Anda di halaman 1dari 7

NAMA : PIA LIDA ELIKA

JURUSAN : KA PAGI - S1
MATA KULIAH : AUDIT

FRAUD AUDITING
A. LATAR BELAKANG
Di dalam suatu perusahan pasti terdapat bagian atau divisi. Semakin
banyaknya divisi di dalam perusahaan, maka semakin besar persentasi terdapat
kecurangan, baik di dalam divisi itu sendiri atau dengan divisi lain bahkan antar
perusahaan. Fraud auditing atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi
dan mencegah kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat
melakukan audit kecurangan terhadap pembukuan dan transaksi komersial
memerlukan gabungan dua keterampilan, yaitu sebagai auditor yang terlatih dan
kriminal investigator. Fraud mencakup semua kejutan, trik, kelicikan dan
penyamaran, serta setiap cara yang tidak adil di mana ada pihak lainnya yang
tertipu.
Fraud dalam laporan keuangan biasanya berbentuk salah saji atau kelalaian
yang disengaja baik dalam jumlah maupun pengungkapan pos-pos dalam
pelaporan keuangan untuk menyesatkan pemakai informasi laporan keuangan
tersebut. Fraud dapat terungkap bila ada kerja sama antara beberapa pihak yang
terkait dengan entitas, seperti dewan direksi, pihak manajemen, akuntan publik
dan internal auditor. Kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan pada
umumnya disebabkan oleh lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
Pengaruh lingkungan internal umumnya terkait antara lain dengan lemahnya
pengendalian internal, lemahnya perilaku etika manajemen atau faktor likuiditas
serta profitabilitas entitas yang bersangkutan. Sedangkan pengaruh lingkungan
eksternal umumnya terkait antara lain dengan kondisi entitas secara umum,
lingkungan bisnis secara umum, maupun pertimbangan hukum dan perundang-
undangan.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita sebagai
mahasiswa dapat mengetahui kecurangan-kecurangan yang terjadi di dalam
perusahaan, serta dampak apa yang terjadi ketika kecurangan itu terus menerus
dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

C. PEMBAHASAN
1. Konsep Dasar
G.Jack Bologna, Robert J.Lindquist dan Joseph T.Wells mendefinisikan
kecurangan “Fraud is criminal deception intended to financially benefit the
deceiver (1993)” yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud

1
NAMA : PIA LIDA ELIKA
JURUSAN : KA PAGI - S1
MATA KULIAH : AUDIT

untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap
tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Kecurangan
berarti bahwa suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi
tidak benar, apabila suatu kesalahan adalah disengaja maka kesalahan tersebut
merupakan kecurangan.
Dari sudut pandang akuntansi dan audit, kecurangan adalah penggambaran
yang salah dari fakta material dalam buku besar atau laporan keuangan.
Pernyataan yang salah dapat ditujukan pada pihak dalam organisasi seperti
pemegang saham atau kreditor, atau pada organisasi itu sendiri dengan cara
menutupi atau menyamarkan penggelapan uang, ketidakcakapan, penerapan dana
yang salah atau pencurian atau penggunaan aktiva organisasi yang tidak tepat oleh
petugas, pegawai atau agen.

2. Gejala dan Faktor Pendorong Kecurangan


a. Gejala kecurangan
Pelaku kecurangan di atas dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok,
yaitu manajemen dan karyawan. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen
umumnya lebih sulit ditemukan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh
karyawan. Oleh karena itu, perlu diketahui gejala yang menunjukkan adanya
kecurangan tersebut.
Gejala kecurangan manajemen:
 Ketidakcocokan diantara manajemen puncak
 Moral dan motivasi karyawan rendah
 Departemen akuntansi kekurangan staf
 Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak
konsumen, pemasok, atau badan otoritas
 Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi
 Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang meningkat
 Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu
yang lama
 Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan
 Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun buku
Gejala kecurangan karyawan:
 Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa
perincian/penjelasan pendukung
 Pengeluaran tanpa dokumen pendukung
 Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
 Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran

2
NAMA : PIA LIDA ELIKA
JURUSAN : KA PAGI - S1
MATA KULIAH : AUDIT

 Kekurangan barang yang diterima


 Kemahalan harga barang yang dibeli
 Faktur ganda dan penggantian mutu barang

b. Faktor Pendorong Kecurangan


Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan,
yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu:
1) Greed (keserakahan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan individu
pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual).
2) Opportunity (kesempatan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan
organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor
generik/umum). Kesempatan untuk melakukan kecurangan tergantung pada
kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan. Kesempatan untuk melakukan
kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Namun, ada yang mempunyai
kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum manajemen suatu
organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk
melakukan kecurangan daripada karyawan.
3) Need (kebutuhan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan individu
pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual).
4) Exposure (pengungkapan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan
organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor
generik/umum). Pengungkapan suatu kecurangan belum menjamin tidak
terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun oleh
pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan seharusnya
dikenakan sanksi apabila perbuatannya terungkap.

