TB Paru Kasus Kambuh
TB Paru Kasus Kambuh
LAPORAN KASUS
A. Identitas Penderita
Nama : Ny. T
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Ledug RT 01/02 Kembaran
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk IGD : 06 Januari 2018
Tanggal periksa : 07 Januari 2018
No.CM : 00-79-36-45
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama :
Mual dan muntah.
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien baru datang ke IGD RSMS dengan keluhan mual dan muntah sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit dan dirasakan semakin memberat. Pasien mengatakan, pasien
muntah berisi makanan 2 kali dalam sehari. Setelah muntah pasien meminun teh manis
hangat dan merasa keluhan sedikit berkurang. Keluhan mual dan muntah juga disertai
dengan keluhan pusing berputar sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
mengeluhkan lemas dan berat badannya turun hingga 2 kilogram. Pasien juga
mengeluhkan sering berkeringat pada malam hari, namun pasien menyangkal adanya
penurunan nafsu makan. Pasien menygkal adanya keluhan demam. BAK dan BAB pasien
dalam batas normal.
Pasien sedang dalam pengobatan TB bulan kedua dan rutin mengkonsumsi obat yang
berwarna merah. Pasien mengaku sebelumnya pasien sudah pernah menjalani pengobatan
paru dan rutin meminum obat selama 11 bulan. Saat itu pasien rutin kontrol dan
dinyatakan sembuh oleh puskesmas Kembaran 7 bulan yang lalu.
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat penyakit yang sama : (+)
b. Riwayat konsumsi OAT : (+)
c. Riwayat darah tinggi : disangkal
d. Riwayat penyakit gula : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
f. Riwayat sakit ginjal : disangkal
g. Riwayat penyakit jantung : disangkal
h. Riwayat sakit kuning/liver : disangkal
i. Riwayat sakit tenggorokan/ kulit : disangkal
j. Riwayat konsumsi obat-obatan : disangkal
4. Riwayat penyakit keluarga
a. Riwayat penyakit yang sama : disangkal
b. Riwayat konsumsi OAT : disangkal
c. Riwayat darah tinggi : disangkal
d. Riwayat penyakit gula : disangkal
e. Riwayat alergi : disangkal
f. Riwayat asma : disangkal
g. Riwayat sakit ginjal : disangkal
h. Riwayat penyakit jantung : disangkal
i. Riwayat sakit kuning/liver : disangkal
j. Riwayat sakit tenggorokan/ kulit : disangkal
k. Riwayat konsumsi obat-obatan : disangkal
5. Riwayat sosial dan exposure
a. Community
Pasien menikah dan tinggal bersama 2 anggota keluarganya, yaitu anak dan
cucunya. Hubungan antara pasien dengan tetangga dan keluarga dekat dan baik.
b. Home
Pasien tinggal di sebuah rumah dengan 2 orang anggota keluarganya yang lain.
Rumah terdiri dari 2 kamar dan masing-masing dihuni oleh 1-2 orang dan disertai
dengan satu kamar mandi. Kamar mandi dan jamban di dalam rumah. Atapnya
memakai genteng dan lantai terbuat dari keramik. Ruangan rumah cukup terang
walaupun lampu tidak dinyalakan serta matahari cukup masuk ke dalam rumah serta
ventilasi cukup.
c. Occupational
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga.
d. Personal habit
Pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok, dan jarang olahraga.
e. Drugs and Diet
Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan. Menu makan pasien terdiri dari
nasi dan sayur-mayur, terkadang lauk-pauk. Pasien makan sehari 3 kali.
f. Biaya pengobatan
Sumber pembiayaan kesehatan berasal pasien padaa saat ini menggunakan BPJS.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Vital sign tanggal
a. Tekanan darah : 140/100 mmHg
b. Nadi : 64 ×/menit reguler, isicukup
c. Pernapasan : 22 ×/menit
d. Suhu : 36.7 °C
4. Berat badan : 45 kg
5. Status generalis
a. Pemeriksaan kepala
1) Bentuk kepala
Mesocephal, simetris, venektasi temporalis (-)
2) Rambut
Warna rambut hitam dan mulai beruban, tidak rontok dan terdistribusi merata.
3) Mata
Simetris, edema palpebra (-/-) konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata
kering (-), refleks cahaya (+/+) normal, pupil isokor diameter 3 mm/3mm.
