditanami rumput.
3. Ketelitian pembacaan adalah sampai 1/10 mm.
4. Pembacaan harus dilakukan 1 kali sehari, biasanya jam 09.00 dan hasil pembacaan
ini dicatat (yang dibaca sebagai hujan kemarin).
5. Curah hujan kurang dari 0,1 mm harus dicatat 0,0 mm.
6. Tidak ada hujan maka dicatat dengan membubuhkan garis (-).
7. Kekurangan alat ukur hujan biasa:
 Pada hujan lebat kemungkinan air meluap, sehingga hasil pengukuran salah.
 Intensitas tidak bisa diperoleh dengan merata-ratakan jumlah hujan dalam 1
hari/24 jam.
 Sangat tergantung dengan kedisiplinan pengamat.

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1 Alat Ukur Hujan Biasa

2.1.2 Alat Ukur Hujan Otomatis (Automatic Rain Gauge)


Alat perekam kejadian yang mencatat sendiri kejadian hujan, tanggal dan jam serta dapat
memeberikan peringatan apabila terjadi hujan melebihi kondisi normal. Alat ukur hujan
otomatik digunakan untuk pengamatan yang kontinu. Terdapat dua jenis alat ukur hujan
otomatik, yaitu tipe sifon dan tipe penampung bergerak (Tipping bucket).

A. Tipe Sifon

1. Air hujan ditampung di dalam sebuah silinder dimana terdapat sebuah


pelampung yang dapat diangkat oleh air hujan yang masuk.
2. Curah hujan dicatat pada suatu sistem pencatatan dengan sebuah pena pencatat
yang digerakkan oleh penampung.
3. Lebar kertas pencatat adalah sesuai dengan curah hujan 20 mm. Jika kertas
pencatat mencapai batas atas 20 mm (berarti pelampung dalam silinder naik 20
mm), maka air hujan di dalam silinder akan terbuang melalui sifon pada silinder
dan pena akan turun ke batas bawah, yakni titik 0 mm dari kertas pencatat
karena pelampung turun.

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 2 Alat Ukur Hujan Tipe Sifon

B. Tipe Penampung Bergerak (Tipping Bucket)

1. Penampung terdiri dari 2 bagian yang sama, yang dapat bergerak/berputar pada
sumbu horizontal yang terpasang di tengah-tengah.
2. Air hujan yang masuk ditampung oleh penampung yang satu. Jika air hujan di
dalam penampung tersebut mencapai jumlah tertentu, maka penampung tersebut
bergerak sehingga air hujan berikutnya ditampung oleh penampang yang lain.
Jika hujan berlangsung terus, maka penampung-penampung tersebut akan
berganti-ganti menampung air hujan yang masuk.
3. Pena pencatat yang dapat ditempatkan jauh dari alat pencatat ini dapat
digerakkan oleh listrik melalui kabel setiap kali terjadi perputaran penampung.
4. Alat tipe ini sering digunakan karena cocok untuk pencatatan yang jauh.
5. Alat tipe ini digunakan sebagai alat ukur hujan tanpa kabel atau alat ukur hujan
untuk jangka waktu yang lama, yang sering digunakan untuk pengamatan hujan
di daerah pengunungan.

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 3 Alat Ukur Tipe Tipping Bucket

2.1.3 Pengamatan Curah Hujan menggunakan Radar


Pengamatan curah hujan dengan radar dapat dimanfaatkan untuk penyelidikan keadaan
secara global seluruh daerah pada saat itu yang dikombinasikan dengan pengamatan dari
jaringan alat-alat ukur hujan.

Ilustrasi hasil pengamatan hujan menggunakan sistem radar.

Gambar 4 Contoh hasil pengamatan hujan menggunakan sistem radar


(http://www.crh.noaa.gov/pah/?n=nov1405flood)

2.2 Kriteria Pemilihan Alat Ukur Hujan

Sedapat mungkin menghindari tempat dimana selalu terjadi angin kencang dan arus angin
naik. Lokasi yang kurang cocok, diantaranya (1) tanah-tanah tandus atau tepi pantai dimana
selalu terjadi angin kencang, (2) lokasi diantara gedung/bangunan dimana tempat lewat
angin.

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Jarak ideal antara alat ukur hujan dengan bangunan sehingga hasil pengamatan masih
akurat, diantaranya:

1. d > 2h ditetapkan oleh 14 negara

2. d > h ditetapkan oleh 7 negara

3. d > 4h ditetapkan oleh WMO (World Meteorogical Organization)

Dimana: d = jarak bangunan/gedung dari alat ukur hujan; h = tinggi gedung/pohon dari
permukaan tanah.

Menurut Dr. Koshmieder, hasil pengamatan yang diukur oleh alat ukur yang dipasang pada
ketinggian 1 m atau lebih harus dikalikan dengan 1.5 jika kecepatan angin 9 m/detik,
dikalikan dengan 2 jika kecepatan angin 12 m/detik, dan dikalikan dengan 3 jika kecepatan
angin 15 m/detik. Rasio perkalian mengacu pada grafik berikut.

2.3 Frekuensi Pengukuran

Frekuensi pengkuran/pengamatan curah hujan dilakukan:

 Sekali dalam sehari, misalnya pada setiap jam 07.00 atau 08.00 pagi hari.
Banyaknya penangkapan diukur dengan gelas pengukur.

 Sekali dalam seminggu atau sebulan, dilakukan dengan alat pencatat otomatis
dengan penggantian kertas setiap minggu atau setiap bulan. Meskipun hanya
dilakukan sekali dalam seminggu atau sebulan, tetapi hasil pencatatannya dapat
membaca tinggi hujan setiap saat. Jika alat pencatatnya berupa punched tape dapat
dihubungkan dengan komputer di pusat komputer, maka setiap selang waktu
pendek, data curah hujan dapat disimpan dalam memori komputer.

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
3 DAFTAR PUSTAKA

Bedient, P. B., & Huber, W. C. (1992). Hydrology and Floodplain Analysis Second Edition.
Addison-Wesley Publishing Company.

Soemarto, C. (1986). Hidrologi Teknik.

Sosrodarsono, S. (1978). Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai