Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah
sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas
dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak
akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada
prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit
atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan,
tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian seorang ahli saraf
bernamaIan Robertson, puzzel dapat meningkatkan kemampuan mental. Selain itu,
permainan ini juga dapat mencegah penyakit Alzheimer dan hilang ingatan(Baras, 2010)

Berdasarkan pengamatan kami dirumah sakit M. Djamil Padang diruangan anak


kronis dan akut didapatkan jumlah anak usia toddler (3-5 tahun) sebanyak 15 orang
anak. Anak-anak pada dapat memainkan sesuatu dengan tangannya yaitu dengan bongkar
pasang yang bisa melatih kecerdasan otak anak dan berpikir secara logis untuk
menyelesaikan gambar yang bisa menjadi sesuatu yang menarik seperi binatang atau
orang
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak
yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal. Sifat
permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam
keterampilan tertentu seperti bermain dalam puzzel gambar, disni anak selalu dipacu
untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar yang telahdi bongkar.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan aktifitas


dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena
penyakit dan dirawat.

2. Tujuan Khusus

a) Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:

b) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya

c) Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.

d) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan

e) Beradaptasi dengan lingkungan

f) Mempererat hubungan antara perawat dan anak

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Bermain puzzel

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau


mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul, 2009)

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa


mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).

Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa
Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media
sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.

Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa


media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan
matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle
berdasarkan pasangannya.

B. Tujuan Bermain puzzel

Tujuan brmain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun


mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam
kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau mengenal
dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan
membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.

C. Fungsi Bermain Puzzel

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,


perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.

1. Perkembangan Sensoris – Motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen


terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan
kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah
yang banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.

2. Perkembangan Intelektual

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran,
tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk
memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas
dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui
eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya
pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi
seperti ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.

3. Perkembangan Social

Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan


lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan social
dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas
bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan
belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada
anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah
adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan
keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas

Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya


kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain,
anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.

5. Perkembangan Kesadaran Diri

Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur


mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba
peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya,
jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar
mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting peran
orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan
kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap
orang lain

6. Perkembangan Moral

Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang
tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan
untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan
dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab
atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman
merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain
adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang
yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan
prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan nilai moral
dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua
untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai
moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.

D. Katagori Bermain

Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif
dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan
diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif
kesenangan didapatkan dari orang lain.

a) Bermain aktif

· Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)

Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada
bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.

· Bermain konstruksi (construction play)

Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-
rumahan. Dll.

· Bermain drama (dramatik play)

Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-


saudaranya atau dengan teman-temanny

· Bermain bola, tali, dan sebagainya


b) Bermain pasif

Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.
Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.

Contohnya:

a) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah

b) Mendengarkan cerita atau musik

c) Menonton televisi

d) Dll

e)

tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.

E. Hal-hal yang Harus Diperhatikan

1) Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.

2) Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.

3) Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.

4) Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan
memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
F. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia

a. Usia 0 – 12 bulan

Tujuannya adalah :

· Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam.

· Melatih kerjasama mata dan tangan.

· Melatih kerjasama mata dan telinga.

· Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.

· Melatih mengenal sumber asal suara.

· Melatih kepekaan perabaan.

· Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

Alat permainan yang dianjurkan :

· Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.

· Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.

· Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.

· Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.

· Alat permainan berupa selimut dan boneka.


b. Usia 13 – 24 bulan

Tujuannya adalah :

· Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.

· Memperkenalkan sumber suara.

· Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.

· Melatih imajinasinya.

· Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang
menarik

Alat permainan yang dianjurkan:

· Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.

· Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.

· Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak mudah
pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar,
buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.

c. Usia 25 – 36 bulan

Tujuannya adalah ;

· Menyalurkan emosi atau perasaan anak.

· Mengembangkan keterampilan berbahasa.

· Melatih motorik halus dan kasar.


· Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan
warna).

· Melatih kerjasama mata dan tangan.

· Melatih daya imajinansi.

· Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.

Alat permainan yang dianjurkan :

· Alat-alat untuk menggambar.

· Lilin yang dapat dibentuk

· Pasel (puzzel) sederhana.

· Manik-manik ukuran besar.

· Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.

· Bola.

d. Usia 32 – 72 bulan

Tujuannya adalah :

· Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.

· Mengembangkan kemampuan berbahasa.

· Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.

· Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara).


· Membedakan benda dengan permukaan.

· Menumbuhkan sportivitas.

· Mengembangkan kepercayaan diri.

· Mengembangkan kreativitas.

· Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).

· Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.

· Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya.

· Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian


mengenai terapung dan tenggelam.

· Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.

Alat permainan yang dianjurkan :

· Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar &
tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.

· Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

G. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan

b. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu


c. Jenis kelamin

d. Lingkungan à lokasi, negara, kultur

e. Alat permainan à senang dapat menggunakan

f. Intelegensia dan status sosial ekonomi

H. Tahap Perkembangan Bermain

a. Tahap eksplorasi

Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain

b. Tahap permainan

Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan

c. Tahap bermain sungguhan

Anak sudah ikut dalam permainan

d. Tahap melamun

e. Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

I. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit

1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana

2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis


3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien

4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien

5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak

6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

J. Hambatan Yang Mungkin Muncul

a. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia

b. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan

c. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan.

K. Antisipasi hambatan

1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama

2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain

3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan

4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan

5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.

L. Cara Bermain Puzzel

1. Sediakan kertas puzzel bergambar


2. Bongkar kertas pazzel tersebut

3. Pasang kembali kertas pazzel sesuai pasangannya masing

4. Di anjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu

5. Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya

6. Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelm kertas
puzzel di bongkar

BAB III

SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit

Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 3-5 tahun

Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak

Tanggal / Jam : Hari / Tanggal : Kamis / 28 mei 2015


Jam / Durasi : Pkl. 10.00 sd selesai

Tempat Bermain : Ruang pertemuan lantai 1

Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang
anak kronik yang memenuhi kriteria :
· Anak usia 3 – 5 tahun
· Tidak mempunyai keterbatasan fisik
· Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
· Pasien kooperatif
Peserta terdiri dari :
· Anak usiapra sekolah dan sekolah sebanyak 4 orang didampingi keluarga

Target : 4 orang

Sarana dan Media

· Sarana:
- Ruangan tempat bermain
- Tikar untuk duduk
· Media:
Gambar yang belum disusun

Pengorganisasian

Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 16 orang dan 1 orang observer
dengan susunan sebagai berikut:

Co leader : Dhira Andriani

Leader : Elsa Nowesti

Observer : Ivanny Leoni

Fasilitator : Hayatunnupus Haqiqi

Dwi fuji Setia Ningsih

Dini Nasrilla

Sarah Nikita Nepu

Refi Iqbal

Desi Oktavia Rini


Pembagian Tugas :

7. Peran Leader

· Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan


situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan
perasaannya

· Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi

· Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara
memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan

8. Peran Co Leader

· Mengidentifikasi issue penting dalam proses

· Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader

· Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang akan
dating

· Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya

9. Peran Fasilitator

· Mempertahankan kehadiran peserta

· Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta

· Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari
dalam kelompok
10. Peran Observer

· Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy

· Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan

· Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy

· Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

Setting Tempat

Keterangan

= Pembimbing = Peserta = orang tua

= Observer = Fasilitator

= Co Leader = Leader

Susunan Kegiatan

No Waktu Terapy Anak Ket


1 5 menit Pembukaan :
1. Co-Leader membuka dan
mengucapkan salam Menjawab salam

2. Memperkenalkan diri terap Mendengarkan

3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan


Mendengarkan dan saling
4. Memperkenalkan anak satu
berkenalan
persatu dan anak saling
berkenalan dengan temannya Mendengarkan

5. Kontrak waktu dengan anak Mendengarkan

6. Mempersilahkan Leader
2 20 menit Kegiatan bermain :

1. Leader menjelaskan cara


permainan Mendengarkan

2. Menanyakan pada anak, anak Menjawabpertanyaan


mau bermain atau tidak

3. Menbagikan permainan

4. Leader ,co-leader, dan Fasilitator Menerima permainan


memotivasi anak
Bermain
5. Fasilitator mengobservasi anak
Bermain
6. Menanyakan perasaan anak
Mengungkapkan perasaan
3 5 menit Penutup :

1. Leader Menghentikan
permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan

3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan

4. Memberikan hadiah pada anak Senang


yang cepat menyelesaikan
Senang
gambarnya dan bagus

5. Membagikan souvenir/kenang-
kenangan pada semua anak yang
bermain
Mengungkapkan perasaan

6. Menanyakan perasaan anak


Mendengarkan

7. Co-leader menutup acara


Menjawab salam

8. Mengucapkan salam

Evaluasi

1. Evaluasi struktur yang diharapkan

· Alat-alat yang digunakan lengkap

· Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi proses yang diharapkan

· Terapi dapat berjalan dengan lancar

· Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik


· Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi

· Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya

3. Evaluasi hasil yang diharapkan

· Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu gambar yang
diwarnai, kemudian digantung

· Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik

· Anak merasa senang

· Anak tidak takut lagi dengan perawat

· Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai

· Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan


kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, Salah satunya adalah
puzzrl. Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa
Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media
sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa
media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan
matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle
berdasarkan pasangannya.