4) Telinga
Discharge (-)
5) Hidung
Discharge (-), deformitas (-) dan napas cuping hidung (-)
6) Mulut
Bibir kering (-), bibir pucat (-), bibir sianosis (-), lidah sianosis (-), lidah kotor (-)
b. Pemeriksaan leher
Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), Palpasi : JVP 5+ 2cmH2O
c. Pemeriksaan thorax
Paru
Inspeksi : Dinding dada tampak simetris dan tidak tampak
ketertinggalan gerak antara hemithorax kanan dan kiri.
Kelainan bentuk dada (-), retraksi intercostalis (-).
Palpasi : Apex vokal fremitus sinistra = dextra
Basal vokal fremitus sinistra = dextra
Perkusi : Perkusi seluruh lapang paru sonor
Batas paru-hepar SIC V LMCD
Auskultasi : SD vesikuler, RBH-/-, RBK -/-, Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tampak di SIC VI 2 jari medial LMCS
P.parasternal (-) p.epigastrium (-).
Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC VI 2 jari medial LMCS,
kuat angkat (-)
Perkusi : Batas atas kanan : SIC II LPSD
Batas atas kiri : SIC II LPSS
Batas bawah kanan : SIC IV LPSD
Batas bawah kiri : SIC VI 2 jari medial LMCS
Auskultasi : S1>S2 reguler, Gallop (-), Murmur (-)
d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+) terdengar setiap 2-5 detik (normal)
Perkusi : timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-), nyeri ketok costo vertebrae
(-/-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), nyeri tekan
epigastrium (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
e. Pemeriksaan ekstremitas
Superior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), sianosis (-/-), ikterik (-/-)
Inferior : Edema (-/-), akral dingin (-/-), sianosis (-/-), ikterik (-/-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium 21/12/2017
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 12.9 12 - 16 gr/dl
Leukosit 840 4.800 –10.800/µL
Hematokrit 39 37 - 47%
Eritrosit 4.7 4.2 – 5.4 juta/µL
Trombosit 37500 150.000 -400.000/µL
MCV 81.6 80 – 96 fL
MCH 27.2 27 – 32 pg
MCHC 33.3 33 – 37 gr/dL
Hitung Jenis
Basofil 0.6 0–1%
Eosinofil 0.4 (L) 1–3%
Batang 0.6 (L) 2–6%
Segmen 77.4 (H) 50 – 70 %
Limfosit 16.4 (L) 20 – 40 %
Monosit 9.6 2 -8 %
Kimia Klinik
Total protein 8.37 (H) 6,40 – 8,20 g/dl
Albumin 3.78 3,40 – 5,00 g/dL
Globulin 4.59 (H) 2,70 – 3,20 g/dL
SGOT 31 15 – 37 U/L
SGPT 20 14 – 59 U/L
Ureum 31.2 14,98 – 38,52 mg/dL
Kreatinin 1.17 (H) 0,55 – 1,02 mg/dL
GDS 214 <= 200 mg/dL
Natrium 136 134 – 146 mmol/L
Kalium 2.8 (L) 3,4 – 4,5 mmol/L
Klorida 89 (L) 96 – 108 mmol/L
MCHC 32,4 33 – 37 gr/dL
Pemeriksaan rontgen thoraks 06/01/18
E. ASSESSMENT
1. TB TCM (+) kasus kambung
2. Sensitive rifampisin
3. Efek samping obat streptomisin
4. Hypokalemia
F. PLANNING
1. Terapi
a. Farmakologi
1) IVFD D5% 20 tpm
2) Inf. Aminofluid 1x/hari
3) Inj. Ondansentron 3x1 amp
4) Inj. Mecobalamin 1x1 amp
5) Po. Betahistin 2x1
6) Po. Curcuma 3x1 tab
b. Non Farmakologi
1) Perawatan di ruang isolasi
2) Edukasi pasien dan keluarga mengenai pentingnya menggunakan masker dan
etika batuk.
3) Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit TB, pengobatan, penularan, dan
komplikasinya.
4) Screening pada anggota keluarga yang lain untuk tindakan pencegahan dan
pengobatan lebih awal jika keluarga lain sudah tertular.
5) Edukasi tentang kebersihan lingkungan rumah, seperti buka ventilasi setiap hari
agar sinar matahari masuk dan terjadi pertukaran udara.