3. Kategori dan Pendeteksian Kecurangan


Langkah-langkah yang dapat dilakukan auditor dalam mendeteksi
fraud adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana auditor dapat berkomunikasi dengan efektif sehingga pihak
klien lebih termotivasi untuk menyumbangkan informasi tentang fraud.
Dengan perkataan lain, diskusi ini merupakan langkah awal bagaimana
auditor mendapatkan informasi mengenai fraud.
b. Auditor menerapkan unsur unpredictability (tidak dapat ditebak) dalam
prosedur auditnya, misalnya mengacak sifat, jadwal dan sampel
pengujiannya.
c. Auditor perlu mengasah sensivitasnya akan hal-hal yang sifatnya tidak
lazim yang boleh jadi merupakan indikasi akan terjadinya fraud. Misalnya
memeriksa manual journal entry, auditor melihat adanya angka yang secara
ganjil jumlahnya bulat; sewaktu dicek lebih lanjut ternyata benar bahwa

3
NAMA : PIA LIDA ELIKA
JURUSAN : KA PAGI - S1
MATA KULIAH : AUDIT

angka tersebut merupakan angka yang dimarkup dengan cara dibulatkan ke


atas.
d. Dalam menjalankan jasa profesionalnya, auditor perlu menerapkan praktik-
praktik manajemen risiko secara lebih baik. Sebagai contoh, auditor akan
melakukan penilaian berdasarkan kriteria tertentu atas hal-hal sebagai berikut:
 apakah auditor dapat menerima suatu entitas sebagai kliennya,
 apakah auditor dapat melanjutkan hubungan profesional dengan
kliennya dari satu periode ke periode berikutnya,
 apakah auditor dapat menerima suatu penugasan tertentu dari kliennya.
Dengan perkataan lain, bila auditor meragukan integritas dari
manajemen suatu entitas, atau berdasarkan pengalaman entitas tersebut
rentan terhadap fraud, maka auditor dapat memutuskan untuk secara
profesional tidak menerima entitas tersebut sebagai kliennya.
Association of Certified Fraud Examinations (ACFE- 2000), salah satu
asosiasi di USA yang mendarmabaktikan kegiatannya dalam pencegahan dan
pemberantasan kecurangan, mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok
sebagai berikut:
a. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)
Kecurangan laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan
yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan
keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat
bersifat financial atau kecurangan nonfinancial. Kecurangan dalam penyajian
laporan keuangan umumnya dapat dideteksi melalui analisis laporan
keuangan sebagai berikut:
 analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis
hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau laporan
arus kas dengan menggambarkannya dalam persentase. Sebagai contoh,
adanya kenaikan persentase hutang niaga dengan total hutang dari rata-
rata 28% menjadi 52% dilain pihak adanya penurunan persentase biaya
penjualan dengan total penjualan dari 20% menjadi 17% mungkin dapat
menjadi satu dasar adanya pemeriksaan kecurangan.
 analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentase-persentase
perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode laporan.
Sebagai contoh adanya kenaikan penjualan sebesar 80% sedangkan harga
pokok mengalami kenaikan 140%. Dengan asumsi tidak ada perubahan
lainnya dalam unsur-unsur penjualan dan pembelian, maka hal ini dapat
menimbulkan sangkaan adanya pembelian fiktif, penggelapan, atau
transaksi ilegal lainnya.

4
NAMA : PIA LIDA ELIKA
JURUSAN : KA PAGI - S1
MATA KULIAH : AUDIT

 analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item
dalam laporan keuangan. Sebagai contoh adalah current ratio, adanya
penggelapan uang atau pencurian kas dapat menyebabkan turunnya
perhitungan rasio tersebut.
b. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation)
Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam ‘Kecurangan Kas’ dan
‘Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya’, serta pengeluaran-
pengeluaran biaya secara curang (fraudulent disbursement). Teknik untuk
mendeteksi kecurangan-kecurangan kategori ini sangat banyak variasinya.
Namun, pemahaman yang tepat atas pengendalian intern yang baik dalam
pos-pos tersebut akan sangat membantu dalam melaksanakan pendeteksian
kecurangan. Dengan demikian, terdapat banyak sekali teknik yang dapat
dipergunakan untuk mendeteksi setiap kasus penyalahgunaan aset. Masing-
masing jenis kecurangan dapat dideteksi melalui beberapa teknik yang
berbeda. Misalnya, untuk mendeteksi kecurangan dalam pembelian ada
beberapa metode deteksi yang dapat digunakan. Metode-metode tersebut akan
sangat efektif bila digunakan secara kombinasi gabungan, setiap metode
deteksi akan menunjukkan gejala penyimpangan yang dapat diinvestigasi
lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya kecurangan. Selain itu, metode-
metode tersebut akan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam
pengendalian intern dan mengingatkan/memberi peringatan pada auditor akan
adanya potensi terjadinya kecurangan di masa mendatang.
c. Korupsi (Corruption)
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE,
bukannya pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia.
Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict
of interest), suap (bribery), pemberian illegal, dan pemerasan. Sebagian besar
kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang jujur,
laporan dari rekan, atau pemasok yang tidakpuas dan menyampaikan
komplain ke perusahaan.Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian
dilakukan analisis terhadap tersangka atau transaksinya.