Saran

1. Orang tua

Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak
dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin
penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan dari
permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.

2. Rumah Sakit

Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan


trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan khusus
untuk melakukan tindakan.

3. Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak


hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak.
Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan tumbuh
kembang anak walaupun dirumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-mewarnai.html
http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-mewarnai.html ᄃ

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan


sesuai dengan tahap perkembangan, bukan ordes mini, juga bukan merupakan
harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi,
melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara
individual. Anak membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri. Anak sebagai
orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, perasaan dan minat
yang berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.

Bagi anak bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk


bekerja, kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal
dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan
anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dll. Bermain adalah
unsur yang penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental,
intelektual, kreativitas dan sosial.

Beberapa ahli mengatakan bahwa bermain pada anak merupakan sarana


untuk belajar. Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan
dan suatu proses yang terus menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain
merupakan tahap awal dari proses belajar pada anak yang dialami hampir
semua orang. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, seorang anak
berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang banyak. Baik
pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan
di sekitarnya. Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan berbagai
pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali
gagasan yang cemerlang. Bermain adalah pekerjaan anak. Dalam bermain
anak mempraktekkan secara kontinu proses hidup yang rumit dan penuh
stress,komunikasi, dan mencapai hubungan yang memuaskan dengan orang
lain. Di situlah mereka belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia
mereka, misalnya bagaimana menghadapi lingkungan objek, waktu, ruang,
struktur, dan dan orang di dalamnya. Stressor pada anak usia awal
( toddler & pra sekolah) pada reaksi emosional ditunjukan dengan
menangis, marah dan berduka sebagai bentuk yang sehat dalam mengatasi
stress karena hospitalisasi. Seorang anak mempersepsikan sakit sebagai
suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal ini terjadi karena anak masih
mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar mereka. Anak mempuyai
kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bias bermain
dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat
mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi.
Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive,
cooperative, membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak
menjadi marah.

Dengan ini, untuk mengurangi dampak hospitalisasi terhadap anak


kita bermaksud untuk melaksanakan terapi bermain yang bertujuan untuk
membantu anak terhindar dari stress, stressor dan dampak hospitalisasi
yang mengancam pertumbuhan dan perkembangan anak.

B. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti permainan ini selama 1x tatap muka, anak bisa
terlatih kognitif dan motorik halusnya.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti permainan ini selama 1x30 menit, anak


diharapkan:

a. Mampu mengenal 2-3 warna

b. Mampu mengenal 3 nama gambar

c. Mampu mewarnai 2 gambar

C. Sasaran

Anak usia 4 tahun (Toddler & Pra Sekolah).

BAB II

DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik sasaran

Kepuasan pada anak terletak pada rangsangan aotoerotic yaitu


meraba- raba, meraasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, suka
pada lain jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya dari pada
ayahnya, sebaliknya anak perempuan senang pada ayahnya. Anak akan mulai
inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara akif dalam
melakukan aktifitasnya, apabila dalam tahap ini anak dilarang atau
dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak.

Anak usia (4 tahun) yaitu :

a) Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga

b) Berjalan pada jari kaki

c) Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri

d) Menggambar garis silang

e) Mengambar orang hanya kepada dan bokong

f) Mengenal 2 atau 3 warna

g) Bicara dengan baik

h) Bertanya bagaimana anak dilahirkan

i) Mendengarkan cerita-cerita

j) Bermain dengan anak lain

k) Menunjukkan rasa saying kepada saudara

l) Dapat melaksanakan tugas-tugasnya

m) Mampu melompat dan menari

n) Menggambar orang terdiri dari lengan dan badan serta kepala

o) Dapat menghitung jari-jarinya

p) Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita


q) Minat kata baru dan artinya

r) Memprotes bila dilarang apa yang diinginnya

s) Membedakan besar kecil

B. Prinsip bermain

Adapun prinsip-prinsip dalam bermain dengan anak usia 4 tahun adalah


sebagai berikut:

1. Tidak membutuhkan banyak energy

2. Waktunya singkat

3. Mudah dilakukan

4. Aman

5. Kelompok umur

6. Tidak bertentangan dengan terapi

7. Melibatkan keluarga.

8. Komunikasi verbal belum efektif, karena memang belum fasih


dalam berbicara.