6) Monitoring
a) Keadaan umum dan kesadaran
b) Tanda vital
c) Evaluasi klinis
Pasien dievaluasi setiap 2 minggu sampai akhir bulan ketiga pengobatan,
selanjutnya tiap 1 bulan sampai bulan kedelapan
Evaluasi respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi
Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisik
d) Evaluasi bakteriologis (BTA)
Satu minggu pada akhir bulan ke 3 pengobatan (setelah fase intensif)
Akhir bulan ketujuh sampai dengan kedelapan pengobatan
e) Evaluasi radiologi
Akhir bulan kedua (akhir fase intensif)
Pada akhir pengobatan
f) Evaluasi efek samping
g) Periksa fungsi hati (SGOT, SGPT, bilirubin)
h) Periksa fungsi ginjal (ureum, kreatinin)
i) Periksa GDS, asam urat
j) Pemeriksaan visus
k) Pemeriksaan keseimbangan dan pendengaran
Evaluasi keteraturan obat
G. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal S-O A P
S : 36.7 C
RR : 22 x/menit
TUBERCULOSIS PARU
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2-3 juta setiap
tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB
terdapat di Asia Tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per
100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000
penduduk, prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB
yang muncul.
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India
dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat
TB, Di Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah jantung dan penyakit pernapasan akut
pada seluruh kalangan usia.
B. Etiologi
Penyakit Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh
Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri
tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TB pada paru-paru kadang disebut
sebagai Koch Pulmonum (KP)
C. Cara Penularan
Penyakit Tuberkulosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TB batuk, dan pada anak-
anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TB dewasa. Bakteri ini bila sering
masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama
pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TB dapat menginfeksi hampir
seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar
getah bening, dan lainlain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu
paru-paru.
Saat Mycobacterium tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri y ang berbentukglobular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri Tuberkulosis ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan
dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri Tuberkulosis
akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat
sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant
sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah
banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang
inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah
memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih
dan positif terinfeksi Tuberkulosis.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan
dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum
optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang
tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya
tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang
memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi Tuberkulosis.
D. Patogenesis
a. Tubekulosis primer
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal bersama-sama limfadenitis
regional dikenal sebagai kompleks primer (Ranke). Semua proses ini memakan waktu
3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi3:
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-
10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel
Histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh
sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.
Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya, dan imunitas pasien, sarang dini
ini dapat menjadi:
Bentuk perkijuan lain yang jarang terjadi adalah cryptic disseminate TB yang
terjadi pada imunodefisiensi dan usia lanjut. Disini lesi sangat kecil, tetapi berisi
bakteri sangat banyak. Kavitas dapat menjadi:
KESIMPULAN
1. Pasien kasus kali ini didiagnosis dengan tuberkulosis (tb) TCM (+) kasus kabuh dengan
sensitif rifampisin dan efek samping obat streptoisin.
2. Penegakan diagnosis penyakit tuberkulosis (tb) TCM (+) kasus kambuh, sensitive rifampisin
dan efek samping obat streptomisin dan hypokalemia berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
3. Pengobatan pada TB Paru adalah dengan pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
4. Tujuan pengobatan pada pasien TB Paru adalah untuk mengurangi gejala, membunuh bakteri
tuberkuloosis, serta mencegah penularan.
5. Pada pasien TB Paru perlu diperhatikan tentang kepatuhan berobat karena terkait dengan
kesembuhan penyakit,
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Idris et al. 2015. Penatalaksanaan di bidang Ilmu Penyakit Dalam : Panduan Praktik
Klinis. Jakarta : PAPDI.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas Tahun 2014. Jakarta:
Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter: di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Jakarta: Depkes RI.
Kansal, H. M., S. Srivastava, dan S. K. Bhargava. 2015. Diabetes and Tuberculosis. JIMSA.
28(1): 58 – 60.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : Indah Offset Citra Grafika.
Amin Z dan Asril B. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi
IV. Hal 988-992. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,
2006.
Isselbacher, Braunwald, Wilson et all. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume
2. Edisi 13. Hal 799-808. Jakarta: EGC, 1999.
Mansjoer A, et all. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I. Hal 472-476. Jakarta: Media
Aesculapius, 2001.