4. 6 Bidang Yang Beresiko Tinggi Terkena Fraud


Ada 6 bidang yang beresiko tinggi untuk terkena fraud / kecurangan , yaitu:
1. Purchasing and payroll, Fraud dalam purchasing biasanya dilakukan dengan
cara:
a. Kickback atau suap diberikan kepada pihak yang mengurus pembelian
sebagai imbalan atas diberikannya kontrak kepada supplier.

5
NAMA : PIA LIDA ELIKA
JURUSAN : KA PAGI - S1
MATA KULIAH : AUDIT

b. Invoice palsu yang dibuat sendiri oleh pihak yang mengurus pembelian,
kemudian ditagihkan ke perusahaan dan dibayar.
c. Manipulasi data supplier misalnya nomor rekening pembayaran ke
supplier diubah ke rekening orang lain.
2. Sales and inventory, Fraud dalam jenis ini misalnya:
a. Pencurian inventory baik yang sedang disimpan atau dalam pengiriman
b. Transaksi penjualan dengan sengaja tidak dicatat atau dikurangi
pencatatannya dan uang yang diterima atas penjualan tersebut masuk ke
kantong pribadi
c. Mengurangi atau menghapuskan jumlah utang konsumen atas barang yang
sudah dijual secara kredit
d. Mencatat transaksi penjualan palsu untuk mendapatkan komisi atau bonus
terkait dengan penjualan
e. Memberikan diskon berlebihan kepada konsumen
3. Cash and check.
Kas merupakan aset yang paling sensitif terhadap fraud karena kas kelihatan
secara fisik dan relatif lebih mudah dipindahtangankan dibandingkan aset
perusahaan yang lain. Fraud atas cek biasanya terjadi ketika terdapat
kelemahan dalam proses rekonsiliasi bank.
4. Physical security.
Kelemahan dalam physical security dapat menimbulkan asset misapropriation.
5. Hak kekayaan intelektual (HAKI) dan kerahasiaan informasi.
Ini terkait dengan fraud dalam pembajakan dan pencurian informasi penting
milik perusahaan.
6. Information Technology.
IT fraud meliputi hacking, mail-bombing, spamming, domain name hijacking,
server takeovers, denial of service, internet money laundering, electronic
eavesdropping, electronic vandalism and terrorrism.

6
NAMA : PIA LIDA ELIKA
JURUSAN : KA PAGI - S1
MATA KULIAH : AUDIT

D. KESIMPULAN
Pendeteksian kecurangan bukan merupakan tugas yang mudah
dilaksanakan oleh auditor. Terjadinya kecurangan atau fraud sebenarnya berbeda
dengan kekeliruan. Fraud merupakan problem yang serius, maka akuntan publik
harus mengambil langkah-langkah komprehensif dalam pencegahan dan
pendeteksian kecurangan tersebut. Pemahaman tentang fraud sangat penting, agar
lebih dini biasa dilakukan pencegahan. Langkah awal dalam mendeteksi fraud
adalah berasal dari informasi atau petunjuk dari berbagai pihak seperti karyawan,
rekanan dan konsumen. Selain itu, mendeteksi fraud atau kecurangan tentunya
dengan adanya pengendalian internal yang diimplementasikan dalam organisasi
(entitas), namun semua pihak bertanggung jawab dalam mendeteksi adanya
fraud dalam entitas tersebut, apakah dia seorang dewan komisaris, internal
auditor, eksternal auditor, pihak manajemen dan karyawan sekalipun.
Tanggung jawab profesi akuntan umumnya dan akuntan publik
khususnya sebagai the last regiments standing di dalam menciptakan iklim bisnis
yang kondusif di Indonesia yang menganut pilar-pilar good corporate governance
seperti kejujuran, transparansi dan tanggung jawab serta adanya akuntabilitas
akan semakin berat. Selain itu, dalam profesi akuntan publik, sikap mental
yang jujur, independen dan skeptik secara profesional lebih ditekankan di dalam
kode etik profesi akuntan publik. Akuntan publik bertanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan yang
memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji yang material,
baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.

E. DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/dewimasita/makalah-fraud-auditing, diakses pada 7
Mei 2015 pukul 12.30 WIB

Anda mungkin juga menyukai