9. Gunakan kata – kata simple, singkat, yang dikenal oleh anak


karena anak hanya dapat menerima informasi secara harfiah.

10. Beri pujian untuk hal – hal yang dicapai

11. Sangat egosentris. Hanya melihat sesuatu berpusat pada


dirinya (komunikasi berpusat pada dirinya).

12. Sering berperilaku mendorong tangan pemeriksa dan menangis


pada saat pemeriksa mendekatinya.

13. Anak belum mampu memahami abstraksi, maka gunakanlah istilah


– istilah yang pendek dan konkrit

14. Kenalkan alat –alat yang akan digunakan, termasuk juga


dengan cara kerjanya. Akan tetapi untuk memegangkan alat kepada
anak perlu diperhatikan lingkungan dan kondisi anak. (Kalau
perlu alat diperkenalkan saja, karena kalau memegang langsung,
kemungkinan alat akan dibanting oleh anak. Maka perlu
diwaspadai kemungkinan tersebut, hal ini lebih spesifik ke anak
usia toddler).

15. Gunakan obyek yang menyenangkan

16. Lakukan kontrak waktu dengan pasien dan keluarga, kapan


tindakan akan dilaksanakan

17. Beri kesempatan untuk memegang alat khususnya untuk anak


prasekolah (dengan melihat keadaan anak, sampai bagaimana alat
tersebut akan digunakan).

18. Beri kesempatan untuk bertanya.

C. Karakteristik permainan

Karakteristik yang akan kita bawakan ketika terapi bermain adalah:

- Membuang ekstra energi

- mengoptimalkan seluruh perkembangan tubuh, seperti tulang,


otot dan organ-organ
- Aktivitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan
anak

- Anak belajar mengontrol diri

- Berkembangnya berbagai ketrampilan yang akan berguna


sepanjang hidupnya

- Meningkatkan daya kreativitas

- Mendapatkan kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang


ada di sekitar anak

- Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri


hati dan kedukaan

- Kesempatan untuk belajar bergaul dengan anak lainnya

- Kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah ataupun yang


menang di dalam bermain

- Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan

- Dapat mengembangakan kemampuan aktualnya.

Alat permainan yang dianjurkan :

1. Berbagai benda dari sekitar, buku bergambar, majalah


anak-anak, alat gambar dan tulis, kertas untuk belajar
melipat, gunting, air, dll.

2. Teman- teman bermain : anak seusianya, orang tua, orang


lain di luar lingkungannya.
BAB III

METODOLOGI BERMAIN

A. Deskripsi permainan

Permainan akan dilakukan kurang lebih 30 menit.


Diawali dengan pembukaan dan penjelasan prosedur permainan.
Aturan dalam permainan ini adalah selesai dengan hasil yang
bagus, baik, rapi, dan pewarnaan yang serasi. Anak nanti
akan dikasih buku gambar dan gambar yang siap untuk
diwarnai, setelah itu anak akan mulai menggambar sesuai
imajinasinya dan mewarnainya, serta mewarnai gambar yang
siap diwarnai dengan dibantu oleh orang tua atau keluarga
dan perawat. Setelah itu, hasil dipajang atau di tempel
kemudian anak menjelaskan apa yang digambarnya dengan tujuan
untuk melatih motorik dan melatih mental klien, setelah itu
gambar dibawakan kembali klien untuk pengalihan perhatian
ketika kembali kekamar pasien dalam menjalani perawatan.
B. Tujuan permainan

Tujuan dari permainan ini adalah :

§ Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan


§ Mengembangkan kemampuan berbahasa
§ Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi
§ Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura
§ Membedakan benda dengan perabaan
§ Menumbuhkan sportivitas
§ Mengembangkan kepercayaan diri
§ Mengembangkan kreativitas
§ Mengembangkan koordinasi motorik
§ Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar
§ Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya
§ Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan misalnya
pengertian mengenai terapung dan tenggelam
§ Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong

C. Keterampilan yang diperlukan.

Adapun ketrampilan yang diharapkan/yang dimiliki anak,


adalah:

a. Mampu mengenal 2-3 warna


b. Mampu mengenal 3 nama gambar
c. Mampu mewarnai 2 gambar

D. Jenis permainan

Adapun jenis permainan yang kita gunakan dalam terapi bermain ini
adalah Sense of pleasure play dan Skill play.

E. Alat bermain

Adapun alat yang dapat dipakai selama bermain diantaranya :

1. Buku gambar

2. Gambar-gambar siap warna

3. Alat warna / krayon / pensil warna

F. Proses bermain

No Tahap Waktu Kegiatan Media


1. Pembukaan 5 menit · Memberikan salam -
· Menjelaskan proses bermain
2. Pelaksanaan 20 menit · Menanyakan apakah anak pernah kertas
mewarnai gambar dan suka bergambar,
melakukannya pensil
· Menjelaskan aturan bermain. warna
· Membagikan kertas bergambar,
pensil warna
· Membimbing anak mewarnai
gambar
3. Penutup 5 menit · Evaluasi -
· Memberi reinforcement positif
· Memberi salam penutup

G. Waktu pelaksanaan

Tempat : Bangsal Flamboyan RST.dr.Soedjono


Magelang

Hari/ Tanggal : Jumat/ 19 Oktober 2012

Waktu : 09.30 s/d 10.00 WIB

H. Hal-hal yang perlu diwaspadai

Hal-hal yang perlu diwaspadai dalam terapi bermain


diantaranya:

1. Ekstra energy

Untuk bermain diperlukan ekstra energy.

2. Waktu

Anak harus mempunyai cukup waktu bermain.

3. Alat permainan

Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesui


dengan umur dan taraf perkembangannya.

4. Ruangan untuk bermain

Ruangan tidak usah terlalu lebar atau ruangan khusus


untuk bermain. Anak bisa bermain di ruang tamu, halaman
bahkan di ruang tidurnya.

5. Pengetahuan cara bermain

6. Teman bermain
I. Antisipasi meminimalkan hambatan

Untuk mengantisipasi hambatan-hambatan dalam terapi bermain,


maka langkah-langkah yang diambil adalah:

- Saat bermain dilandasi rasa cinta dan kasih sayang


juga menikmati kebahagiaan bersama anak.

- Dilakukan berjenjang dan berkesinambungan mengikuti


tahapan perkembangan anak.

- Jika menggunakan alat saat melakukan stimulasi, bisa


gunakan alat sederhana, murah dan mudah didapat,
disesuaikan dengan keadaan setempat.

- Selalu berikan pujian atas keberhasilan yang


dilakukan anak.

- Tidak memarahi, menghukum, atau memaksa bila anak


kurang mampu melakukan stimulasi.

- Suasana menyenangkan, bervariasi, dan nyaman sehingga


tidak membosankan.

- Meminta nasehat petugas bangsal atau CI lahan jika


ditemukan kesulitan dalam mencapai tahapan perkembangan
yang sesuai dengan umurnya.

J. Pengorganisasian

Dalam pelaksananannya langkah-langkah jalannya terapi


bermain (pengorganisasian) pelaksananan adalah:
a. Mengatur tempat bermain
b. Mempersiapkan alat dan bahan
c. Mempersiapkan anak
d. Memberi salam
e. Menjelaskan proses bermain
f. Menanyakan apakah anak pernah mewarnai gambar dan suka
melakukan saat di rumah
g. Menjelaskan aturan bermain
h. Membagikan kertas bergambar dan pensil warna
i. Menanyakan nama gambar yang akan diwarnai
j. Membimbing anak mewarnai gambar dan memberi reinforcement.

K. Sistem Evaluasi

1. Standar persiapan (struktur dan proses)

i. Alat: kertas bergambar dan pensil warna


ii. Pengaturan tempat: di atas tempat tidur agar tidak
membuat anak lelah dan mengganggu program pengobatan

2. Standar hasil: evaluasi pada akhir kegiatan:

I. Anak mampu mengenal 2-3 warna


II. Anak mampu mengenal 3 nama gambar
III. Anak mampu mewarnai 2 gambar.

BAB IV

PENUTUP
Kesimpulan

Dari terapi bermain yang kita lakukan, diharapkan anak dapat melakukan
semua permainan sesuai dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan umur 4
tahun (Toddler & Pra Sekolah), juga bisa mengurangi dampak hospitalisasi bagi
anak, mengalihkan perhatian anak ketika di kamar pasien. Dari terapi bermain
yang kita lakukan diharapkan:

a. Anak mampu menyebutkan bentuk gambar yang diwarnai

b. Anak mampu menyebutkan warna yang digunakan untuk mewarnai

c. Anak mampu mewarnai benda (gambar) dengan dibimbing oleh


orang tua dan perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Soetjiningsih. (2003). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Staf Pengajar IKA FKUI. (2004). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 3. Jakarta :
FKUI.

http://ners-blog.blogspot.com/2011/10/proposal-terapi-bermain-anak-usia-4-6.html/
diakses 18 Oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai